id.gatestoneinstitute.org/7109/satu-orang-kristen-dibantai-tiap-lima-menit

Satu Orang Kristen dibantai Tiap Lima Menit

Penyiksaan Kaum Kristen oleh Muslim: September 2015

oleh Raymond Ibrahim
24 Desember 2015

Terjemahan dari naskah asli: "One Christian Slaughtered Every Five Minutes"
Diterjemahkan oleh Jacobus E. Lato



Sepanjang Bulan September, ketika semakin banyak umat Kristen dibantai dan disiksa demi agama mereka--- bukan saja oleh Negara Islam tetapi juga oleh kaum Muslim "biasa" dari seluruh penjuru dunia--- semakin banyak orang dan organisasi berseru untuk melakukan aksi. Sementara itu, berbagai kalangan yang tepat menanggapi kasus ini justru tidak melakukan apa-apa. Yang paling utama dari antara mereka adalah Presiden AS Barack Obama dan Paus Fransiskus

"Mengapa, kita meminta dunia barat, mengapa kita tidak menentang begitu banyak aksi buas penuh ketidakadilan ini?" tanya Kardinal Angelo Bagnasco, Ketua Konperensi Para Uskup Italia.
Patriark Katolik Melkit Yunani Gregorius III mengatakan: "Saya tidak paham mengapa dunia tidak mengangkat suaranya menentang tindakan-tindakan brutal seperti ini."
Sebuah laporan menuliskan: "Para aktivis hak asasi manusia menyaksikan peristiwa ini. Para pemimpin luar negeri menyaksikannya. Dan lebih dari 80 anggota Kongres AS menyaksikannya. Sama-sama mereka menekan pemimpin dunia bebas [Presiden Obama] untuk mendeklarasikan bahwa pembantaian umat Kristen tengah terjadi di Timur Tengah."
Sebagai tanggapan, pihak Gedung Putih mengaku tengah bersiap-siap untuk mengeluarkan pernyataan yang menuduh Negara Islam melakukan pembantaian massal terhadap berbagai kelompol minoritas. Pernyataan itu juga menyebutkan dan mengakui berbagai kelompok seperti kaum Yazidi sebagai korban. Bagaimanapun, kaum Kristen tampaknya tidak dimasukan sebagai korban. Para pejabat sekitar Obama berargumentasi bahwa kaum Kristen "tampaknya tidak memenuhi standar yang ditetapkan dalam perjanjian tentang aksi pembantaian massal."
Sementara itu, Romo Behnam Benoka, seorang imam dari Irak menulis surat kepada Paus Fransiskus. Dalam suratnya, dia menjelaskan secara rinci berbagai rasa takut yang kaum Kristen Timur Tengah alami. Dia gembira karena Paus meneleponnya dan mengatakan; "saya tidak akan meninggalkanmu." Seperti Benoka ungkapkan, "Ia telepon saya. Ia benar-benar memberi tahu saya, pasti saya bersamamu. Saya tidak akan lupakan kau...Akan saya lakukan hal-hal yang mungkin bisa saya lakukan untuk membantumu."
Bagaimanapun, pada akhir September, ketika Paus Fransiskus berdiri di depan dunia di PBB, energinya, sekali lagi terkuras untuk membela lingkungan hidup. Seluruh pidatonya, yang berlangsung hampir 50 menit, hanya satu kali dia menyebutkan soal penganiayaan umat Kristen. Saat itu pun umat Kristen tidak mendapatkan perhatian khusus. Tetapi dalam arus nafasnya yang sama, penderitaan mereka dirangkum dalam kalimat yang sama dengan agaknya penderitaan "para anggota agama mayoritas," yaitu, kaum Sunni Muslim (satu-satunya kelompok yang tidak diserang oleh Negara Islam, sebuah organisasi Sunni).
Harus saya perbarui seruan yang berkali-kali saya sampaikan berkaitan dengan situasi yang menyedihkan yang melanda seluruh Timur Tengah, Afrika Utara dan negara-negara Afrika lainnya, tempat umat Kristen dipaksa menyaksikan perusakan tempat ibadah mereka, warisan budaya dan agama, rumah dan harta benda mereka. Semua itu mereka alami bersama kelompok-kelompok budaya dan etnis lain bahkan anggota agama mayoritas yang tak ingin terjebak dalam kebencian dan kebodohan. Akibatnya, mereka semua menghadapi alternatif; melarikan diri atau membayar agar bisa diterima selamanya serta untuk mendapatkan damai dengan hidup mereka atau dijadikan budak.
Masih saja, seperti kumpulan kisah lanjutan bulan September perlihatkan "para anggota agama mayoritas --- Kaum Sunni--- tidak dibantai, dipenggal dan diperkosa karena iman mereka; tidak mengalami masjid mereka dibom, dibakar; tidak dipenjara atau dibunuh karena murtad, menghina agama ataupun karena mengajak orang berpindah agama.

---------- Post Merged at 01:29 PM ----------

Kekejaman dan pembantaian
Uganda: Tiga laki-laki Muslim memukul serta memperkosa seorang wanita Kristen berusia 19 tahun. Pelajar muda itu sedang dalam perjalanan pulang dari Sekolah Tinggi Pendidikan Guru St. Mary di Bukedea, ketika diserang oleh laki-laki bertopeng. "Saya mencoba berteriak. Tapi salah seorang dari mereka menutup dan menampar mulut saya ketika mereka dengan paksa menarik saya keluar dari jalanan setapak," urai sang korban. "Saya dengar salah seorang menyuruh temannya yang lain supaya saya harus dibunuh karena orangtua saya meninggalkan Islam. Tetapi yang lain lagi mengatakan, "Tetapi kita tidak yakin apakah gadis ini Kristen." Bukan membunuhnya, mereka memperkosa dan memukulnya hingga luka parah sehingga dia masih mendapatkan perawatan rumah sakit atas luka-lukanya
Amerika Serikat: Freddy Akoa, seorang perawat kesehatan Kristen berusia 49 tahun di Portland, Maine dengan sadis dipukul hingga tewas di rumahnya sendiri oleh tiga oknum umat Muslim. Di samping jenazahnya ditemukan Alkitabnya yang penuh darah. Korban menderita luka; sekujur tubuhnya lebam dan kepalanya mengalami benturan keras mematikan. Secara internal, dia menderita 22 tulang patah. Organ hati pun terluka. Pernyataan tertulis kepolisian mengatakan bahwa Akoa "dipukul dan ditendang di kepala. Kepalanya juga dipukul dengan kayu dalam sebuah serangan yang berlanjut tanpa henti selama berjam-jam." Akoa tampaknya mengadakan pesta sebelumnya atau ketika dia diserang. Tiga penyerangnya adalah pengungsi Muslim asal Somalia. Akhir-akhir ini, di Amerika dan Eropa, sejumlah "pengungsi" menjadi teroris Islam. Beberapa dari mereka mempunyai kaitan langsung dengan ISIS. (Sebuah faksi Al Shabaab, sebuah organisasi jihadi kenamaan Sonalia, baru-baru itu berjanji setia kepada ISIS).
Suriah: Seorang warga Kristen dari Desa Qaryatain, di Propinsi Homas diekseskusi mati oleh Negara Islam karena menolak mematuhi dhimmi, semacam persyaratan [bagi masyarakat kelas dua yang ditoleransi"] yang diterapkan kepada penduduk desa Kristen. ISIS juga membunuh seorang iman Kristen, memotong-motong tubuhnya berkeping-keping lalu mengirimkannya kepada keluarganya dalam sebuah kotak. Sebelumnya, ISIS menyandera seorang imam Katolik serta menuntut uang tebusan $ 120.000 (sekitar Rp 1.650 juta) dari keluarganya. Keluarganya memang akhirnya setelah dua bulan berhasil mengumpulkan dana tebusan. Tetapi setelah membayarnya, ISIS justru mengingkari janji dan bagaimanapun juga tetap membunuh imam Katolik itu dengan kejam.
Pakistan: Keluarga Muslim seorang wanita yang beralih menjadi Kristen dan menikahi seorang Kristen membunuh suaminya serta melukai sang wanita muda. Aleem Masih, 28 tahun menikahi Nadia, 23 tahun setahun silam, setelah dia beriman kepada Kristus. Pasangan baru menikah itu lalu meninggalkan desa mereka karena keluarga wanita berupaya "membalas dendam karena rasa malu yang ditimbulkan oleh saudari mereka kepada mereka dengan meninggalkan Islam serta menikahi seorang laki-laki Kristen," urai seorang pengacara yang terlibat menangani kasus itu. Ayah Nadia, Muhammad Din Meo dan orang-orang suruhannya akhirnya berhasil menculik pasangan itu dan membawa keduanya menuju sebuah kebun terdekat. "Pertama-tama. para oknum pria Muslim menyiksa pasangan itu dengan kejam dengan pukulan dan tendangan bertubi-tubi lalu menembak Aleem Masih tiga kali --- satu peluru mengenai mata kakinya, yang kedua menyasar tulang-tulang rusuknya sementara yang ketiga mengenai wajahnya," urai jaksa penuntut umum. "Nadia ditembak di pantatnya."
"Para keluarga Muslim meninggalkan pasangan naas itu karena yakin sudah membunuh mereka. Setiba di desa, di depan umum mereka mengumumkan bahwa mereka berhasil membalas tindakan yang memalukan mereka serta memulihkan kebanggaan kaum Muslim lalu dengan tangan dingin membunuh pasangan itu." Bagaimanapun, polisi menemukan Nadia masih bernafas ketika mereka tiba di kebun itu, "Dia sudah dipindahkan ke RSU di Lahore. Di sana dia berjuang melawan maut setelah menjalani operasi besar untuk mengeluarkan dua peluru dari pantatnya." Sejumlah besar umat Muslim berkumpul di rumah sakit ketika sang wanita yang terluka parah itu tiba di rumah sakit. "Beberapa orang dari gerombolan massa itu, membawa senjata. Dengan marah mereka meneriakan slogan anti-Kristen... Mereka memuji-muji Azhar yang berupaya memulihkan kebanggaan Umat Muslim dan mengatakan dia masuk surga karena membunuh orang kafir."

Filipina: Para teroris Islam kelompok jihadi Abu Sayyaf diduga terlibat dalam aksi pemboman sebuah bus penumpang yang dipenuhi orang Kristen di Kota Zamboanga, 18 September lalu. Insiden itu menewaskan seorang gadis berusia 14 tahun dan melukai 33 orang lainnya. Sumber-sumber intelijen sudah mengingatkan bahwa Abu Sayyaf bakal menyasar kota dan komunitas yang didominasi warga Kristen. Hanya 20% penduduk Zamboanga adalah Muslim, sedangkan hampir seluruh sisanya adalah Kristen (hampir semuanya Katolik).
Mesir: Ibu seorang imam Koptik dirampok dan dibunuh di Kota Fekria di Minya.

---------- Post Merged at 01:30 PM ----------

Serangan Kaum Muslim terhadap Gereja-gereja Kristen
Amerika Serikat: Pada Minggu, 13 September, Rasheed Abdul Aziz, 40 tahun, ditangkap karena mengancam Gereja Baptis Misioner Korintus di Bullard, Texas. Warga Muslim Amerika itu membawa senapan, mengenakan pakaian perang --- lengkap dengan helm dan celana penyamaran, rompi dan sepatu taktis--- ketika memasuki gereja pada pukul 1 sore. Menurut Pastor John Johnson, Azis mengaku Allah meminta dia "membantai orang kafir" dan bahwa "ada orang akan mati hari ini." Pastor itu menambahkan, "Saya yakin itu niatnya ketika datang ke gereja kami. Ia berniat sungguh-sungguh untuk membunuh seseorang."
Tanzania: Selama satu pekan, enam gereja Kristen dibakar tuntas. Pada 23 September, tiga gereja dibakar: Gereja Internasional Air Hidup, Gereja Pentekosta Jemaat Allah Buyekera dan Gereja Evanggelis Jemaat Allah Tanzania. Tiga hari kemudian, pada 26 September, tiga gereja lain turut dibakar; yaitu Gereja Evanggelis Lutheran, Gereja Katolik Roma Kitundu dan Gereja Pentekosta Jemaat Allah Katoro. Menurut sebuah sumber setempat, "ketika bangun dari tidur pada 27 September orang-orang menemukan tempat suci mereka sudah ludes terbakar... Skenarionya sama; ada orang tidak kenal memasuki gereja, menaruh barang-barang yang mudah terbakar di atas altar, menuangkan minyak di atasnya lalu membakarnya. Mereka lalu lari sebelum ada orang menanggapi insiden itu sehingga tetap tidak diketahui pelakunya. Negara Afrika Timur sebagian besar terdiri dari umat Kristen dan Muslim, walaupun rasionya masih diperdebatkan.
Bethlehem: Sekelompok kaum Muslim membakar Biara St. Charbel. Sobhy Makhoul, pimpinan Patriarkat Maronit di Yerusalem mengatakan, "Itu aksi pembakaran, bukan karena masalah listrik [seperti diklam oleh pihak berwenang lokal]. Itu tindakan vandalisme sektarian yang dilakukan sekelompok kaum Muslim radikal. Kebakaran memang tidak menyebabkan korban jiwa atau terluka--- untungnya gedung tidak dihuni dan sedang direnovasi --- tetapi kerusakannya jelas dan komunitas Kristen lokal tampaknya takut dengan aksi kekerasan lebih jauh. Pemimpin Maronit itu mengatakan bahwa , "serangan itu...anti-Kristen, seperti banyak insiden lain di segala penjuru Timur Tengah. Kelompok-kelompok ekstremis beroperasi di kawasan ini, termasuk sejumlah sel Hamas."
Irak: Sebuah laporan yang mendiskusikan bagaimana seorang Kristen dibantai setiap lima menit di Irak, menambahkan bahwa "Kaum militan Negara Islam di Irak memanfaatkan gereja-gereja Kristen sebagai tempat penyiksaan. Di sana, mereka memaksa umat Kristen beralih menganut agama Islam atau mati."
Suriah: Beberapa hari setelah menduduki Kota Qaryatain, Negara Islam menghancurkan sebuah biara tua Katolik serta membuang sisa-sisa jenazah seorang santo yang sangat dihormati. Kelompok terror Suni itu memberikan ultimatum kepada umat Kristen di Qaryatain untuk membayar jizya (sejenis uang pemerasan), memeluk agama Islam atau meninggalkan negeri itu.

---------- Post Merged at 01:31 PM ----------

Yaman: Sehari setelah sebuah gereja Katolik di Aden dirusak, kelompok penyerang lain yang tidak teridentifikasi "membakar" bangunan Kristen, kata seorang saksi mata. Dari 22 gereja yang beroperasi di Aden sebelum 1967, ketika kota itu masih berada di bawah koloni Inggeris, hanya beberapa yang masih dibuka dan jarang digunakan oleh para pekerja asing dan pengungsi Afrika. Gereja St. Yosef yang kini dibakar adalah salah satu dari beberapa gereja tersebut.

Indonesia: Minggu, 27 September, Gereja GKI Yasmin Bogor merayakan ibadat yang keseratus di tempat terbuka sejak 2008, ketika sekelompok umat Muslim setempat mulai mengeluhkan keberadaan gereja itu. Walau gereja itu sudah terdaftar dan mendapatkan ijin, pihak berwenang dengan sepenuh hati menutupnya. Pada Desember 2010, Mahkamah Agung RI memerintahkan agar gereja itu dibuka kembali. Tetapi Walikota Kotamadya Bogor menolak mematuhinya dan tetap menyegelnya. Semenjak itu, umat gereja merayakan ibadah Minggu di rumah jemaatnya. Kerapkali perayaan pun terpaksa mereka rayakan di jalan, dan biasanya disoraki dan diserang oleh gerombolan-gerombolan oknum kaum Muslim.