Hari Sabtu kemarin seusai latihan Cingkrik saya ngintip demo kecil-kecilan yang diadakan Pak Haji Azis dan Uda Parewa buat teman-teman dari TVone (kalo gak salah??)
Penasaran, saya minta ijin pingin ngerasain dan alhamdulillah diterima dengan baik oleh Pak Haji Azis sendiri.
To my surprise, saya ditekuk oleh Pak Haji Azis tanpa bisa melawan. Kadang saya merasa seperti tenaga saya tersedot dan hilang keseimbangan, kadang badan saya terasa kaku, dan ada pula kejadian saya jatuh oleh sentuhan ujung telunjuk Pak Haji. Tidak beda seperti menghadapi seorang Sensei Aikido yang mumpuni (hehehe, soalnya pengalaman serupa hanya pernah saya rasakan waktu berhadapan dengan Sensei Shigekoshi Satoru bertahun-tahun lalu).
Pak Haji sama sekali tidak pernah melakukan grabbing, beliau hanya menyambut tangan saya dengan sentuhan halus telapak atau punggung tangan beliau, sesudah itu saya tinggal pasrah saja rubuh ke tanah sambil clingukan tanpa tahu sebabnya.
Saya bolak-balik jadi tertawaan hadirin (yang tertawa paling keras adalah sejenis kampret yang lupa kalo dia mustinya keluar malem, bukan siang-siang kayak waktu itu >
)
Usai buka jurus, kami melakukan dialog dan Pak Haji Azis dengan murah hati memaparkan rahasia dibalik 'ilmu sihir' yang beliau gunakan. Setelah beberapa saat, saya tertawa terbahak-bahak. Ternyata sama sekali tidak ada sihir, tenaga dalam, Ki atau sejenisnya. Yang ada murni merupakan pengetahuan yang amat dalam tentang anatomi dan kejiwaan (psikologi) manusia. Saya dipermainkan oleh tubuh dan persepsi saya sendiri, bukan oleh sejenis Ki atau tenaga misterius lainnya.
Saya tidak habis-habisnya kagum dengan pengetahuan ilmiah yang dimiliki oleh para leluhur kita sehingga bisa menciptakan silat semacam Cikalong. Tidak kalah mengagumkan saya adalah kerendahan hati Pak Haji Azis dalam menerangkan kepada saya prinsip-prinsip ilmunya. Beliau tidak menjadikan saya bahan tertawaan dan sesudah itu menutup diri dibalik tenaga dalam atau misteri-misteri sejenisnya, tapi justru memberikan saya bahan berharga untuk direnungkan dan dimanfaatkan dalam latihan saya sendiri.
Kami berpisah sesudah sholat Dzuhur berjamaah. Saya berharap dalam hati agar beladiri tradisional seperti Cikalong ini akan terus lestari dan berkembang. Sungguh negeri kita sendiri banyak menyimpan kebijaksanaan lokal yang mengagumkan.