Results 1 to 19 of 19

Thread: [Rumah Cerpen/Flash Fiction Kopimaya Recomendasi]

Threaded View

Previous Post Previous Post   Next Post Next Post
  1. #1
    Barista Nharura's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Location
    Di Hatimu
    Posts
    5,072

    [Rumah Cerpen/Flash Fiction Kopimaya Recomendasi]

    Teman-teman Kopiers, Tread Rumah Cerpen/Flash Fiction Kopimaya,, yang isinya saling berbagi cerpen-cerpen yang pernah di baca, bagus, berkesan, dan jika di baca oleh orang banyak akan menginspirasi, jadi ikutan ya.., cerpen bahasa indonesia tentunya ya^_* kalau bahasa inggris, bisa dengan terjemahannya.

    Okay.. Mari Ikutan dan Share Cerpen/ FF kesukaanmu...^_* kalau yang pengen request cerpen juga bisa disini? cerpen yang udah lama pernah di baca tapi tak menemukannya, kita akan sama-sama mencarinya buat Kopiers pencinta fiksi (cerpen)... ^^
    ================================================== ================================================== =======

    Bisa Cek Index Rumah Cerpen Kopimaya disini

    ================================================== ================================================== =======


    Spoiler for Umar Kayam, Seribu Kunang-Kunang di Manhattan:
    Umar Kayam- Seribu Kunang-Kunang di Manhattan


    Mereka duduk bermalas-malasan di sofa. Marno dengan segelas scotch dan Jane dengan segelas martini. Mereka sama-sama memandang ke luar jendela.

    “Bulan itu ungu, Marno.”

    “Kau tetap hendak memaksaku untuk percaya itu ?”

    “Ya, tentu saja, Kekasihku. Ayolah akui. Itu ungu, bukan?”

    “Kalau bulan itu ungu, apa pula warna langit dan mendungnya itu?”

    “Oh, aku tidak ambil pusing tentang langit dan mendung. Bulan itu u-ng-u! U-ng-u! Ayolah, bilang, ungu!”

    “Kuning keemasan!”

    “Setan! Besok aku bawa kau ke dokter mata.”

    Marno berdiri, pergi ke dapur untuk menambah air serta es ke dalam gelasnya, lalu dia duduk kembali di sofa di samping Jane. Kepalanya sudah terasa tidak betapa enak.

    “Marno, Sayang.”

    “Ya, Jane.”

    “Bagaimana Alaska sekarang?”

    “Alaska? Bagaimana aku tahu. Aku belum pernah ke asana.”

    “Maksudku hawanya pada saat ini.”

    “Oh, aku kira tidak sedingin seperti biasanya. Bukankah di sana ada summer juga seperti di sini?”


    “Mungkin juga. Aku tidak pernah berapa kuat dalam ilmu bumi. Gambaranku tentang Alaska adalah satu padang yang amat l-u-a-s dengan salju, salju dan salju. Lalu di sana-sini rumah-rumah orang Eskimo bergunduk-gunduk seperti es krim panili.”

    “Aku kira sebaiknya kau jadi penyair, Jane. Baru sekarang aku mendengar perumpamaan yang begitu puitis. Rumah Eskimo sepeti es krim panili.”

    “Tommy, suamiku, bekas suamiku, suamiku, kautahu …. Eh, maukah kau membikinkan aku segelas ….. ah, kau tidak pernah bisa bikin martini. Bukankah kau selalu bingung, martini itu campuran gin dan vermouth atau gin dan bourbon? Oooooh, aku harus bikin sendiri lagi ini …. Uuuuuup ….”

    Dengan susah payah Jane berdiri dan dengan berhati-hati berjalan ke dapur. Suara gelas dan botol beradu, terdengar berdentang-dentang.

    Dari dapur, bekas suamiku, kautahu ….. Marno, Darling.”

    “Ya, ada apa dengan dia?”

    “Aku merasa dia ada di Alaska sekarang.”

    Pelan-pelan Jane berjalan kembali ke sofa, kali ini duduknya mepet Marno. "Di Alaska. Coba bayangkan, di Alaska.”
    “Tapi minggu yang lalu kaubilang dia ada di Texas atau di Kansas. atau mungkin di Arkansas.”
    “Aku bilang, aku me-ra-sa Tommy berada di Alaska.”
    “Oh.”
    “Mungkin juga dia tidak di mana-mana.”

    Marno berdiri, berjalan menuju ke radio lalu memutar knopnya. Diputar-putarnya beberapa kali knop itu hingga mengeluarkan campuran suara-suara yang aneh. Potongan-potongan lagu yang tidak tentu serta suara orang yang tercekik-cekik. Kemudian dimatikannya radio itu dan dia duduk kembali di sofa.

    “Marno, Manisku.”
    “Ya, Jane.”
    “Bukankah di Alaska, ya, ada menyuguhkan istri kepada tamu?”
    “Ya, aku pernah mendengar orang Eskimo dahulu punya adat-istiadat begitu. Tapi aku tidak tahu pasti apakah itu betul atau karangan guru antropologi saja.”
    “Aku harap itu betul. Sungguh, Darling, aku serius. Aku harap itu betul.”
    “Kenapa?”
    “Sebab, seee-bab aku tidak mau Tommy kesepian dan kedinginan di Alaska. Aku tidak maaau.”
    “Tetapi bukankah belum tentu Tommy berada di Alaska dan belum tentu pula sekarang Alaska dingin.”

    Jane memegang kepala Marno dan dihadapkannya muka Marno ke mukanya. Mata Jane memandang Marno tajam-tajam.
    “Tetapi aku tidak mau Tommy kesepian dan kedinginan! Maukah kau?”

    Marno diam sebentar. Kemudian ditepuk-tepuknya tangan Jane.

    “Sudah tentu tidak, Jane, sudah tentu tidak.”
    “Kau anak yang manis, Marno.”

    Marno mulai memasang rokok lalu pergi berdiri di dekat jendela. Langit bersih malam itu, kecuali di sekitar bulan. Beberapa awan menggerombol di sekeliling bulan hingga cahaya bulan jadi suram karenanya. Dilongokknannya kepalanya ke bawah dan satu belantara pencakar langit tertidur di bawahnya. Sinar bulan yang lembut itu membuat seakan-akan bangunan-bangunan itu tertidur dalam kedinginan. Rasa senyap dan kosong tiba-tiba terasa merangkak ke dalam tubuhnya.

    “Marno.”

    “Ya, Jane.”

    Bersambung....
    Last edited by Nharura; 24-08-2012 at 02:31 PM.
    Penulis Sastra, Penyayang Hewan, PNS biasa

    "Sedekah Aja "

    Sastra - > Dear Diary Inspirasi

    Kucing - > Semua Tentang Kucing

    PNS - > Sukses Mengabdi Pada Negara

Tags for this Thread

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •