catatan2 singkat aja, karena perjalananku sendiri di sana yang juga singkat jadi isinya lebih ke observasi aja sebagai bukan orang dari jakarta
catatan2 singkat aja, karena perjalananku sendiri di sana yang juga singkat jadi isinya lebih ke observasi aja sebagai bukan orang dari jakarta
setting: jakarta
indra keenam
para pengemudi mobil dan motor sepertinya ada kemampuan telepatis. rasanya rambu2 lalu lintas ada, tapi kayanya tidak efektif atau ga da yang peduli. ato mungkin tidak dipahami. melihat pembawa kendaraan di sana seperti melihat mereka play chicken. biarpun kedua kendaraan kelihatan dalam keadaan akan bertabrakan, mereka tau kapan harus berhenti, kapan harus maju, kapan pengendara yang laen akan berhenti dan mengalah. semua dilakukan tanpa rambu. kupikir mungkin ada aturan tak tertulisnya, tapi hasil resultnya tidak konsisten di setiap similar sikon dan meruntuhkan hipotesaku. brarti feeling2an ini maennya. or i should simply conclude, setiap pengguna jalan di sana ada extrasensory perception (esp), di mana mereka bisa saling mengirimkan pikiran secara telepatik
Last edited by ndugu; 10-06-2013 at 04:16 AM. Reason: nambah setting
masa catatan perjalanan di jakarta segini doang?
mereka yang dijalan udah biasa kayaknya, jadi mengembangkan skill tertentu untuk bertahan hidup, termasuk cuek aja melanggar rambu kalo memang yang lain juga begitu. aku sih terus terang enggan banget yang namanya ke jakarta. namun sebagai ibukota negara semua urusan penting ya harus ke sana, termasuk mau urus dan ambil visa serta ke bandara untuk penerbangan internasional.
Pernah tinggal agak lamaan, dua minggu pertama langsung stres
tapi abis itu ternyata bisa juga beradaptasi.
There is no comfort under the grow zone, and there is no grow under the comfort zone.
Everyone wants happiness, no one wants pain.
But you can't make a rainbow without a little rain.
iya nih, terlantar thread ini. udah lupa mo komentar apa lagipula catatan saya di jkt sebenarnya memang ga banyak, soalnya jarang tinggal di sana untuk jangka waktu panjang. paling lama juga seminggu aja. sama, ga pernah betah dengan jkt juga
mod, tolong diganti donk judul thread ini
jadi "catatan perjalanan - edisi random" aja deh biar kalo inget mo nulis catatan perjalanan yang pendek2 - dan tidak terbatas pada jkt aja - bisa tinggal ditaro di sini aja.
perasaan ada tritmu yg lain catatan perjalanan yak?
*amnesia*
barusan cek... .
tuh kan bener, ama yg edisi dubai mau dimerger?
http://www.kopimaya.com/forum/showth...an-edisi-dubai
catatan ndugu banyak yah
Kayaknya kalo bukan yang lahir dan besar di jakarta butuh waktu yang agak lama buat beradaptasi. tapi semua orang berbeda tentunya.
yang gak tahan sama Jakarta, saya suka mabuk kendaraan kalo macet
motor dan angkutan umum yang menjadi 'raja' jalanan menjadi olahraga jantung sehari2 buat pengemudi mobil
iya nih
banyak catatan nyempil di sana sini
jkt buatku terlalu sumpek dan semerawut. tapi sebenarnya yang bikin saya paling males dengan jakarta itu transportasinya ya. duh macet mulu. plus mungkin karena saya juga kurang ngerti sistem transportasi umum di situ (sangat ter-decentralized), jadinya kalo mo kemana2 susah. dan kalo pergerakan terbatas, ya jelas jadi semakin males tinggal di situ
Kalo kamu "terpaksa" tinggal di Jakarta selama beberapa waktu, for any kind of reason, lama-lama biasa kok sama yang namanya macet dan enggak enak2 lainnya, lalu mulai mengembangkan survival skill - pengalaman pribadi. Karena kita punya pilihan untuk nggak tinggal di sana, atau punya pilihan yang menurut kita lebih baik, jadinya lebih gampang untuk merasa nggak betah imho.
Pengalamanku kalo ke Jakarta selalu aja topiknya dari mall ke mall. Bosen asli. Tapi sempat juga sih jalan ke Kota Tua. Lumayan wisata sejarah dikit. Ntar kalo ke sana lagi semoga temenku mau diajak ke museum layang-layang dan museum wayang.
There is no comfort under the grow zone, and there is no grow under the comfort zone.
Everyone wants happiness, no one wants pain.
But you can't make a rainbow without a little rain.
yang dibold saya setuju banget
i guess di jkt saya ngerasa kurang bebas aja, apalagi kalo di bawah pengawasan dan ancaman ortu, ditambah masalah transportasi, susah kalo mo explore sendiri padahal kurasa jkt sebenarnya banyak daerah yang bisa dijelajah. saya sempat dibawa lewat daerah kota tua, sayang ngga turun dan jalan2 sih. banyak bangunan2 antik di situ (walo kurang terpelihara kalo diliat sekilas).
Kalo ke Kota Tua naik sepedanya bapak2 dong Gu, kayak aku waktu itu
Bapaknya jadi guide, cerita macem2. Diajak singgah ke gedung2 tua yang katamu kurang terpelihara itu
Sayang sekali Jakarta malah rajin mengembangkan wisata mall.
There is no comfort under the grow zone, and there is no grow under the comfort zone.
Everyone wants happiness, no one wants pain.
But you can't make a rainbow without a little rain.
oh, ga usah dimerge
sebenarnya ada yang dubai dan jepang juga, tapi itu kan ceritanya continuous dan lebih panjang, jadi yang itu sih dibiarin berdiri sendiri aja sih ga papa
yang ini kupikir lebih ke cuplikan2 pendek mengenai catatan perjalanan random sana sini (lokasinya random)
jangan pake "petualangan ndugu" donk emangnya petualangan sherina
terlalu common ah judulnya
ya emang mo dibikin common, karena bakal jadi campur2, bukan spesifik mengenai satu tempat aja
ato "edisi campur2" juga ga papa kok
---------- Post Merged at 06:25 PM ----------
oh okay, tanpa edisi juga ga papa
that works.
thanks ca
setting: sala satu bandara di indonesia
sudah cukup sering saya mendengar mengenai pesawat yang delay di bandara2 indo. lalu saya menemukan papan iklan ini saat berjalan menuju gate
Spoiler for foto:
selama-lamanya delay
akhirnya pasti terbang juga
waktu ngebacanya, perasaan antara lucu dan miris agak bercampur aduk
lucu, karena ini jelas adalah permainan kata2 dari pribahasa yang ada
miris, karena apakah ini pemakluman bahwa pesawat delay adalah hal yang sudah biasa?
Last edited by ndugu; 10-06-2013 at 04:16 AM. Reason: fix settingnya
setting: singapore
so, di suatu trip saya singgah di singapur. terakhir kali berkunjung ke spore sebelum trip ini mungkin sudah sepuluh ato lebih tahun yang lalu. jadi sudah sedikit lupa2 inget bagaimana rasanya berada di situ. di trip ini, saya tinggal di apartment sodara di kompleks perumahan hdb (alias housing development board - perumahan yang dibangun oleh pemerintah lokal untuk penduduk). saya tiba dengan pesawat malam, sampe ke aptnya sudah sekitar tengah malam. baru juga melangkah masuk pintu depan, masih blom lepas sepatu, pintu besar ke balkon sudah langsung dibukanya dengan lebar. begitu juga dengan jendela2 di setiap ruangan. untuk nyari angin dan sirkulasi udara kali ya.
dalam hati saya langsung berpikir: cilaka, yang bener aja. alamat minta digigit nyamuk nih dan ini ga ada pintu kawat yang biasa kita pake untuk menghalang nyamuk masuk ruangan loh. bener2 polos, terbuka langsung keluar. tapi saya sebagai tamu, diem aja. ga enak baru bertandang udah langsung komen ini itu
kutunggu 5 menit. masih aman
15 menit. aman
30 menit. masih aman.
ok. mana nyamuknya. yang bener aja. dont tell me di singapur ga ada nyamuk. ini cuman lantai 6, jarak yang bisa dicapai nyamuk. laen cerita kalo seandainya saya di lantai 20-30. tapi ditunggu2, nyamuknya ga kunjung datang. malam itu saya tidur dengan kipas aja dan jendela terbuka, aman sentosa. besok paginya makan di foodcourt yang notabene juga open air, juga sama skali ga kegigit nyamuk.
now, you could say i was super impressed. bagaimana tidak? ini negara tropis, cuaca dan iklim yang sempurna untuk nyamuk - panas, lembab, dengan curahan hujan yang banyak, brarti tidak asing dengan yang namanya genagan air. dan ini kondisi cuacanya konstan begitu terus sepanjang tahun. ibaratnya alam semesta mendukung banget lah untuk yang namanya spesies nyamuk. dan sudah pengetahuan umum betapa gampangnya nyamuk berkembang biak.
yet, they managed to eradicate it. some singaporeans may argue otherwise, mungkin di lokasi2 deket hutan baru ada kali ya. tapi sepanjang tripku di situ, sama skali ga digigit nyamuk. i dont know how they did it. but i'm impressed.
iya, kurasa kebersihan lingkungan juga berperan. saya denger sih mereka dulu di situ memang sering ada spraying untuk nyamuk, yang berpotensi jadi genangan air ditutup, dan katanya tiap kali ditemukan container terbuka, bisa didenda. jadi kurasa effort mereka untuk membasmi nyamuk memang serius dan berskala gede ya. itu buatku yang sangat impressive. perlu koordinasi dan usaha dari semua orang.
saya juga bingung kenapa ya mereka di situ bisa adem. yah bisa panas juga sih, di hari2 lagi panas juga rasanya pengen di ruangan ber-ac aja. tapi selama di situ saya biasa pake kipas aja sih. saya juga merasa balance area hijau (taman dll) di sana juga sangat ada.
setting: new york city
kebetulan di thread sebelah lagi ngomongin tentang bawa koper/ransel dan traveling light, saya jadi inget kejadian ini.
jadi sekian taon yang lalu, saya backpackingan ke new york. hidup nomad selama 3 minggu, hopping from one hostel to another. kadang jalan2 tapi masih blom tau bakal menginap di mana malam itu. dan tidak mungkin saya bawa persediaan pakaian selama 3 minggu. di ransel cuman berisi bbrp baju dan celana. untung masih awal musim semi, udara relatif masih dingin, brarti jarang keringetan, alamat baju celana bisa tahan dipake bbrp hari sebelum dikategorikan sebagai 'baju kotor'. but still, setiap minggu seenggaknya perlu cuci baju sekali. untung di situ ada banyak laundromat - yaitu tempat2 cuci baju umum self-service yang pake koin. sebenarnya bisa drop-off juga biar dicuciin dan dilipat sama petugas di sana, jadi ga perlu nunggu. tapi tentu aja servis begini lebih mahal. itungnya kiloan, ato lebih tepatnya pound (lbs).
suatu malem, sambil menggotong ransel saya mampir ke sebuah laundromat stengah blok dari hostelku. tuker duit ke koin recehan quarters (25 sen) dari mesin penukar koin. baju2 kotorku dimasukin ke mesin cuci. jaket yang lagi kupake saat itu juga sekalian kulempar ke dalam mesin cuci. lalu duduk di kursi plastik yang disediakan dalam laundromat untuk menunggu cucian. kadang saya balik ke hostel, pasang timer, trus kembali ke laundromat saat kira2 cucian udah mo selesai sebelum pindahin ke mesin pengering.
tapi malem itu, saya nongkrong di laundromat aja. baca buku. ato nonton orang2 yang juga mampir ke laundromat untuk cuci baju ato drop off. sangat beragam orangnya. people watching can be an interesting pastime. petugasnya seorang wanita mungkin umur late 30s / early 40s. turunan asia. kurus mungil, kulit sedikit gelap. kalo lagi tidak meladenin orang yang lagi drop off baju, dia ngurus2 cucian ato lipat2 baju yang sudah kering. gerakannya cukup efisien, mungkin sudah lama kerja di sini. dari cara bicara dan aksennya, agak2 mirip orang asia tenggara, ntah filipin ato indo. berhubung phonology bahasa tagalog dan melayu (indo) mirip2, saya biasa suka ketuker2 antara dua ini.
iseng2 saya ngajak dia ngobrol. ternyata sudah bekerja di sana selama 2 tahun. dikorek2 lagi infonya, ternyata beneren orang indo. wah. ga nyangka. orang indonesia pertama yang kutemukan di kota ini. suami dan 2 anaknya juga dari indo, dan sudah tinggal di kota itu selama bbrp tahun. dari dia saya diberi tau daerah yang lumayan gede komunitas indonya. ternyata dia sendiri tinggal di daerah situ.
minggu2 kedepannya, setiap kali saya mo cuci baju, selalu mampir ke laundromat ini. lama2 jadi akrab juga dengan ibu ini, sampe diajak mampir ke apartment kontrakannya yang mungil, dan bertemu dengan sekeluarganya, sekalian check out neighborhood situ yang katanya banyak restoran indonya.
Weh...backpacker sejati ya
Aku sih nggak berani kalo sendirian. Tapi akhir2 ini malah kepikiran mau jalan2 trus nginapnya pake fasilitas couchsurfing. Mungkin kapan2 tak coba. Ke tempatmu boleh ya gu
There is no comfort under the grow zone, and there is no grow under the comfort zone.
Everyone wants happiness, no one wants pain.
But you can't make a rainbow without a little rain.