"Saya tidak terima kalau dihukum kecuali dengan hukum Islam," kata Baasyir sebelum menjalani sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis (10/3/2011).
http://www.detiknews.com/read/2011/0...an-hukum-islam
****
Geli saya membaca berita di atas. Abu Bakar Baasyir menolak untuk dihukum, kecuali dengan hukum Islam. Hah?
Oke, tapi, bagaimana jika situasi adalah sebaliknya?
Misalkan ada non-Muslim tinggal di negara Islam tetapi tidak setuju dengan hukum Islam. Suatu ketika, dia didakwa bersalah dan menolak untuk dihukum berdasarkan hukum Islam. Bisakah?
Misalkan saya tinggal di suatu negara Islam, dan menghina nabi Muhammad. Menurut hukum Islam, menghina nabi bisa dihukum mati. Sementara saya menganut paham liberalisme di mana “menghina nabi” dipandang semata sebagai kebebasan berekspresi, dan oleh karena itu saya menolak untuk dihukum mati. Bisakah?
Jawaban Baayir pasti: “Oh, jelas tidak bisa! Anda tetap harus dihukum mati!”
Corak pikir Baasyir ini adalah corak pikir yang superioristis. Merasa agama dan umatnya mulia, tinggi, benar, dan suci, dan oleh karena itu harus diistimewakan di dunia ini. Yang lain itu dipandang “manusia kelas dua”. Bahkan orang Islam yang tidak sepemahaman dengan Baasyir pun, kerap kali dikafir-kafirkan.
Saya ada ilustrasi cerita yang menggambarkan bagaimana pemikiran Baasyir ini:
Si Badu dan si Fulan tinggal dalam satu rumah. Si Badu adalah tipe orang yang merasa superior, dan kerap kali memandang rendah si Fulan. Si Badu selalu merasa benar, dan selalu memandang Fulan adalah salah.
Suatu ketika, si Badu sedang mengepel lantai dan Fulan baru saja pulang. Tanpa sengaja, Fulan menyenggol ember pel si Badu, dan airnya pun tumpah.
Jelas saja si Badu marah: “Dasar bodoh, kalo jalan matanya dipake dong!”
Lain hari, situasinya berubah. Kini si Fulan yang sedang mengepel lantai, dan Badu baru saja pulang. Tanpa sengaja, Badu menyenggol ember pel dan airnya pun tumpah. Apakah si Badu akan menyadari bahwa semestinya “matanya dipake” kalau berjalan? Ya tidak. Si Badu tetap saja menyalahkan si Fulan.
“Dasar bodoh, kalo naro ember pel jangan di tengah jalan!”
****** ****** ********** **** ****** **** *******; ****** **** ******** *** **** ****** *** ********** ********** ******* ***** []
-----------
edited by Asum
Reason : generalisasi masalah
Mohon baca Tatib DLA&K terutama point 4, karena tulisan anda bisa masuk dalam pengertian tsb
Terima kasih