Seiring selesainya pilpres yang ditandai dengan kekalahan kedua pasangan calon presiden-wakil presiden, hampir selesainya piala dunia yang tidak pernah saya ikuti perkembangannya, dan disetujuinya cuti saya mulai hari ini sampai seminggu setelah lebaran nanti ... saya mau berpamitan dengan semua teman-teman di sini ...
Tidak ada yang salah dengan perpisahan, ia adalah bagian dari pertumbuhan, and human cannot help but growing. Seperti orang tua saya meninggalkan kampung halaman mereka berpuluh tahun lalu, dan leluhur kita meninggalkan benua Afrika ratusan ribu tahun lalu, saya-pun berangkat meninggalkan banyak hal di belakang untuk menyongsong hal-hal yang baru.
Terima kasih buat teman-teman yang sudah membagi kebersamaan selama ini, beberapa bahkan sudah jadi teman bercengkrama sejak dari generasi ekilat, yaitu ketika saya masih anak muda bujang ingusan yang mati-matian berusaha mengesankan para bos besar dan (tentu saja) para sekretaris mereka .
Proses ini memang tidak sebentar. Saya merasakan perubahan-perubahan mendasar sejak berangkat haji dua tahun lalu... menyaksikan teman-teman satu kloter yang mendapat pencerahan soal kehidupan mereka. Ada yang menyesali arah kehidupan mereka, ada yang bertanya-tanya tentang apa yang mereka kejar selama ini, ada yang memutuskan untuk menjadi orang yang berbeda begitu pulang ke tanah air nanti, ada yang bersemangat menerima status sosial baru di lingkungannya kelak, bahkan ada yang pada dasarnya kebingungan apa yang mereka lakukan di sana. Bagi saya sendiri kepergian waktu itu adalah liburan yang sangat menyenangkan, yang saya mendapat kesempatan untuk mengobrol seorang diri dalam diam, duduk bermalam-malam suntuk di depan Ka'bah, sunyi di tengah lautan manusia yang hingar bingar dengan ketakutan dan harapan di dalam jiwa mereka masing-masing (note, buat yang belum berangkat, segeralah ke sana. Highly recommended. Perjalanan ke sana jangan dianggap hanya untuk orang-orang tua yang sudah siap menunggu mati, tapi sesungguhnya sangat berguna bagi anak-anak muda yang ingin mengambil bekal penting untuk menjalani masa depan).
Ke depan saya akan mengerjakan komitmen-komitmen baru, bertemu dewa-dewi baru, teman musuh baru, kecintaan kebencian baru, dan mungkin kewarganegaraan yang baru. Saya akan menyaksikan lebih dekat lagi anak-anak tumbuh menjadi remaja, berkomitmen untuk lebih banyak memberi perhatian dan waktu untuk mereka. Lebih dekat lagi menemani istri dalam proses pertumbuhan dan pemaknaan hidupnya, dan tentu saja ... menjagai sekretaris saya dari pemanfaatan para pemuda hijau ingusan yang ingin karir mereka tinggi menjulang...
See you when our paths crossed again...