Page 2 of 5 FirstFirst 1234 ... LastLast
Results 21 to 40 of 91

Thread: Gender pada anak-anak

  1. #21
    Chief Barista cha_n's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    11,544
    hm, batasan lembut tuh kayak mana ya?
    atau gahar itu kayak apa?
    tiap orang punya pilihan berbeda kok untuk mencari pasangan. mungkin aslan tipe yang gagah perkasa, demen ama yang tipe perempuan kemayu
    tapi ada juga yang laki2 lembut, suka dengan perempuan yang lebih tegas. biar seimbang.
    coba kalo dua2nya dominan, atau dua2nya lembut, bisa kacau deh dunia.

    saya lihat ga ada yang salah dengan laki2 lembut, dan perempuan tegas. tapi lebih bagus lagi kalau kita bisa memerankan berbagai peran sesuai dengan kondisi yang kita hadapi, bisa tegas, bisa lembut tergantung situasi, dan kedua sikap itu bisa menjadi benar/salah tergantung situasinya.

    karena saya muslim, diajarkan oleh nabi kami, laki2 bisa menjahit bajunya sendiri, bisa memperbaiki sepatunya sendiri, bersikap lembut terhadap perempuan dan anak2, tapi sangat tegas terhadap aturan dan tidak pernah takut melawan musuh.

    tapi aku juga tetap bilang identitas itu perlu, seperti yang aku sebutkan, perempuan pakai rok, pakai anting, pakai jilbab.
    laki2 jangan pakai identitas2 yang dipakai perempuan, terutama yang biasa dikenal sebagai pembeda sesuai budaya setempat
    ...bersama kesusahan ada kemudahan...

    “Aku Rela di Penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.” ― -Mohammad Hatta
    “Aku Rela di Penjara asalkan bersama akses internet, karena dengan internet aku bebas.” ― -cha_n

    My Little Journey to India

  2. #22
    ok, Im back

    Bapak dan Ibuqu punya pandangan berbeda bagaimana membesarkan anak. Misalkan, bapakqu yang membolehkanqu bermain kemana aja, ke sungai, ke kebun, lari2an sama cowok, bahkan aq satu2nya yang dikuliahkan di keluargaqu. Sedangkan ibuqu, sering membedakan aq dengan kakak laki2qu dengan alasan bahwa aq wanita. Beberapa contoh:
    1. Soal makanan, harus mendahulukan Bapak dan kakak lelakiqu, artinya, kalau aq makan, harus setelah bapak makan, dan menyisakan lauk untuk kakakqu. Sedangkan kakakqu boleh makan sepuasnya, bahkan tidak menyisakan untukqu sekalipun. Kalau aq tergoda dan menghabiskan lauk kesenanganqu, bakal dihardik.
    2. Soal kegiatan rumah tangga, aq mempunyai tugas rumah yang "wajib". Artinya harus melakukan pekerjaan di rumah tanpa excuse, sedangkan kakakqu boleh "lupa" atau "absen" dengan berbagai alasan, seperti main dengan teman2nya.
    3. Karena aq adalah seorang adik, dan juga karena seorang perempuan, maka aq wajib menuruti perintah kakak, misalkan untuk membeli barang2 di toko dekat rumah, menguruskan persuratan dkk, aturan ini, menurut ibuqu, tidak berlaku sebaliknya.

    Tetapi bapakqu membebaskan aq dalam banyaaaaak hal, sehingga aq bisa kuliah, ikut organisasi macem2, kerja shift malem, bahkan merantau. Ibuqu hanya diam dalam ketidaksetujuannya, karena ibuqu masih mengganggap bapakqu sebagai kepala keluarga dan membiarkan diriqu.

    Tapi, kemudian aq melihat beberapa hal positif dari mixing cara membesarkanqu, dari Ibuqu, aq jadi belajar lebih mandiri, bisa melakukan sendiri hal2 yang menunjangqu untuk bertahan hidup sebagai manusia individual, dari bapakqu aq belajar pemahaman bahwa wanita pun bisa untuk mendobrak pagar batasan budaya. Jadi, dari Ibu aq mendapatkan skill dan dari bapak aq dapat ide.

    Pandangan mengenai gender, dari dulu, sangat bersifat konvensional. Di satu budaya, wanita boleh ini, tapi di budaya lain dilarang. Watak, kepribadian dan pandangan manusia itu bisa terbentuk sesuai dengan apa yang menempanya, tidak berasal dari kodrat. Fisik berbeda, bukan berarti perlakuan terhadap anak harus dibedakan, karena dengan membedakan, berarti qta sudah membatasi perkembangan mereka sendiri.

    Mungkin, kalau nggak karena bapakqu, selesai SMA, aq dah kerja, menikah, punya anak, dan memperlakukan anaku sama seperti ibuqu. Nothing I would do to change my own future. Tapi, kenyataan berkata lain ^^

  3. #23
    pelanggan tetap Alip's Avatar
    Join Date
    May 2011
    Posts
    1,635
    Yah, tadinya cuma mau denger bagaimana perilaku pendidikan gender di keluarga masing-masing, tapi karena Aslan bawa-bawa prinsip ... ya hayuk deh...

    Sederhana saja, Lan... stereotip gender bisa ditarik mundur sejauh yang kita mau, dan ketika kita kembalikan ke jaman ini, terlihat bahwa banyak sekali gender role yang sudah kita rubah. Contoh, apakah kita pro atau kontra terhadap gerakan RA Kartini? Apakah kita setuju bahwa perempuan hanya makhluk pingitan penghias kejayaan laki-laki, tidak perlu sekolah, dan harus hati-hati sekali memilih kata-kata supaya suaminya tidak tersinggung?

    Kalau kita sudah merubah semua itu... kenapa salah kalau kita pertanyakan pula gender role yang lain? Misalnya, apakah harus selalu suami yang menyetir dan istri yang membonceng? Kenapa keterampilan mengemudi perempuan selalu ditelikung dengan mendudukkan mereka di kursi penumpang?

    Profesi dan pendidikan apa yang hanya boleh dimasuki oleh satu jenis kelamin tertentu saja?

    Kalau bicara soal karakter,
    Saya setuju dengan Chan, bahwa manusia perlu memiliki keterampilan-keterampilan esensial dan kesadaran untuk memilah kapan saat yang tepat untuk mengeluarkan keterampilan-keterampilan tersebut. Laki-laki yang melulu gagah perwira akhirnya getas bagai batu, kehilangan kemampuannya untuk mendengarkan perasaan orang lain. Perempuan yang senantiasa lemah lembut perasa akhirnya akan menjadi makhluk cengeng yang menjadi benalu bagi perasaan orang lain.

    Lalu kalau kita lihat kisahnya ndugu... ya, kalau wataknya memang begitu, memangnya knapa? Kalau memang lihai tangkas dan bersemangat, kenapa harus jadi putri cinderella bersepatu kaca? Ke mana perginya nasihat be yourself?

    Saya sendiri sampai saat ini masih tidak setuju pada orang yang tidak mengakui jenis kelaminnya sendiri, tapi kalau sekedar menolak sebuah role yang dipaksakan pada dirinya... ya itu haknya.

    ***

    Kembali ke teknik urus anak-anak, saya selalu menolak menghubungkan sebuah keterampilan dengan jenis kelamin. Misalnya, si kakak saat ini mulai terampil memanjat pohon, bisa memegang perkakas, suka ngebut naik sepeda, dan mulai mahir melepaskan diri dari pitingan saya, tapi semua itu tidak berhubungan dengan fisiknya yang laki-laki. Saya selalu ajarkan dia bahwa semua keterampilan itu dia peroleh karena dia senang melakukannya, karena usaha dan latihannya sendiri... bukan karena dia laki-laki.

    ... dan saya langsung ngamuk kalau ada yang melarang dia menangis atau ketakutan, semata-mata karena dia laki-laki. Semua perasaan itu adalah hak setiap orang. Alih-alih menyuruh dia diam karena 'laki-laki'-nya itu, saya biasa merangkul si kakak dan mengajaknya mengobrol, membantu dia mengeluarkan perasaan yang saat itu sedang mengganggu di dadanya. Dengan begitu saya harap dia bisa belajar melepaskan isi hatinya dengan baik, menerima bahwa dia disayangi dan dilindungi, yang pada akhirnya kelak sesudah dewasa dia mampu pula menyayangi dan melindungi orang lain.

    Saya tidak ingin dia tersiksa oleh stereotip harus menjadi laki-laki perkasa... karena saya percaya, banyak laki-laki perkasa justru rapuh di dalamnya.
    "Mille millions de mille milliards de mille sabords!"

  4. #24
    Barista AsLan's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    9,288
    Hmmm... karena ini forum umum saya gak bisa bicara atas dasar agama ya...

    Tapi coba pikirkan apakah alam kita membentuk 2 gender yg berbeda tanpa tujuan yg jelas ?

    Hormon testosterone sudah jelas membuat lelaki diperlengkapi dengan tubuh yg lebih besar dan otot yg lebih kuat daripada perempuan.
    Hormon Estrogen membuat perempuan berkulit halus dan lebih emosional pada saat2 tertentu.
    Kedua jenis hormon ini bukan saja membentuk tubuh yg berbeda tapi juga membentuk otak yg berbeda antara pria dan wanita.

    Apakah itu semua sia2 dan tak bermakna ?

    Bagi kalian yg merasa laki2 dan perempuan sama saja atau memperbolehkan laki2 bersikap kecewek2an dan perempuan bersifat kelaki2an, sekalian aja kasih hormon tambahan buat anak2 kalian supaya benar2 imbang, punya hormon Testosterone sekaligus punya hormon Estrogen, lengkap punya sifat perempuan dan sifat laki.

    Apakah salah kita hidup selaras dengan panggilan alam ?

    Saya sangat kasihan dengan teman saya yg laki2 tapi ingin jadi perempuan, dia merasa terjebak dalam tubuh yg salah.
    Salah orangtuanya tidak mengarahkan dia kejalan yg seharusnya, coba kalau dia dididik hidup sebagai laki2, maka jiwanya akan selaras dengan tubuhnya.

    O ya satu hal lagi, akui saja kalau kalian merasa wanita lebih rendah daripada pria.
    Itu sebabnya banyak diantara kalian yg tidak rela anak perempuan kesayangannya dididik sebagai wanita sejati.

    Bahkan identitas wanita sejati diidentikkan dengan penyakit mental dengan istilah Cinderella Syndrome.

  5. #25
    pelanggan tetap Alip's Avatar
    Join Date
    May 2011
    Posts
    1,635
    Hihihi... postingannya bareng ama nowitzki...
    Good story....
    "Mille millions de mille milliards de mille sabords!"

  6. #26
    pelanggan tetap Alip's Avatar
    Join Date
    May 2011
    Posts
    1,635
    Bareng juga sama Aslan...

    Quote Originally Posted by AsLan View Post
    Bagi kalian yg merasa laki2 dan perempuan sama saja atau memperbolehkan laki2 bersikap kecewek2an dan perempuan bersifat kelaki2an, sekalian aja kasih hormon tambahan buat anak2 kalian supaya benar2 imbang, punya hormon Testosterone sekaligus punya hormon Estrogen, lengkap punya sifat perempuan dan sifat laki.
    Kita memang punya dua-duanya kan? Hanya jumlahnya berbeda...
    Lalu apakah fisik yang berbeda itu mengharuskan laki-laki jadi kerbau dan perempuan jadi ratu lebah?
    "Mille millions de mille milliards de mille sabords!"

  7. #27
    Barista AsLan's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    9,288
    Bisa menyelaraskan antara jiwa dengan tubuh adalah kebahagiaan,
    kalo gak percaya coba tanya para banci apakah mereka bahagia dengan kondisi tersebut ?

    Tapi memang jangan terlalu dikaitkan dengan urusan skill.

    Banyak skill yg sudah cross gender, jadi ini lebih ke urusan jiwa.

  8. #28
    pelanggan setia Ronggolawe's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Posts
    5,137
    gw jadi ingat komik Family Compo


    Last edited by Ronggolawe; 07-07-2011 at 11:47 PM.

  9. #29
    pelanggan sejati ndugu's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    7,678
    Quote Originally Posted by AsLan View Post
    Bagi kalian yg merasa laki2 dan perempuan sama saja atau memperbolehkan laki2 bersikap kecewek2an dan perempuan bersifat kelaki2an, sekalian aja kasih hormon tambahan buat anak2 kalian supaya benar2 imbang, punya hormon Testosterone sekaligus punya hormon Estrogen, lengkap punya sifat perempuan dan sifat laki.
    setiap manusia itu mempunyai kedua hormon itu loh, hanya dengan kadar yang berbeda. saya waktu kecil aja pernah dikasi dokter pil2 dan disuruh minum tambahan hormon estrogen tapi tetep aja tomboy
    Apakah salah kita hidup selaras dengan panggilan alam ?
    tidak ada salahnya. tapi klaim panggilan alam itu perlu dipertanyakan. benarkah panggilan alam, ato panggilan masyarakat?

    on another note.. cuman mo ngangkat point oleh ortunya storm dari artikel di atas tadi.. yaitu mereka menginginkan anaknya diperlakukan sama, tanpa peduli gendernya. hal itu sangat saya rasakan dalam kehidupan nyataku waktu growing up, bahkan juga saya rasakan saat bermain di forum2 diskusi seperti ini. saya sangat jarang dan hampir tidak pernah mengekspos genderku di forum, terutama dulu, banyak yang tidak tau genderku for a while. karena saya merasa diskusi kadang jadi bias karena faktor prejudice terhadap gender si lawan bicara. dalam kehidupan sehari2 pun, kita sering jadi korban pen-stereotipe-an masyarakat, bahwa cewe harus gini cowo harus gini. biarpun banyak ortu yang mengatakan membiarkan anaknya bebas bereksplorasi, tapi kupikir itu masi blom bener bebas, karena kupikir eksplorasi identitas juga harus diberikan ruang. that's something that i missed. dan tekanan dari ortu (terutama ortu) dan masyarakat untuk mengkonform dengan gender role yang diset oleh mereka, wasnt helping at all.

  10. #30
    pelanggan setia aya_muaya's Avatar
    Join Date
    Jun 2011
    Location
    semarang
    Posts
    5,882
    sejauh ini... Memantau saja... Disisi lain setuju ama bung aslan, tapi juga agal setuju dan lainnys. ,ungkin maksud alan gak seektrim ibunya nowitski, dibedakan dalam artian pembagian tugas aja...

  11. #31
    Quote Originally Posted by Ronggolawe View Post
    Tapi kalau ke Toilet Umum, anak yang cewe tetap dianter ibu
    nya ke Toilet Cewe, kan?
    Kyahahahahahahahaha....
    +1

    Aku sih, kalau soal warna kesukaan, nyerah ama ibunya anak. Terserah sang Bunda, apakah mau ngasih warna pink atau tidak. Kalau aku yang ditanya, selalu kujawab "kasih warna hitam aja".

    Tapi ntar kalau udah mulai sekolah, aku bakal ngasih larangan "Dilarang pacaran sebelum 1. anakku bisa membanting babehnya, 2. calon pacarnya punya duit sendiri dan sudah mempersiapkan biaya persalinan". Untuk yang pertama mungkin terdengar kayak "kok jadi kayak urusan anak laki-laki ya", tetapi menurutku anak cewek juga gak boleh sembarangan tunduk ama cowok. Jadi kupikir gak ada masalah memperkenalkan olahraga cowok.

    Quote Originally Posted by Alip View Post
    Misalnya, si kakak saat ini mulai terampil memanjat pohon, bisa memegang perkakas, suka ngebut naik sepeda, dan mulai mahir melepaskan diri dari pitingan saya, tapi semua itu tidak berhubungan dengan fisiknya yang laki-laki.

    Si Kakak usia berapa, Grandpa? Kok udah mulai bisa melepaskan diri dari pitingan?

  12. #32
    Barista AsLan's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    9,288
    Masalah gender jangan terlalu dikaitkan dengan urusan skill.
    Skill itu tidak ada salahnya dipelajari, skill apapun pasti berguna bagi seseorang.

    Saya yg cowok aja pernah belajar teknik make up waktu dulu jualan produk Amway.
    Perempuan belajar bela diri ? tidak ada yg salah dengan hal itu.

    Tapi ini masalah kejiwaan, kesadaran akan identitas seksual.
    Biarlah yg wanita bangga dengan identitasnya sebagai wanita, yg pria bangga hidup sebagai Pria.

    O ya kund, meskipun anak perempuan bisa belajar beladiri sampai begitu hebat, jangan memberinya harapan terlalu tinggi bahwa dia bisa menang dalam perkelahian real melawan laki2, itu bisa berbahaya kalau suatu hari dia mencobanya.
    Tubuh wanita sangat rentan terhadap kekerasan fisik terutama karena kurangnya hormon testosteron.

    Anak perempuan harus diajari keahlian lain dalam menghadapi laki2.

  13. #33
    Chief Barista cha_n's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    11,544
    kayaknya Aslan perlu membaca buku Sarinah karya Soekarno.
    buku yang dipinjamkan ayahnya Hegel waktu blm menikah (jadi inget masa2 itu ixixixi, dimana ya bukunya), karya yang bagus banget tuh highly recommended, cuman mungkin sekarang susah dicari
    malah sedikit ngawur..
    intinya, jaman dahulu sekali, perempuan adalah pemimpin keluarga, semua dilakukan perempuan.

    jadi kalau urusan skill, sifat bawaan, saya rasa itu boleh diserahkan ke masing2 individu menyesuaikan pilihannya tentang bagaimana seharusnya dirinya, sesuai dengan kenyamanan yang dia punya.

    identitas seksual apa yang musti dibanggakan? kalau laki2 menangis dia tidak sadar identitas? kalau perempuan tegas dia tidak bangga jadi perempuan?
    kadang hal2 konyol juga distereotipkan, semisal menjahit itu kerjaan perempuan, masak kerjaan perempuan, dll dll... itu udah gender banget.
    aku suka semua itu bukan karena gender, tapi karena butuh, suami dan anakku juga harus punya keahlihan itu, itu keahlian bertahan hidup kok.

    Kalau pengalaman hidupku sendiri, alhamdulillah mama papaku keduanya tidak mau membedakan gender (bukan membedakan jeniskelamin loh ya, jenis kelamin ama gender beda!) dulu pekerjaan rumah selalu dibagi2, adikku laki2 jga dapet bagian, kalau mau main, musti beres dulu cucian piring dan nyapu (ga usah ditanya hasilnya, pokoknya dia kerjain)
    beres2, nyapu dll, ga dibedakan, semua dapet giliran.
    Tapi secara naluri, secara kenyamanan, saya ga nyaman main bola tengah hari bolong kayak adik laki2 saya, tapi saya suka main hujan2an, manjat pohon dan ortu membebaskan kami melakukan yang kami inginkan tanpa membedakan
    ...bersama kesusahan ada kemudahan...

    “Aku Rela di Penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.” ― -Mohammad Hatta
    “Aku Rela di Penjara asalkan bersama akses internet, karena dengan internet aku bebas.” ― -cha_n

    My Little Journey to India

  14. #34
    sarinah memang bagus, walopun agak bosan membacanya hehehe.. Mau pinjem lan?

  15. #35
    Barista AsLan's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    9,288
    Kalo gak salah di Bali itu perempuan mengerjakan semuanya, yg laki hidup santai2, betul begitu ?

  16. #36
    pelanggan tetap Alip's Avatar
    Join Date
    May 2011
    Posts
    1,635
    Quote Originally Posted by kunderemp View Post
    Si Kakak usia berapa, Grandpa? Kok udah mulai bisa melepaskan diri dari pitingan?
    Lima tahun lebih...
    dia sudah bisa melempar pinggulnya ke posisi netral... kalau lawan anak sebaya sih pasti sudah bisa reversal , tentunya saya tidak kasih choke yang full-lah...

    Quote Originally Posted by aslan
    Masalah gender jangan terlalu dikaitkan dengan urusan skill.
    Skill itu tidak ada salahnya dipelajari, skill apapun pasti berguna bagi seseorang.
    ->Aslan
    Yeee... si Aslannnnn... dibilangin juga kita ngomongin gender, bukan jenis kelamin ...
    justru skill itu adalah urusan gender... nggak baca definisi di awal ya?

    Dari awal juga kita nggak ngomongin masalah krisis identitas atau penolakan terhadap jenis kelamin, kita cuma ngomongin tentang gender... yaitu peran yang dituntut oleh masyarakat yang dikaitkan dengan jenis kelamin tertentu.

    Yang mau saya hindari dari anak-anak adalah penderitaan akibat tuntutan masyarakat yang semata hanya berdasarkan stereotip. Misalnya laki-laki yang harus perkasa, atau perempuan yang harus lemah lembut. Laki-laki itu insinyur, perempuan itu perawat... laki-laki itu ceroboh, perempuan itu teliti, laki-laki boleh lari-lari sesukanya, perempuan harus jalan timik-timik, laki-laki galak, perempuan bisu .... Kenapa harus menyiksa diri hanya oleh kekolotan masyarakat?

    Mungkin juga karena saya punya stereotip gender yang berbeda,
    Sebelum nikah dulu, perempuan ideal yang saya bayangkan adalah yang sanggup hiking lintas alam bawa ransel dua puluh kilo, menemani saya kemping di kaki kilimanjaro sambil ngobrolin soal natural history, dan kalau diperlukan, bisa menemani saya menembak dan berkelahi kalau kemah kami diserang binatang buas... Cewek yang paling saya benci adalah tipe 'keramik cina' yang disentuh sedikit saja bisa retak...

    ... dan kira-kira yang begitulah yang saya dapat sekarang ... perempuan paling tangguh di dunia

    Sebaliknya,
    tiga puluh empat tahun berurusan dengan ilmu memukuli orang lain, saya menemukan bahwa dunia ini penuh dengan para macho wannabe, yaitu orang-orang yang tidak habis-habisnya mencari kekuatan untuk menutupi jiwa mereka yang rapuh, yang tidak berani mengakui kelemahan sendiri. Mereka adalah anak laki-laki yang tidak pernah belajar menerima bahwa perasaan adalah sah adanya, takut, sedih, marah, cinta, dan lain-lain. Hanya karena orang mengatakan bahwa laki-laki harus kuat, mereka selalu menolak perasaan mereka sendiri dan bersembunyi di balik otot-otot yang melingkar atau ilmu berkelahi yang dahsyat. Buat saya justru mereka adalah pengecut dalam arti sesungguhnya, saya masih lebih menghargai cowok kemayu yang bisa mengatakan pada orang lain bahwa dia merasa takut atau sedih.

    Mungkin memang cuma stereotip yang berbeda? Siapa tahu sih... tapi kita bertindak berdasarkan apa yang kita yakini bukan?
    "Mille millions de mille milliards de mille sabords!"

  17. #37
    pelanggan setia aya_muaya's Avatar
    Join Date
    Jun 2011
    Location
    semarang
    Posts
    5,882
    kok aku malah bingung dengan omongan kalian... *serius..

    Apa otakku yang gak nyampe, atau aku yang nyaman dengan stereotip kultur di masyarakat?

  18. #38
    Barista AsLan's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    9,288
    Tuhan (atau Alam deh...) menciptakan 2 jenis manusia yg berbeda. Secara fisik berbeda, secara emosi berbeda (karena otaknya berbeda), cara berpikirnya berbeda. Mengapa kita memakskan keduanya untuk sama ?

    Belajarlah dari mahluk yg lebih rendah dari kita, singa jantan memiliki tugas yg berbeda dari singa betina, monyet, anjing, kucing, pinguin semuanya memiliki perbedaan fisik dan perbedaan peran antara jantan dan betina.

    Lalu jaman kita ini ingin mempersamakan laki-laki dan perempuan apakah itu benar ?
    Selanjutnya, apakah tuntutan masyarakat terhadap laki2 dan perempuan itu pasti salah ?

    Jaman ini aneh, laki2 yg berani mati di medan perang dibilang sebagai pengecut yg tak berani menangis, laki2 yg berani belajar terluka dalam perkelahian dan bela diri dikatai pengecut yg menyembunyikan perasaan karena tidak pernah menangis ?

    Saya rasa ada pemikiran2 provokatif yg berusaha memutar balikkan identitas laki2 dan perempuan dan mulai berhasil mempengaruhi masyarakat yg sedang terlena oleh hidup nyaman tanpa perang dan kelaparan.

    Laki2 ingin diperbolehkan menangis dengan bebas dan bersikap lebay seperti Olga Syaputra, perempuan menuntut agar diperbolehkan bersikap jantan, mengapa ?

    Jawabannya mungkin karena kita sudah lama hidup damai dan makmur.
    (Coba lihat bagaimana tentara singapura dibawakan tasnya oleh pembantu perempuannya, itu ciri negara makmur dan generasi lembek yg tak tau keistimewaan masing2 gender)

    Wanita yg menuntut untuk boleh bersikap jantan tidak sadar bahwa bersikap jantan itu artinya maju perang dan saling bacok sampai mati dimedan perang.
    Laki2 yg minta diperbolehkan menangis dengan bebas itu karena seumur hidup hanya berhadapan dengan komputer dan meja kerja.

    Kalau kita melihat sejarah manusia secara keseluruhan, ada masa sulit dan masa makmur, ada masa2 pembangunan, ada masa kelaparan dan bencana barulah kita tahu dengan jelas tugas laki2 dan perempuan.
    Kita tahu mengapa Tuhan menciptakan laki-laki dengan tubuh seperti ini dan perempuan dengan tubuh seperti itu.

    Orang yg terlalu lama hidup damai dan nyaman akan mempertanyakan mengapa Tuhan memberi otot yg kuat dan bahu yg lebar bagi laki2, mengapa Tuhan menciptakan tubuh yg lebih halus dan berlemak bagi wanita.

    .................................................. .......

    Suatu hari manusia bisa melahirkan anak dilaboratorium dan memberi susu sintetis.
    100 tahun kemudian manusia mulai bertanya, kenapa Tuhan memberi Payudara dan Rahim pada perempuan ? sungguh suatu kesia2an...

  19. #39
    pelanggan setia aya_muaya's Avatar
    Join Date
    Jun 2011
    Location
    semarang
    Posts
    5,882
    nah...aku lebih ngerti postingannya aslan...

  20. #40
    Barista AsLan's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    9,288
    Quote Originally Posted by aya_muaya View Post
    nah...aku lebih ngerti postingannya aslan...
    Hati2 loh aya...
    Pandanganmu tentang gender laki2 dan perempuan sedang menghadapi tantangan jaman.

    Jaman ini orang kerja dikantor, laki2 dan perempuan bisa melakukannya.
    Lalu masyarakat mulai bingung dengan perbedaan antara laki2 dan perempuan.

    Kalau jaman dulu itu tugas laki2 dan perempuan jelas berbeda.
    Laki2 mencangkul, perempuan menanam benih.
    Laki2 pergi ketengah laut mencari ikan, perempuan menjemur ikan.
    Laki2 masuk hutan bergumul dengan hewan liar, perempuan memasak.
    Laki2 berperang mempertahankan kampung dari serangan musuh, perempuan lari sembunyi menyelamatkan anak2.

    Hampir tidak mungkin 2 gender ini berganti peran.
    Untuk melakukan tugas2 itu, Tuhan memperlengkapi 2 gender ini dengan modal yg berbeda baik secara fisik dan secara mental.

    Agama dan budaya berusaha menjaga hal2 ini agar manusia tidak tersesat di jaman apapun.

    Orang yg tidak berpegang pada agama dan budaya akan terombang ambing oleh situasi yg berubah2.

    Nanti saat tiba masa sulit akan sangat kaget.

Page 2 of 5 FirstFirst 1234 ... LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •