Results 1 to 6 of 6

Thread: Epilepsi

  1. #1
    Chief Cook etca's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Location
    aarde
    Posts
    11,135

    Epilepsi

    Epilepsi Bermanifestasi dalam Berbagai Bentuk

    JAKARTA, KOMPAS — Orang dengan epilepsi tidak selalu mengalami kejang. Sementara itu, tidak semua orang yang kejang didiagnosis epilepsi. Sebab, bentuk bangkitan epilepsi tergantung pada bagian otak yang mengalami kerusakan.

    "Bentuk perubahan perilaku pada orang dengan epilepsi akan berbeda-beda," kata Ketua Umum Yayasan Epilepsi Indonesia yang juga dokter spesialis saraf Irawati Hawari pada seminar Yes I Can: Saya Pasti Bisa! Saya Harus Bisa! "Dukung Penyandang Epilepsi agar Dapat Mengenali dan Mengembangkan Potensi Dirinya", Rabu (23/3/2016) di Jakarta.

    Epilepsi adalah penyakit neurologi yang dapat terjadi pada semua makhluk hidup yang memiliki otak, termasuk juga hewan. Epilepsi terjadi akibat kelainan aktivitas listrik di otak. Aktivitas listrik yang berlebihan di sel saraf akan mengganggu kerja otak dan menyebabkan bangkitan.

    "Epilepsi dapat mengenai siapa saja tanpa batasan usia, jender, ras, sosial, dan ekonomi," kata Ira.

    Karena itu, bentuk bangkitan pada orang dengan epilepsi tergantung pada bagian otak mana yang mengalami kerusakan. Misalnya, ketika terkena bagian otak belakang, bentuk bangkitan yang mungkin muncul berupa pandangan berbayang, sedangkan kerusakan bagian otak di sisi luar bentuk bangkitannya seperti mendengar suara-suara aneh yang sebenarnya tidak ada.

    Kerusakan otak yang memicu epilepsi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain luka kepala, stroke, tumor otak, hingga proses kelahiran. Adapun manifestasi dan penanganannya beragam, tergantung pada otak bagian mana yang menjadi sumber gangguan aktivitas listrik.

    Psikolog Aska Primardi menambahkan, upaya menekan risiko bangkitan epilepsi perlu dimulai dari orang dengan epilepsi. Sebab, kesadaran memiliki epilepsi menjadi salah satu cara menghindari serangan. Misalnya, mengarahkan emosi negatif yang memicu bangkitan pada kegiatan sesuai hobi dan bakat, seperti menulis atau memainkan musik.

    "Mengubah emosi negatif menjadi positif," katanya.

    Aska menambahkan, dukungan orangtua dan lingkungan sekitar sangat penting dalam penanganan epilepsi. Misalnya, pengidap memberi tahu teman terdekat tentang penanganan ketika mengalami bangkitan. Orang dengan epilepsi juga perlu diberi kebebasan berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungan untuk meningkatkan rasa percaya diri.

    Berdasarkan data The International League Against Epilepsy (ILAE), terdapat sekitar 60 juta orang dengan epilepsi. Di negara berkembang, prevalensi epilepsi berkisar 3,5-10,7 per 1.000 orang dengan insiden rata-rata 24-53 per 100.000 orang per tahun.

    saus



  2. #2
    Chief Cook etca's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Location
    aarde
    Posts
    11,135
    Penyebab epilepsi

    Epilepsi dapat mulai diderita seseorang pada usia kapan saja, meski umumnya kondisi ini terjadi sejak masa kanak-kanak. Berdasarkan penyebabnya, epilepsi dibagi dua, yaitu idiopatik dan simptomatik.
    Epilepsi idiopatik (disebut juga sebagai epilepsi primer) merupakan jenis epilepsi yang penyebabnya tidak diketahui. Sejumlah ahli menduga bahwa kondisi ini disebabkan oleh faktor genetik (keturunan). Sedangkan epilepsi simptomatik (disebut juga epilepsi sekunder) merupakan jenis epilepsi yang penyebabnya bisa diketahui. Sejumlah faktor, seperti luka berat di kepala, tumor otak, dan stroke diduga bisa menyebabkan epilepsi sekunder.

    Pengobatan serta komplikasi epilepsi
    Hingga kini memang belum ada obat atau metode yang mampu menyembuhkan kondisi ini sepenuhnya. Meski begitu, obat antiepilepsi atau OAE mampu mencegah terjadinya kejang sehingga penderita dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara normal dengan mudah dan aman.
    Selain obat-obatan, penanganan epilepsi juga perlu ditunjang dengan pola hidup yang sehat, seperti olahraga secara teratur, tidak mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan, serta diet khusus.

    Alasan kenapa kejang-kejang pada penderita epilepsi perlu ditangani dengan tepat adalah untuk menghindari terjadinya situasi yang dapat membahayakan nyawa penderitanya. Contohnya adalah terjatuh, tenggelam, atau mengalami kecelakaan saat berkendara akibat kejang.

    Epilepsi juga bisa menyebabkan kematian mendadak dan mengalami status epileptikus pada kasus yang jarang terjadi. Status epileptikus merupakan kondisi ketika penderita epilepsi mengalami kejang selama lebih dari 5 menit atau mengalami serangkaian kejang pendek. Ketika serangkaian kejang pendek terjadi, penderita status epileptikus biasanya akan berada dalam keadaan yang tidak sadar sepenuhnya. Status epileptikus dapat menyebabkan kerusakan pada otak secara permanen, bahkan kematian.

    Gejala Epilepsi
    Kejang berulang merupakan gejala utama epilepsi. Karakteristik kejang akan bervariasi dan bergantung pada bagian otak yang terganggu pertama kali dan seberapa jauh gangguan tersebut terjadi. Berdasarkan gangguan pada otak, jenis kejang epilepsi dibagi menjadi dua, yaitu parsial dan umum.

    Kejang Parsial
    Pada kejang parsial atau focal, otak yang mengalami gangguan hanya sebagian saja. Kejang parsial ini dibagi lagi menjadi dua kategori, yaitu: kejang parsial simpel (tanpa kehilangan kesadaran) dan kejang parsial kompleks.
    Kejang parsial simpel ditandai dengan tidak hilangnya kesadaran penderita saat kejang terjadi. Gejalanya dapat berupa anggota tubuh yang menyentak, atau timbul sensasi kesemutan, pusing, dan kilatan cahaya.

    Bagian tubuh yang mengalami kejang tergantung kepada bagian otak mana yang mengalami gangguan. Contohnya jika epilepsi mengganggu fungsi otak yang mengatur gerakan tangan atau kaki, maka kedua anggota tubuh itu saja yang akan mengalami kejang. Selain itu, kejang parsial juga dapat membuat penderita berubah secara emosi, seperti merasa gembira atau takut secara tiba-tiba.

    Kadang-kadang, kejang focal memengaruhi kesadaran penderita sehingga dia terlihat seperti bingung atau setengah sadar selama beberapa saat. Inilah yang dinamakan dengan kejang parsial kompleks. Ciri-ciri kejang parsial kompleks lainnya adalah pandangan kosong, menelan, mengunyah, atau menggosok-gosokkan tangan.

    Kejang Umum
    Pada kejang umum atau menyeluruh, gejala terjadi pada sekujur tubuh dan disebabkan oleh gangguan yang berdampak kepada seluruh bagian otak. Berikut ini adalah gejala-gejala yang bisa terjadi saat seseorang terserang kejang umum:
    • Mata yang terbuka saat kejang.
    • Kejang tonik. Tubuh yang menjadi kaku selama beberapa detik. Ini bisa diikuti dengan gerakan-gerakan ritmis pada lengan dan kaki atau tidak sama sekali. Otot-otot pada tubuh terutama lengan, kaki, dan punggung berkedut.
    • Kejang atonik. Otot tubuh tiba-tiba menjadi rileks sehingga penderita jatuh tanpa kendali.
    • Kejang klonik. Gerakan menyentak ritmis yang biasanya menyerang otot leher, wajah dan lengan.
    • Penderita epilepsi kadang-kadang mengeluarkan suara-suara atau berteriak saat mengalami kejang-kejang.
    • Mengompol.
    • Kesulitan bernapas untuk beberapa saat sehingga badan terlihat pucat atau bahkan membiru.
    • Dalam sebagian kasus, kejang menyeluruh membuat penderita benar-benar tidak sadarkan diri.
    • Setelah sadar, penderita terlihat bingung selama beberapa menit atau jam.


    Ada jenis epilepsi yang umumnya dialami oleh anak-anak, dikenal dengan nama epilepsi absence atau petit mal. Meski kondisi ini tidak berbahaya, namun konsentrasi dan prestasi akademik anak bisa terganggu. Ciri-ciri epilepsi ini adalah hilangnya kesadaran selama beberapa detik, mengedip-ngedip atau menggerak-gerakkan bibir, serta pandangan kosong. Anak-anak yang mengalami kejang ini tidak akan sadar atau ingat akan apa yang terjadi saat mereka kejang.

    Penyebab Epilepsi

    Penyakit epilepsi dibagi menjadi dua jenis, yaitu idiopatik dan simptomatik.

    Epilepsi idiopatik (disebut juga epilepsi primer) merupakan jenis epilepsi yang tidak diketahui penyebabnya. Meskipun ada dugaan bahwa kondisi ini terkait dengan genetika yang diturunkan di dalam keluarga, penelitian yang ada hingga saat ini belum dapat membuktikannya. Sebagian besar kasus epilepsi yang terjadi di dunia saat ini masuk ke dalam kelompok epilepsi idiopatik.

    Berbeda dengan epilepsi idiopatik, epilepsi simptomatik merupakan jenis epilepsi yang penyebabnya bisa diketahui. Beberapa kondisi yang bisa menyebabkan epilepsi simptomatik di antaranya adalah:
    • Cedera parah di kepala
    • Tumor otak
    • Penyakit serebrovaskuler (misalnya stroke)
    • Penyakit infeksi otak (misalnya meningitis dan ensefalitis)
    • Pertumbuhan beberapa bagian otak yang tidak berjalan dengan baik
    • Kekurangan oksigen ketika dilahirkan (misalnya karena tercekik tali pusar)
    • Kadar gula darah atau natrium yang tidak normal
    • Kecanduan minuman beralkohol
    • Penyalahgunaan obat-obatan.


    Hal-hal yang dapat menjadi pemicu kejang
    Jika Anda merupakan penderita epilepsi, ada baiknya mengenali hal-hal yang dapat memicu kejang agar Anda dapat melakukan pencegahan atau antisipasi. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat memicu terjadinya kejang, di antaranya:
    • Lelah akibat kurang tidur
    • Stres
    • Tidak mengonsumsi obat antiepilepsi secara teratur
    • Mengonsumsi obat yang mengganggu kinerja obat antiepilepsi
    • Mengonsumsi minuman beralkohol yang berlebihan
    • Penggunaan obat-obatan terlarang
    • Saat menstruasi, yaitu ketika otak dipengaruhi oleh perubahan hormon-hormon pada masa tersebut
    • Lampu berkedip atau cahaya yang menyilaukan


    Pengobatan Epilepsi

    Sebagian besar kasus epilepsi tidak bisa disembuhkan. Meskipun begitu penderita dapat mengonsumsi obat-obatan guna mencegah terjadinya kejang. Obat yang paling umum diresepkan dokter adalah obat antiepilepsi (OAE). Banyak penderita epilepsi yang mengalami penurunan frekuensi kejang atau bahkan tidak mengalami kejang sama sekali selama bertahun-tahun setelah menjalani terapi pengobatan dengan OAE.

    Dalam menentukan OAE yang paling cocok dengan pasien, dokter akan menyesuaikannya dengan usia, kondisi, dan frekuensi kejang yang dialami pasien. Selain itu, jika pasien sedang mengalami masalah kesehatan lainnya, dokter akan menyesuaikan OAE agar tidak bersinggungan dengan kinerja obat-obatan lainnya yang sedang dikonsumsi pasien.

    Agar kejang dapat dicegah secara maksimal, pasien disarankan untuk selalu meminum obat sesuai dengan yang diresepkan dokter secara teratur. Selain itu, jika pasien ingin berhenti mengonsumsi atau beralih ke jenis OAE lainnya, sebaiknya tanyakan dahulu kepada dokter.

    Efek Samping setelah mengonsumsi Obat-obatan OAE
    Sama seperti kebanyakan obat, OAE juga berisiko menimbulkan efek samping. Efek samping tersebut bisa tergolong ringan atau bisa juga parah.Beberapa efek samping OAE yang tergolong ringan di antaranya adalah:
    • Kenaikan berat badan
    • Pusing
    • Badan terasa lelah
    • Penurunan kepadatan tulang
    • Daya ingat berkurang
    • Bicara tidak lancar
    • Hilangnya koordinasi gerakan
    • Ruam kulit
    • Sedangkan efek samping OAE yang tergolong lebih berat (hal ini jarang terjadi) adalah:
    • Peradangan pada organ (misalnya organ hati)
    • Ruam kulit parah
    • Menjadi depresi
    • Kecenderungan untuk bunuh diri
    • Segera beri tahu dokter jika Anda mengalami migrain, perubahan suasana hati, depresi, atau bahkan keinginan untuk bunuh diri setelah mengonsumsi OAE.


    saus




    Lagi pingin bahas epilepsi. Ternyata bisa nyerang pada usia kecil, atau malah dewasa.
    Temannya kawan malah baru mulai epilepsi setelah kerja dan sudah berumah tangga.

    Kenalan saya menderita epilepsi sejak usia 12 tahun, saat ini usia sudah 30an.
    Sangat nyata sekali kalau penyakitnya itu sangat berpengaruh pada psikisnya.
    Takut dan tidak nyaman dengan orang banyak, keramaian, tidak percaya diri. Cenderung menutup diri.
    Selama ini saya hanya sekedar tahu cerita ttg epilepsi tapi tidak pernah menyaksikan langsung.
    Kapan lalu berpergian bersama mereka selama lima hari empat malam keluar kota.
    Melihat dengan mata kepala sendiri beberapa kali kena serangan epilepsi tyt cukup menguras energi.
    Oh ya, namun salut juga ... dia telah menuntaskan wajib militer yang diberlakukan di negaranya.
    Mungkin saat itu ingatannya belum berkurang banyak seperti pada saat ini.

    Yuk ceritacerita di sini kalau ada kenalan atau pernah bersinggungan langsung dengan mereka yang menderita epilepsi.

  3. #3
    pelanggan setia Porcelain Doll's Avatar
    Join Date
    Mar 2011
    Posts
    6,347
    saudara ada sih yg punya penyakit ini, tapi sudah meninggal
    ga ingat jelas pemicunya apa dan gimana proses terjadinya, soalnya ngeliat pas masih kecil banget
    cuma kondisinya ya persis seperti yg pernah terlihat di drama tv...kejang2 sampai mulut berbusa
    malah ga tau kalau epilepsi itu ada macam2 dan kondisinya bisa beda2


    btw...penyakit step itu termasuk epilepsi ga sih?
    gejala sih sama kejang2 sampai mulut juga harus ditahan sendok supaya lidah ga kegigit
    biasanya karena kondisi badan kurang fit, apalagi kalau cuaca berubah ekstrim...bisa langsung kambuh
    ga tau nama resmi penyakitnya apa...cuma biasanya yg ngalamin anak2 aja sih
    Last edited by Porcelain Doll; 02-12-2016 at 06:24 PM.
    Popo Nest

  4. #4
    Chief Cook etca's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Location
    aarde
    Posts
    11,135
    Beda po, step / stuip pada anak karena demam tinggi.
    Saya dulu waktu batita sering kok ngalamin.

    Kalau yang kejangkejang ampe berbuih dan jatuh itu yang terkena serangan grand mall
    Tamu saya kemarin untungnya cuma bentaran aja kalau kumat. Ga sampai tiga menit kayaknya.
    Tapi ya gitu tereak-tereak bikin kaget sekeliling.
    Saat terkena serangan harus segera ditekan titik di dekat leher belakang. *Kebetulan temannya belajar ilmu pengobatan titik totok
    Kalau sudah sadar sesaat dia kayak orang linglung pandangan kosong.

    ini nemu artikel :

    Step vs Epilepsi

    Menurut dr Nanang Kusdiyan, SpA MKes, kejang demam atau step (stuip) adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal/anus di atas 38 derajat celsius) tanpa disertai adanya infeksi susunan saraf pusat, gangguan elektrolit (misalnya, akibat diare/muntah yang hebat) atau gangguan metabolik (misalnya akibat kadar glukosa dalam darah turun). Kondisi ini umum terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Akan tetapi kejang yang disertai demam pada bayi yang berusia kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam.

    Sedangkan epilepsi atau ayan adalah suatu kondisi gangguan kronik yang ditandai oleh berulangnya bangkitan epilepsi berupa manifestasi klinis/gejala akibat lepasnya muatan listrik yang berlebihan dan hipersinkron dari sel neuron di otak.

    saus

  5. #5
    pelanggan setia
    Join Date
    May 2011
    Posts
    4,952
    Saya pernah kejang2 pas jatuh dari sepeda. Dikira yang nolong saya epilepsi
    There is no comfort under the grow zone, and there is no grow under the comfort zone.

    Everyone wants happiness, no one wants pain.

    But you can't make a rainbow without a little rain.

  6. #6
    Chief Cook etca's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Location
    aarde
    Posts
    11,135
    ^
    saya baca ini kok pengen ketawa dan miris yak

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •