Results 1 to 5 of 5

Thread: Ibuku Adalah Wanita Tercantik di Dunia

  1. #1
    pelanggan setia neofio's Avatar
    Join Date
    Dec 2013
    Posts
    2,689

    Ibuku Adalah Wanita Tercantik di Dunia

    Ibuku Adalah Wanita Tercantik di Dunia

    Cerita rakyat Rusia
    Diceritakan kembali oleh Becky Reyher

    Pada suatu waktu, ribuan tahun yang lampau, ketika musim panen tiba kembali di Ukraina, semua penduduk desa sibuk berkerja di ladang memotong dan mangumpulkan gandum. Dari daerah Ukraina inilah sebagian terbesar rakyat rusia memperoleh gandum yang merupakan bahan pembuat roti makanan pokoknya.


    Di daerah tadi hiduplah seorang petani yang bernama Ivan beserta istrinya Marfa. Mereka telah dikarunia beberapa putra. Marfa dan Ivan pergi ke ladang setiap hari, begitu juga anak-anak mereka. Mereka tinggal di ladang sampai senja hari. Varya adalah putri bungsu Marfa dan Ivan. Ia masih kecil dan umurnya baru enam tahun. Ketika semua orang ke ladang pada musim panen, Varya ikut juga. Kakinya begitu pendek sehingga ia harus berlari-lari dan melompat-lompat agar dapat mengikuti langkah lebar ibu dan bapaknya

    “Varyachka, engkau emang betul-betul siput kecil,” kata ayah kepadanya. Sambil tertawa keras, ia lalu mengangkat Varya kecil serta memanggulnya. Kedua tangan ayah membawa bungkusan bekal makan siang dan sabit panjang untuk memotong gandung. Maka Varya harus memeluk lehernya erat-erat agar tidak jatuh.

    Di ladang, di antara deretan tanaman gandum yg tumbuh subur membentuk garis lurus tadi Varya tahu apa yg harus dilakukannya agar tidak mengganggu kedua orung tuanya yg sedang sibuk bekerja. Pertama-tama ia harus berada paling sedikit dua puluh atau tiga puluh langkah di belakang ayah yang makin lama makin lebar langkahnya. Harus ada cukup ruang antara tempat Varya berdiri dan tempat ayah mengayungkan sabit yg baru diasah.

    “Mundur, Varyacka ! Mundur sedikit ! Awas hati-hati, nanti engkau kena sabit !” demkian terdengar suara ayah mengingatkan agar tidak terlalu dekat. Sret, sret, sret, sabitannya mantap dan gandum pun robih makin lama makin cepat, seirama dengan langkah ayah yang makin lebar tadi.

    Tak lama kemudian Marfa, ibunya, akan mengikuti Ivan lagi. Ibu mengumpulkan gandum menjadi berkas atau onggokan yang cukup besar sehingga dapat diikat dengan jalinan gandum. Varya sangat ingin membantu mengumpulkan gandum dan memegang setiap berkas yang sedang diikat ibunya. Bila yang dikumpulkan telah menjadi tiga berkas, mereka menumpuknya menjadi sebuah piramida kecil.

    “Hati-hati, Varyachka !” terdengar seruan ibunya memperingatkan Varya. “Gandum itu miring.”
    Dalam sekejap mata deretan gandum itu sudah berubah menjadi deretan berkas gandum memanjang yang berdiri kaku.


    Kadang kala Varya lupa bahwa harus mengikuti ibunya. Pada hari-hari yang panas manyengat ia berhenti sebentar untuk beristirahat sejenak di tanah hangat dan membiarkan kaki serta jari-jari telanjangnya mengutik-utik tanah hitam yang lembab. Sebentar kemudian ia berlari menyusul ibunya. Ibu mendekapkan Varya ke dada dan mengusap wajahnya yang basah karena keringat. Kendati lengan dan dada ibu terasa panas serta lembab karena keringat, bagi Varya rasanya sejuk dan menyegarkan.

    Hari demi hari, Ivan, Marfa dan Varya pergi ke ladang untuk memotong serta mengikat gandum. Kemudian pada suatu hari datanglah sebuah gerobak besar dan semua orang akan melemparkan onggokan gandum kepada sais yang akan menumpukan dengan hati-hati serta rapat-rapat dan kemudian membawanya pergi ke gudang penebahan.

    Penduduk desa bekerja tanpa mengenal lelah. Otot mereka sakit, namun mereka bernyanyi di dalam hati dan decak riang terdengar dari bibir mereka. Kerja keras menghasilkan panenan yang baik. Setiap orang mengetahui bahwa mereka akan memperoleh cukup banyak gandum.

    Akhirnya tibalah hari terakhir panenan. Petang itu semua gadum sudah harus dipotong, ditumpuk menjadi piramida dan menunggu gerobak yang akan membawa pergi ke gudang penebahan.

    Pagi-pagi cerah Marfa, Ivan dan Varya sudah berangkat ke ladang gandum. “Kita harus berhasil, Marfa,” kata Ivan. “Hari ini adalah hari terakhir kita memotong gandum

    “Panenan bagus, bukan, Ivan?” tanya Marfa
    ”Ya. Benar, “ jawab ivan bersengat. “Akan ada banyak makanan selama musim dingin. Banyak yang kita syukuri.”

    Marfa dan Ivan bekerja lebih cepat dan lebih keras lagi. Mereka bekerja penuh semangat sehingga sengatan terik matahari tak mereka rasakan. Gandum roboh dengan sangat cepat.

    Namum bagi Varya hari itu dirasakannya sebagai hari paling panjang yang pernah dialaminya. Matahari rasanya lebih panas daripada hari-hari lain dan kakinya pun terasa lebih berat sehingga sangat sulit diangkat.

    Varya mengintip ke dalam deretan gandum berikut yang belum dipotong. Di situ tampaknya sejuk dan menyenangkan, lagi pula matahari tidak terlalu mnyengat. Varya maju lagi selangkah dan meyelubungi diri dengan kesejukan yang demikian nyaman. “Alangkah beruntungnya aku ini ! “ demikian pikirnya, “aku dapat berlindung dari sinar matahari yang panas. Aku akan bersembunyi beberapa menit di sini. Ibu pasti tdak akan berkeberatan apabila aku beristirahat sebentar dan tidak membantunya sepanjang hari.”

    Dalam sekejap mata Varya merasa mengantuk. Matanya mulai terasa berat karena di tempat yang begitu sejuk ia dapat maringkuk, berdiam diri dan merasa nyaman.

    Ketika Varya terjaga, ia melompat bangun dan langsung berlari mencari ibunya. Namun ibunya tidak tampak dimana-mana.




    Varya memanggil-manggil, “Mama ! Mama ! Mamochka!” tak ada jawaban.

    Kadang kala ibu Varya berada jauh di depan dan terlalu sibuk bekerja sehingga tidak mendengar suara panggilannya. “Bila lari sepanjang jalur itu, mungkin aku bisa menyusulnya,” demikian pikir Varya. Ia berlari terus dan sebentar saja ia sudah terengah-engah kehabisan nafas, namun ibunya tetap tidak kelihatan.

    “Mungkin aku salah arah. Mungkin aku harus ke sana,” katanya menghibur diri. Maka ia pun berlari ke arah lain. Namun di bagian tempat ini pun ibu tidak kelihatan .

    Varya seorang diri ditengah-tengah ladang gandum. Tak ada sesuatu pun yang dilhatnya, kecuali piramida gandum yang menjulang tinggi di atas. Ketika ia berteriak, tak ada yang memberikan jawaban dan tak ada yang datang memberikan pertolongan. Di atas kepala matahari tidak memancarkan sinarnya yang terang. Varya mengetahui bahwa malam hari akan segera datang dan ia pun mengetahui bahwa ia harus segera menemukan ibunya.

    Varya menyeruak hamparan gandum terakhir yang belum dipotong. Ia mengambil jalan pintas sehingga membengkokan dan merusak gandum. Ini tak akan dilakukannya andaikan ia tidak ketakutan.

    Hari hampir gelap ketika Varya secara kebetulan menemukan sebidang tanah terbuka tempat beberapa lelaki serta wanita sedang duduk-duduk beristirahat dan mengobrol setelah bekerja di ladang sepanjang hari. Dalam beberapa saat saja ia sudah melihat bahwa mereka tidak dikenalnya dan ayah maupun ibu tidak berada di antara gerombolan orang yang sedang duduk-duduk itu.

    Si gadis kecil memandang lurus-lurus ke depan tanpa mengetahui apa yang harus ia lakukan. Salah seorang lelaki melihatnya dan mulai berbicara dengan suara berat serta dalam yang diharapkannya akan kedengaran bernada ramah di telinga si gadis cilik “Lihat siapa itu !”

    Mendengar ucapan lelaki tadi, semua orang menoleh ke arah Varya. Varya menyesal mengapa pada waktu itu begitu banyak orang asing melihatnya, rambutnya hanya dijalin kebelakang dan diikat degan tali. Lagi pula ia hanya mengenakan pakaian yang paling tua dan paling lusuh. Sekarang mukanya pun pasti coreng mencoreng seperti kaki dan pakaiannya. Semua itu membuatnya menangis.

    “kasihan,” seru seoarang wanita sambil memeluk Varya. “Ia tersesat.” Namun perhatian yang diberikan perempuan tadi kepadanya dan suara orang-orang yang tak dikenal itu membuat Varya makin merindukan ibunya. Dia tak dapat menahan tangisannya lagi

    “Kita harus mengetahui namanya, nama ibu dan bapaknya. Baru kita dapat temukan siapa orang tuanya,” kata para wanita.
    “Nona kecil, “ kata mereka, “Siapa namamu, nona kecil? Siapa nama ibu dan ayahmu?” Namun Varya terlalu sedih sehingga tak dapat mengatakan sesuatu apa pun.

    Akhirnya karena karena sangat merindukan ibunya, dengan bersedu sedan ia berkata: “Ibuku adalah wanita yang paling cantik di dunia !”

    Semua orang tersenyum. Lelaki yang paling tinggi badannya dan bernama Kolya bertepuk tangan, lalu berkata seraya tertawa. “Nah, sekarang kita mulai. Hai, coba anak-anak ke mari. Tolong panggilkan ibu Katya, Manya, Vyera, Nadya,” seru si pria jangkung tadi kepada seoarang anak. “Dan jangan sampai engkau lupa memanggil ibu Lisa yang cantik,” serunya lagi kepada anak lain..

    Para wanita cantik di desa itu datang berlarian. Kolya, pemimpin desa, memerintahkan agar mereka segera datang. Lagi pula beberapa ibu yang meninggalkan ladang lebih awal untuk menyiapkan makam malam keluarganya mengira bahwa mungkin anaknyalah yang hilang .

    Sementara para wanita cantik datang bergegas satu demi satu dengan wajah merah dan perasaan bangga karena dipilih sebagai wanita yang cantik di desa, Kolya lalu berkata kepada mereka: “Ada anak kecil tersesat disini. Mundur, mundur sedikit, tolong ibu-ibu, mundur sedikit, biarlah si kecil mengatakan yang mana ibunya ! ”

    Para ibu tertawa dan saling mendorong seraya berseru kepada Kolya: “Jangan berolok-olok. Bagaimana kalu engkau tanyai saja ibu-ibu yang hadir di sini apakah ini anaknya. Kami tentu mengenali anak kami sendiri! Bukankah itu cara yang lebih mudah?”





    Bagi Varya masalah ini merupakan masalah yang sangat besar karena ia tersesat, putus asa dan tidak berada di dekat ibunya. Sambil memandangi wajah setiap wanita asing yang berdiri di depannya dengan kecewa ia menggelengkan kepala dan menangis lebih keras lagi. Setiap wanita cantik yang dekat maupun jauh rumahnya sudah datang dan sudah pergi lagi. Begitu pula para wanita yang tinggal lebih jauh lagi. Varya tidak dapat menemukan ibunya di antara wanita-wanita tadi.

    Penduduk desa benar-benar khawatir sekarang. Sampai dengan saat itu mereka belum berhasil menemukan ibu Varya. Mereka menggelengkan kepala karena tidak tahu harus apa. Kolya berbicara untuk mereka. “Salah seorang di antara kita harus membawa anak kecil ini pulang untuk menginap malam ini. Mungkin besok pagi akan muncul kebijaksanaan baru yang dapat membimbing kita.”

    Tiba-tiba seorang wanita tampak datang berlari dengan nafas terengah-engah menuju kerumunan itu. Wajahnya bulat lebar, tubuhnya lebih besar lagi, matanya sipit serta pucat, sedangkan hidungnya besar. Mulutnya hampir tak bergigi. Pada waktu ia masih muda pun semua penduduk daerah itu mengatakan: “Beruntung sekali Marfa, karena gadis sesederhana dia mendapatkan seorang suami yang baik seperti Ivan. Memang mujur nasibnya.”

    “Varyachka !” teriak perempuan itu.

    “Mamochka !” Oh, Mamochka !” sambut si gadis kecil dan mereka pun berpelukan. Wajah sang ibu dan anak berseri-seri, sedangkan senyuman yang dirindukan Varya sudah berseri lagi di dekatnya. Varya merapatkan tubuhnya pada dada ibunya yang besar dan sudah sangat dikenalnya itu.

    Semua penduduk desa tersenyum penuh rasa syukur ketika Varya mengangkat muka dari bahu ibunya dan berseru gembira:

    “Inilah ibuku – sudah aku katakan bahwa ibuku adalah wanita yang tercantik di dunia!”

    Kerumunan teman dan tetangga ikut tersenyum berseri-seri. Kolya mengucapkan pepatah yang sudah begitu lama mereka kenal dengan baik. Pepatah itu baru saja dibuktikan oleh seorang anak kecil yang bernama Varya. Beginilah pepatah tersebut :

    “Kita tidak mencintai orang karena kecantikan wajahnya, tetapi mereka tampak cantik bagi kita karena kita mencintainya!”


  2. #2
    pelanggan panda's Avatar
    Join Date
    Apr 2013
    Posts
    330
    Terharu...

    Thanks for sharing neofio

    Nice story.

  3. #3
    pelanggan JOSERENTCAR's Avatar
    Join Date
    Jun 2016
    Location
    Surabaya, Indonesia
    Posts
    201
    sangat menarik dan bagus. perjuangan ibu memang tiada tara

  4. #4
    Ibu merupakan wanita paling mulia Dan Kasihnya sepanjang masa, sungguh besar pengorbananmu ibuku yang paling cantik

  5. #5
    coba-coba
    Join Date
    Oct 2017
    Location
    DKI Jakarta
    Posts
    13
    Cerita yang sangat menyentuh penuh inspirasi saya baru tahu ternyata rusia salah satu makanan pokoknya gandum. Kira-kira dulu cara buat rotinya pakai mesin pembuat roti apa ya?

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •