KELAKUAN PALES TAI HINA

archive.kaskus.co.id/thread/10951681/0/info-beer-festival-di-palestina---quottaybeh-beer-festivalquot

Beer Festival di Palestina - "Taybeh Beer Festival"

Bulan Oktober hampir berakhir. Begitu pula Oktoberfest di Jerman. Sebagai festival terbesar di dunia, perayaan tradisional Jerman tahun ini menyedot peserta 6.2 juta orang. Namun bukan hanya kemeriahan yang membuatnya jadi istimewa.
Desa Taybeh di Jalur Gaza ikut merayakan tradisi minum bir ala Bavaria ini. Taybeh adalah kampung halaman dari pemilik Perusahaan Taybeh Brewing yang terkenal, Nadim Khoury. Pria Palestina ini mencetuskan Oktoberfest di Jalur Gaza selayaknya di Munich. Nadim bahkan sengaja memajukan Oktoberfest ke akhir September demi menghormati bulan Ramadhan.
Nadim menyediakan berbagai macam bir ala Taybeh bagi para tetangganya. Tak seperti biasa ia hanya mengenakan harga US$1.6 pergelas. Namun keramaian menggerakan rasa murah hati. Seringkali ia menggratiskan gelas-gelas bir yang ada.
“Orang-orang yang hadir disini sangat menyenangkan, mengagumkan dan oh! Bir yang enak!,” kata Huey Gardner pada BBC. Pemandu wisata dari Alabama, Amerika ini ikut mengajak rombongan peziarah Yerusalem-nya. Disana mereka berbaur ceria dengan para pejuang Fatah Palestina. Juga bersama para pejuang kelompok Arab yang kerap berseteru dengan militer Israel. Dalam Oktoberfest, semua identitas ditanggalkan.
Festival berlangsung siang hari hingga malam. Berbagai musik rakyat berkumandang diselingi nyanyian dan tarian tradisional. Musik rakyat berpadu lagu rap asal Arab serta penyanyi Hip Hop lokal, Boikutt dan G-Town. Uniknya, festival bir ini dimanfaatkan juga untuk menjual produk lokal. Beberapa kios menawarkan madu hasil rakyat, sabun hingga cendera mata.
Selama ini perusahaan lokal Taybeh mengalami kesulitan pemasaran. Militer Israel menerapkan larangan perjalanan yang ketat di sepanjang Jalur Barat. Satu-satunya jalan keluar dari Taybeh pun dijaga oleh militer Israel.
“Karena pendudukan Israel, kami menyelenggarakan Oktoberfest disini demi membuka jalan Taybeh menuju dunia,”kata Nadim. Ia memilih tradisi Jerman bukan tanpa alasan. Perusahaan penyulingan bir miliknya memang menggunakan resep Jerman yang telah berusia 500 tahun. Lebih dari itu, bagi bangsa Jerman sendiri Oktoberfest kerap diadakan sebagai reaksi atas suatu perubahan dalam sejarah.
Sebenarnya tradisi ini dimulai sebagai perayaan pernikahan Purta Mahkota Jerman, Therese of Saxe-Hildburghausen. Temperatur yang mencapai 30 derajat Celcius di musim panas, membuat para tamu kehausan. Akhirnya pihak kerajaan mengadakan festival minum bir bagi rakyat. Tradisi tersebut berkelanjutan hingga kini. Tapi sejak tahun 1990, bangsa Jerman sengaja menggunakannya untuk merayakan hari Jerman bersatu.Tak ada lagi batasan berpergian antara dua kubu.
Nadim menginginkan perubahan serupa terjadi bagi desanya. Desa yang terletak di pusat Jalur Gaza ini terisolasi pos-pos penjagaan Israel.
“Tentara Israel bahkan mengecek botol bir asal Taybeh satu persatu, mencari peledak di dalamnya. Hingga kini mereka tak menemukan apa-apa,” kata Beth, kakak Nadim. Lewat Oktoberfest, keluarga Khoury ingin menyulap sebuah jalan keluar bagi Taybeh ke dunia luar.

VERSUS

KELAKUAN ROH HINA

merdeka.com/peristiwa/pengungsi-rohingya-dan-bangladesh-tertangkap-basah-isap-ganja.html

Pengungsi Rohingya dan Bangladesh tertangkap basah isap ganja

Merdeka.com - Empat pengungsi asal etnis Rohingya, Myanmar dan Banglades, yang ditampung di kamp pengungsian Bayuen, Kabupaten Aceh Timur, ditangkap petugas Satuan Polisi Pamong Praja, karena kedapatan mengisap ganja.

Kapolres Langsa AKBP Sunarya melalui Kasat Narkoba Ipda Syamsuddin di Langsa, menyatakan, pihaknya telah menerima limpahan perkara dari Satpol PP Aceh Timur terkait tertangkapnya empat orang warga negara asing Rohingnya pengguna narkoba.Dikatakan, kronologis kejadian bermula dari Satpol PP yang bertugas menjaga keamanan di kamp pengungsian Bayeun, Kecamatan Ranto Selamat, Kabupaten Aceh Timur, merasa curiga atas gelagat ke empat orang tersebut."Setelah didatangi dan memeriksanya, akhirnya petugas Satpol PP mendapati empat WNA yang ditampung di kamp itu sedang menggunakan narkoba jenis ganja pada Minggu (9/8) malam," ujar kapolres seperti dikutip dari Antara, Rabu (12/8).

Ke empat WNA itu atas nama Muhammad Araf Bin Monit Ahmat (18), Muhammad Bin Kalu Sheikh (32), Muhammad Syukur Bin Muhammad Syofik (24), ketiganya warga Myanmar dan Muhammad Ayub Bin Ismail Syurib (22) warga Bangladesh.Dari mereka, lanjut Kasat, ditemukan barang bukti berupa satu paket ganja yang terbungkus kertas koran seberat 2 gram dan 1 batang puntungan rokok sudah berisi ganja.Ditambahkan Kasat, para tersangka dijerat pasal 111, 114, 127 KUHPidana dengan ancaman 4 tahun kurungan penjara.Untuk proses penyidikan, sambung Syamsuddin, keempat tersangka didampingi pihak International Organitation for Migration (IOM) dan pegawai Imigrasi Langsa sebagai penerjemah bahasa.