Petugas Forensik Polda DIJ melakukan olah TKP perampokan oleh kawanan bersenjata api di Pegadaian Syariah, Jalan Letjend Suprapto, Jogjakarta, Selasa (2/4).
Kantor Pegadaian Syariah di Jalan Letjen Suprapto, Ngampilan, Jogjakarta, menjadi sasaran perampok kemarin. Sekitar pukul 10.00 WIB, kawanan penjahat yang berjumlah lima orang merangsek ke dalam pegadaian dan berhasil menguras aset berupa emas dan uang tunai dengan nilai total Rp 6,7 miliar. Aksi tersebut berlangsung singkat, sekitar 20 menit. Perampok menggunakan airsoft gun untuk mengancam pegawai pegadaian. Aset yang disikat perampok terdiri atas perhiasan emas dan uang tunai Rp 30,9 juta. Total kerugian kami taksir sekitar Rp 6,7 miliar, kata Kepala Operasi Pegadaian Syariah Unit Ngampilan Slamet Riyadi sete*lah kejadian.
Menurut data yang dihimpun Jawa Pos Radar Jogja, aksi itu berjalan sangat rapi. Kawanan perampok membagi tugas antara eksekutor, pembawa hasil rampokan, dan pengamat suasana sekitar. Dari luar sama sekali tidak ada yang mengetahui kalau di dalam ada perampokan. Baru setelah perampok keluar, orang-orang mendekat, ungkap salah seorang penyidik.
Para perampok beraksi dengan mengenakan penutup kepala. Mereka memakai helm dan sleyer untuk menutup wajah. Entah kebetulan atau tidak, saat kejadian, listrik padam sehingga closed-circuit television (CCTV) dan alarm di pegadaian tidak berfungsi. Perampok lebih dulu melumpuhkan petugas satpam di luar kantor. Dua orang perampok mengancam satpam dengan airsoft gun dan menggiring mereka ke dalam kantor. Setelah itu, tubuh satpam diikat.
Sasaran berikutnya adalah Slamet Riyadi, kepala operasi pegadaian. Perampok menodong Slamet dan memaksa menunjukkan tempat penyimpanan uang dan emas. Saat itu salah seorang karyawati pegadaian berusaha mengamankan uang dan aset lain. Hal itu memancing kemarahan para perampok. Pelaku sempat meletupkan senjata. Bunyinya tidak seperti suara tembakan. Hanya memecahkan kaca, jelas Kapolresta Kombes Mustaqim. Polisi yakin, senjata yang digunakan perampok bukan senjata api. €œDugaan kami airsoft gun. Kami masih mengombinasikan keterangan dari selusuh saksi dengan hasil olah TKP, katanya.
Mustaqim mengatakan, CCTV dan alarm tidak berfungsi karena saat kejadian listrik padam. Adakah kaitannya antara listrik padam dan perampokan Mustaqim menganalisis tidak ada. Sebab, komplotan pelaku mengenakan penutup muka dan helm. Saya kira, itu hanya kebetulan, paparnya. Keterangan saksi-saksi kita kombinasikan, kita kejar pelakunya, sambung Mustaqim.
Standar pengamanan di kantor pegadaian dinilai lemah. Hal itu terlihat dengan hanya ada seorang satpam. Padahal, aset di pegadaian itu miliaran. Brankas penyimpanan uang dan emas pun jauh dari standar. Tempat penyimpanan di kantor pegadaian itu hanya satu pintu dan satu kunci. Tempatnya mirip lemari yang tingkatannya menggunakan kayu.
Ukuran kantor sangat kecil. Untuk parkir saja, lokasinya tidak cukup. Sebab, jarak pintu dengan jalan raya di depannya hanya sekitar dua meter. Kondisi itu menjadi perhatian polisi. Mereka belum begitu yakin kantor tersebut menyimpan aset miliaran. Kami meminta korban untuk menghitung kepastian*nya, kata Mustaqim. Kapolresta menegaskan, melihat besarnya aset di kantor pegadaian itu, petugas keamanan seharusnya lebih dari satu. Ini seharusnya menjadi perhatian semua lembaga keuangan. Pengamanan ini harus sesuai standar untuk bisa mengantisipasi kejadian seperti perampokan, ujarnya.
Kapolda Daerah Istimewa Jogjakarta Brigjen Sabar Raharjo langsung meninjau lokasi. Namun, dia tidak memberikan keterangan apa pun. Kami belum bisa memberikan keterangan. Nanti setelah saksi-saksi memberikan keterangan, baru bisa menyampaikan, kelit Sabar.
sumber : http://www.radarsorong.com/index.php...etail&id=10088