- Forum
- TERAS
- A.G.E.N.D.A
- [Reportase] Kopdar Regional Bogor - KM Goes to Cibinong ngobrol bareng adik2 Panti Tuna Grahita
-
Chief Cook
Kopdar Regional Bogor - KM Goes to Cibinong ngobrol bareng adik2 Panti Tuna Grahita
Prambule:
Bukannya tidak ada woroworo. Namun sempat dibahas di thread [Tanya] Seputar Bogor (lagi).
Kopiers yang berada di Bogor dan sekitarnya berencana untuk pergi mengunjungi adikadik di Panti Tuna Grahita, Cibinong.
Dari thread itu, baru ketahuan ternyata banyak juga kopiers yang tinggal di sana.
Sayangnya beberapa ada yang sibuk dan berhalangan. Mungkin next time yah.
Formasi gathering kemarin :
etca, waks!!, gandrung, heihachiro, itsreza, bradon heat dan miyagikun.
Boleh dibilang, meski kami ke sana dengan hanya segelintir orang, tanpa konsep acara. Saweran alakadarnya.
Dengan segala yang kesederhanaan itu, atau boleh dibilang sangatsangat sederhana.
Kami diijinkan Sang Pencipta untuk berkumpul bersama adikadik di Panti Tuna Grahita, bercanda bersama mereka.
Bertemu dengan temanteman yang selama ini hanya berinteraksi melalui media
Dimudahkan untuk semuanya, segalanya lancar tanpa halangan berarti.
Bahkan waktunya pas. Perpindahan dari satu lokasi ke lokasi lainnya.
Dan terimakasih untuk tukangtukang jepret , bradonheat, heihachiro, gandrung.
Juga fasilitas mobil pinjaman dari itsreza untuk mobilitas selama kami di sana.
Terimakasih teman, terimakasih adikadik panti Tuna Grahita, terimakasih para pengurus.
Terimakasih Tuhan untuk segala pembelajaran, dan berkatMu yang berlimpah.
Jakarta ke Bogor Via Commuter Line
di stasiun, segala menjelma perjalanan.
ke mana akan pergi? dari mana datang? semua melulu arah juga tujuan.
lalu kota-kota dalam ingatan.. - sireumhideung
Perjalanan menuju kota Bogor dari Jakarta, kami berdua. etca dan gandrung menuju Stasiun Kota dari rumah masingmasing.
Dari sana kami menggunakan jasa Commuter Line AC - Bogor berangkat pukul 08.57 WIB.
tiket kereta api
Interior dalam kereta, bersih dan pinky. Kami sendiri berada di gerbong khusus wanita.
Foto ini diambil pas jalan di dalam gerbong (nunut adem) sebelum keluar gerbong.
para penumpang kereta
weiitss ada iklan mas Iko Uwais di gerbong untuk laki-laki
kereta Comuter Line
Kereta Commuter Line
mirip dengan bis transjakarta dan kereta api pramex Jogja - Solo, di atas pintu gerbong terdapat rute perjalanan,
Bogor!! Akhirnya kami tiba di Bogor
Lalu berjalan keluar dari Stasiun melalui lorong menuju Matahari Dept Store sebelah stasiun untuk menunggu dijemput itsreza.
-
Chief Cook
Itsreza berpikir kami baru berangkat ketika saya sms dia. Padahal sebenarnya sudah berangkat beberapa waktu.
Kereta datang lebih cepat dari dugaan itsreza. Meskipun demikian kami tidak lama menunggu itsreza.
Matahari Dept Store penuh dengan orang. Yah namanya juga mau lebaran, orang berbondongbondong membeli baju lebaran.
Lalu timbul akal jahil etca, "drung, kita nunggu di bagian underwear aja... pasti relatif lebih sepi"
Akhirnya kami ngeringsek menuju areal itu. Benar, lebih lenggang daripada yang lain.
Matahari Dept Store ini relatif kecil daripada yang di Jakarta.
Tak lama kemudian, telp masuk dari itsreza, dia sudah tiba namun mau parkir dulu.
Tadinya sih menurut saya tak perlu parkir segala, tapi menurut itsreza agak susah.
Untungnya sebelah bagian underwear adalah tas dan jam tangan.
Jadi ketemuannya itsreza di sana.
Yak ketemu juga dengan itsreza, terlihat lebih kurusan daripada saat ketemu pertama kali dulu.
Katanya sih menyesuaikan, sekarang sudah jadi mahasiswa lagi dan efek puasa.
Dari sana kami lalu keluar menuju lokasi untuk makan siang.
Berhubung gandrung sedang tidak berpuasa, lumayan ada temen makan siang.
Menuju Bebek pak Slamet ternyata tutup, bener juga tuh kata bradon.
Puasa-puasa banyak yang tutup.
Lalu pilihan jatuh ke Macaroni Panggang di Jl. Salak No 24 - Bogor.
Sekalian makan siang dan beli oleh-oleh buat orang rumah.
Fyi, meski itsreza orang Bogor tapi dia minim pengetahuan tentang kuliner di Bogor.
Macaroni Panggang
Tampak dari luar gedung kuno resto Macaroni Panggang
salah satu etalase
menyesuaikan tema bulan ramadhan dengan roti berbentuk ketupat
lupa namanya
macaroni panggang
tampak dari dalam
lontong opor
ayam panggang.
Taman Kencana, taman yang hanya terlihat agak indah di foto.
Kami menyusuri taman itu untuk jalan pintas menuju ke parkiran mobil.
Petanya ngenes banget yak
-
Chief Cook
Usai dari MP, kami lalu menjemput bradon dan miyagikun di depan halte Telkom.
Dengan berbekal memberikan pesan singkat bahwa mereka akan dijemput dengan mobil plat F sekian sekian.
Maka ketika hampir tiba di lokasi, itsreza sudah melihat bradon dan miyagikun dudukduduk di halte.
Tampak bragon melongok melihat nopol mobil yang lewat.
Don, don... janganjangan tiap mobil warna hijau/biru gelap kamu pelototin NoPolnya
OTW ke Cibinong
STOP PRESS
Mungkin beberapa kalian ada yang heran, mengapa ke Panti Tuna Grahita Ciungwanara?
Ada sedikit kisah yang ingin saya share pada kalian... .
Alkisah di tahun 2008 (bah! pakai alkisah ). Oke, itu artinya 4 tahun yang lalu.
Saya diajak gandrung untuk pergi ke Cibinong, ke Panti Tuna Grahita.
Tanpa banyak tanya saya mengiyakan ajakan tersebut.
Agak banyak yang lepas dari ingatan sebetulnya, kami mencoba merefresh ingatan beberapa hari yag lalu.
Kami menuju ke Pasar Rabu sebelum ke Cibinong. Di sana saya bertemu dengan Cici teman SMA gandrung.
Perempuan yang terlihat tegar. Itu yang terlintas di kepala saya ketika melihatnya.
Dengan mengenakan celana ala army, perempuan itu menenteng sekardus makanan kering untuk di bawa ke panti.
Waktu itu kami merasakan perjalanan yang jauh. Mungkin karena naik bus dari Pasar Rabu.
Lalu nyambung naik angkot warna putih. *nah ini menjadi perdebatan kami kemarin, di bogor tidak ada angkot putih. Nah lo!
Setelah itu nyambung jalan kaki, karena pada waktu itu belum ada angkot yang lewat di sana.
Hanya sebentar kami di Panti Tuna Grahita.
Bertemu dengan ibu pengasuh, lalu menyerahkan sekardus kuekue kering itu.
Kami pun berkeliling hanya sebentar.
Sempat bertemu dengan salah satu penghuni Panti, "Ini kakaknya Bimo kan?"
Cici sempat terhenyak, anak kecil itu masih mengingatnya.
"Iya ini kakaknya Bimo," sahutnya.
Saya melihat di sudut mata Cici. Air matanya mulai membasahi pelupuk matanya.
Cici lalu bercerita, "Setiap ke sini, aku selalu membawa kue-kue kering kesukaan Bimo. Dan temantemanya pasti juga kebagian."
Bimo. Sebuah nama. Dan saya baru ngeh kalau Cici adalah kakaknya Bimo.
Sebetulnya Bimo adalah Kakaknya Cici.
Namun karena Bimo adalah penyandang Tuna Grahita dengan bermental seperti kanakkanak.
Posisinya pun berubah seperti adiknya Cici.
Lalu di manakah Bimo?
Saya tak banyak tanya hari itu.
Ya sangat sebentar kami di sana, sempat masuk di ruang kantor panti.
Lalu ngobrol-ngobrol sejenak dengan pengurus panti itu.
Dari sana, kami berjalan kaki. Menuju sebuah desa di belakang Panti Tuna Grahita.
"Kita mau ke mana?" tanyaku dalam hati.
Tapi saya hanya diam saya. Mulut tetap terkatup dan berjalan mengitari dusun menuju sebuah rumah.
Rumah yang sangatsangat sederhana. Terbuat dari papan kayu.
Saya ingat kami dijamu teh hangat di sana.
Ternyata Cici ingin menemui bapak pengurus Panti yang tinggal di sana. Namun beliau sedang pergi.
Agak lupa dari ingatan pembicaraan apa saja di sana
Lalu ada seorang nenek, yaitu ibu dari bapak pengurus itu mengantarkan kami ke suatu tempat.
Kembali kami menyusuri desa itu, kali ini lebih masuk lagi ke dalam.
Melewati pematang sawah, menyeberangi sungai kecil melalui sebuah papan.
Berjalan menaiki tanah yang curam. "Oh God... ini mau kemana?" tanyaku dalam hati.
Sampailah kami ke suatu pemakaman.
Oh.. speechless.
Kami berdiri di sebuah gundukan tanah yang tampak *maaf* tidak terurus.
Kami lalu membersihkan ilalang di sekitar makam.
"Ini makam Bimo." ujar Cici menahan isak.
Kami mencoba menyeka air matanya sambil menepuk bahunya tanpa kata.
Sempat saya menanyakan dalam hati, "Di manakah orang tua mereka? hingga makam Bimo pun begitu jauh dari rumah."
Usai berdoa di sebelah makam Bimo.
Kami pun menuju kota Bogor.
Apakah kami pulang?
Tidak. Kami tidak langsung pulang saat itu.
Melainkan mampir ke Rumah Sakit Jiwa H. Marzoeki Mahdi Bogor.
Hanya untuk menemani Cici berkeliling di rumah sakit itu.
Tempat di mana Bimo pernah dirawat hingga ajal menjemputnya.
Di sanalah Cici bercerita tentang Bimo kakaknya yang Tuna Grahita.
Ia harus berjuang seorang dia menghidupi Bimo dan dirinya sendiri semenjak orang tuanya tiada.
*speechless... .
Sebelum meninggalkan kota Bogor, diamdiam saya berkata,
"Oneday bila diijinkan Sang Pencipta, saya ingin kembali menyinggahi adikadik di Panti Tuna Grahita itu."
Cici sudah menikah sekarang dan dikaruniai seorang anak. Lega mendengar kabar itu.
Cici sebenarnya ingin ikut, namun karena kami belum pasti apakah ada mobil selama di Bogor
Maka kami pun mengeman bayinya dan menyarankan untuk tidak usah ikut.
Puji Tuhan, kemarin DIA sudah menggenapi keinginan saya beberapa tahun silam.
Dengan ditemani temanteman
-
Chief Cook
-
Chief Cook
-
Chief Cook
-
Chief Cook
-
Chief Cook
-
Chief Cook
-
Chief Cook
-
Chief Cook
-
Chief Cook
-
Chief Cook
-
-
Chief Cook
-
Chief Cook
Seperti biasa, booking dulu lapak premium.
Silahkan komen2 bagi yang mau komen
-
sambil menunggu reportase etca, yuk dibalik dulu halamannya
-
Chief Cook
Hihihi kalian ini, ok sudah nambah 1 postingan.
sempat kebawa mellow barusan
-
etcaaaa...
ga ngomong kalo ke panti...
tau gitu aq bela"in ke JKT...
-
ini keknya ul.malik ga baca tret seputar bogor dari awal
Tags for this Thread
Posting Permissions
- You may not post new threads
- You may not post replies
- You may not post attachments
- You may not edit your posts
-
Forum Rules