Page 4 of 13 FirstFirst ... 23456 ... LastLast
Results 61 to 80 of 246

Thread: [ngobrol] Bunga Bank bukan riba?

  1. #61
    nah itu dia kang [MENTION=249]Alip[/MENTION]

    masalahnya, dlm hukum positif kita (baca perdata)
    ketika suatu perjanjian di TT kedua belah pihak, maka hal itu sah adanya
    sbg bukti persetujuan/kesepakatan bersama.

    sayangnya, latar belakang/motif peminjaman atau nunggak angsuran
    jarang dijadikan konsideran dlm pembuatan klausulnya.

    klo dari sisi pemberi pinjaman/debitur, asumsinya mah harus lancar
    sehingga terms&conditions-nya didisain memaksa, krn merasa memiliki
    bargaining position lebih kuat
    mbregegeg ugeg-ugeg hemel-hemel sak dulito

  2. #62
    pelanggan tetap Alip's Avatar
    Join Date
    May 2011
    Posts
    1,635
    ^ makanya saya berharap ada yang masuk dari sisi agama sih. Oom Pasing...

    Tapi sebentar dulu... mau nyicil bayar utang ke Chan, moga-moga utangnya gak kena bunga tinggi…

    ... ngobrol OOT sedikit soal inflasi dan apakah bunga bank merupakan penyebab inflasi...

    Tapi tentu saja saya tidak akan memaparkan segala macam perkembangan teori dan pro-kontra-nya di sini... selain saya sendiri nggak ngerti, yang paling penting bagi kita sekarang adalah memahami konsep dasar inflasi ... bukan untuk terlibat dalam perdebatan akademik soal inflasi.

    Apakah inflasi itu?
    Sederhananya inflasi adalah naiknya harga-harga secara umum dan berkelanjutan pada periode tertentu. Kelereng yang dulu bisa kita beli seharga 1.000 rupiah per lima ratus butir, sekarang berharga dua ratus rupiah sebutir, itupun kalau masih bisa ketemu warung yang menjual kelereng sekarang ini. Itulah kasus inflasi.

    Apa penyebabnya?
    Sederhananya, kenaikan harga. Jadi kalau melihat definisi di atas, inflasi pastilah disebabkan oleh kenaikan harga yang ajeg secara terus menerus. Ada lagi cerita soal suplai (penawaran/penyediaan) uang, tapi penyebab satu ini saya pisahkan dulu dan kita obrolkan agak belakangan nanti, kita lihat satu persatu dan pertama kita masuki dulu perihal kenaikan harga.

    Kenapa harga naik?
    Jawaban sederhana seorang anak SMA akan sama dengan professor perguruan tinggi, yaitu “karena barang yang tersedia lebih sedikit dari jumlah yang diminta”. Akibat barang langka padahal orang banyak yang mau, maka harga jadi naik… demikian buku teori.

    Dalam dunia nyata tinggal kita lihat penyebab kelangkaan barang. Apakah karena produksinya berkurang (beras jadi mahal karena banyak sawah dibuat jadi mall), atau distribusinya tidak lancar (beras produksi Cianjur tidak bisa dikirim ke Kalimantan Utara karena tidak ada jalannya – ya iyalah, pakai kapal laut dong, pokoknya di Kaltara beras jadi mahal)… atau justru yang meminta tambah banyak sementara produksi beras segitu-gitu aja (dulu beras Cianjur Cuma dimakan oleh penduduk Cianjur, sekarang sampai penduduk asli Irian ikut pingin makan beras Cianjur – disamping populasi orang Cianjur sendiri yang tambah banyak banget).

    Apakah harga memang ditakdirkan naik?
    Tidak…

    Kita ambil contoh gadget. Apakah harganya cenderung naik atau turun? Komputer? Tiket pesawat terbang?

    Barang-barang di atas selalu berinovasi. Industri yang bersaing bebas mau tidak mau akan berinovasi untuk bisa tetap eksis di tengah persaingan, dan kalau sudah begitu yang diuntungkan adalah masyarakat. Harga-harga akan turun, atau setidaknya untuk harga yang sama bisa mendapat produk yang lebih baik.

    Sejarah juga bercerita begitu.
    Sejak James Watt memulai revolusi industri tahun 1784, semua harga bergerak turun karena berkembangnya produktivitas. Pabrik-pabrik yang didirikan pada periode ini menyebabkan barang-barang yang tadinya harus diproduksi oleh rumah tangga sederhana (lama dan mahal) bisa dibuat dalam waktu singkat dan jumlah yang besar. Jadilah harga-harga terus menerus turun. Kenyataan yang sulit dipercaya oleh para pecinta inflasi, bahwa menurut sejarah, harga-harga di Amerika terus menerus turun dari tahun 1760-an sampai 1923, hampir dua abad negeri itu didominasi oleh deflasi, bukan inflasi.

    Jadi inflasi sesungguhnya bukan suatu norma, dan bukan tanda dari tumbuhnya perekonomian. Karena kalau dilihat dari tulisan kacau-balau saya di atas, deflasi adalah tanda dari makin banyaknya, efisiennya, dan majunya produksi. Tanda bahwa perekonomian bergerak maju.

    Inflasi? Apa kesimpulan dari ekonomi yang makin lama harga-harga jadi makin mahal…?

    ... ups, ada boss...
    Segitu dulu ya… mau ada miting nih… nanti lanjut lagi nyicilnya.
    "Mille millions de mille milliards de mille sabords!"

  3. #63
    pelanggan tetap Alip's Avatar
    Join Date
    May 2011
    Posts
    1,635
    Sekarang kita melangkah ke sisi lain dari inflasi, yaitu jumlah uang beredar.

    Bayangkan suatu ekonomi sederhana di sebuah pulau terpencil. Tiga orang sahabat terdampar di pulau itu dengan masing-masing bermodalkan tiga keping uang, jadi di pulau itu total ada sembilan keping uang.

    Tiga sahabat itu kemudian berusaha bertahan hidup dengan menggunakan keahlian masing-masing. Si A bertanam kacang, si B bertanam buncis, dan si C menangkap ikan. Masing-masing hanya bisa menghasilkan sedikit lebih banyak dari keperluan sendiri.

    Awalnya untuk saling mencukupi kebutuhan gizi, ketiga sahabat melakukan barter barang-barang yang mereka hasilkan, tapi karena tidak selalu berhasil (ketika si A ingin makan ikan tangkapan si C, si C belum tentu sedang butuh kacang hasil panen si A) mereka setuju bertukar menggunakan uang. Jadilah sembilan keping uang itu berputar diantara ketiga sahabat untuk jual beli barang. Harga ditetapkan satu keping uang untuk satu kali membeli barang, lepas dari itu kacang, buncis, atau ikan.

    Dua tahun berselang, sebuah peti terdampar di pantai, yang ketika dibuka isinya adalah tiga puluh keping uang. Ketiga sahabat memutuskan untuk membagi kepingan tersebut sama rata. Satu orang dapat sepuluh keping.

    … tapi bukannya membuat hidup tambah asyik, tambahan uang tadi malah menjadi masalah. Baik A, B, maupun C tidak mau lagi menerima sekeping uang untuk kelebihan produksi mereka. Ngapain juga? Toh masing-masing sudah punya tiga belas keping uang, kenapa harus melepas hasil produksi mereka cuma untuk sekeping uang saja?

    Maka terjadilah, si A ingin sekali makan ikan, dia mati-matian membujuk C untuk menjual hasil tangkapannya, tapi karena C tidak mau menerima sekeping uang, A terpaksa menaikkan penawaran uangnya. Setelah negosiasi lama, terjadilah transaksi satu ekor ikan seharga sepuluh keping uang (bayangkan bahwa si B juga ikut menawar ikan C).

    … demikian pula yang terjadi dengan kacang dan buncis, semua baru bisa dilepas setelah diiming-imingi sepuluh keping uang. Terjadilah harga baru.

    Demikianlah ketika jumlah uang bertambah tapi hasil produksi tidak meningkat, harga-harga akan naik, atau lebih tepatnya, nilai uang akan turun. Kalau tadinya hanya perlu sekeping uang untuk seekor ikan, sekarang perlu sepuluh keping uang untuk mendapat ikan yang sama. Nilai uang sudah turun hingga tinggal sepersepuluh dari nilainya semula.

    Segitu dulu ya… mau pulang dulu nih…

    Tapi sebelum dilanjut, sampai di sini kita bisa kita lihat bahwa bunga bank bukanlah penyebab inflasi. Inflasi adalah akibat interaksi yang tidak berimbang antara jumlah uang yang tersedia untuk dibelanjakan dengan jumlah komoditi yang tersedia untuk dibeli. Jadi kalau [MENTION=7]cha_n[/MENTION] ketemu lagi dengan orang yang mengatakan bahwa bunga bank adalah penyebab inflasi, sekarang chan tahu kondisi sebenarnya…

    Kesempatan berikutnya kita ngobrol dikit soal hubungan apa sih yang ada antara bunga bank dan inflasi… Insya Allah...
    "Mille millions de mille milliards de mille sabords!"

  4. #64
    pelanggan tetap thin.king's Avatar
    Join Date
    Jun 2013
    Posts
    803
    Bertahun" gw bingung memahami kata inflasi, om Alip bisa menjelaskan dengan analogi yg mudah dicerna

  5. #65
    pelanggan setia TheCursed's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Posts
    3,231
    Bunga bank riba ?
    Heck no, bukan. ....... Selama skornya di atas 15%.

    Kalo di bawah 7%. Riba.









    A proud SpaceBattler now.

  6. #66
    pelanggan tetap Alip's Avatar
    Join Date
    May 2011
    Posts
    1,635
    Subuh-subuh di kantor emang seru...

    Sekarang soal suku bunga dan inflasi... ini agak njlimet, jadi saya pakai analogi yang sederhana banget yang tujuannya untuk memberi pemahaman dasar, jadi jangan kemudian saya didebat menggunakan segala macam teori ekonomi canggih yaaa...

    Alkisah pemerintah merasa prihatin dengan harga beras Cianjur yang mahal di Papua sanah... maka para politisi berunding dan diputuskan untuk membuat jalan raya menghubungkan antara Cianjur dan Lembah Baliem. Harapannya bila sudah ada infrastruktur seperti ini, beras Cianjur cukup diangkut dengan truk sampai lembah Baliem sanah sehingga harganya akan lebih murah ketimbang diangkut pakai pesawat.

    Hitung punya hitung, megaproyek ini akan menghabiskan dana sepuluh milyar, padahal pendapatan pajak pemerintah cuma lima milyar. Bagaimana mendapatkan dana lima milyar sisanya?

    Banyak alternatip sihhh...tapi untuk tujuan analogi ini kita ambil yang paling gampang, pemerintah pada tahun itu mencetak tambahan uang sebanyak lima milyar. Derr... maka di tahun itu pemerintah punya anggaran sepuluh milyar.

    Alkisah, jalan itu pun jadi. Cianjur-Lembah Baliem cuma dua puluh jam naik truk melintasi laut Jawa-Laut Flores-Laut Banda. Penduduk Papua sekarang bisa menikmati beras Cianjur dengan harga yang 95% lebih murah.

    Tapi masyarakat sekarang memiliki kelebihan uang sebanyak lima milyar. Uang yang tadinya beredar di kalangan toko bangunan dan para tukang batu (yang menerima langsung dari pemerintah ketika membangun jalan Cianjur-Lembah Baliem) kemudian beredar di kalangan warung tegal dan warung remang-remang, dan akhirnya merata ke mana-mana. Seperti cerita kita di atas, maka terjadilah inflasi. Harga-harga merayap naik.

    Kalau perhitungan pemerintah tepat, turunnya harga beras di Irian bisa menganulir kenaikan harga yang lain, karena inflasi dihitung secara agregat (keseluruhan). Jadi mencetak uang tidak selalu hal buruk (catatan bagi mereka yang ingin kembali ke mata uang emas dan anti mata uang kertas) selama uang ekstra tersebut mendorong pergerakan ekonomi yang bisa menyebabkan harga-harga turun (cerita kita yang paling awal).

    Mari kita anggap perhitungan pemerintah tidak tepat (saya tergoda untuk menambah "seperti biasanya", tapi kali ini kita lewatkan dulu) dan turunnya harga beras Cianjur tidak sebanding dengan kenaikan harga-harga lain. Apa yang bisa dilakukan pemerintah? Tentunya susah kalau pemerintah mau bikin pengumuman "mari kita bakar lima milyar uang beredar".

    Langkah yang bisa mengurangi uang beredar adalah menaikkan suku bunga melalui raja-nya para bank, Bank Sentral.

    Jadi teorinya, kalau suku bunga naik, masyarakat akan tertarik untuk menabung. Uang yang tadinya dipakai untuk transaksi di dunia nyata akan dialihkan ke brankas-brankas ke bank. Uang beredar-pun akan berkurang dan nilainya akan kembali membaik.

    Tentu kebalikannya juga serupa, bila suku bunga bank sentral diturunkan, orang-orang akan malas menitipkan uangnya di bank dan lebih suka belanja sana-sini. Uang beredar-pun akan lebih banyak dan inflasi membengkak.

    Nah, begitulah kisah ceritanya. Bunga bank punya keterkaitan dengan inflasi, tapi sebatas instrumen untuk menekan atau mengembangkan, bukan penyebab. Penyebab utama inflasi tetap perbandingan antara jumlah uang dan jumlah komoditi.

    Tentu saja keputusan-keputusan pemerintah yang saya contohkan di atas perlu memperhitungkan banyak faktor yang akan terkait dengan lebih banyak faktor lagi. Biarlah para propesok lulusan universiteit unggulan untuk memikirkan hal-hal macam itu. Buat pemahaman kita, konsepnya cukup yang sederhana begini saja...

    Fiuhhhh...
    "Mille millions de mille milliards de mille sabords!"

  7. #67
    hehehe .....
    Sebuah analogi yng simple/membumi
    terima kasih pencerahannya kang Alip

    Quote Originally Posted by Alip
    ^ makanya saya berharap ada yang masuk dari sisi agama sih. Oom Pasing...
    Soal hutang-piutang, dlm ajaran islam ada clue semacam ini
    [QS 2:280]
    Jika penghutang dalam kesukaran, maka berilah tangguh hingga dia berkelapangan dan
    jika kamu menyedekahkan sebagian atau keseluruhannya, itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui
    Jadi ingat istilah moratorium dan pemutihan bunga yak
    tp jika kita berhadapan dgn lembaga resmi tentu diperlukan alasan/persyaratan
    untuk mendeclare sikon "dalam kesukaran" tsb



    Quote Originally Posted by TheCursed
    Bunga bank riba ?
    Heck no, bukan. ....... Selama skornya di atas 15%.

    Kalo di bawah 7%. Riba.
    maksudnya gemana neh?
    klo skor bunganya > 15% bukan RIBA gitu?
    klo bunganya < 7% = RIBA?
    coba dijabarkan alasannya
    Last edited by pasingsingan; 13-05-2014 at 11:32 AM.
    mbregegeg ugeg-ugeg hemel-hemel sak dulito

  8. #68
    pelanggan setia kandalf's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    6,050
    Quote Originally Posted by Alip View Post
    Langkah yang bisa mengurangi uang beredar adalah menaikkan suku bunga melalui raja-nya para bank, Bank Sentral.

    Jadi teorinya, kalau suku bunga naik, masyarakat akan tertarik untuk menabung. Uang yang tadinya dipakai untuk transaksi di dunia nyata akan dialihkan ke brankas-brankas ke bank. Uang beredar-pun akan berkurang dan nilainya akan kembali membaik.

    Tentu kebalikannya juga serupa, bila suku bunga bank sentral diturunkan, orang-orang akan malas menitipkan uangnya di bank dan lebih suka belanja sana-sini. Uang beredar-pun akan lebih banyak dan inflasi membengkak.

    Nah, begitulah kisah ceritanya. Bunga bank punya keterkaitan dengan inflasi, tapi sebatas instrumen untuk menekan atau mengembangkan, bukan penyebab. Penyebab utama inflasi tetap perbandingan antara jumlah uang dan jumlah komoditi.
    Dari dahulu, saya paling tidak sreg dengan bagian ini.
    Apakah pernah ada pengujian teori ini di Indonesia?

    Lalu katakanlah masyarakat menabung karena tergiur bunga. Dari mana bank mendapatkan bunga? Dari memutar uang alias dipinjamkan lagi. Tentu saja dengan bunga dan jelas lebih tinggi karena bank butuh biaya administrasi. Si peminjam akan menggunakan pinjaman tersebut untuk berdagang dan menjual barang. Tapi duit di masyarakat sudah ditaruh ke bank. Pasti ada yang ditarik. Di satu titik, mestinya ada masa di mana hitungan-hitungan uang tidak cocok dengan kenyataan uang di lapangan dong?
    Lomba peluk2an di Citos: 30 November 2013
    Lomba dorong2an di Candra Naya (dkt Glodok): 8 Desember 2013

  9. #69
    pelanggan tetap Alip's Avatar
    Join Date
    May 2011
    Posts
    1,635
    Quote Originally Posted by kandalf View Post
    Dari dahulu, saya paling tidak sreg dengan bagian ini.
    Apakah pernah ada pengujian teori ini di Indonesia?
    Berbeda dengan teori ilmu pasti, sulit sekali melakukan uji terhadap ilmu sosial yang bersifat makro. Tidak usah di Indonesia, di mana-mana juga selalu ada variabel luar yang mengintervensi hasil dari penelitian, dan bagaimana caranya bisa melakukan uji makro kecuali betul-betul melakukan kenaikan/penurunan suku bunga secara signifikan dan mengamati hasilnya? Resikonya terlalu besar.

    Yang bisa dilakukan adalah uji sejarah, dan dalam hal ini memang banyak peristiwa yang menjurus pada kebenaran teori ini. Tapi lagi-lagi dengan banyak catatan dan tidak pernah ada yang menunjukkan angka korelasi sangat tinggi antara suku bunga dan inflasi.

    Quote Originally Posted by kandalf View Post
    Lalu katakanlah masyarakat menabung karena tergiur bunga. Dari mana bank mendapatkan bunga? Dari memutar uang alias dipinjamkan lagi. Tentu saja dengan bunga dan jelas lebih tinggi karena bank butuh biaya administrasi. Si peminjam akan menggunakan pinjaman tersebut untuk berdagang dan menjual barang. Tapi duit di masyarakat sudah ditaruh ke bank. Pasti ada yang ditarik. Di satu titik, mestinya ada masa di mana hitungan-hitungan uang tidak cocok dengan kenyataan uang di lapangan dong?
    Yang lebih tepatnya, pada titik tertentu ekonomi akan stagnan dan akhirnya mengalami krisis. Kebijakan suku bunga tinggi akan menyebabkan uang tertarik ke bank sehingga bank memiliki banyak cadangan uang, tapi di sisi lain peminjaman uang oleh para wirausaha akan berkurang karena ongkos sewa yang tinggi. Kalaupun ada kegiatan usaha dan penjualan barang, umumnya masyarakat lebih suka menunda belanja mereka dan membiarkan uangnya berkembang dulu. Kegiatan jual beli (kegiatan ekonomi) jadi tertekan. Akhirnya uang berhenti berputar kecuali untuk kebutuhan pokok.

    Jika keadaan begini dibiarkan terus menerus akhirnya bank akan kehilangan kemampuan untuk membayar bunga kepada para penabung karena dia sendiri tidak mendapatkan penghasilan dari bunga peminjam. Sering dengar istilah "krisis perbankan"? begitulah kira-kira gambaran yang terjadi. Bayangkan masyarakat yang tidak percaya bahwa bank akan sanggup mengembalikan uang mereka berikut bunganya.

    Pada prakteknya kebijakan suku bunga ini dikombinasikan dengan berbagai kebijakan lain... yang setelah sekian ratus tahun ilmu ekonomi, masih banyak trial error-nya...
    "Mille millions de mille milliards de mille sabords!"

  10. #70
    pelanggan setia Ronggolawe's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Posts
    5,137
    soal inflasi, bagaimana dengan klaim penggiat
    dinar emas, bahwa harga kambing jantan yang pan
    tas diqurbankan dari 1400thn silam tidak berubah
    dikisaran 1 dinar (4,... gram) emas saja

  11. #71
    Jika keadaan begini dibiarkan terus menerus akhirnya bank akan kehilangan kemampuan untuk membayar bunga kepada para penabung karena dia sendiri tidak mendapatkan penghasilan dari bunga peminjam. Sering dengar istilah "krisis perbankan"? begitulah kira-kira gambaran yang terjadi. Bayangkan masyarakat yang tidak percaya bahwa bank akan sanggup mengembalikan uang mereka berikut bunganya.
    Mungkin kondisi inilah yang menyebabkan negara2 terkena krisis 2008 pada akhirnya menerapkan kebijakan bunga rendah
    -- bahkan hingga 0%. Untuk memacu produksi kali ya.

  12. #72
    pelanggan tetap Alip's Avatar
    Join Date
    May 2011
    Posts
    1,635
    Quote Originally Posted by Ronggolawe View Post
    soal inflasi, bagaimana dengan klaim penggiat
    dinar emas, bahwa harga kambing jantan yang pan
    tas diqurbankan dari 1400thn silam tidak berubah
    dikisaran 1 dinar (4,... gram) emas saja
    Boleh tuh diminta menunjukkan tanda terima transaksi kambing jantan selama 1.400 tahun terakhir...

    Dengan asumsi hal itu benar, bisa dilihat dari teori di atas bahwa suplai emas dan komoditi relatif berimbang, kalau bukan malah defisit dari sisi emas. Emas adalah logam yang sulit didapat sehingga produksinya terbatas dibandingkan pertumbuhan ekonomi. Wajar saja kalau harga emas terus menerus naik.

    Jika kita jadikan emas sebagai uang, maka bisa dipahami kalau nilai tukarnya relatif lebih stabil dibanding uang kertas yang lebih mudah diproduksi. Coba kalau mendadak kita kejatuhan meteor sebesar bulan yang keseluruhannya terdiri dari emas murni... maka nilai emas tidak lagi setinggi sebelumnya.

    Quote Originally Posted by danalingga View Post
    Mungkin kondisi inilah yang menyebabkan negara2 terkena krisis 2008 pada akhirnya menerapkan kebijakan bunga rendah
    -- bahkan hingga 0%. Untuk memacu produksi kali ya.
    Tadinya saya berharap bakal dibabar lebih jelas oleh yang jualan saham...
    "Mille millions de mille milliards de mille sabords!"

  13. #73
    pelanggan setia TheCursed's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Posts
    3,231
    Quote Originally Posted by pasingsingan View Post
    ....
    maksudnya gemana neh?
    klo skor bunganya > 15% bukan RIBA gitu?
    klo bunganya < 7% = RIBA?
    coba dijabarkan alasannya
    Sorry, rada miring di saat orang2 pada serius.

    Maksudnya kalo bunga-nya kecil, riba.
    Kalo besar, bukan riba. Soalnya ukurannya terlalu menyenangkan buat kantong gue untuk di bilang riba.
    A proud SpaceBattler now.

  14. #74
    Quote Originally Posted by TheCursed View Post
    Sorry, rada miring di saat orang2 pada serius.

    Maksudnya kalo bunga-nya kecil, riba.
    Kalo besar, bukan riba. Soalnya ukurannya terlalu menyenangkan buat kantong gue untuk di bilang riba.
    wahaha .....

    itu kacamata rentenieur kan?

    dasar lu
    mbregegeg ugeg-ugeg hemel-hemel sak dulito

  15. #75
    pelanggan tetap Alip's Avatar
    Join Date
    May 2011
    Posts
    1,635
    Baron von Münchhausen digebuki oleh Hantu Tambak Boyo...

    ... habis ngobrol sama teman, menurutnya bunga bank itu haram karena sudah menetapkan keuntungan di depan. Berbeda dengan sistem bagi hasil yang sharing risk sharing profit sharing loss...

    Ada yang pro kontra?
    "Mille millions de mille milliards de mille sabords!"

  16. #76
    pelanggan setia hajime_saitoh's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Location
    https://t.me/pump_upp
    Posts
    2,005
    Quote Originally Posted by kandalf View Post
    Dari dahulu, saya paling tidak sreg dengan bagian ini.
    Apakah pernah ada pengujian teori ini di Indonesia?

    Lalu katakanlah masyarakat menabung karena tergiur bunga. Dari mana bank mendapatkan bunga? Dari memutar uang alias dipinjamkan lagi. Tentu saja dengan bunga dan jelas lebih tinggi karena bank butuh biaya administrasi. Si peminjam akan menggunakan pinjaman tersebut untuk berdagang dan menjual barang. Tapi duit di masyarakat sudah ditaruh ke bank. Pasti ada yang ditarik. Di satu titik, mestinya ada masa di mana hitungan-hitungan uang tidak cocok dengan kenyataan uang di lapangan dong?
    mana lagi sekarang banyak masyarakat yang males menabung di bank gara2 biaya administrasinya gede....

    ---------- Post Merged at 08:43 PM ----------

    Quote Originally Posted by Alip View Post
    Baron von Münchhausen digebuki oleh Hantu Tambak Boyo...

    ... habis ngobrol sama teman, menurutnya bunga bank itu haram karena sudah menetapkan keuntungan di depan. Berbeda dengan sistem bagi hasil yang sharing risk sharing profit sharing loss...

    Ada yang pro kontra?
    saya belum memahami konsep bagi hasil di perbankan syariah... jadi masih belum memutuskan apakah memang sistem bagi hasil di perbankan syariah benar2 sistem syariah atau hanya sistem bunga yang dikostumisasi....

  17. #77
    pelanggan setia
    Join Date
    May 2011
    Posts
    4,952
    bagi hasilnya kalo kita nabung, kalo minjem mah udah ditetapkan di depan alias bunga - bahkan bunganya ditarik duluan besar-besaran. eh...kok berasa nggak adil ya?
    There is no comfort under the grow zone, and there is no grow under the comfort zone.

    Everyone wants happiness, no one wants pain.

    But you can't make a rainbow without a little rain.

  18. #78
    Chief Barista cha_n's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    11,544
    om [MENTION=249]Alip[/MENTION] makasih pencerahannya
    hmm ada link
    alasan sejarah dll dari penggiat ekonomi islam
    http://konsultasi.wordpress.com/2007...rmasuk-riba-2/
    ...bersama kesusahan ada kemudahan...

    “Aku Rela di Penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.” ― -Mohammad Hatta
    “Aku Rela di Penjara asalkan bersama akses internet, karena dengan internet aku bebas.” ― -cha_n

    My Little Journey to India

  19. #79
    pelanggan tetap Alip's Avatar
    Join Date
    May 2011
    Posts
    1,635
    Terima kasih, Chan... tadinya saya pikir utasan ini sudah habis, selesai sampai di sini...

    Cuma kalau boleh saran, mungkin akan lebih enak kalau isi dari pranala luar di salin-rekat juga di sini, untuk kepentingan beberapa orang (sebenarnya saya sih) yang kalau di kantor tidak punya akses cukup untuk melihat-lihat internet di luar situs-situs tertentu. Kalau artikelnya kepanjangan, boleh-lah di ambil bagian-bagian tertentu yang dianggap penting untuk bisa diobrolkan (bukan dibahas) satu per satu secara terfokus.

    Mujur sedang di rumah, jadi saya bisa buka tautan yang dikasih sama Chan...

    Pandangan umum saja ya? Nanti kalau ada hal-hal yang lebih spesifik dari artikel itu yang ingin diobrolkan, boleh direkat di sini.

    Meski berjudul sejarah riba, artikel ini buat saya tidak banyak memaparkan sejarah. Pada intinya artikel ini mengkritik ulama-ulama kontemporer yang membolehkan bunga bank, lalu menyamakan hal tersebut dengan perilaku orang Yahudi yang menurutnya biasa menganulir atau mengganti ajaran kitab suci mereka sesuai dengan kemauan mereka sendiri. Salah satunya soal larangan riba. Disebutkan juga beberapa dalil yang melarang riba, baik dari ajaran Yahudi maupun ajaran Islam, sedangkan pemikiran ulama kontemporer yang dimaksud sama sekali tidak dibahas, kecuali satu yang paling lemah yaitu aspek kedaruratan.

    Nah, tanpa terlibat dengan sentimen salafiyah-modernis yang diusung artikel ini, saya cuma coba membantu obrolan dengan mengemukakan salah satu pemikiran yang dibawa oleh pihak yang meninjau ulang status riba-nya bunga bank.

    Kita lihat kedua kasus di bawah ini,

    Alkisah si Kabayan ingin membuka warung hasil bumi mertuanya, maka dia mengadakan perjanjian sewa kios dengan PD Pasar Jaya setempat. Sederhana saja, kios seharga sepuluh juta tersebut disewa si Kabayan selama setahun dan tiap bulannya dia membayar seratus ribu rupiah pada PD Pasar Jaya.

    Di akhir tahun, PD Pasar Jaya mendapatkan kembali kios seharga sepuluh juta tersebut, dengan tambahan sebesar satu juta dua ratus ribu rupiah dari uang sewa yang dibayarkan oleh Si Kabayan.
    si Kabayan perlu uang untuk membeli bibit dan pupuk guna bertani di sawah mertuanya. Total diperlukan biaya sebesar sepuluh juta rupiah. Maka ia mengadakan perjanjian sewa uang dengan BPD setempat. Sama sederhananya, dia boleh menyewa sepuluh juta rupiah selama setahun dengan biaya sewa sebesar seratus ribu rupiah perbulan. Maka Kabayan membeli bibit dan pupuk, dan bertanilah dia selama setahun di bawah pengawasan mertuanya, dan tiap siang mendapat kiriman makan siang dari istrinya tercinta.

    Di akhir tahun BPD setempat mendapatkan kembali uang sepuluh juta-nya berikut tambahan sebesar satu juta dua ratus ribu rupiah sewa yang dibayarkan oleh Kabayan.
    Dua mekanisme yang persis sama, tapi kasus pertama tidak dikenai hukum riba dan dilarang (sehingga kasus kontrak rumah, sewa mobil, dan sebagainya sampai sekarang masih dibolehkan), sedangkan kasus kedua menjadi perdebatan karena komoditi yang disewakan adalah uang.

    Nah, sekali lagi, tidak untuk memberikan fatwa, cuma menyeimbangkan artikel yang dirujuk oleh Chan, begitulah salah satu dasar pemikiran yang mempertanyakan status haramnya bunga bank.

    ***

    Quote Originally Posted by hajime_saitoh View Post
    saya belum memahami konsep bagi hasil di perbankan syariah... jadi masih belum memutuskan apakah memang sistem bagi hasil di perbankan syariah benar2 sistem syariah atau hanya sistem bunga yang dikostumisasi....
    Quote Originally Posted by tuscany View Post
    bagi hasilnya kalo kita nabung, kalo minjem mah udah ditetapkan di depan alias bunga - bahkan bunganya ditarik duluan besar-besaran. eh...kok berasa nggak adil ya?
    Makanya ini lagi nunggu para praktisi per-bank-an untuk ikut nyebur... pada ke mana sih ya?
    "Mille millions de mille milliards de mille sabords!"

  20. #80
    Quote Originally Posted by Alip View Post
    Baron von Münchhausen digebuki oleh Hantu Tambak Boyo...

    ... habis ngobrol sama teman, menurutnya bunga bank itu haram karena sudah menetapkan keuntungan di depan. Berbeda dengan sistem bagi hasil yang sharing risk sharing profit sharing loss...

    Ada yang pro kontra?
    hmm ......
    pernyataan menarik
    mekanismenya spt apa yak


    katakanlah saya pinjem duit di bank syariah 10jt untuk modal usaha
    lalu matrik angsurannya spt apa, jika saya pilih 36 bulan masa pengembalian misalnya?
    kira2 mana dari skema dibawah yng bakal diterapkan

    - besaran bunga ditetapkan didepan oleh bank, berdasarkan trend/forecast pasar uang
    - besaran bunga ditetapkan bersama, berdasarkan prediksi keuntungan bisnis peminjam
    - besaran bunga ditentukan oleh kesanggupan peminjam
    Last edited by pasingsingan; 19-05-2014 at 10:36 AM.
    mbregegeg ugeg-ugeg hemel-hemel sak dulito

Page 4 of 13 FirstFirst ... 23456 ... LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •