Saat ini memang sedang ramai orang memperbincangkan Dahlan Iskan, baik pro kontranya. Seorang usahawan awalnya yang sukses membuat Jawa Pos besar, kemudian mulai menekuni kehidupan politik gara2 ketiban sampur jadi bos PLN dan kemudian jadi MenBUMN.
Ternyata putranya pun tak kalah populer, terutama di kalangan penggila basket. Azrul Ananda, lahir 4 Juli 1977 di Samarinda, kini adalah tokoh penting bagi kemajuan olah raga basket, olah raga yang justru cintai ketika dia sekolah di Sacramento. Lewat kecintaannya pada olah raga itu dan kemajuan generasi muda, dia membangun sebuah liga pelajar justru bukan dari Jakarta. Dia membangun dari Surabaya, tempat dia berdomisili setelah pulang dari Sacramento. Kemudian Liga Basket pelajar SMA yang tadinya hanya berkisar di Surabaya, kemudian berkembang ke Malang, Semarang, Jogja, Mataram, Bali, sebagian Kalimantan, Bandung bahkan sampai Ke Jambi. Dengan grand final tetap di Surabaya, bukan Jakarta, sebagai center hidupnya orang Indonesia.
Liga itu tidak sekedar bertanding dan selesai, para pemain yang dianggap p;otensial dapat kesempatan masuk ke camp pelatihan dengan pemain2 NBA sebagai pelatih juga beberapa pelatih dari Australia juga Amerika. Belum cukup itu saja, pemain2 pilihan dan pelatih-pelatih pilihan pun dapat kesempatan training dan merasakan bertanding dengan Liga pelajar Australia. Bahkan Deteksi Basketball, nama Liga itu, lebih dikenal di Australia dibanding Basket Indonesia. Ironis...tetapi justru membuat basket dikenal sangat luas di Indonesia.
Liga Deteksi pun tidak main-main dalam mengadakan lomba. Sarana-sarana di masing-masing kota dipantau dan dibenahi, seleksinya pun tidak main-main, raport anggota tim harus minimal 6 dan tidak boleh pernah tidak naik kelas. Artinya prestasi lapangan dan kelas pun tetap diselaraskan. Juga tidak boleh curang plus tidak terlibat narkoba, sanksinya adalah dicoret kepesertaan sekolah tersebut di deteksi jika ketahuan.
Berkembang dari deteksi, PERBASI pun mempercayakan Azrul lewat Deteksi Basketball untuk mengambil alih IBL (liga basket nasional) menjadi NBL (National Basketball League). Dan NBL pun kini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Setidaknya basket nasional tidak lagi cuma sekedar penggembira di SEA Games.
Sepak terjangnya bukan hanya di bola basket. Sebagai anak tukang koran, dan berkecimpung di koran sekolah saat dia di Amreik dulu, membuat Azrul pun ikut terjun di koran milik bapaknya itu, tapi prioritasnya adalah anak-anak muda. Maka dia membuat rubrik Deteksi yang awalnya untuk anak SMP-SMA yang berkembang pesat dan mendapat tempat tersendiri di kalangan remaja. Kemudian Azrul juga menciptakan rubrik Nouvelle, rubtik khusus orang muda usia dibawah 30 tahun.
Kini dia menjadi direktur PT Jawa Pos. Memimpin Jawa Pos dengan gaya metodologis dan sistematis, juga dikelola dengan rapi, tertib, tertulis dan akuntable atau dengan prinsip Good Corporate Governance serta lebih terstruktur.
Melihat sepak terjangnya sekarang, sebenarnya ingin sekali berharap bahwa Azrul bisa membawa sepakbola menjadi maju seperti dia membawa basket. Juga berharap, suatu hari nanti, dia bisa memimpin generasi muda Indonesia menjadi lebih baik. Menjadi menteri olah raga, why not? Atau lebih tinggi lagi, menjadi presiden suatu hari nanti?