Results 1 to 15 of 15

Thread: Di Mata Indonesia, Palestina Lebih Penting daripada Papua

  1. #1

    Di Mata Indonesia, Palestina Lebih Penting daripada Papua

    Sejak [8/7], Palestina dan Israel bertikai secara terbuka. Kedua negara saling melepaskan tembakan. Korban pun tidak terhindarkan. Rasa simpati terhadap Palestina datang dari seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Di Indonesia muncul demo di berbagai daerah untuk mengutuk Israel. Begitu pula ada sumbangan dana dari berbagai komponen masyarakat untuk rakyat Palestina. Bahkan Indonesia, melalui menteri pertahanan Yusgiantoro mengatakan bahwa pihaknya akan segera mengirim pasukan perdamaian untuk menjaga wilayah Palestina. Tidak ketinggalan kelompok garis keras seperti FPI pun mengklaim akan mengirimkan pasukannya.

    Menyimak berbagai berita tersebut, saya pun berpikir tentang realitas sesungguhnya yang terjadi di Indonesia, khususnya di Papua. Bahwa di Papua, hampir setiap hari ada manusia yang mati karena berbagai alasan kesehatan (HIV/AIDS, malaria, gizi buruk). Banyak rakyat yang mati karena menjadi korban penembakan kelompok bersenjata. Bahkan tidak jarang, banyak orang Papua, yang mati di tangan TNI dan Polisi, atas nama kedaulatan NKRI. Bukan itu saja, banyak anak usia sekolah yang terlantar dan tidak menerima pendidikan sebagaimana mestinya. Kalau mau disandingkan, situasi di Papua tidak kalah berbahayanya dengan serangan Israel ke Palestina. Tetapi Papua dan penderitaannya dilupakan oleh Indonesia, bahkan oleh sebagian pejabat orang Papua. Rupanya, kalau orang Papua yang mati, itu biasa, tetapi kalau orang Palestina yang mati karena diterjang oleh peluru Israel itu baru luar biasa.

    Kalau rakyat Indonesia dan pemerintah Indonesia begitu peduli pada Palestina, mengapa hal yang sama tidak untuk orang Papua? Mengapa ada diskriminasi yang begitu mendalam antara rakyat Indonesia ras melayu dengan orang Papua yang adalah ras melanesia? Mungkin bagi sebagian orang, masalah Papua itu biasa-biasa saja. Orang hanya berpikir, bahwa masalah Papua adalah masalah uang. Kalau orang Papua dikasih uang, itu sudah cukup! Sesungguhnya, Papua memiliki permasalahan yang kompleks. Papua memiliki sejarah. Papua memiliki kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah. Tetapi, persis di atas kekayaan itulah, orang Papua memiliki sejumlah masalah yang pelik, ibarat benang kusut yang sulit terurai.

    Bicara tentang masalah Palestina dan Israel, berarti bicara tentang hak asasi manusia. Kedua negara saling mengklaim batas-batas wilayah dan juga ketenangan hidup. Ketika salah satu dari keduanya mencari masalah, maka perang pun pecah. Seandainya, kelompok garis keras Hamas tidak membunuh ketiga remaja Israel secara keji, dan tidak menembakkan roket-roket mematikan ke wilayah Israel, tentu perang tidak akan terjadi. Mungkin ada motivasi lain yang menyebabkan kedua negara saling berperang. Saya tidak mau masuk ke ranah itu, karena sudah terlalu banyak pihak yang memberi perhatian.

    Sebagai warga negara Indonesia, saya merasa bahwa nuansa keindonesiaan di Papua kian memudar. Situasi ini terjadi karena sikap malas tahu Indonesia terhadap jerit tangis dan penderitaan orang Papua. Indonesia malas tahu dengan orang Papua! Mungkin itu istilah yang tepat untuk mendeskripsikan sikap Indonesia terhadap orang Papua. Bahkan para pejabat Indonesia, yang berasal dari Papua pun ikut-ikutan malas tahu terhadap sesamanya orang Papua. Contoh ada di depan mata, betapa sulitnya bangun pasar untuk mama-mama Papua di kota Jayapura. Bukan itu saja, para pejabat orang Papua pun kerap mencuri uang rakyatnya. Korupsi merajalela di Papua. Ini kenyataan sosial yang sedang berlangsung di Papua.

    Papua memang punya segalanya: emas, hutan, minyak bumi, cenderawasih dan sebagainya, tetapi Papua kurang cantik dan kurang seksi di mata Indonesia. Papua dilihat sebagai pulau orang hitam, keriting, yang berbusana daun dan kulit kayu. Papua hanya menjadi dapur bagi Indonesia. Tetapi anehnya, ketika orang Papua hendak meninggalkan Indonesia, mau merdeka dan berdaulat, Indonesia justru tidak meresponnya. Indonesia takut dan mengirim banyak tentara dan polisi untuk bunuh orang Papua yang minta merdeka. Sesungguhnya, Indonesia terlalu pengecut! Pada titik ini, saya malu menjadi orang Indonesia. Mungkin banyak orang pun malu menjadi orang Indonesia, yang identik dengan teroris, koruptor, plagiat dan berbagai stigma jelek lainnya.

    Ibarat pepatah tua: “gajah di pelupuk mata tidak tampak, semut di seberang laut tampak.” Itulah Indonesia. Masalah di Papua belum selesai, setiap hari orang Papua mati, tetapi tidak dibiarkan. Sedangkan saat Palestina digempur Israel karena ulahnya, Indonesia langsung bereaksi. Bagi Indonesia Palestina lebih berharga daripada Papua. Sentimen apa yang menyebabkan Indonesia menjadi buta dan tuli terhadap jerit tangis orang Papua? Apakah kemanusiaan orang Palestina lebih utama dibandingkan orang Papua?

    Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa Indonesia harus tutup mata terhadap persoalan Palestina-Israel, saya hanya menyesalkan sikap Indonesia yang kurang konsisten memperhatikan rakyatnya sendiri, tetapi mau sibuk dengan negara lain. Indonesia perlu bangun fondasi keindonesiaannya agar mapan, sebelum berkoar-koar mengurusi negara lain. Indonesia perlu memperhatikan kesejahteraan rakyatnya terlebih dahulu, sebelum mengirimkan jutaan dolar ke Palestina. Sikap solider Indonesia yang berlebihan kurang tepat. Indonesia perlu menata dirinya terlebih dahulu sebelum sibuk dengan negara lain.

    Papua adalah salah satu wilayah yang harus menjadi pusat perhatian Indonesia. Orang Papua terlalu banyak menanggung penderitaan karena sikap malas tahu Indonesia. Kini saatnya Indonesia mengarahkan pandangannya ke ufuk timur dan mulai membangun tanah dan orang Papua. Indonesia perlu bangun Papua dengan segenap hatinya, bukan karena terpaksa atau ada motivasi lainnya. Dibutuhkan kejujuran untuk membangun tanah Papua, bukan sikap pura-pura. Jika Indonesia masih terus berpura-pura dengan orang Papua, sebaiknya biarkan orang Papua menentukan nasibnya sendiri di negerinya. Merdeka!

    kompasiana.com/post/read/664757/3/di-mata-indonesia-palestina-lebih-penting-daripada-papua.html

  2. #2
    pelanggan sejati ndugu's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    7,678
    kayanya hal ini deh yang sering terjadi di komunitas ya

    kadang saya juga heran sih, ngeliat orang indo yang menggebu2 membela palestina dan mo pindah ke sana segala demi membela mereka. apa yang memicu semangat menggebu2 itu? karena mempunyai common enemy bernama israel / barat? yang mendasari 'solideritas' itu apa? yang jelas bukan atas dasar rasa nasionalisme terhadap negara indonesia raya ini. tapi kenapa ada pemakluman atas aksi non-nasionalis itu?

    well, bukannya tidak boleh mengambil posisi dalam konflik israel/palestina itu, cuman terasa lucu aja kalo ngeliat konteks kesejahteraan negara kita sendiri juga masih banyak yang perlu diperbaiki.

  3. #3
    pelanggan setia
    Join Date
    May 2011
    Posts
    4,952
    Perlu dibedakan antara reaksi pemerintah dan reaksi individu.

    Pemerintah bereaksi biasanya dalam konteks hubungan internasional. Menurut saya kenapa tidak? Dari dulu waktu baru merdeka, pemerintah Indonesia sudah aktif menggalang konferensi Asia Afrika, Gerakan Non Blok. Apa untungnya coba ikut menyuarakan kemerdekaan negara-negara di Afrika yang kita kenal aja enggak padahal rakyat Indonesia masih makan jewawut. Itulah negara besar, berfikirnya pun besar.

    Memang tanah Papua perlu perhatian lebih setelah dicuekin puluhan tahun supaya dapat mengejar ketertinggalannya. Ini PR besar pemerintah dari masa ke masa. Selama ini kan pemerintah hanya mengejar peningkatan kesejahteraan, belum sampai pada pemerataan. Sudah waktunya menyeimbangkan keduanya.

    Kalo dari konteks individu, lebih ke interest masing-masing orang sih. Mungkin pemberitaan tentang Palestina lebih banyak jadi orang juga lebih aware ke sana lalu lupa dengan saudaranya yang lebih dekat.
    There is no comfort under the grow zone, and there is no grow under the comfort zone.

    Everyone wants happiness, no one wants pain.

    But you can't make a rainbow without a little rain.

  4. #4
    Chief Cook ndableg's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    5,910
    Karena mengungkit2 kesalahan orang lain itu lebih enak daripada mengungkit2 kesalahan sendiri.

  5. #5
    pelanggan setia mbok jamu's Avatar
    Join Date
    Oct 2012
    Posts
    3,417
    Penulis kesannya koq seperti anak yang cemburu anak lain punya mainan sementara dia sendiri tidak dan hanya bisa mewek.

    Palestina lebih penting? I don't think so, not to me anyway. Terlepas dari siapa yang lebih penting untuk Indonesia, penulis artikel itu harus fair menjelaskan semua masalah di negri itu; AIDS/HIV, gizi buruk, pendidikan yang rendah, KDRT, dll yang ndak ada sangkut pautnya dengan Palestina. Terlalu jauh membandingkan Papua dengan Palestina tanpa berkaca terlebih dahulu.

    Tetangga-nya (PNG) yang sudah lama merdeka pun masih illiterate, saling bunuh, para perempuannya masih dibacok pakai parang.

    Mau bicara merdeka? Please.

  6. #6
    pelanggan tetap jojox's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Location
    Jekardah
    Posts
    1,169
    jawabnya cuman satu, dan penulisnya sudah sangat khatam dg ini, tapi gak punya biji ngomong gini:

    Indonesia perlakukan Papua SAMA berat SAMA ringan seperti Israel perlakukan Palestina.

    ini bukan rasisme/prejudisme/stereotype/labelling, fakta sederhana doang.

    Aslinya neh, mayoritas Papua akan bilang, tanah papua itu tanah perjanjian, madu dan susu, dianalogikan dengan kekayaan SDA dari gunung-pantai. Apa saja, samua ada. Dan mereka paham itu hanya titipan dan harus dilestarikan. Konflik sosial yg muncul kan karena gesekan dengan pendatang, pada rebutan susu dan madu. Sebelumnya, hal ini gak terlalu serius dan lumrah org ambil di hutan apa yg dia perlukan. Pendatang macam kita neh yg kasih mereka racun : indonesian greed. Kita kasih nilai ke ekosistem dan produknya. Kayu papua ada harganya. Emas papua dijual di NYSE USD900an / ounce. Burung Kakatua putih 4-5 juta. Foto bareng mace Yakomina : 100 ribu/ uang merah. Dana Otsus pembangunan 6 trilyun. dst dst

    Kita kasih econometrics ke peradaban papua, dan kita anggap itu modernisasi, suatu kelayakan batiniah dan humanis.
    Padahal aslinya, kita jajah mereka dengan perekonomian, bir dan indomie.
    Any views or opinions presented above are solely those of the author. Thus the author may disclaim accuracy on warranties and liabilities they may cause including loss of intellectual properties, economical benefit, and coordinated mental responses.

  7. #7
    Tanpa bermaksud mengurangi rasa belas kasih, welas asih dan rasa prihatin. Aku setuju sama penulis di kompasiana itu.
    Entah kenapa banyak orang segitu ngebetnya benci sama Israel dan pengen banget Israel mati, sampe mau ikutan ISIS. Iya saya ngerti menurut kalian Israel itu salah. Tapi itu menurut kalian dari sudut pandang yang dikasih sama wartawan.
    Ini ada masalah yang lebih parah loh, orang Papua itu taunya Presiden Indonesia ya Soekarno.
    Kebayangkan betapa tertinggalnya orang Papua.
    Wanita wanita di Papua masih mengalami kekerasan. Kebanyakan orang Indonesia malah ngurusin orang Palestina.
    Saya gak ngerti sama orang-orang yang mau ikutan ngebelain Palestina itu kebanyakan tenaga, polos atau pura-pura tidak perduli ya

  8. #8
    pelanggan setia Ronggolawe's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Posts
    5,137
    bagi gw selama Israel masih menjajah palestina di
    luar wilayah jatahnya Israel menurut UN Partition
    terbaru, maka selama itu pula Israel melanggar ni
    lai pada Pembukaan UUD 1945 Alenia satu, maka
    selama itu juga semampu gw, gw memaki dan me
    ngutuk tuh Israel.

    dan sebagai penduduk NKRI yang merdeka "Atas
    Berkat Rahmat Allah... " gw punya kesadaran ukhu
    wah untuk minimal merasakan penderitaan saudara
    saudara gw, seiman, seketurunan Adam yang men
    derita di Gaza.

    Indonesia menjajah Papua? emangnya ada berapa
    KRI yang memblokade Papua? banyakan mana pasu
    kan TNI di Papua dibanding di Aceh?

    Tulisan sampah begini kok dibiarin, user kaya si Indo
    maniak yang sedikit banyak mengganggu keragaman
    beragama di KM ini, mestinya di banned saja!!!
    "And this world of armchair bloggers who created a generation of critics instead of leaders, I'm actually doing something. Right here, right now. For the city. For my country. And I'm not doing it alone. You're damn right I'm the hero."

    --Oliver Queen (Smallville)

  9. #9
    Chief Cook ndableg's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    5,910
    Santai aja pak e. Silakan didebat aja.

  10. #10
    Chief Barista cha_n's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    11,544
    gua quote tulisan si [MENTION=26]nerve_gas[/MENTION]
    gua setuju ama dia


    satu lagi, buat kita bangsa Indonesia sekalian, yang seringkali ngemeng "Repot-repot ngurusin orang di Palestina, di Indonesia aja banyak yang masih susah."

    Itu adalah pembenaran paling dudul yang kita omongin sebagai bangsa beradab. Karena, ujung-ujungnya, kita bakal ngomong:

    "ah, ngapain ngurusin orang di Papua sana, di Jakarta aja masih banyak yang susah."

    Yang kemudian dilanjutkan dengan:

    "Ah, ngurus diri sendiri aja susah."

    NGOK BERAT.

    ini ada sedikit kutipan dari Martin Niemöller, pastor asal Jerman yang ngelawan Nazi semasa Perang Dunia II.

    First they came for the Socialists, and I did not speak out—
    Because I was not a Socialist.

    Then they came for the Trade Unionists, and I did not speak out—
    Because I was not a Trade Unionist.

    Then they came for the Jews, and I did not speak out—
    Because I was not a Jew.

    Then they came for me—and there was no one left to speak for me.
    -------

    empati dan simpati kepada Palestina itu kan harus dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, jadi bukan sekedar "ngurusin negara orang".

    Gini deh. kalau mau make pembelaan bahwa di Indonesia masih banyak yang hidup di jalanan, tidak mengenyam bangku pendidikan, kelaparan, dll dsb, harus kita lihat bahwa Indonesia sudah punya pemerintahan yang berdaulat. Pemerintah yang tidak lagi harus berurusan dengan negara tetangga hanya karena check point militer dan kewenangan di daerah tertentu.

    Lalu, Pemerintah Indonesia memungut pajak dari rakyatnya (yang bisa membayar pajak) dan memiliki APBN rutin. GDP kita, berdasarkan World Bank, mencapai US$ 868.3 billion. Sedangkan Palestina "hanya" US$10.24 billion, yang juga berdasarkan data World Bank.

    Masyarakat Palestina memang bisa membayar pajak. Tapi kondisi keseharian mereka yang lebih parah dari Indonesia memang harus jadi perhatian. Emang warga Indonesia pernah ngerasain, untuk pindah dari satu kota ke kota lain harus lewat checkpoint dan diperiksa oleh tentara setiap hari?

    menghapuskan kemiskinan, kelaparan, menjamin pendidikan di Indonesia adalah tugas negara yang diwakili oleh Pemerintah, dan sudah diamanatkan konstitusi. Kalau masih ngemeng banyak kemiskinan dan kelaparan, protes ke Pemerintah kita yang berdaulat, punya dana, dan punya kekuatan untuk mengubah itu semua. Jangan permasalahkan orang lain yang mendukung Palestina.

    Dan tentunya, konstitusi kita juga sudah menjamin bahwa kemerdekaan ialah hak segala bangsa. Jadi, kalau ada masyarakat Indonesia yang komen ini itu soal kepedulian kita terhadap Palestina, kemungkinannya ada dua. antara mereka memang gak punya perikemanusiaan dan gak tau konstitusi, atau memang sepenuhnya dudul.
    ...bersama kesusahan ada kemudahan...

    “Aku Rela di Penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.” ― -Mohammad Hatta
    “Aku Rela di Penjara asalkan bersama akses internet, karena dengan internet aku bebas.” ― -cha_n

    My Little Journey to India

  11. #11
    tadinya mau nulis, eh mba [MENTION=7]cha_n[/MENTION] udah ngutip status sayah dari facebook. hehehehe

    ya begitu stance saya.

    harusnya orang gak permasalahkan orang lain yang mendukung kemerdekaan bangsanya sendiri melawan okupasi dari negara lain.

    lebih gampangnya, tarik aja ke diri kita sendiri. Kalau seandainya Mesir, Suriah, Irak, dan India gak mau repot2 dengan perjuangan Indonesia di tahun 1945, gak akan ada dukungan internasional atas kemerdekaan yang diproklamasikan oleh Soekarno Hatta. kalau ini ngga ada, bisa jadi pressure terhadap Belanda untuk akhirnya mengakui kemerdekaan Indonesia di tahun 1949 tidak akan pernah terwujud.

  12. #12
    pelanggan setia TheCursed's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Posts
    3,231
    you know.
    Now. This. Is a food for thought.

    Bikin gue pribadi jadi mengevaluasi lagi: 'Kenapa gue mau repot2 ngurusin orang lain ?'.


    Welp, the answer is: 'Because I Can'. That's it.
    Last edited by TheCursed; 20-08-2014 at 09:36 PM.
    A proud SpaceBattler now.

  13. #13
    Chief Barista cha_n's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    11,544
    izin share ya [MENTION=26]nerve_gas[/MENTION]
    *telat.com

    aku paham sih kalau ada yang ga puas dengan pemerataan kesejahteraan di negeri ini. tapi minimal kita masih merasakan rasa aman, tanah gak diserobot bangsa lain, bahkan yang punya tanah terusir. anak baru lahir yang didengar duluan suara bom.

    sudah selayaknya kita juga berempati pada penderitaan orang lain
    ...bersama kesusahan ada kemudahan...

    “Aku Rela di Penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.” ― -Mohammad Hatta
    “Aku Rela di Penjara asalkan bersama akses internet, karena dengan internet aku bebas.” ― -cha_n

    My Little Journey to India

  14. #14
    betul mba [MENTION=7]cha_n[/MENTION]

    kesulitan yang dihadapi oleh warga Indonesia itu kan karena salah kita sendiri. pemerintah yang korup dan aparatnya yang tutup mata.

    biar begitu, toh Indonesia kan gak harus berhadap-hadapan perang urat syaraf dengan negara lain. Jadi memang intinya korupsi menggurita yang menyebabkan rendahnya kualitas hidup orang Indonesia. Tentunya, lagi-lagi, pemerintah kita punya otot dan otak kok untuk ngeberesin itu semua.

    lah kalok Palestina, kondisinya kan sama aja kaya kita sebelum 1945. berjuang terus.

  15. #15
    pelanggan sejati surjadi05's Avatar
    Join Date
    Jun 2011
    Posts
    9,355
    Yup gw setuju sama ronggo dan chan, menurut gw kasus palestina itu termasuk penjajahan, gw pernah baca dimana (sori lupa) bahwa uang pajak palestina yg dipungut dari rakyat palestina aja, pengembaliannya mesti atas "sepengetahuan" israel apalagi bantuan internasional ::
    you meet someone
    you two get close
    its all great for awhile
    then someone stops trying
    Talk less, awkward conversations, the drifting
    No communication whatsoever
    Memories start to fade
    Then the person you know become the person u knew
    That how it goes. Sad isn't it?

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •