Page 2 of 2 FirstFirst 12
Results 21 to 37 of 37

Thread: Pilih Sekolah Untuk anak SD

  1. #21
    Chief Barista cha_n's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    11,544
    mungkin aslan udah mengalaminya mbak etca

    thanks ya good info nih *walo hegel masih ketjil*
    ...bersama kesusahan ada kemudahan...

    “Aku Rela di Penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.” ― -Mohammad Hatta
    “Aku Rela di Penjara asalkan bersama akses internet, karena dengan internet aku bebas.” ― -cha_n

    My Little Journey to India

  2. #22
    Barista fullmoonflower's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Location
    antara maya dan nyata
    Posts
    739
    Quote Originally Posted by desah_angin View Post
    hehehee.... belum cukup umur ya? kecepetan masuk TK ki. Soalnya Juni nanti udah lulus TK lhoo
    trus gimana ya... bingung dhewe ki
    anakku tahun lalu seharusnya sudah lulus TK, tapi karena umurnya masih 5 tahun 10 bulan, terpaksa mengulang lagi di TK.. untung dia happy-happy saja...

    baru tahun ini masuk SD...

    minggu lalu test, sudah diterima di SD Muhammadiyah Sagan di Yogya...

    CAPPUCCINO AND TIRAMISU LOVER

  3. #23
    Barista fullmoonflower's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Location
    antara maya dan nyata
    Posts
    739
    Quote Originally Posted by AsLan View Post
    Anaknya laki2 apa perempuan ?

    Kalau laki2 jangan terlalu cepat masuk SD, nanti kasihan selama sekolah selalu lebih kecil dari anak2 lainnya, baik secara fisik maupun secara umur.

    - Kalo berantem kalah
    - Naksir cewek sekelas, ceweknya lebih tua
    - Badan pendek upacara selalu didepan (yg namanya anak2 itu beda setahun saja tinggi badannya beda loh)
    - Pelajaran olah raga kalah dari teman2nya yg lebih tua
    - Bergaul dengan teman2 yg lebih tua, ada bagusnya dan ada jeleknya, misalnya terlalu cepat diajak nonton film porno oleh teman2nya
    - dll
    Quote Originally Posted by etca View Post
    eh gw kok ga kepikiran detil yang dipikirin aslan ya?
    kayaknya berdasarkan pengalaman pribadi AsLan tuh Ca....

    CAPPUCCINO AND TIRAMISU LOVER

  4. #24
    Barista AsLan's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    9,288
    *mengalihkan pembicaraan

    Pendeta gw di gereja cerita bahwa dia pernah sengaja minta sekolah untuk tidak menaikkan anaknya, padahal nilai rata2 anaknya itu 7,5

    Ini karena dia melihat nilai 7,5 yang diperoleh anaknya itu didapat dengan sangat sulit, terutama matematika dan eksakta.
    Anaknya itu masuk sekolahnya terlalu cepat sehingga beban pelajaran yg diperolehnya terlalu berat, meskipun bisa tapi pengorbanannya terlalu berat dan mentalnya tertekan.
    Pendeta saya itu menemui kepala sekolah dan minta agar anak ini jangan naik kelas, kepala sekolah tidak setuju sehingga anak ini dipindahkan kesekolah lain yg setuju untuk tidak menaikkan anak tersebut.

    Setelah tinggal kelas 1 tahun, beban pelajaran jadi terasa lebih ringan dan nilainya melonjak, beban berat di psikologis anak ini juga hilang.
    Selain berprestasi di sekolah, ada banyak waktu luang karena kali ini beban pelajaran sesuai dengan usianya, sekarang anak tsb punya waktu lebih untuk kursus piano, biola, bahasa inggris dan mandarin, semuanya sukses.

    Jadi kalau anak dipaksa masuk sekolah terlalu cepat, ia terpaksa menanggung beban yang tidak perlu, untuk apa ?

    untuk kebanggaan orang tuanya.

    Sekolah memang penting, tapi bukan segalanya. Anak harus tumbuh dengan bahagia dan bertahap sesuai dengan hukum2 alamiah.
    Kalau memang anak itu cerdas, ajak dia menjelajah ke bidang2 yg lebih luas diluar sekolah, seperti musik, bahasa, bela diri atau keahlian2 lain.
    Last edited by AsLan; 06-03-2011 at 02:25 AM.

  5. #25
    Barista BundaNa's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Location
    Na...Na...Na
    Posts
    12,679
    Quote Originally Posted by AsLan View Post
    *mengalihkan pembicaraan

    Pendeta gw di gereja cerita bahwa dia pernah sengaja minta sekolah untuk tidak menaikkan anaknya, padahal nilai rata2 anaknya itu 7,5

    Ini karena dia melihat nilai 7,5 yang diperoleh anaknya itu didapat dengan sangat sulit, terutama matematika dan eksakta.
    Anaknya itu masuk sekolahnya terlalu cepat sehingga beban pelajaran yg diperolehnya terlalu berat, meskipun bisa tapi pengorbanannya terlalu berat dan mentalnya tertekan.
    Pendeta saya itu menemui kepala sekolah dan minta agar anak ini jangan naik kelas, kepala sekolah tidak setuju sehingga anak ini dipindahkan kesekolah lain yg setuju untuk tidak menaikkan anak tersebut.

    Setelah tinggal kelas 1 tahun, beban pelajaran jadi terasa lebih ringan dan nilainya melonjak, beban berat di psikologis anak ini juga hilang.
    Selain berprestasi di sekolah, ada banyak waktu luang karena kali ini beban pelajaran sesuai dengan usianya, sekarang anak tsb punya waktu lebih untuk kursus piano, biola, bahasa inggris dan mandarin, semuanya sukses.

    Jadi kalau anak dipaksa masuk sekolah terlalu cepat, ia terpaksa menanggung beban yang tidak perlu, untuk apa ?

    untuk kebanggaan orang tuanya.

    Sekolah memang penting, tapi bukan segalanya. Anak harus tumbuh dengan bahagia dan bertahap sesuai dengan hukum2 alamiah.
    Kalau memang anak itu cerdas, ajak dia menjelajah ke bidang2 yg lebih luas diluar sekolah, seperti musik, bahasa, bela diri atau keahlian2 lain.
    pusing deh um desang hihihihihi...memang denger dari guru sekolah Naomi, kalau dipaksakan walaupun si anak dianggap mampu secara akademik, nti waktu kelas 4-5 SD beban pelajaran lebih berat itu adalah masa2 kritis anak yang sekolah tidak sesuai usianya, bisa terus melaju bisa tertatih2 atau bahkan mundur jauh sekali...jadi secara umum kita baru bisa meraba-raba...temen saya beda 2 tahun sama saya, jadi dia loncat kelas...TK A langsung masup SD, dan toh sepanjang masa sekolahnya dia selalu masuk Top ten di pararel kelas...jadi sekali lagi, mbah desang yang tau kemampuan dan kebutuhan anak...asal itu memang yakin, kalau gak lebih baik biarkan dia sekolah sesuai dengan usianya

  6. #26
    pelanggan tetap Alip's Avatar
    Join Date
    May 2011
    Posts
    1,635
    Ikutan utasannya Oom Desang aaaahhhh...

    Saya dan istri juga sedang sibuk cari SD, padahal si kakak masih di playgroup dan bulan Juni besok baru mau masuk TK A.

    Gitu deh, udah nikahnya telat, eh, dapat anak pertama sesudah enam tahun pula.

    Prinsip pertama dan utama kami adalah si sekolah harus sanggup menjadi fasilitas bagi perkembangan si anak, bukan cuma mencekoki dengan ilmu dan hapalan...

    Jadi deh tour ke beberapa SD...

    Beberapa SD Negeri favorit dicoret dari daftar... ternyata mereka cuma pencetak kurikulum..
    Beberapa SD Islam yang elit juga ternyata perlu dicoret, soalnya sudah franchise-nya nggak bagus (bisnis pendidikan gitu lho)... mahal pulak...
    Yang tersisa tinggal beberapa SD swasta, sebuah SD Katolik dan satu SD Protestan...

    Masih bingung.

    Dari daftar yang tersisa ini, semua menolak anak di bawah 7 tahun, yang buat kami malah cocok sekali. Dari literaturnya istri, ternyata bahwa anak yang digegas untuk bersekolah biasanya mengidap cacat psikis karena ada periode perkembangan yang terlewatkan.

    Pun dari bukunya Malcolm Gladwell, The Outliers, ternyata anak yang lahir di Bulan Agustus sampai Februari punya prestasi yang lebih baik di sekolah, dan kelak di masyarakat. Kenapa? Karena mereka dipaksa masuk sekolah lebih lambat... jadi yang ulang tahun ke 7 nya jatuh di Bulan Agustus, harus menunggu tahun depan untuk bisa bersekolah (tahun ajaran baru di Bulan Juli), dan saat itu dia sudah delapan tahun kurang. Sudah sangat matang untuk sekolah.

    Oom Desang,
    Kalau sudah ada kabar, tolong kasih tau yaaaaa

  7. #27
    Hallo all.... setelah dicolek etca, baru inget sama trit ini
    Setelah ke sana sini.. akhirnya diputuskan untuk ikutan tes di SD Al Ashar (bukan Al Azhar yang muahil itu lho ya).

    SD AL Ashar ini udah berdiri sejak tahun 1998, jadi pengalamannya udah lumayan. Suasananya mengingatkan sama SD ku sendiri di masa lalu, thn 80an.

    Artinya begini, SD ini dilengkapi dengan AC, Whiteboard, dll, dll, ada sebuah Masjid di belakang sebagai pusat belajar kegiatan agamanya. Tapi kontur bangunannya, sederhana, dengan bangku2 kayu yang tidak seragam, sederhana, ruang kelasnya juga biasa, beberapa bagian rusak, dll, dll. Intinya SD ini bukanlah SD Islam untuk kalangan ekonomi mapan. Tapi justru itu yang menurut saya pas buat Naila. Selain memang saya bukan dari kalangan ekonomi mapan, saya berharap juga Naila memiliki teman yang setara secara "ekonomi" dengan teman-temannya.

    Saya sedikit berkaca pada ponakan2 saya di bandung, yang kebetulan orangtuanya cukup mapan, sekolah di SD yang bagus, sekarang kemana-mana jadinya bergaulnya level branded. Blackberry, tas ini, baju inu, bla ibi, bla ubu, dan semua yg berbau modernisme. Saya nggak ingin anakku terlena seperti itu. Saya ingin dia belajar untuk menghargai uang, menghargai kerja keras, bahwa untuk mendapatkan sesuatu itu harus bekerja keras...

    Beberapa SD Islam lainnya yang saya survey, terasa sekali money oriented-nya. Salah satu indikatornya ya dari uang masuknya saja yang minimal 15 juta, bahkan ada yang saya survey mematok angka di 25 juta.

    Yang mengejutkan, ketika mengantar tes di SD Al Ashar, yang menurut saya cukup terjangkau dan berada di kalangan menengah ke bawah, lha yang ikutan tes di situ kok orang tuanya banyak yang keliatan tajir ya, mobilnya bagus2, ortunya (khususnya ibunya) terlihat rawatan salon, dll

    Ternyata sekolah menengah kebawah pun sudah disasar sama orang2 kaya juga ini... gagal deh misi saya..

  8. #28
    Barista BundaNa's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Location
    Na...Na...Na
    Posts
    12,679
    yah duit 15 jeti 25 jeti, tetep aja berasa berat buat yang kuayaaaaaaaaaaaaaaaa

    Siap2 taun depan saya yang pening kepala, maunya masukin ke SD negeri yang SSN ajah, tapi babenya anak2 maunya masup SDIT

  9. #29
    Chief Barista cha_n's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    11,544
    iyeh, mahal bener tuh SD2 islam... SDIT di sini matok biaya uang pangkal 10jt keatas.
    sd2 swasta, deket marih juga mahal2
    *mata melotot deh*

    saya sebenarnya survei buat playgroup (hegel) dan TK sih (miki) tapi ada yang punya SD, jadi sempet ngintip2 harganya juga.

    saya survey sekolah Tanah Tingal, di ciputat.
    Tempatnya emang oke banget, masuk2 berasa masuk Kebun Raya Bogor. Pohon2 gede, rindang. Ada kolam berenang, ada kolam ikan, danau, kandang ayam, panjat dinding, kebun sayur, kebun anggrek.
    Sekolahnya di dangau/Ruangan terbuka (tiang2 tanpa dinding) benar2 di alam.
    Ada tempat outbondnya. Impian masa anak2 banget pokoknya.
    selanjutnya cek di sini http://www.sekolahtanahtingal.net/
    biaya di sini http://www.sekolahtanahtingal.net/in.../rincian-biaya

    kalo aku sih yang ga masuk di harganya, dan kalo sekedar buat playgroup masih rada kejauhan. Tapi kalo buat SD, masih mikir2 dulu.
    ...bersama kesusahan ada kemudahan...

    “Aku Rela di Penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.” ― -Mohammad Hatta
    “Aku Rela di Penjara asalkan bersama akses internet, karena dengan internet aku bebas.” ― -cha_n

    My Little Journey to India

  10. #30
    Wah, bagus nih. Suamiku WAJIB baca ini kayaknya.

  11. #31
    pelanggan setia eve's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    4,118
    curcol ah...
    Adikku tahun lalu pengen masuk sdit, karena dari tkit, temen2nya juga banyak di sdit...
    Tapi alhamdulillah, adikku akhirnya masuk sd negeri, bebas biaya apapun sejak masuk sd..
    Untuk mengaji, kami menggaji orang untuk mengajari ngaji bersama teman2nya...
    hai hai hai......

  12. #32
    Barista BundaNa's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Location
    Na...Na...Na
    Posts
    12,679
    sebenernya yang patut diperhatikan juga beban belajar SDIT itu lebih besar dibanding SD negeri. Kenapa? karena mereka mengenal ujian/test sekolah sebelum test/ujian nasional. istilahnya dua kali ujiannya. Anak tetangga yang masup SDIT perlu waktu dua minggu untuk test akhir semester sedang yang SD negeri hanya 1 minggu.

    Bukannya metode SDIT salah. Hanya saja kita mesti paham anak2 kita, apakah mampu mengikuti metode yang semacam ituh. Manalagi SDIT rata2 fullday...ingat juga bahwa anak2 punya kebutuhan bermain selain beban belajar, itu sampai anak usia 10 tahun mereka perlu mengembangkan imajinasi dan diri mereka lewat bermain.

    Ada anak2 yang metode belajarnya tematis yang bisa mengikuti model sekolah seperti itu, ada anak yang model belajarnya visualisasi jadi lebih cocok belajar di sekolah alam (yang mahalnya juga kagak kira2), ada anak yang metode belajarnya menghapal yang bisa masuk ke kurikulum standar sekarang.

    Ada baiknya sebagai ortu kita melihat kebutuhan anak, bukan kita sebagai ortu

  13. #33
    Chief Barista cha_n's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    11,544
    betul mak, harus pahami dulu kebutuhan anak.
    Mengerti tipe anak kita, juga tipe pengasuhan kita selama ini, untuk bisa mengkoreksi tepat atau tidak kita menyekolahkan.


    tapi emang bikin mupeng sih tuh sekolah, ada ekskul kano *impian masa kecil banget, gara2 suka baca 5 sekawan
    ...bersama kesusahan ada kemudahan...

    “Aku Rela di Penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.” ― -Mohammad Hatta
    “Aku Rela di Penjara asalkan bersama akses internet, karena dengan internet aku bebas.” ― -cha_n

    My Little Journey to India

  14. #34
    pelanggan setia eve's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    4,118
    waktunya juga akan lebih sedikit bersama keluarga, kalau pulang bawaannya udah capek..
    betul bu, tergantung kebutuhan si anak. tapi untuk anak yang ditinggal full day ama bundanya, mungkin sekolah islam terpadu bisa menjadi salah satu solusi..
    keanya yang islam terpadu ada acara bobo siang (untuk TKIT kali ya?), makan siang bareng, bermainnya juga ada... jadi si anak gak melulu dipaksa berfikir...
    hai hai hai......

  15. #35
    pelanggan setia kandalf's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    6,050
    Kayaknya, SD negeri aja deh anakku nanti.
    Cuma mesti cari tempat buat belajar Bahasa Arab buat dia trus ntar mesti mengajari orang tuanya.

  16. #36
    dokter RSJ - KM ancuur's Avatar
    Join Date
    May 2011
    Location
    RSJ - KM Jabatan:____ Dokter Jiwa
    Posts
    15,694
    Quote Originally Posted by desah_angin
    Ayo ayo yg dah punya pengalaman dibagi
    ceritanya lg nyari SD buat anak gw nih...
    pilihannya
    1. SD swasta (montissori), deket rumah, sekolah umum, relatif lebih murah
    2. Al ikhlas, agak jauh (30 menitan, macet), sekolah berdasarkan agama (islam), sedikit lebih mahal di atas yang swasta.

    feel free to comment ...
    dalam situasi sekarang sebaiknya...
    1. yg dekat dgn rumah.. (spy bisa pulang sendiri..)
    2. sesuaikan dng kemampuan kantong.. (deket rumah Al-Azhar + Masudirini.. mintanya gila2an)
    3. sounding sama tetangga yg punya anak sebaya.. spy klo pergi sekolah bisa berangkat bareng, jadi anak2 bisa terpantau dgn baik..
    4. jgn di kasih uang jajan.. bekelin aja makanan dari rumah pake tapperware (jajanan di sekolah itu bahaya.. konon alat pewarnanya ada yg pake.. obat pewarna pakaian, blm lagi bahaya yg lain2.. )
    5. sesekali ibunya hrs anter or jemput anaknya ke sekolah, spy tau aktifitas anak2 dan ibu2nya di sekeliling sekolah.. (sy liat ibu2 banyak yg berbisnis di sekolah, pd bawa baranglah.. mungkin bisa menambah sampingan.. atau jgn2 nambah utang wkwkwkwk)


    monggooo...

  17. #37
    Barista BundaNa's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Location
    Na...Na...Na
    Posts
    12,679
    memang di SDIT atau TKIT ada waktu istirahatnya untuk fullday school...tapi bisa dibayangkan gak anak2 jadi kuper di lingkungan rumah? Itu yang saya amati anak tetangga yang fullday school ditambah ada les sore harinya...temen main kan gak cuma temen sekolah

Page 2 of 2 FirstFirst 12

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •