terinspirasi dari sini dengan ucapan dari etca
saya jadi teringat, tujuh lalu sebelum Naomi lahir, hampir saja keputusan yang dibuat Tsu juga akan saya dan suami ambil.semoga sehat dede bayinya... Amin.
kalau pun emang ini cobaan dari Tuhan, kuyakin kalian pasti akan bisa melewatinya kok.
dan dede bayinya pasti akan sehat ... .
kalian berdua adalah pasangan yang hebat
tidak banyak pasangan yang memberanikan diri untuk mengangkat bayi, menjadi anaknya sendiri... .
Gusti mberkahi kalian
Saking kepengennya mencurahkan cinta kepada seseorang yang bisa kita panggil anak, dan saya gak kunjung hamil, saya sempat meminta suami supaya kami berdua mengangkat anak saja. Minimal, mengasuh anak yatim deh.
Suami tadinya tidak terlalu setuju. Pertimbangannya banyak.
1. Dia masih belum yakin dengan kepribadian saya yang seperti anak kecil saat itu. Apakah mengangkat anak, bisa menjamin anak itu benar2 saya cintai?
2. Kami masih sama2 asyik kerja dan lagi2 pertanyaannya sama, siapkah saya dan suami membagi waktu demi anak itu?
3. Restu ortu saya dan suami. Dan sejujurnya ini yang paling berat. Terutama buat ibu mertua yang bahkan ketika saya dekat2 sama anak tetangga aja gak suka. Alesannya simpel, tetep gak sempurna kalau blum ngelahirin (that's way saya sempat depresi karena teror beliau)
4. Kami gak yakin sama nafkah material yang bisa kami berikan kepada anak tersebut.
Akhirnya batal deh, dan beberapa bulan kemudian saya malah hamil Naomi.
Menurut gimana sih sesungguhnya masalah adopsi atau mengasuh anak ini sih? Bahkan ada lho yang nekad adopsi demi bisa jadi pancingan