Amin...
Amin...
Weh Semarang kok dadi Semawis?
Semawis iku panggonan 'Pecinan'e semarang kan?
oke Kata Lemari berubah menjadi Lemantun meski dianggap salah kaprah,
namun penggunannya kok jadi sering digunakan ya?
biyen ki.. kadang terkenalnya sebagai bahasa 'ndeso', dengan istilahistilah bahasa yang agak kasar dialusin menjadi seperti itu.
nedhi ini yang artinya makan ya? jadi sebnarnya bakunya nedha? kalau untuk percakapan musti pakai yang mana?
^ harusnya tetep nedha, yang nedhi itu salah penggunaan, benakke nek salah (cmiiw) yo
Saya sendiri dalam penggunaan sehari2 ga pernah pake kata nedha atau nedhi.
'mangan' apalagi
palingan : maem dan dhahar.
kalau ditanya bapak:
Bapak : numpak opo sampeyan?
Saya : kulo numpak sepur pak
nah ini udah bener belum?
...bersama kesusahan ada kemudahan...
“Aku Rela di Penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.” ― -Mohammad Hatta
“Aku Rela di Penjara asalkan bersama akses internet, karena dengan internet aku bebas.” ― -cha_n
My Little Journey to India
Yang pertama Bapak TIDAK MUNGKIN akan menyebut dirimu dengan kata "sampeyan"; karena "sampeyan" adalah bahasa krama madya sementara lazimnya Bapak kepada anak akan menggunakan bahasa ngoko. Jadi Bapak akan bertanya sbb : "Numpak apa kowe?"
Yang kedua, seperti yang sudah saya tulis panjang lebar di atas bahwa penulisan yang benar adalah "apa" dan "kula" bukan "opo" dan "kulo" karena kedua kata tersebut memiliki huruf "o" nglegena.
Yang ketiga, jawaban "kula numpak sepur" sudah benar.
Saya kasih nilai 7.5
Kata "nitih" termasuk bahasa krama inggil; adalah tidak sopan untuk menggunakan kata krama inggil untuk diri sendiri. Jadi "kula numpak sepur" sudah benar; contoh yang lebih jelas:
Bapak tindak kantor nitih montor BMW; kula mangkat sekolah numpak pit onthel (Bapak pergi ke kantor naik mobil BMW; saya berangkat ke sekolah naik sepeda kayuh)
=================
Lae... lae... mbegegeg ugeg ugeg sadulita hemel hemel...
masalahnya bapak mertuanya cha_n orang Malang,
bukannya arek Jawa Timuran sering menggunakan kata "sampeyan" yah *cmiiw*
@Ismaya
Makasih ya koreksinya, saya masih kurang bisa bedakan o-nya yang mana aja
beriring berjalannya waktu, mudah2an bisa lebih mahir menuliskannya juga
hm, jadi udah bener ya numpak sepur
oiya tadi saya nanya suami, kalau mau tanya ke bapak "bapak sudah makan belum?" itu pembahasaannya apa?
"pak, sampun dahar dhereng?"
"itu gpp? ga pake kata nedhi?"
"hah nedhi? itu krama inggil, ya gpp sih dipake aja, tapi paling bapak bengong, kok tiba2 jadi pake bahasa itu, trus ntar bapak tanya apa lagi yang lebih susah lho"
menenangkan banget
catatan: bapak mertua orang Blitar
...bersama kesusahan ada kemudahan...
“Aku Rela di Penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.” ― -Mohammad Hatta
“Aku Rela di Penjara asalkan bersama akses internet, karena dengan internet aku bebas.” ― -cha_n
My Little Journey to India
Ngoko Jawa Timuran biasanya menggunakan kata "awakmu" ; "ko'en" atau "kon" misalnya : "Numpak apa kon?". Kata "sampeyan" digunakan untuk orang lain yg lebih tua atau stranger. Tapi semisal ternyata cha_n lebih tua dari mertuanya (mungkin saja toh?) maka ya benar menggunakan "sampeyan"
Nedhi itu krama desa; kalau untuk pakem Bahasa Jawa krama inggil dari mangan adalah dhahar (mangan - nedha - dhahar) varian lain untuk ngoko dari mangan adalah madhang. Bahasa awut-awutan untuk mangan adalah : nyekek; nggaglak; nguntal tapi it's extremely offensive hehehe... jangan digunakan kecuali dalam konteks bercanda dengan teman yang sangat akrab. Nguntal sendiri arti harfiahnya adalah menelan bulat - bulat tanpa dikunyah. Bahasa prokem Semarangan untuk mangan adalah "kahath" (dibaca : kahat); bahasa prokem Yogya silakan tanya Om Etca...
Cecak nguntal elo (sumangga kula aturi nyuwun priksa kaliyan mbah Gugel paribasan punika tegesipun punapa...)
Last edited by Sanghyang Ismaya; 21-12-2011 at 12:15 PM.
=================
Lae... lae... mbegegeg ugeg ugeg sadulita hemel hemel...
ooh gitu, jadi dhahar itu malah udah paling halusnya ya? *mas david akan ku suruh belajar bahasa jawa lagi yang bener
oh iya ya, bener juga, bapak nanyanya bukan pakai kata "sampeyan", tapi pake kata "awakmu"
Tanya lagi, jadi kalau dalam konteks percakapan sehari-hari gitu, bapak ke anak akan pakai ngoko, trus si anak jawabnya pake bahasa yang halus begitukah? jadi beda bahasa ya?
...bersama kesusahan ada kemudahan...
“Aku Rela di Penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.” ― -Mohammad Hatta
“Aku Rela di Penjara asalkan bersama akses internet, karena dengan internet aku bebas.” ― -cha_n
My Little Journey to India
Sebenarnya tidak ada "keharusan" atau "grammar" tertentu dalam berbahasa Jawa. Hal tersebut bergantung pada lokasi / wilayah dimana orang tersebut menetap. Tetapi memang yang biasa dijadikan pakem adalah bahasa Jawa gagrak mataram Solo atau Yogya.
Nah aturan dasar berbahasa Jawa adalah ada 3 tingkatan
1. Ngoko (paling rendah) - Digunakan untuk berkomunikasi dengan teman sebaya atau orang lain yang pangkatnya lebih rendah. Misalnya bapak ke anak; anak ke anak; atau majikan ke pembokat.
2. Krama madya (krama sedang) - digunakan untu berkomunikasi dengan kawan yang lebih tua namun satu tingkat, misalnya anak kelas 1 smp ke anak kelas 3 smp ; adik ke kakak; atau untuk berkomunikasi dengan bawahan namun usia-nya jauh diatas kita.
3. Krama inggil (krama tinggi) - digunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang lebih tua atau pangkatnya lebih tinggi. Misalnya : abdi dalem ke Raja; anak ke bapak; dsb.
Selain bahasa tersebut masih banyak lagi sub-sub bahasa misalnya ngoko alus dsb.
Berbahasa Jawa selain membutuhkan logika juga membutuhkan ketajaman rasa; Anda diminta untuk dengan jeli mengamati situasi dan "merasakan" dalam situasi tersebut bahasa tingkat apa yang harus digunakan.
=================
Lae... lae... mbegegeg ugeg ugeg sadulita hemel hemel...
update. akhirnya aku pake bahasa indonesia aja.
jadi ditanya bapak bahasa jawa..saya jawab bhs indonesia. lebih aman.
pernah satu kali dia tanya "sampeyan sampun dahar" nah lhoooo pake sampeyan
ada 2 kemungkinan aku kelihatan tua banget spt kata ismaya atau krn aku dianggap ga ngerti kl pake bahasa jawa yang laen xixixi. padahal ngomong ke suamiku pake awakmu gitu
permasalahannya kalo bapak ngomongnya ke aku alus aku musti lebih alus lagi. lhaaaa dijawab apa dong?
ya udin bahasa indonesia xixixi ra waniii
yang lucu di sini ada pembantu bapak bener2 ga bisa bhs indo. jadi percakapannya aku bhs indo dia jawa. tapi kok ya ngerti aja hehehe
Ya berarti beliau menghormati Anda sebagai "putra mantu"; kalau sudah pake bahasa krama ya dijawab dengan menggunakan basa krama... "Sampun, Pak... lha Bapak sampun dhahar punapa dereng? Sumangga sami dhahar sesarengan Pak? kaleresan wau kula tumbas sate wonten ing celak protelon mriku"
=================
Lae... lae... mbegegeg ugeg ugeg sadulita hemel hemel...
ono maneh sing sekwalitas karo kuwi IsOriginally Posted by Ismaya
lan luwih populer kanggone wong jawa timuran
"mbadog"
mbregegeg ugeg-ugeg hemel-hemel sak dulito
Tanya dong..
Ayahku pernah ngasih teka-teki ini, tapi seingatku 20 kata tapi versi yang baru saja kudapat ada lebih dari 20 kata.
Jadi artinya apa ya?
Kala kula kelas kalih, kula kilak kalo kalih kuli-kuli kula, kalo kula kéli, kali kilén kula, kalo kula kampul-kampul, kula kelap kelip kala-kala keling-keling.
Lomba peluk2an di Citos: 30 November 2013
Lomba dorong2an di Candra Naya (dkt Glodok): 8 Desember 2013
When I was in the 2nd grade, I bought kalo with my servant, my kalo's down to the river, the river west of my home, my kalo's flowing in the river, I use my eyes when the kalo is looking.
its only tongue twister