Results 1 to 7 of 7

Thread: Soft System Methodology

  1. #1
    Chief Barista cha_n's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    11,544

    Soft System Methodology

    Semenjak kuliah metodelogi penelitian minggu kemarin, sat u misteri di dunia (bagiku) mulai terkuak. Alasan mengapa ada orang yang tidak dapat berpikir rigid dan pasti.

    Bahkan ketika menikahpun saya sempat heran dan bingung dengan segala perdaan sikap suami. Dia begitu mudah berkompromi, lebih agile (luwes) dan lebih mudah menguraikan masalah kompleks, terutama yang berhubungan dengan manusia.

    Lalu “boommm” jawaban itu datang (setelah sekian tahun). Ternyata ada yang namanya Soft System Methodology.
    Penjelasan sederhana (hasil googling)

    Soft System Methodology (SSM) merupakan teknik untuk menganalisis dan mencari solusi atas sistem aktivitas manusia. Soft system methodology sangat cocok untuk penelitian yang tujuan utamanya untuk membuat konsep model, memperbaiki tindakan pragmatis, mencari kompromi, maupun pembelajaran bersama dan partisipatif seperti penelitian tindakan kelas, pengembangan organisasi, dan pengembangan komunitas.

    Soft System Methodology adalah metodologi yang digunakan untuk mendukung strukturisasi pemikiran dalam masalah organisasi dan komunitas yang kompleks.

    Terhadap masalah ini, soft system methodology adalah proses untuk mengidentifikasi, merumuskan akar permasalahan dan pemecahannya, menemukan dan mempertemukan pendapat para pihak yang terlibat seperti pelaksana, pengambil keputusan, pengguna, dan dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan dan pandangan umum masyarakat/politik/sosial budaya.


    SSM ini awalnya digunakan untuk pendekatan pola pikir dalam ilmu sosial. Namun dapat pula digunakan untuk memecahkan masalah dalam bidang ilmu yang sekarang sedang saya geluti.

    Selama ini saya berada di lingkungan yang berlatar belakang ilmu eksak. Pendekatan pemikiran yang digunakan umumnya adalah hard system methodology (HSM). Pendekatan ini sangat cocok digunakan untuk menghadapi mesin atau benda mati lainnya. Semua serba pasti, rigid. Pola pikir inilah yang saya gunakan bertahun-tahun, dan tidak menyadari ada pola pikir lain yang seharusnya saya gunakan bila menghadapi objek yang berbeda.
    Manusia, masyarakat, organisasi, pola pemikiran HSM tidak mungkin bisa dipaksakan. Kenapa? Karena ada faktor X pada manusia, yaitu MOTIF. Motif ini yang membuat semua serba tidak pasti, namun hanyalah “cenderung” pada suatu kesimpulan.

    Tidak ada yang bisa memaksakan motif ini terus menerus sama, ketika kita meminta orang membuka pintu, maka belum tentu 100% pintu akan dibuka oleh orang tersebut. Ada motif dari orang itu, apakah sejalan dengan kita, atau tidak? Apakah ada faktor lain yang mempengaruhi orang itu membuka pintu?
    Beda kalau kita menggunakan mesin yang kita program, default prosesnya tentu diharapkan 100% akan melakukan apa yang kita pinta.

    Ah… betapa bodoh dan lugunya diriku. Benar kata orang, semakin belajar, semakin menyadari banyak hal yang belum aku ketahui.
    Terima kasih buat suamiku, walau mungkin kau tidak mendefinisikan cara berpikirmu ini sebagai sebuah SSM, dan menjelaskan apa kelemahan cara berpikirku yang HSM, tapi dirimu mampu meneladani dan mengajariku secara lembut untuk mampu menempatkan pola pikir yang berbeda untuk objek yang berbeda.
    ...bersama kesusahan ada kemudahan...

    “Aku Rela di Penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.” ― -Mohammad Hatta
    “Aku Rela di Penjara asalkan bersama akses internet, karena dengan internet aku bebas.” ― -cha_n

    My Little Journey to India

  2. #2
    Chief Barista cha_n's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    11,544
    oh iya, pendekatan SSM menggunakan metode kualitatif.
    Bedanya kualitatif dengan kuantitatif, pada metode kualitatif, data diperoleh dari pemikiran manusia, ide, pendapat, pemikiran itu diambil dari para ahli, pemangku kebijakan, orang-orang yang "paham" tentang masalah tersebut. So number doesn't metter.

    Sedangkan metode kuantitatif, semakin banyak sampel, makin baik, data adalah apa yang dapat dihimpun dilapangan.demokrasi contohnya.
    Mana metode yang terbaik?

    Ada cerita lagi dari dusenku;
    dia menonton net geo, ada sebuah desa di afrika kalau ga salah.
    Populasinya berjumlah 1000 (atau 2000 ya? lupa), sekitar 15 orang adalah ahli lingkungan. Di atas desa tersebut ada bukit, terdapat bendungan yang menampung air sungai dan menjaga desa dari kebanjiran.
    Suatu kali, para warga mulai merambah daerah resapan di sekitar bendungan. Para ahli lingkungan di desa tersebut sudah mengingatkan soal bahaya yang akan terjadi.
    Mereka berusaha meyakinkan warga untuk tidak merambah hutan. Sampai akhirnya pimpinan daerah tersebut memutuskan masalah tersebut dengan.... VOTING!
    jelas sudah kelompok ahli lingkungan kalah semua kejadian itu didokumentasikan oleh net geo.

    Beberapa tahun kemudian, dapat ditebak apa yang terjadi, desa itu sudah musnah.

    .... nulis ginian napa cepet banget ya, nulis karya akhir susah banget
    ...bersama kesusahan ada kemudahan...

    “Aku Rela di Penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.” ― -Mohammad Hatta
    “Aku Rela di Penjara asalkan bersama akses internet, karena dengan internet aku bebas.” ― -cha_n

    My Little Journey to India

  3. #3
    pelanggan setia Yuki's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Location
    Buitenzorg
    Posts
    6,366
    ... nulis ginian napa cepet banget ya, nulis karya akhir susah banget
    ya jelas cepet, karena nulis di posting tidak perlu pertanggungjawaban, bodo amat mau bener mau salah

    beda dengan karya akhir, harus dipertahankan pendapatmu
    CURE SUNSHINE WA KAKKOSUGIRU.

  4. #4
    Chief Barista cha_n's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    11,544
    oiya juga sih. jadi mikirnya lebih.
    kalo di sini ngasal2 dikit ga ada yang protes
    ...bersama kesusahan ada kemudahan...

    “Aku Rela di Penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.” ― -Mohammad Hatta
    “Aku Rela di Penjara asalkan bersama akses internet, karena dengan internet aku bebas.” ― -cha_n

    My Little Journey to India

  5. #5
    pelanggan setia kandalf's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    6,050
    Berhubung kau nulis setengah-setengah, kuharap cerita di Afrika bukan ilustrasi dari pertanyaanmu yang ini:
    Bedanya kualitatif dengan kuantitatif, pada metode kualitatif, data diperoleh dari pemikiran manusia, ide, pendapat, pemikiran itu diambil dari para ahli, pemangku kebijakan, orang-orang yang "paham" tentang masalah tersebut. So number doesn't metter.

    Sedangkan metode kuantitatif, semakin banyak sampel, makin baik, data adalah apa yang dapat dihimpun dilapangan.demokrasi contohnya.
    Mana metode yang terbaik?
    Menurutku,
    cerita yang di Afrika bukan sekedar gambaran kegagalan kuantitatif tetapi juga kegagalan kualitatif.
    Kegagalan penguasa untuk bertindak tegas di cerita tersebut adalah kegagalan kualitatif.

  6. #6
    Chief Barista cha_n's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    11,544
    oh ya benar. itu juga benar dalf.
    hanya saja sayangnya sekarang kebanyakan kebijaksanaan itu ketika mampu menyenangkan banyak pihak. bukan fokus pada tujuannya.

    dan tidak, aku tidak bilang ada metode yang lebih baik dari yang lain.
    untuk kasus demokrasi, akan menjadi baik ketika masyarakatnuah sudah sampai pada tingkat maturity tertentu. gitu kata pak riri. eh tahu pak riri kan?
    ...bersama kesusahan ada kemudahan...

    “Aku Rela di Penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.” ― -Mohammad Hatta
    “Aku Rela di Penjara asalkan bersama akses internet, karena dengan internet aku bebas.” ― -cha_n

    My Little Journey to India

  7. #7
    pelanggan setia kandalf's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    6,050
    Hahaha.. Pak Riri Satria. Kenal lah.
    Sekarang beliau ketua Iluni 12 kan kalau gak salah?

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •