Results 1 to 20 of 33

Thread: Menepati janji

Hybrid View

Previous Post Previous Post   Next Post Next Post
  1. #1
    pelanggan setia mbok jamu's Avatar
    Join Date
    Oct 2012
    Posts
    3,417
    Quote Originally Posted by tuscany View Post
    Yep, misalnya gitu. Atau janji menikahi, tergantung gendernya apa.

    Saya cenderung sepakat kalo lagi labil mestinya ndak bikin janji. Masalahnya kan orang lagi labil kadang nggak sadar lagi mana yang baik mana yang enggak untuk dilakukan.
    Saya juga cenderung setuju bahwa janji semacam itu bisa ditarik kembali karena alasan di atas. Namun pada prakteknya mungkin nggak gampang. Masa mau bilang: "saya waktu itu lagi labil, so I am sorry..."
    Belum lagi kalo orangnya sangat komit sama janji. Meski tau janjinya salah tapi kadung janji dari pada dituding ingkar.
    Kenapa ndak ditepati? Kalau diingkari apa resikonya?
    "The two most important days in your life are the day you are born and the day you find out why." - Mark Twain

  2. #2
    pelanggan setia
    Join Date
    May 2011
    Posts
    4,952
    Quote Originally Posted by mbok jamu View Post
    Kenapa ndak ditepati? Kalau diingkari apa resikonya?
    Dalam kasus di atas, orang tua dan keluarga besar tidak akan setuju karena masalah perbedaan keyakinan/suku/sosial ekonomi.

    Kalo diingkari resiko langsungnya adalah kekecewaan dari pihak yang dijanjikan. Terutama karena pihak tsb teman kantor yang ketemu muka delapan jam sehari, lima hari seminggu sepanjang tahun. Lalu suara-suara miring dari teman-teman kantor lain. Dan tentu ada resiko konflik batin karena "lelaki sejati yang dipegang ucapannya".



    Saya sepakat dgn om tsu, bahwa namanya manusia bisa saja khilaf. Cuma mengakui terjadi kesalahan di masa lalu, nggak semua orang punya kemampuan merendah sejauh itu.
    There is no comfort under the grow zone, and there is no grow under the comfort zone.

    Everyone wants happiness, no one wants pain.

    But you can't make a rainbow without a little rain.

  3. #3
    pelanggan setia Porcelain Doll's Avatar
    Join Date
    Mar 2011
    Posts
    6,347
    Quote Originally Posted by tuscany View Post
    Dalam kasus di atas, orang tua dan keluarga besar tidak akan setuju karena masalah perbedaan keyakinan/suku/sosial ekonomi.

    Kalo diingkari resiko langsungnya adalah kekecewaan dari pihak yang dijanjikan. Terutama karena pihak tsb teman kantor yang ketemu muka delapan jam sehari, lima hari seminggu sepanjang tahun. Lalu suara-suara miring dari teman-teman kantor lain. Dan tentu ada resiko konflik batin karena "lelaki sejati yang dipegang ucapannya".



    Saya sepakat dgn om tsu, bahwa namanya manusia bisa saja khilaf. Cuma mengakui terjadi kesalahan di masa lalu, nggak semua orang punya kemampuan merendah sejauh itu.
    menikah itu melibatkan keluarga..jadi kecuali kalo mau terus jalan tanpa restu demi menepati janji...ya silakan jalan terus
    atau mengaku kalah ga bisa menepati janji dengan alasan tidak bisa menjembatani perbedaan
    daripada nanti jadi konflik ke depannya terus2an?
    Popo Nest

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •