Page 4 of 5 FirstFirst ... 2345 LastLast
Results 61 to 80 of 82

Thread: silang-siur seputar HADITS

  1. #61
    pelanggan tetap
    Join Date
    Apr 2011
    Posts
    1,352
    Quote Originally Posted by Ronggolawe View Post
    gw sih ummatan wa sahtan saja... menerima ha
    dits, sepanjang hadits itu bermanfaat, kalau ha
    dits tersebut ngga jelas apalagi subyektif, buat
    apa digunakan.

    contoh hadits yang ngga jelas menurut gw, ada
    lah hadits tentang Nabi menyayangi kucing... he
    he he.... ya jelas lah, yang nyampaian penyayang
    kucing


    Alhasil, gw sering dicap anti-hadits oleh pro-hadits
    dan sering dicap penyembah Bukhari oleh Inkarus-
    Sunnah

    dua-duanya kelompok ini punya ilmu ngecap nomor
    wahid
    .
    itu namanya akalnya dipergunakan
    kecerdasan akalnya dioptimalkan

    rajin sholat, rajin dzikir
    kecerdasan qalbunya akan hidup
    kalo kecerdasan qalbunya dah hidup, hadist gak akan kepake
    ditataran yg agak tinggi lagi, quran udah gak kepake
    karena dalam tataran ini manusia sudah bertransformasi jadi abuya, quran yang hidup

    ditataran yg lebih tinggi lagi..... gak usah deh, sampe disitu aja pasti banyak yang korslet
    plis, kalo mau ngecap ane jangan sesat atau gila, gak kreatip
    oh iya, jangan juga ngecap kebathinan atau kejawen, udah ada yg make jugak


  2. #62
    Quote Originally Posted by dadap serep
    Quote Originally Posted by pasingsingan
    Hadist secara umum dapat dimaknai : kabar, berita, riwayat CMIIW
    Klo tak salah ni mbah hadist tuh segala ucapan , perbuatan dan keadaan nabi Muhammad.
    Yg mbah sampaikan itu adalah "pisik" dari hadist , atau pengertian dalam phrasa spt ini "Buku kumpulan hadist nabi" , "Mutiara hadist Shahih Bukhari MusliM'
    Betul
    Bahkan klo definisi hadis itu diperluas
    Quranpun tergolong hadist, hudan = petunjuk/kabar /berita
    masalahnya, agar tdk menimbulkan kerancuan istilah
    maka perlu dipertegas, yng dimaksud hadist pada thread ini adalah
    kabar/berita/riwayat non-quran.
    mbregegeg ugeg-ugeg hemel-hemel sak dulito

  3. #63
    Quote Originally Posted by sedgedjenar View Post
    ditataran yg agak tinggi lagi, quran udah gak kepake
    karena dalam tataran ini manusia sudah bertransformasi jadi abuya, quran yang hidup

    ditataran yg lebih tinggi lagi.....

    Salamun alaikum

    Saya bisa memahami pandangan diatas. Namun sedikit saja pertanyaan parameter 'tinggi' itu apa sehingga Quran sebagai hudan tidak dipakai lagi.

    Terimakasih

  4. #64
    pelanggan tetap
    Join Date
    Apr 2011
    Posts
    1,352
    Quote Originally Posted by watcher View Post
    Salamun alaikum

    Saya bisa memahami pandangan diatas. Namun sedikit saja pertanyaan parameter 'tinggi' itu apa sehingga Quran sebagai hudan tidak dipakai lagi.

    Terimakasih
    Tinggi derajatnya
    Sudah mengenali asal muasal dirinya
    Sudah mengenal, sudah bertemu Allah
    Sudah sempurna

    Quran itu petunjuk
    Apa yang ditunjukkan? Jalan keselamatan agar sempurna
    Agar tau asal muasal dirinya

    Jadi mereka yg sudah sempurna, sudah selamat ya gak perlu quran lagi

    Tapi itu menurut saya lho ya

  5. #65
    pelanggan setia hajime_saitoh's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Location
    https://t.me/pump_upp
    Posts
    2,005
    Quote Originally Posted by Ronggolawe View Post
    gw sih ummatan wa sahtan saja... menerima ha
    dits, sepanjang hadits itu bermanfaat, kalau ha
    dits tersebut ngga jelas apalagi subyektif, buat
    apa digunakan.

    contoh hadits yang ngga jelas menurut gw, ada
    lah hadits tentang Nabi menyayangi kucing... he
    he he.... ya jelas lah, yang nyampaian penyayang
    kucing



    Alhasil, gw sering dicap anti-hadits oleh pro-hadits
    dan sering dicap penyembah Bukhari oleh Inkarus-
    Sunnah

    dua-duanya kelompok ini punya ilmu ngecap nomor
    wahid
    .
    jadi point yang dibold anda mau mengatakan bahwa sahabat Abu Hurairah Radhiyallohu anhu telah berbohong atas nama Rasulullah shallollohu alaihi wa sallam....

  6. #66
    Quote Originally Posted by sedgedjenar View Post
    Tinggi derajatnya
    Sudah mengenali asal muasal dirinya
    Sudah mengenal, sudah bertemu Allah
    Sudah sempurna

    Quran itu petunjuk
    Apa yang ditunjukkan? Jalan keselamatan agar sempurna
    Agar tau asal muasal dirinya

    Jadi mereka yg sudah sempurna, sudah selamat ya gak perlu quran lagi

    Tapi itu menurut saya lho ya
    Oh, jadi kalo dah nyampe, jalannnya dah nggak perlu lagi yak.
    Kecuali emang mungkin mau balik lagi yak?

  7. #67
    pelanggan tetap
    Join Date
    Apr 2011
    Posts
    1,352
    Quote Originally Posted by hajime_saitoh View Post
    jadi point yang dibold anda mau mengatakan bahwa sahabat Abu Hurairah Radhiyallohu anhu telah berbohong atas nama Rasulullah shallollohu alaihi wa sallam....
    yang gue baca diatas Ronggolawe bilangnya gak jelas.
    emangnya sama antara gak jelas sama nuduh bohong ?

    ck ck ck ck


    ---------- Post added at 09:58 AM ---------- Previous post was at 09:57 AM ----------

    Quote Originally Posted by danalingga View Post
    Oh, jadi kalo dah nyampe, jalannnya dah nggak perlu lagi yak.
    Kecuali emang mungkin mau balik lagi yak?
    menurut sepemahaman saya sih begitu om
    Mohon koreksinya atau tambahan

  8. #68
    Barista BundaNa's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Location
    Na...Na...Na
    Posts
    12,679
    Quote Originally Posted by sedgedjenar View Post
    Tinggi derajatnya
    Sudah mengenali asal muasal dirinya
    Sudah mengenal, sudah bertemu Allah
    Sudah sempurna

    Quran itu petunjuk
    Apa yang ditunjukkan? Jalan keselamatan agar sempurna
    Agar tau asal muasal dirinya

    Jadi mereka yg sudah sempurna, sudah selamat ya gak perlu quran lagi

    Tapi itu menurut saya lho ya
    OOT nih.

    Tapi saya gak seberani ini mikirnya, takut salah jalan

  9. #69
    Quote Originally Posted by sedgedjenar View Post
    Tinggi derajatnya
    Sudah mengenali asal muasal dirinya
    Sudah mengenal, sudah bertemu Allah
    Sudah sempurna

    Quran itu petunjuk
    Apa yang ditunjukkan? Jalan keselamatan agar sempurna
    Agar tau asal muasal dirinya

    Jadi mereka yg sudah sempurna, sudah selamat ya gak perlu quran lagi

    Tapi itu menurut saya lho ya
    Terimakasih atas jawabannya.

    Mungkin jika tidak keberatan bisa dijabarakan lebih lanjut parameter sempurna itu seperti apa, siapa contohnya? Bagaimana maksud bertemu Allah? Dan apakah ada para penyampai naba dan utusan Allah yang disebut di dalam Qur'an tidak memerlukan kitab yang diberikan kepadanya? dan apakah dengan status mereka kemudian dikatakan belum sempurna?

    Mohon tanggapan, jika ada di dasarkan hujjah yang nyata. Penafsiran pun boleh tapi setidaknya diberikan rujukan dasar darimana tafsir tersebut berkembang.

    Salam

  10. #70
    pelanggan setia Ronggolawe's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Posts
    5,137
    Hahaha... jadi pertempuran segitiga....
    Quraniyin VS ASWJ VS Kejawen.....


    front ke-empat siap-siap gelar tiker

  11. #71
    Quote Originally Posted by Ronggolawe View Post
    Hahaha... jadi pertempuran segitiga....
    Quraniyin VS ASWJ VS Kejawen.....


    front ke-empat siap-siap gelar tiker
    Salam

    Nggak lah gan, saya cuma bertanya tanpa ada maksud menghakimi, siapa tau ada ayat yang tersilap jadi saya bertanya
    karena kalau menurut siapapun itu sah saja yang saya konsen apakah mungkin ada tafsir yang bisa didukung oleh ayat tersurat mengenai pemahaman diatas tapi saya belum melihatnya...

    peace

    btw i'm just simply muslim

  12. #72
    @ mbah Pasing : betul makanya mungkin lengkapnya hadist nabi ya ?

    @ sedgejenar : wayaoooo aki , yang dimaksud Quran disini opo bung Jenar ? kok rodo rodo nyolowadi lho , sampeyan itu !
    Kalau sudah menyatu berarti , menjadi otomatis segala amalan , krenteging ati , pemikiran dll segala aspek kehidupan adalah sesuai dengan AQ to ? Apa seperti ini pemahamannya Aki ? ojok sampek kliru ing panampa , bukan gitu aki ?
    Lalu "sudah selamat" itu dumunung ono ngendi aki , rasanya AQ itu kanggo manungso urip lho ! dadi kelingan khuznul khotimah !
    ADEM_AYEM_TENTREM

  13. #73
    pelanggan tetap
    Join Date
    Apr 2011
    Posts
    1,352
    Quote Originally Posted by watcher View Post
    Terimakasih atas jawabannya.

    Mungkin jika tidak keberatan bisa dijabarakan lebih lanjut parameter sempurna itu seperti apa, siapa contohnya?
    Sudah sempurna itu sudah mengenal asl muasalnya, sudah bisa kembali ke tempat dia berasal.
    Sudah praktek berasal dari Allah, kembali kepada Allah. Simplenya sudah bertemu Allah. Salah satu contohnya ya Nabi Muhammad.

    Quote Originally Posted by watcher View Post
    Bagaimana maksud bertemu Allah?
    Sudah isra mi'raj sebagaimana dicontohkan Rasul

    Quote Originally Posted by watcher View Post
    Dan apakah ada para penyampai naba dan utusan Allah yang disebut di dalam Qur'an tidak memerlukan kitab yang diberikan kepadanya? dan apakah dengan status mereka kemudian dikatakan belum sempurna?
    yang perlu kitab itu umatnya, bukan nabinya.

    Quote Originally Posted by watcher View Post
    Mohon tanggapan, jika ada di dasarkan hujjah yang nyata. Penafsiran pun boleh tapi setidaknya diberikan rujukan dasar darimana tafsir tersebut berkembang.

    Salam
    dari hasil perjalanan saya

    ---------- Post added at 03:10 PM ---------- Previous post was at 03:04 PM ----------

    Quote Originally Posted by Dadap serep View Post
    @ sedgejenar : wayaoooo aki , yang dimaksud Quran disini opo bung Jenar ? kok rodo rodo nyolowadi lho , sampeyan itu !
    quran yang cetakan, yang dijadiin buku itu mbah. Kitab kering.
    Kalau yang sudah sempurna itu sudah menemukan quran yang lestari dan abadi. Namanya kitab basah.

    Quote Originally Posted by Dadap serep View Post
    Kalau sudah menyatu berarti , menjadi otomatis segala amalan , krenteging ati , pemikiran dll segala aspek kehidupan adalah sesuai dengan AQ to ? Apa seperti ini pemahamannya Aki ? ojok sampek kliru ing panampa , bukan gitu aki ?
    Lalu "sudah selamat" itu dumunung ono ngendi aki , rasanya AQ itu kanggo manungso urip lho ! dadi kelingan khuznul khotimah !
    sudah menyatu gimana maksudnya mbah ? apa saya ada sebut2 menyatu ya ?
    Sudah selamat itu ada dimana ? Maksud pertanyaannya gimana ?
    Quran buat wong urip (saya tambahin : yang masih blurek, masih butuh cahaya)

  14. #74
    Quote Originally Posted by sedgedjenar View Post
    Sudah sempurna itu sudah mengenal asl muasalnya, sudah bisa kembali ke tempat dia berasal.
    Sudah praktek berasal dari Allah, kembali kepada Allah. Simplenya sudah bertemu Allah. Salah satu contohnya ya Nabi Muhammad.
    Silahkan gan ayatnya



    Sudah isra mi'raj sebagaimana dicontohkan Rasul
    Silahkan gan ayatnya



    yang perlu kitab itu umatnya, bukan nabinya.
    Silahkan gan ayatnya



    dari hasil perjalanan saya

    Setiap perjalanan tanpa didasari petunjuk maka akan hampa. Dengan petunjuk kita menemukan arah, tanpa arah kita akan susah memulai perjalanan.

    Salam

  15. #75
    pelanggan tetap
    Join Date
    Apr 2011
    Posts
    1,352
    Quote Originally Posted by watcher View Post

    Setiap perjalanan tanpa didasari petunjuk maka akan hampa. Dengan petunjuk kita menemukan arah, tanpa arah kita akan susah memulai perjalanan.

    Salam
    nanya ayat ke saya kayaknya akan jadi hal yang sia-sia om
    karena seperti yg anda tulis perjalanan saya itu hampa dan tanpa arah

    suwun

  16. #76
    Quote Originally Posted by sedgedjenar View Post
    nanya ayat ke saya kayaknya akan jadi hal yang sia-sia om
    karena seperti yg anda tulis perjalanan saya itu hampa dan tanpa arah

    suwun
    Mudah mudahan tidak disalah artikan ya gan

    Quote Originally Posted by watcher
    Setiap perjalanan tanpa didasari petunjuk maka akan hampa. Dengan petunjuk kita menemukan arah, tanpa arah kita akan susah memulai perjalanan.
    Saya nulis itu secara general, termasuk untuk saya. Tanpa 'cahaya' agaknya sulit bagi 'kita' semua untuk mencapai tujuan dalam perjalanan kembali ke hadapanNya. Soal kemudian agan bisa menemukan arah jalan tanpa cahaya itu yang saya tanya. Saya sedikit memahami 'bahasa' kitab kering dan kitab basah yang agan jadikan sandaran. Namun sebaiknya dipikirkan tidak ada itu kita mengenal sesuatu yang basah jika tidak ada yang kering, begitupun sebaliknya.

    Dan mungkin kalau agan bersedia dipelajari lagi kitab keringnya agar bisa kemudian bisa memberikan kejelasan mengenai yang basah.

    wasalam
    Last edited by watcher; 14-02-2012 at 05:26 PM.

  17. #77
    Salam

    dilihat dari 2 sisi

    dari sisi iman

    yaitu....sudah ada penegasan bahwa tidak akan ada yang mampu merubah Al Qur'an sedangkan Al hadis tidak ada nash tentang penegasan...

    dari sisi Ilmiah

    yaitu
    sisi sejarah adanya komando langsung mengenai ayat-ayat Al Qur'an ditempatkan pada surah-surahnya yang terdapat
    sisi matematika...adanya KeyLock di Al Qur'an akibat perintah-perintah mengenai ayat-ayat yang di surah kan sedangkan Al Hadist tidak ada pengelompokan (surah)

    ada 2 (dua) sisi melihat kebenaran itu

    Salah satunya tidak boleh bertentangan

    sama Halnya dengan Allah dan Nabinya tidak bertentangan
    Sombong Itu Selendang Allah

  18. #78
    pelanggan setia Ronggolawe's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Posts
    5,137
    Hadits dalam Perspektif Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah (W. 751 H)
    Pemikiran Ibnul Qayyim mengenai Hadits
    Sebagai ulama ensiklopedis yang menguasai berbagai macam disiplin ilmu, Ibnul Qayyim berpendapat tidak sembarangan, namun segala sesuatunya berdasarkan hasil ijtihad yang penuh ketelitian. Di lain pihak, sebagai penganut aliran salafi, pembelaan atas pendapat Ibn Taimiyyah sangat kental, dan pengaruhnya bisa dengan mudah ditemui di segala buku yang beliau tulis.
    Ibnul Qayyim dikenal sebagai seorang muslim puritan yang teguh pendiriannya dalam mempertahankan kemurnian aqidah Islam. Guru yang paling berpengaruh dan banyak mewarnai pemikirannya adalah Ibnu Taimiyah, bahkan ia merupakan penyebar ide-ide gurunya tersebut. Misalnya penolakan Ibnu Taimiyah terhadap Mu‟tazilah dan Khawarij tentang penetapan sifat-sifat Tuhan dan bahwasanya nama-nama Tuhan bukanlah dzat Tuhan, yang mana kemudian pandangan ini menjadi pandangan Ibnul Qayyim al-Jauziyah.[8] Meskipun demikian, tidak jarang ia berbeda pandangan dengan gurunya tersebut. Misalnya pandangan Ibnu Qayyim al-Jauziyah bahwa perbuatan baik dan buruk dapat diketahui akal semata, sementara menurut Ibnu Taimiyah hal tersebut hanya diketahui berdasar wahyu.[9] Penafsiran secara aqli sangat banyak digunakan oleh Ibnul Qayyim, dan rasio penggunaan akal yang lebih banyak inilah yang membedakannya dengan Ibn Taimiyah. Walaupun beraliran teologi ala Asy’ariyyah sangat dipegang dengan erat, namun rasio tetap beliau gunakan, hal ini dapat dilihat dalam ra’yu yang senantiasa digunakan dalam tiap ijtihadnya.
    Ibnu Qayyim al-Jauziyah adalah pengikut dan tokoh madzhab Hanbali sebagaimana gurunya Ibnu Taimiyah. Dalam kajian teologi Islam para pengikut madzhab Imam Ahmad bin Hanbal dikenal dengan nama kelompok salaf yang mana kebanyakan pemikiran teologinya cenderung tradisional sebagaimana kelompok Asy‟ariyah. Sebagaimana tokoh Salaf lainnya dalam menafsirkan sifat-sifat anthropomorphisme yang terdapat dalam al-Quran Ibnu Qayyim al-Jauziyah menetapkan sifat-sifat tersebut tanpa mentakwilkan dan menafsirkan dengan selain pengertian zahirnya, hal ini sebagaimana penafsirannya terhadap surat Thaha ayat 5[10] dimana menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah kata الاستواء (bersemayam) harus diartikan sesuai dengan zahirnya tanpa mentakwilkan dan menafsirkannya.[11] Hanya saja bersemayamnya Allah tidak sama dengan bersemayamnya makhluk Allah, demikian pula sifat-sifat arthropomorphisme lainnya. Allah Maha suci dari segala persamaan dengan makhluk-Nya (munazzahun ‘anil makhluqat).
    Sejatinya, aliran hanabilah masuk dalam kategori mutakallimin yang dalam menyikapi hadits lebih memberatkan pada kritik matan hadits secara formal, namun Ibnul Qayyim menyimpang dalam hal ini dengan lebih menitikberatkan pada susbtansi, bukan formal. Maka beliau bisa dimasukkan dalam kalangan fuqaha, yang memahami hadits dengan pendekatan fikih. Epistimologinya adalah koherensi dengan ilmu-ilmu yang lain, dan beliau menggunakan ukuran sosio-historis.
    Dalam mencari pemahaman hadits dalam masaah teologis, beliau cenderung memaknai secara tekstual. Bagi masalah lain, ada penggunaan pendapat salafus shalih dan analisa zhohir hadits, yaitu yang berkenaan dengan sanad dan matan hadits.
    Beliau juga menolak penggunaan takwil yang berlebihan dan tanpa ilmu, dan juga menolak segala praktek keagamaan yang bidah. Semangat purifikasi yang ia dapatkan dari Ibn Taimiyyah sangat kental, kembali pada al-Quran dan hadits.
    Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala, “Dan apa-apa yang dibawa Ar Rasul kepadamu maka ambillah ia, dan apa-apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (al-Hasyr:7).
    Ibnul Qayyim berpendapat bahwa hadis shahih adalah hadis yang memenuhi kriteria, 1) sanadnya bersambung; 2) para perawi hadisnya adalah orang-orang yang adil; 3) para perowinya adalah orang yang dlobith (cermat); 4) terbebas dari kontroversi; dan 5) tidak memiliki cacat. Kriteria ini sama dengan pendapat para ulama ahli hadits lain, seperti Ibn Shalah, Ibn Hajar al-’Asqalani, Jalaluddin as-Suyuthi, an-Nawawi dan ulama lainnya.
    Sedangkan Ibnu Qayyim al-Jauziyyah juga memberikan kriteria kesahihan hadis dengan teori diametrikal (terbalik), yaitu hadits-hadits yang mengandung berbagai macam hal berikut, maka perlu dicurigai kesahihannya, bisa jadi itu adalah hadits dla’if (seperti pada kebanyakan hadits tentang shalat), ataupun bisa jadi itu adalah hadits maudlu’, jika dilihat dari matan hadits. Perangkat akal menjadi sangat vital peranannya menurut Ibnul Qayyim. Jika secara matan sudah dicurigai dloif, maka perawi-perawinya juga pasti ada yang bermasalah. Namun tidak begitu jika sanadnya dloif, tidak serta merta matan menjadi dloif juga. Berikut kritertia-kriteria hadits shahih yang bisa diketahui melalui matan hadits:[12]
    a. Materi hadis tidak mengandung perkiraan-perkiraan yang tidak biasa dikemukakan oleh Nabi.
    b. Materi hadis tidak bertentangan dengan penemuan empirik
    c. Materi hadis tidak berupa pernyataan yang kotor dan keji
    d. Materi hadis tidak bertentangan dengan materi sunnah yang jelas diyakini datang dari Nabi.
    e. Materi hadis tidak berisi informasi yang menyatakan bahwa Rasul Muhammad saw. telah berbuat sesuatu dihadapan para sahabatnya, tetapi para sahabat sepakat untuk tidak meriwayatkannya.
    f. Materi hadis tidak batal dengan sendirinya disebabkan tidak pantas disandarkan kepada Nabi.
    g. Materi hadis harus layak disebut sebagai perkataan para Nabi, lebih-lebih layak disandarkan kepada Nabi Muhammad saw. yang hakekatnya merupakan wahyu.
    h. Materi hadis tidak mengisahkan cerita-cerita yang aneh-aneh dan tidak masuk akal.
    i. Materi hadis tidak menyerupai pernyataan-pernyataan paramedis, dokter dan dukun.
    j. Materi hadis tidak dengan sendirinya dibantah dan dibatalkan oleh argumentasi dan dalil-dalil yang sahih dan kuat .
    k. Materi hadis tidak bertentangan dengan al-Qur’an.
    l. Materi hadis tidak dibatalkan oleh adanya indikator-indikator yang cukup jelas
    m. Materi hadits tidak berisikan pernyataan-pernyataan yang mengada-ada tentang keutamaan makanan dan tempat tertentu.
    Hal ini tentu sebuah terobosan pada zamannya, di mana kebanyakan ulama hadits berhenti pada analisa sanad an sich dan mengabaikan “kebenaran” matan. Sebenarnya matan hadits yang dla’if atau maudlu’ dalam perspektif Ibnul Qayyim sangat mudah diketahui. Dengan 13 kriteria di atas maka tiap pembaca hadits akan “curiga” pada hadits-hadits yang berisikan hal-hal yang tidak masuk akal, dengan pengetahuan yang sederhana saja, terlebih dengan pengetahuan yang mendalam atas sirah Nabi dan pengetahuan Nabi.

  19. #79
    Tadi ada yang ngajak-ajak join halaman facebook, saya coba cek halamannya:
    https://www.facebook.com/groups/nazwarsyamsu/

    Ketika digeser agak ke bawah pada posting tertanggal Febr-08 disertakan sebuah link video youtube tentang rekaman pengulasan ayat terkait hadits (http://www.youtube.com/watch?v=6QT9c...&feature=share)

  20. #80
    Quote Originally Posted by sedgedjenar
    Quote Originally Posted by Dadap serep
    @ sedgejenar : wayaoooo aki , yang dimaksud Quran disini opo bung Jenar ? kok rodo rodo nyolowadi lho , sampeyan itu !
    quran yang cetakan, yang dijadiin buku itu mbah. Kitab kering.
    Kalau yang sudah sempurna itu sudah menemukan quran yang lestari dan abadi. Namanya kitab basah.
    Wahhh kering dan basah sih tetep juga AQ to aki , Pemahman yg ada pada manusianyalah yg mungkin berbeda ,..... "phisiknya" sih sama.
    Lha perkara adanya perbedaan itu , jelas karena manusia nya .
    Kalau masih disebut manusia aki , menurut saya ya tidak akan nyampai tahap "sempurna". Karena jelas manusia itu --lagi lagi menurut saya-- masih kedunungan sifat "manusia" yg ciptaan .
    Tapi bisa saja sih "sempurna" , namun perlu kiranya dijelaskan spt apanya yg disebut sempurna itu.

    Kalau anak sd dapat nilai 100 , itu sudah bisa dibilang dpt nilai sempurna , anak SMU dapat nilai dalam pelajaran matematika 100 itu juga dapt nilai sempurna , demikian juga seorang mahasiswa dapat nilai A+ itu juga nilai sempurna , atau seorang sarjana strata 3 , lulus dlm mempertahankan desertasinya dg predikat summa cumlaude itu bisa juga dimasukkan ke katogori prestasi yg sempurna !
    Tapi "sempurnanya" prestasi anak sd dengan seorang promovendus yg lulus dengan predikat summa cumlaude itu rasanya tidak sama atau setara ya ?

    Apa lagi ini mengenai konten atau ilmu yg ada dalam AQ ya , ntah istilahnya yg kering kerontang atau basah kuyup . Rasanya sangat sulit atau mungkin ndak ada yg bisa "memberikan predikat tingkat penguasaannya " ya !

    Kalau menguasai sampai maksimal sesuai dg kemampuannya , itu rasanya bisa difahami . Seperti "sempurnanya" anak sd , smu , mhsiswa atau sarjana S3 tadi.

    Quote Originally Posted by sedgedjenar
    Quote Originally Posted by dadapserep
    Kalau sudah menyatu berarti , menjadi otomatis segala amalan , krenteging ati , pemikiran dll segala aspek kehidupan adalah sesuai dengan AQ to ? Apa seperti ini pemahamannya Aki ? ojok sampek kliru ing panampa , bukan gitu aki ?
    Lalu "sudah selamat" itu dumunung ono ngendi aki , rasanya AQ itu kanggo manungso urip lho ! dadi kelingan khuznul khotimah !
    sudah menyatu gimana maksudnya mbah ? apa saya ada sebut2 menyatu ya ?
    iyo iyooo,....... "menyatu" itu maksudnya segala amalannya itu sama berimpit dengan apa yg di firmankan Allah dalam AQ , atau spt salah satu pernyataan sang istri ketika ditanyakan oleh sahabat , spt apa kahlak sang nabi ,dan dijawab :"Akhlak nabi adalah Al Qur'an" , ini yg saya maksud Sedge . Itu untuk memberi gambaran tentang terminologi "sempurna" yg anda pakai dalam postingan ini ;
    "Quran itu petunjuk
    Apa yang ditunjukkan? Jalan keselamatan agar sempurna
    Agar tau asal muasal dirinya.
    Jadi mereka yg sudah sempurna, sudah selamat ya gak perlu quran lagi
    Maksud saya spt itu aki.
    Tapi bila tidak pener , monggo dipun wedar apa yg dimaksud , apa yg terkandung dalam phrasa sempurna disini ini aki.

    Quote Originally Posted by sedgedjenar
    Sudah selamat itu ada dimana ? Maksud pertanyaannya gimana ?
    Maksud saya "sudah selamat" itu selamat dimana selamat didunia atau selamat diakherat , atau selamat dua duanya , seperti yg selalu kita pohonkan kepadaNya.
    Saya nangkep "sudah selamat" itu mestinya ya selamat dua duanya dunia dan akherat. Kalau selamat didunia saja , blum tentukan selamat diakherat kan , makanya sya nyinggung "khuzbul khothimah".
    Nah saat ini --kecuali mereka para syuhada-- belum dpt kepastian "selamatnya" kan [diakherat) ? mereka masih menantikan hari pengadilan agung , saat itulah sesungguhnya penentuan selamat atau tidaknya sang manusia.
    Maka saya tanyakan "dimananya" karena belum ada penentuan yg sesungguhnya oleh hakim mahapenentu itu.
    Itu apa yg terlintas dalam pemikiran berdasarkan pemahaman saya lho !

    Quote Originally Posted by sedgedjenar
    Qur'an buat wong urip (saya tambahin : yang masih blurek, masih butuh cahaya)
    Yg saya maksud , klo orang yg sudah masuk ke "masa peantian" , sudah meninggal maka penguasaan QA sudah tidak bermanfaat lagi , QA itu petunjuk pegangan paugeran untuk menjalani kehidupan didunia ini agar selamat dunia akherat , itu yg saya maksud aki. Who knows bahwa kita ini sudah dalam siraman cahaya yg cukup shg kita bisa melihat bisa membedakan jalan yg diredhoi jalan bagi yg mendapatkan kenikmatan dan bukan jalan bagi yg sesat dan dimurkaiNya ?. Apakah kita brani meng klaim bahwa kita memang sudah berjalan on the right track , shg merasa atau bisa dikategorikan tidak memerlukan petunjuk/cahaya lagi ?

    Ini bung Sedge yg terlintas dalam pemikran saya , moga aki bisa memberikan pencerahan yg diperlukan .
    ADEM_AYEM_TENTREM

Page 4 of 5 FirstFirst ... 2345 LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •