Akhirnya Pasangan Prahara resmi juga, alias pasangan Prabowo - Hatta Rajasa. Singkatan yang muncul mungkin berkorelasi dengan potensi musibah yang bisa dialami negeri ini jika dipimpin oleh orang-orang haus kekuasaan dan transaksional. Apalagi, calon presidennya juga tidak punya track record yang handal dalam memimpin sebuah institusi sipil resmi. Paling jauh memimpin HKTI yang petaninya makin hari justru makin melarat.
Spoiler for foto Prabowo pas muda:
Banyak analisis menyebutkan Hatta Rajasa terpilih karena kemampuan finansialnya dalam melakukan kampanye. Tentu saja, untuk menandingi Jokowi (yang minim dana) tentu membutuhkan dana sangat besar.
Namun yang kali ini menarik adalah bagaimana dalam pusaran Pasangan Prahara (Prabowo Hatta) justru banyak sekali kelompok / pihak barisan sakit hati yang tersingkir dari idealisme poros politik PDI-P (Nasdem, PKB, Hanura). Paling tidak beberapa pihak ber-aura negatif yang ada di Pasangan Prahara:
- Golkar (ARB): Yang sangat menyedihkan adalah kasus Abu Rizal Bakrie. Mungkin karena terlalu banyak memeluk Teddy Bear, perusahaannya yang mandek kini digenapi oleh ketidakbecusannya dalam membuat poros Golkar sendiri. Yang ada malah ARB seperti tidak dianggap. Kabar yang beredar, ARB tidak jadi mendukung Jokowi akibat Megawati menolak bagi-bagi kekuasaan. Sedangkan di Gerindra, dikasih jabatan menteri utama (baca: menteri utama untuk ARB).
- PKS: Sangat miris melihat betapa paradoks antara apa yang pernah diucapkan kader PKS dengan apa yang dilakukan. Siapa pun sudah tahu kalau Prabowo dilahirkan dari keluarga yang sebagian penganut Kristen (ibu dan adik-adiknya). Salah seorang kadernya (jubir) pernah berseloroh penuh antipati: “Kita suka sama Jokowi, kita juga welcome sama Prabowo, tapi mereka tidak lahir dari rahim umat,” kata Jubir PKS, Mardani Ali Sera (sumber: detikcom). Tapi toh demi konsensi jabatab strategis yang tidak akan Jokowi pernah kasih, PKS rela bercumbu dengan Prabowo.
- PPP: Waduh Suryadharma Ali? Wah silakan cari sendiri deh track recordnya terutama soal ke-Bhinneka-an. Kok temannya Prabowo sangat kontras ya dengan apa yang Prabowo visi-kan.
- Amien Rais: Tokoh yang katanya reformis ini dulu nomor satunya penentang pelanggaran HAM. Namun dengan jilatan yahud-nya kepada Prabowo makin menunjukkan bahwa rumor Amien Rais seorang yang seperti bunglon makin benar. Bagaimana mungkin tokoh yang katanya reformis 1998 mendukung Prabowo yang cerminan Orde Baru dulu? Amien Rais seorang penunggang perjuangan mahasiswa?
- Harry Tanoe: Didepak oleh Nasdem karena konon tidak mau memberikan janji jabatan kepada HT, akhirnya HT loncat dan hinggap di Hanura. Sayangnya, Wiranto yang merupakan Jenderal yang pernah tahu kondisi 1998 dulu mengerti siapa yang harus didukung demi tidak ambruknya negara ini. Wiranto dukung Jokowi. Namun, HT yang kerap terbuang kali ini mencoba peruntungannya lagi pada Prabowo.
- Rhoma Irama: Rhoma terlalu over pede dengan kemampuannya menarik massa untuk PKB. Sayangnya, Muhaimin Iskandar realistis karena toh suaranya tidak cukup untuk mendukung capres odong-odong satu ini. Sakit hati, akhirnya Rhoma merapat pada Prabowo.
- Rachmawati Soekarnoputri: Seorang yang selalu berusaha menjadi rival Megawati namun tidak pernah sebanding. Sayangnya kali ini keterlaluan, mosok sih tega mendukung orang yang merupakan bagian dari Orde Baru?
Tapi memang seperti nasib Mega, kali ini Jokowi juga diterpa isu ABJ (Asal Bukan Jokowi). Jokowi yang punya visi Indonesia tanpa korupsi pasti sangat dibenci oleh kelompok tertentu. Apalagi setelah cawapresnya resmi Jusuf Kalla, kepastian akan moncernya pasangan ini akan membuat bergidik kalangan status quo.
sumber http://nasionalis.me/2014/05/barisan...prabowo-hatta/
Semakin menarik ya sinetron Prahara ini kalo 'di tonton'