Page 1 of 16 12311 ... LastLast
Results 1 to 20 of 315

Thread: Let's talk about BANJIR di Jakarta!

  1. #1
    juragan kopi noodles maniac's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Location
    Noodle Cafe
    Posts
    15,927

    Let's talk about BANJIR di Jakarta!

    Bosen gak sih denger berita tentang banjir? kalo gw sih dah muak. Meski dah ganti gubernur berapa kali ternyata masalah banjir ini masih belum juga selesai. Sedangkan negara tetangga kita, mau gak mau ya si Malaysia itu berhasil mengatasi banjir ini dari tahun 2003-2007 dengan teknologi yang canggih. Gimana dengan Jakarta? kayaknya jadi kayak wacana aja nih mengatasi banjir


    Artikel pembuka....


    Sejarah Banjir di Jakarta










    Bagi sebagian orang mungkin tidak percaya kalau bencana banjir di Jakarta ini sudah mulai ada sejak jaman Belanda. Beberapa tahun setelah Belanda mendarat, pemerintahan kolonial sudah merasakan rumitnya menangani banjir di Batavia. Banjir besar pertama kali mereka rasakan di tahun 1621, diikuti tahun 1654 dan 1876.

    Sering dilanda banjir pemerintah Belanda merasa perlu untuk mulai mengelola air secara serius. Tahun 1918 Pemerintah Belanda mulai membangun beberapa. Selanjutnya karena semakin kompleksnya masalah air yang melimpah, memaksa Pemerintahanan Kolonial membangun Banjir Kanal Barat (BKB) pada tahun 1922.

    Meski sudah dibangun BKB, bukan berarti persoalan banjir di Jakarta bisa langsung diselesaikan. Pada Januari 1932 lagi-lagi banjir besar melumpuhkan Kota Jakarta. Ratusan rumah di kawasan Jalan Sabang dan Thamrin digenangi air. Saat pemerintahan beralih ke Republik Indonesia masalah banjir di Jakarta pun tak kunjung bisa diselesaikan. Tercata sejak kemerdekaan beberapa banjir besar terjadi di Jakarta, seperti pada tahun 1976, 1984, 1994, 1996, 1997, 1999, 2002, 2007 dan 2008.

    Dari beberapa kejadian banjir besar yang terjadi tahun 1996, 2002 dan 2007, ada beberapa catatan yang bisa kita ambil berkaitan dengan masalah hidrologi maupun karakter cuaca.

    • Bulan Januari dan Pebruari adalah bulan dengan curah hujan tinggi yang berpotensi menyebabkan terjadinya banjir.

    • Banjir di Jakarta sering disebabkan karena hujan dengan kapasitas besar terus menerus turun. Hujan yang hanya turun sekali biasanya tak sampai membuat Kali Ciliwung melimpas.

    • Hujan besar sebelumnya bisa memabah masalah pada hujan besar berikutnya. Ini terlihat dalam kasus banjir tahun 2002. Curah hujan awal Januari membawa banyak material dan menyebabkan terjadinya sedimentasi di dasar sungai. Akibatnya ketika hujan yang sama kembali muncul tanggal 31 Januari, banjir sulit dielakan.

    • Tinggi muka air laut tidak mempengaruhi banjir yang terjadi tahun 1996 , 2002 dan 2007.

    Banjir tahun 2002 dan 2007 disebabkan oleh curah hujan ektrim yang turun lebih dari dua hari. Hal ini menyebabkan tinggi muka air Sungai Ciliwung di daerah Manggarai mencapai puncaknya. Untuk tahun 2007 sekaligus terjadi kombinasi penyebaba banjir akibat hujan di daerah hulu dan dan daerah hilir.

    Jika kita melihat dari sejarah yang sudah diuraikan diatas, banjir sudah terjadi sejak jaman kolonial Belanda, hampir empat abad yang lalu. Ini artinya di saat jumlah penduduk Jakarta masih sedikit, banjir pun sudah terjadi di Jakarta. Dalam dekade terakhir, ternyata banjir semakin sering dialami.

    Melihat kecenderungan banjir di Jakarta yang semakin sering serta semakin banyak daerah yang tergenang, memberikan indikasi bahwa penyebab banjir semakin beragam. Dimana satu dan lain penyebab saling menguatkan sehingga potensi terjadinya genangan semakin besar.

    Kenyataan ini tentu membuat tantangan dalam menghadapi banjir yang akan datang menjadi lebih berat lagi. Permasalahan terus menerus bertambah sementara penyelesaian yang diambil sangat terbatas.

    Kesadaran perlunya diambil tindakan penanggulangan banjir sudah ada sejak lama. Batavia yang dilanda banjir besar tahun 1918, membuat Prof. Ir. Herman Van Breen, seorang guru besar berkebangsaan Belanda, merencanakan satu konsep yang lebih strategis dalam menanggulangi banjir. Konsepnya adalah berusaha mengendalikan aliran air dari hulu sungai dan membatasi volume air masuk kota.

    Untuk itu perlu dibangun saluran kolektor di pinggir selatan kota untuk menampung limpahan air, dan selanjutnya dialirkan ke laut melalui tepian barat kota. Saluran kolektor yang dibangun itu kini dikenal sebagai Banjir Kanal Barat (BKB) yang memotong Kota Jakarta dari Pintu Air Manggarai bermuara di kawasan Muara Angke.

    Penetapan Manggarai sebagai titik awal karena saat itu, karena wilayah ini merupakan batas selatan kota yang relatif aman dari gangguan banjir sehingga memudahkan sistem pengendalian aliran air di saat musim hujan. Banjir Kanal Barat (BKB) ini mulai dibangun tahun 1922. Untuk mengatur debit aliran air ke dalam kota, banjir kanal ini dilengkapi beberapa pintu air. Dengan adanya BKB, beban sungai di utara saluran kolektor relatif terkendali. Karena itu, alur-alur tersebut, serta beberapa kanal yang dibangun kemudian, dimanfaatkan sebagai sistem makro drainase kota guna mengatasi genangan air di dalam kota.

    Setelah kemerdekaan banyak konsep /studi yang telah dilakukan. Dari beberapa studi yang ada, yang menonjol adalah studi yang dilakukan oleh Nedeco ‘The Master Plan for Drainage and Flood Control of Jakarta oleh NEDECO 1973.

    Pengendalian banjir didefinisikan oleh NEDECO 1973 sebagai upaya mengalihkan banjir dari sungai-sungai dan mencegahnya mengalir ke dalam wilayah kota. Drainase ini diartikan sebagai upaya evakuasi runoff pada saat hujan lebat yang terjadi di wilayah kota tersebut untuk bisa mengalir dengan lancar ke dalam saluran pengalihan banjir.

    NEDECO 1973 merekomendasikan rehabilitasi sistem drainase yang ada untuk penyaluran runoff secara efisien, dan upaya-upaya yang spesifik untuk mengendalikan banjir. Upaya pertama dalam pengendalian banjir adalah usulan pembangunan Banjir Kanal Timur (BKT) dari sungai Cipinang ke arah Timur sebagai penampung dan pengalih banjir dari sungai-sungai Cipinang, Sunter, Buaran, dan Cakung. Selain itu direkomendasikan pelebaran saluran BKB pada titik belokan ke utara ke sungai Angke di Pesing, untuk menampung banjir dari sungai Grogol dan Sekretaris.

    ================================================== =====


    Artikel tambahan...


    Smart Tunnelnya Malaysia Bisakah diterapkan di Indonesia?








    Pemprov DKI Jakarta seyogyanya terus berupaya mencari jalan keluar (solusi) yang tepat dan efektif dalam mengatasi banjir di Jakarta. Bila perlu, mempelajari upaya dan cara-cara yang telah berhasil dilakukan oleh Negara lain dengan melakukan studi banding ke luar negeri.

    Masalah banjir memang bukan masalah yang ringan dan sepeie. Karena itu diperlukan manajemen pengendalian banjir dan penerapan teknologi modem. Sehingga terkadang untuk penanganannya dibutuhkan dana yang sangat besar. Di mana, dalam hal ini Pemerintah Pusat perlu tumn tangan untuk memberikan dukungan finansial maupun dengan mengupayakan pinjaman ( loan ) dari luarnegeri.

    Seperti halnya Jakarta, Kuala lumpur, ibukota negeri Jiran Malaysia, senantiasa dihadapkan pada masalah banjir yang memungkinan pemerintah.Setiap tahun Kuala Lumpur selalu didatangi ' tamu tak diundang' , banjir yang membawa penderitaan bagi warganya. Banjir, bukan hanya merendam kota itu saat musim penghujan tiba. Akibat banjir, menimbulkan kerugian harta benda yang besar jumlahnya, tetapi aktivitas bisnis dan perdagangan di ibukota Negara itu ikut terganggu. Sehingga menimbulkan kerugian bagi perekonomian Negara.

    Dengan melihat kondisi yang menjadi langganan setiap tahun itu, Pemerintah Federal Malaysia berkepentingan untuk mencari cara atau metode yang bisa membebaskan banjir di Kuala Lumpur sebagai upaya membebaskan warga kotanya. Untuk itu, pemerintah melakukan pembangunan terowongan serba guna ( multi purpose ) dimulai dari dalam kota hingga mendekati Kuala Lumpur Internaational Airport (KLIA) melalui Seremban Expressway yang diberi nama Stormwater Management and Road Tunnel ( SMART).

    Terowongan itu terdiri dari dua komponen. Pertama, Terowongan Banjir ( Stormwater Tunnel) sepanjang 9,7 km (6 mil). Kedua, Terowongan Kendaraan (Motorway Tunnel) sepanjang 4 km ( 2,5 mil ) dengan empat lajur bersusun dua (double-deck):

    Terowongan pintar

    Banyak orang menyebutkan, kedua terowongan itu sebagai ' terowongan pintar ' pembebas banjir. Uniknya, terowongan itu selain berfungsi untuk mengalirkan banjir banda (flash flood) ke sungai, juga dimanfaatkan untuk lalu lintas kendaraan kecil dan teriarang bagi sepeda motor. Apalagi kendaraan berat roda empat. Bagi kendaraan kecil yang lewat, penumpangnya dipungut bayaran.

    Dalam kondisi normal, terowongan dipakai untuk arus lalu lintas kendaraan, sedangkan ketika banjir besar melanda, terowongan segera ditutup untuk lalulintas dan baru dibuka kembali setelah 48 jam berikutnya. Terowongan dilengkapi dengan control room (ruang kontrol ) canggih dengan menerapkan sistem terbaru dalam manajemen operasi, pengawasan dan pemeliharaan dari SMART System.

    Untuk system ventilasi, dibuang lubang ventilasi setiap intervil 1 km dan air fresh injector untuk memasukkan udara segar kedalam terowongan dari fan yang dipasang diluar terowongan. Dalam terowongan terdapat alat pemadam kebakaran, telekomunikasi dan peralatan pemantau setiap jarak 1 km. Masa konstruksi terowongan, berlangsung 4 tahun, dimulai tahun 2003 dan selesai pada tahun 2007 dengan menggunakan metode pengeboran tanah menggunakan alatTBM (Tunnel Boring Machine)

    Setelah terowongan tersebut berfungsi, terbukti dapat membebaskan puluhan kota di Kuala Lumpur dari banjir besar yang melanda Kuala Lumpur. Sehingga, Kota Kuala Lumpur berani mengklaim sebagai satu-satunya kota di dunia yang bebas banjir. Langkah keberhasilan Malaysia kiranya dapat menjadi eontoh bagi Pemerintah Indonesia, khususnya Pemprov DKI Jakarta dalam mengatasi masalah banjir yang tidak pemah selesai hingga saat ini.

    Memang, untuk membangun terowongan semacam itu di Jakarta harus melalui pengkajian (feasibility study ) yang mendalam ditinjau dari berbagai aspek. Mengingat kompleknya permasalahan yang dihadapi Kota Jakarta. Diyakini, jika terowongan semacam itu dibangun, diperlukan dana pembangunan yang sangat besar. Sekitar Rp 3,9 triliun atau sekitar hampir 8 persen dari APBD DKI Jakarta tahun 2010. Oleh klarena itu, perlu dipertimbangkan dari segi kemampuan keuangan pemerintah.

    Namun, bukannya tidak mungkin pembangunan terowongan itu dapat dilaksanakan. Hal ini bisa disiasati dengan menjajaki kemung kinan investasi swasta atau mencari dana pinjaman (loan ) dari luar negeri. Dari Bank Dunia (World Bank) misalnya.

    Apa pun cara atau langkah yang ditempuh oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah, hanya satu yang diharapkan oleh warga Ibukota, yakni Jakarta terbebas dari banjir mengikuti jejak. kota Kuala Lumpur. Dengan selesainya pembangunan Kanal Banjir Timur, saat ini baru dapat mengatasi sekitar 30 persen dari bencana banjir yang melanda Ibukota.

    (sumber –sk, Legislatif Jaya)
    Jika menurutmu hidup ini tidak menarik, maka buatlah hidupmu semenarik mungkin - Shinsaku Takasugi

    Impossible is nothing!

  2. #2
    pelanggan setia Ronggolawe's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Posts
    5,137
    Nyumbang satu aja ah

  3. #3
    juragan kopi noodles maniac's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Location
    Noodle Cafe
    Posts
    15,927
    Itu sekolahan depan rumah lu ya mas bro? yang tembok pagernya jadi tempat nongkrong gw
    Jika menurutmu hidup ini tidak menarik, maka buatlah hidupmu semenarik mungkin - Shinsaku Takasugi

    Impossible is nothing!

  4. #4
    pelanggan setia Ronggolawe's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Posts
    5,137
    yup, waktu loe masih training sebagai Perawat di
    RSJ-KM Primata




  5. #5
    juragan kopi noodles maniac's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Location
    Noodle Cafe
    Posts
    15,927
    Hahahaha... malam tahun baruan 2007 apa 2008 ya gw disitu?
    Jika menurutmu hidup ini tidak menarik, maka buatlah hidupmu semenarik mungkin - Shinsaku Takasugi

    Impossible is nothing!

  6. #6
    Barista AsLan's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    9,288
    Masih ada yg percaya siklus banjir 5 tahunan?

    Istilah ini muncul gara2 banjir 97-02-07
    Padahal banjir kan gak punya siklus.

  7. #7
    Chief Cook ndableg's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    5,910
    Gw ada nih kawan, orang indo, yg dulu warga belanda dan sudah jadi warga indo lagi. Dia dulu kerja di PU nya belanda dan ngurusin masalah banjir dan tanggul di belanda. Kita di sini sama2 pengurus partai demokrat di belanda. Tujuan kita dulu mau tolong2 indonesia dgn bermacam2 usaha spt donatur, investor, dlsbgnya. Tapi yah sampe sekarang kerja kita dicuekin aje. Dia ini jg yg termasuk ingin membantu masalah banjir di indonesia khususnya jakarta. Bahkan dia sempet kasih2 seminar di indo dan ketemu bbrp pejabat2 indo. Cuman yah.. angin lalu..

    Sekarang dia ud coba kirim surat ke jokowi ahok. Tapi gw tetep ga yakin bakal kebaca ya? Gw sempet cari2 nomor ahok di internet, tapi dia mau telpon mereka takutnya bukan ahok malah. Dia tahu persis solusi buat jakarta, hanya menghubungi birokrat indon aja ngeselin.

  8. #8
    Chief Cook ndableg's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    5,910
    Dia bilang banjir kiriman dari bogor masih jauh lebih kecil dibandingkan kiriman dari german ke belanda melalui sungai rhein.

  9. #9
    Chief Cook GiKu's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    10,315
    Quote Originally Posted by ndableg View Post
    Dia bilang banjir kiriman dari bogor masih jauh lebih kecil dibandingkan kiriman dari german ke belanda melalui sungai rhein.
    masalah terbesarnya adalah :
    - penduduk yg tinggal di pinggiran kali
    - budaya buang sampah sembarangan (dari selokan dan berkumpul di kali)

    banjir di jakarta gak melulu berasal dari banjir kiriman

  10. #10
    Chief Cook ndableg's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    5,910
    Mengubah budaya mah ga butuh ingsinyur.

    Tapi yg bikin banjir sampe dada dan melebar kemana2 itu ya banjir kiriman. Air yg seharusnya melaju lurus ke laut, tidak bisa ke laut, karena dihalangi oleh infrastruktur kota yg acak adut. Jadi perlu dibikin saluran yg membantu air kiriman dari hilir ke hulu (apa hulu ke hilir gituh).

    Dan kalo sampe laut, ternyata air laut pasang, nah, balik lagi tuh aer..

  11. #11
    Chief Cook etca's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Location
    aarde
    Posts
    11,135
    Walaahhh sejak jaman Jekardah masih pake andong ternyata ude banjir yak?
    keknya bakalan susyaaahhh dibenerinnya.

    1. Kebiasaan hidup orang Jekardah buang sampah sebarangan.
    2. Terlalu penuh manusia, imbas pemenuhan kebutuhan manusia jadinya merembet ke banjir

  12. #12
    Chief Cook ndableg's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    5,910
    Kan ada tuh julukan dari Ratu dari timur jadi Kuburan dari timur.

  13. #13
    pelanggan tetap ga_genah's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    1,661
    pindahin ibu kota, biar sumber manisnya bisa menyebar....

  14. #14
    pelanggan setia opi77's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Posts
    3,601
    dari dulu juga ad ide mo pindahin ibu kota tapi gak jadi2...

    susah juga sich mo atasin masalah banjir di jkt...orang2nya pada jorok2 masa mo tinggal di bantaran sungai...salah mereka juga sich kalo mereka kebanjiran...trsu juga masih pada suka buang sampah sembarangan (termasuk gue kadang2)hehehehe...

    Jakarta udah kebanyakan mall gak ada daerah serapan air...masa mall jaraknya deket2an...

  15. #15
    Chief Barista cha_n's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    11,544
    setahuku nomor ponsel ahok terbuka tuh buat umum. bisa dihubungi. cuma Gw ga inget nomornya. pernah baca di media
    ...bersama kesusahan ada kemudahan...

    “Aku Rela di Penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.” ― -Mohammad Hatta
    “Aku Rela di Penjara asalkan bersama akses internet, karena dengan internet aku bebas.” ― -cha_n

    My Little Journey to India

  16. #16
    pelanggan setia choodee's Avatar
    Join Date
    Sep 2011
    Posts
    2,988
    Dari dulu suka kepikiran loh, di indo, teruama jakarta sebagai kota termaju di indo, ada terowongan saluran air yg gede kek di pilem2 holiwut gak? Yang kayak tempat sembunyinya bane di tdkr itu

    Malaysia udah berhasil, kenapa ga dicontoh aja? Beda lahan yak.

  17. #17
    pelanggan tetap purba's Avatar
    Join Date
    Mar 2011
    Posts
    1,672
    Tadi Jokowi cek ukuran drainase di jalan Thamrin. Ternyata cuman 60 cm. Ane rasa, tukang becak (yg bukan tukang ingsinyur) pun tahu, itu gak cukup buat nampung aliran air. Ane sering memperhatikan pembuatan jalan2 di kota2 di Indonesia dgn drainase seukuran selokan kampung. Indonesia ini negeri tropis yg curah hujannya tinggi. Sudah seharusnya bikin drainase, utk Jakarta misalnya, dgn ukuran yg besar, bisa dilewatin orang dewasa sambil berdiri.


  18. #18
    gogon's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Location
    earth
    Posts
    4,845
    Quote Originally Posted by choodee View Post
    Dari dulu suka kepikiran loh, di indo, teruama jakarta sebagai kota termaju di indo, ada terowongan saluran air yg gede kek di pilem2 holiwut gak? Yang kayak tempat sembunyinya bane di tdkr itu
    ....
    Sama nih, gw juga udah dari dulu kepikiran ini. Tapi bukan ngeliat pilem holiwut melainkan film Kura-Kura Ninja (persembunyian Shredder)
    .
    Banjir gak usah dihilangin, tapi dikurangin aja$ supaya ciri khas jakarta ngga ilang

  19. #19
    pelanggan setia Yuki's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Location
    Buitenzorg
    Posts
    6,366
    ehm......

    *pikiran mengkhayal berjalan*

    kalo cuacanya yg dikendalikan bisa gak? Jadi itu ion di awan dijadiin positif atau negatif semua, pasti hujannya bakal gak jadi

    *pikiran mengkhayal berhenti*
    CURE SUNSHINE WA KAKKOSUGIRU.

  20. #20
    pelanggan tetap jojox's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Location
    Jekardah
    Posts
    1,169
    Teknologi failed, Jakarta tidak bisa ditolong lagi dengan pendekatan khusus teknologi meskipun duitnya
    ada dan banyak teknokrats yg bisa bantuin untuk mengintegrasikan pembangunan dan konservasi DAS.

    Ini 70% masalah sosial yang kompleks sangat. Kerugian materiilnya aja dari banjir dan kemacetan sudah terlalu banyak dan signifikan dibandingkan APBD. Cuman relokasi Ibu Kota, alternatif cepat menghentikan dampak negatif pembangunan fisik infra dan non-fisik yang notabene tambal sulam. Jokowi nyoba mengintegrasikannya dg metode inovatif. Yah itu efeknya long term kali, kagak bisa sekali masa jabatan 5th. Dia dah bisa nata sedikit lebih rapi drainase, sumur peresapan, ngeruk kanal, restorasi groundwater aquifer, bikin TPA banyak di perbatasan timur, dan stop perijinan pembangunan gedung tinggi, itu aja dah bagus buaaaannget. Realistis wae lah, Jokowi bukan dewa, Roma tidak dibangun dalam sehari, dan Banjir memang warisan kebodohan nenek moyang yang menolak blueprint flood control. Pun Kajian2 ilmiah-nya banjir ini buaaaannyak banget.

    gw lebih cenderung setuju dg pandangan, Musuh jakarta yang terbesar kan pembangunan fisik yang terlalu cepat dan berskala besar. Antropogenik alias karena Faktor kebutuhan MANUSIA dan bukan faktor Alam (high precipitation, sea level rise, ramalan mama lauren, kalender Maya, etc....wkwkwk)

    Tapi selama prioritas utama pembangunan daerah khusus ini BUKAN infrastruktur, yho wis gitulah. Banjir akan selalu berjaya di kantong2 DAS. Persepsi awam pan Mall dan skyscrapers = infrastruktur. Normal lah, semua orang pengin masuk mall yang adem, fancy dan WOW, daripada mengurusi got dan drainase yang WUADUH.
    Any views or opinions presented above are solely those of the author. Thus the author may disclaim accuracy on warranties and liabilities they may cause including loss of intellectual properties, economical benefit, and coordinated mental responses.

Page 1 of 16 12311 ... LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •