Usai menonton EAT, PRAY, LOVE

Di indonesia film ini agak diributkan mungkin karena salah satu lokasi-nya
adalah Bali. Tapi buat saya, kurang lebih sama dengan bukunya, film ini
sungguh membosankan.

Saya tidak melihat masalah yang menggigit dan menjadi alasan Sang Tokoh
berkelana di tiga negara untuk mencari ketenangan dan menjelaskan tujuan
hidupnya. Toh dia bercerai atas keinginan sendiri.

Mungkin kalau di buku, kita masih bisa membaca pikiran-pikiran Liz Gilbert.
Tapi dalam film, tidak cukup. Maksud saya, konflik batinnya dan masalahnya
datar belaka.