Quote Originally Posted by Alip View Post
Wow... you're in third-life crisis there, Mbok (not mid life )...

Anyway, fokus ke kampung... crisis-nya di thread tersendiri aja...

Saya buka peternakan sapi perah di Cimande, alhamdulillah hasilnya lumayan. Cita-cita saya itu buat tambahan kuliah anak-anak dan tempat leyeh-leyeh pas pensiun nanti. Selain itu saya buka kebun sayur di Garut.

Secara umum kampung adalah tempat yang ditinggalkan, Mbok. Tidak banyak yang bisa dilakukan tanpa datangnya investasi dari kota. So if you're considering coming down there, you'll be welcomed. Tapi a bit of advise, it is not easy. Jangan dibayangkan orang kampung sebagai manusia lugu jujur seperti kisah kabayan. Some of them are 'well developed' and I learned it the hard way.

If it is peace you're looking for, Mbok... you can find it only within yourself... kampung can refresh... yes, but not an escape pod.
I am in peace, Oom. Wiken leyeh-leyeh di rumah, main dengan doggies, nonton film kartun, that's my escape pod. Tapi entah kenapa tadi rasanya bosan banget, pikiran jadi melayang-layang, wondering where I was heading to.

Kenapa peternakan sapi? Ndak takut dengan wabah sapi gila? Siapa yang mengelola peternakan tsb? Kenapa di Cimande dan Garut? Apakah karena Oom atau nyonya orang sana?

Bagaimana supaya orang kota atau seorang asing bisa diterima orang-orang di kampung?


Quote Originally Posted by danalingga View Post
Saya sarankan peternakan.
Sepertinya peternakan masih belum digarap serius di Indonesia.
Kalo pertanian (perkebunan) sih rasanya sudah.

---------- Post Merged at 01:00 PM ----------

Coba di share cara mengatasinya Mbah Alip.
Sepertinya ini juga alasan terbesar saya hingga
belum juga invest di desa asal saya.
Wah.. Dana mau invest juga ya. Rencananya mau invest apa? Cerita-cerita dong..

Quote Originally Posted by cha_n View Post
mau banget balik ke daerah. (ga harus kampung sendiri. pokoknya ga di kota gede)
tiap saya tugas keliling, selalu cari info gimana kondisi kalau tinggal di sana. pas ke manado tanya soal kerukunan beragama, trus diceritakan soal masyarakat da potensi daerahnya sama kepala bapeda sana. kayaknya seru juga. pas ke palangkaraya juga gitu jadi ngiri deh sama mereka. ke kantor cuma 5 menit. tanah masih segede lapangan sepak bola per orang itu di kota lho.
juga di daerah2 lain.

cuma harus memperhatikan juga. ga semua daerah aman. ada daerah yang biaya hidup tinggi. ada yang social cost besar, ada yang masyarakat nya yang fleksibel dst.
Terus-terang mbok agak takut membayangkan ke kampung with a white man standing next to me. I don't know what to expect tapi mbok juga ndak mau menua dan membusuk di kota, hanya menunggu malaikat maut, ndak memberi manfaat apa-apa bagi orang lain.

Pernah ingin ke Bukittinggi karena sudah beberapa kali ke sana dan rasanya damai banget. Kalau Chan ingin di mana?

Quote Originally Posted by GiKu View Post
di kampung bapak gw, kalo hajatan bener2 menguras celengan
Wedding catering?