Disebuah dusun di Papua Nugini, seorang gadis bernama Mea berlari menyambut kedatangan ayahnya yang telah berbulan2 pergi menanam tembakau, ayahnya datang bersama seorang pria kulit putih berusia empat puluhan. Pria itu adalah pemilik perkebunan tembakau tempat ayahnya bekerja.
Mea memandangi lelaki itu dengan takjub, baru kali ini ia melihat seorang kulit putih. Pria itu bersikap ramah dan terlihat tertarik pada dada Mea yg telanjang sebagaimana kebiasaan di negara itu, mereka tidak bisa berbincang karena kendala bahasa namun Pria itu tersenyum padanya dan memuji kecantikannya dalam bahasa inggris, ayah Mea menterjemahkan kalimat itu untuknya. Lalu Mea pergi meninggalkan ayahnya yg masih sibuk berbincang dengan pria asing itu.
Belakangan Mea tahu bahwa ia telah dijual kepada Pria kulit putih itu seharga dua ekor babi dan beberapa keping uang asing. Keluarga mereka memang sangat miskin dan ayahnya merasa cocok dengan harga tersebut.
Mea tidak berani membantah keputusan ayahnya meskipun hatinya sangat sedih, ia memiliki seorang kekasih dikampung tersebut, ia juga sudah membayangkan nasib buruk yg akan menimpanya sebagai seorang budak dinegri asing, keesokan harinya Mea berkemas dan ikut dengan Pria kulit putih itu meninggalkan kampung dan keluarganya untuk selamanya.
Hari2 berikutnya dilalui Mea dengan kesedihan, ia merindukan kampung halamannya, ia juga takut pada tuannya. Tapi Pria itu bersikap baik pada Mea, ia bicara dengan suara yg lembut dan menenangkan hati Mea.
Mereka berdua berjalan sangat jauh melintasi padang yg luas hanya dengan seekor kuda untuk membawa beban.
Malam harinya mereka membuat api unggun dan memasak sup, nyamuk sangat menyukai kulit putih tuannya sehingga Mea meracik ramuan herbal yang dioleskannya ketubuh tuannya untuk menghalau nyamuk.
Selama beberapa hari perjalanan ini, Mea mulai berpikir bahwa tuannya adalah seorang pria yg kesepian, hidup seorang diri sehingga membeli budak untuk menemaninya. Ia mencoba berkomunikasi dengan Mea menggunakan bahasa isyarat tapi Mea sama sekali tidak paham apa maksudnya, kadang2 gerakan isyarat tuannya sangat lucu dan membuatnya tertawa.
Pada suatu malam yg cerah, mereka membuat kemah ditengah padang yg luas dan sepi, dibawah taburan bintang tuan kulit putihnya mengajak Mea kesungai untuk berenang. Mea sangat suka berenang namun ia tahu disungai tersebut banyak sekali buaya, tapi tuannya tak peduli dan langsung masuk kedalam air, Mea mengambil tombak untuk berjaga2 apabila ada buaya.
Mea memandangi tuannya yg berenang tanpa rasa takut dan terlihat sangat gagah dibawah cahaya rembulan, ia membuka bajunya dan menyelam kedalam air.
Akhirnya Mea melupakan semua ketakutannya pada buaya dan ikut masuk kesungai.
Mereka berdua berenang, menyelam dan akhirnya berciuman.
Selama beberapa hari bersama tuannya ditengah padang yg luas, pikiran Mea tidak pernah lepas dari kekaguman akan tuan kulit putihnya, kini ia melupakan segalanya, kampungnya, keluarganya dan kekasihnya, Mea tak pernah membayangkan ia bisa memasrahkan dirinya kedalam pelukan seorang asing.
Setelah meneruskan perjalanan selama beberapa hari, akhirnya mereka mencapai perkebunan milik tuannya yg kemudian ia tahu bernama Michael.
Namun sayang bisnis perkebunan tembakau tersebut tidak berjalan dengan baik sehingga semua harus diakhiri, Michael membebaskan Mea dan memberi uang yg cukup banyak lalu mereka berpisah.
Mea kembali kerumah ayahnya dan tak pernah melupakan kenangan akan tuan kulit putihnya.