Page 2 of 4 FirstFirst 1234 LastLast
Results 21 to 40 of 80

Thread: [diskusi & sharing]Double income...?

  1. #21
    pelanggan setia eve's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    4,118
    Yes mbok... Saya kira juga gitu.. Tapi kalau sesuai judul threadnya, berarti memang jakarta kudu double income ya untuk mendapatkan standar hidup yang "berkecukupan" di jakarta...
    hai hai hai......

  2. #22
    pelanggan tetap ga_genah's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    1,661
    Quote Originally Posted by yanwok View Post
    Like all my friends said,
    "Jangan beli mobil sebelum kebeli rumah"
    like this

    tp masalahnya, biasanya cuman bisa beli mobil yg harganya turun terus
    sedangkan rumah ga kebeli kerena harga rumah naek terus

  3. #23
    pelanggan tetap Alip's Avatar
    Join Date
    May 2011
    Posts
    1,635
    Terima kasih atas tanggapannya... maap baru muncul... habis dipaksa nonton motogp padahal bukan penggemar...

    Nah, para teman-teman itu hidup berkecukupan tapi mereka punya sudut pandang sendiri soal pengelolaan keuangan karena menurut mereka kehidupan berkeuangan itu haruslah direntang (stretched) sampai mati... jadi bukan sekedar memenuhi kebutuhan hidup, tapi juga memenuhi kebutuhan selama hidup. Faktor yang perlu diperhitungkan antara lain:

    • Pemenuhan kebutuhan dasar seperti pangan sandang papan kendaraan, termasuk biaya perawatan, pengembangan (nambah kamar, renovasi), penggantian (ganti motor/mobil yang sudah terlalu tua) ke depannya
    • Uang sekolah anak sampai lulus S1, dengan asumsi si anak akan masuk universitas swasta dan tidak mendapat beasiswa (kalau dapat beasiswa penuh itu bonus, tapi bikin asumsi ya harus konservatif). Dihitung menggunakan perkiraan biaya kuliah ketika si anak kelak berumur 18 tahun (inflasi dkk.)
    • Biaya kesehatan ketika nanti tua dan tidak terlalu produktif lagi
    • Tabungan yang cukup untuk hidup sederhana pasca pensiun tanpa membebani anak-anak, dengan perkiraan harapan hidup sampai 75 tahun

    Kesimpulannya, meski sekarang cukup atau bisa dicukupkan, mereka merasa perlu banget double income untuk akumulasi uang guna mengantisipasi perkembangan kebutuhan-kebutuhan di masa depan... begitu cara mereka berpikir...

    Minggu lalu saya ngobrol sama dua teman, satu tinggal di Missouri dan satu lagi di California, yang masing-masing umurnya sudah 60 tahun dan masih aktif di kantor. Alasannya, "I cannot afford to retire yet!!! Our economy is so jumbled that senior citizen like us must still work to survive".

    Memang sih, kasus dua orang itu melibatkan banyak faktor eksternal ekonomi makro yang saya harap tidak akan terjadi di Indonesia (fingers crossed, I'm bit skeptical)... tapi lumayan membuka cara pandang baru.
    "Mille millions de mille milliards de mille sabords!"

  4. #24
    pelanggan setia mbok jamu's Avatar
    Join Date
    Oct 2012
    Posts
    3,417
    Quote Originally Posted by eve View Post
    Yes mbok... Saya kira juga gitu.. Tapi kalau sesuai judul threadnya, berarti memang jakarta kudu double income ya untuk mendapatkan standar hidup yang "berkecukupan" di jakarta...
    Ya ndak perlu double kalau one income (income suami, misalnya) bisa membuat satu keluarga hidup berkecukupan.

  5. #25
    pelanggan setia Alethia's Avatar
    Join Date
    Jan 2012
    Posts
    4,059
    mau penghasilan suami 100 jt pun, istri mnrtku harus tetap menghasilkan uang sendiri, entah itu kerja kantor atau usaha kecil2an...namanya hidup, ga ada yang tau, ga selamanya sehat dan kuat dan setia, masing2 harus bisa mandiri.
    Jangan kamu bilang dirimu kaya, bila tetanggamu memakan bangkai kucingnya.
    -Rendra

  6. #26
    pelanggan setia mbok jamu's Avatar
    Join Date
    Oct 2012
    Posts
    3,417
    Quote Originally Posted by Alip View Post
    Terima kasih atas tanggapannya... maap baru muncul... habis dipaksa nonton motogp padahal bukan penggemar...

    Nah, para teman-teman itu hidup berkecukupan tapi mereka punya sudut pandang sendiri soal pengelolaan keuangan karena menurut mereka kehidupan berkeuangan itu haruslah direntang (stretched) sampai mati... jadi bukan sekedar memenuhi kebutuhan hidup, tapi juga memenuhi kebutuhan selama hidup. Faktor yang perlu diperhitungkan antara lain:

    • Pemenuhan kebutuhan dasar seperti pangan sandang papan kendaraan, termasuk biaya perawatan, pengembangan (nambah kamar, renovasi), penggantian (ganti motor/mobil yang sudah terlalu tua) ke depannya
    • Uang sekolah anak sampai lulus S1, dengan asumsi si anak akan masuk universitas swasta dan tidak mendapat beasiswa (kalau dapat beasiswa penuh itu bonus, tapi bikin asumsi ya harus konservatif). Dihitung menggunakan perkiraan biaya kuliah ketika si anak kelak berumur 18 tahun (inflasi dkk.)
    • Biaya kesehatan ketika nanti tua dan tidak terlalu produktif lagi
    • Tabungan yang cukup untuk hidup sederhana pasca pensiun tanpa membebani anak-anak, dengan perkiraan harapan hidup sampai 75 tahun

    Kesimpulannya, meski sekarang cukup atau bisa dicukupkan, mereka merasa perlu banget double income untuk akumulasi uang guna mengantisipasi perkembangan kebutuhan-kebutuhan di masa depan... begitu cara mereka berpikir...

    Minggu lalu saya ngobrol sama dua teman, satu tinggal di Missouri dan satu lagi di California, yang masing-masing umurnya sudah 60 tahun dan masih aktif di kantor. Alasannya, "I cannot afford to retire yet!!! Our economy is so jumbled that senior citizen like us must still work to survive".

    Memang sih, kasus dua orang itu melibatkan banyak faktor eksternal ekonomi makro yang saya harap tidak akan terjadi di Indonesia (fingers crossed, I'm bit skeptical)... tapi lumayan membuka cara pandang baru.
    Orang-orang itu suka membuat hidupnya mahal ya, nambah kamar, apaan.. memangnya mau bikin kos-kosan. Renovasi, bah.. who gives a s*** what their house look like anyway.

    Ganti motor/mobil? Bukannya pensiunan paling enak naik public transport, murah meriah.

    Uang sekolah anak sampai S1, duh.. simbok saja jelek-jelek begini bisa nyari duit sendiri sejak SMA. Ortu ndak pernah pusing mikirin uang kuliahku.

    No wonder. Cara mereka berpikir dan hidup membuat 2nd income itu jadi perlu banget.

  7. #27
    pelanggan tetap Alip's Avatar
    Join Date
    May 2011
    Posts
    1,635
    I am afraid normal people and/or parents give s*** to those things, Mbok...

    Mereka biasanya memulai sebagai anak muda tanpa modal apa-apa, cuma niat kerja keras dan mungkin selembar ijazah. Lalu pelan-pelan sesudah beberapa saat numpang di Pondok Mertua Indah mereka mulai sanggup mencicil rumah tipe 27 yang kamar tidur, dapur, dan ruang tamu sulit dibedakan, karena sanggupnya memang itu... berkendaraan cuma sepeda atau bis kota.

    Lalu anak-anak lahir dan membesar, maka pada saatnya rumah itu perlu ditambahi tempat untuk bisa menampung remaja yang mulai butuh tempat sendiri. Selain itu, rumah murah tipe 27 biasanya sudah mulai keropos setelah sepuluh tahun dan butuh renovasi major. Bukan masalah kata tetangga, tapi memang tidak sehat tinggal di rumah yang atapnya sudah separuh roboh...

    Sebagai parents, mereka biasanya punya dorongan kuat untuk menyiapkan yang terbaik bagi anak-anak, dan gambaran yang paling sederhana adalah menyekolahkan mereka ke jenjang yang wajar... umumnya S1... atau D3 dan sekolah kejuruan. I may be wrong, but I think it is very natural...
    "Mille millions de mille milliards de mille sabords!"

  8. #28
    pelanggan setia Ronggolawe's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Posts
    5,137
    contoh Mbah Alip itu kok kaya SOP Sales Asuransi.
    "And this world of armchair bloggers who created a generation of critics instead of leaders, I'm actually doing something. Right here, right now. For the city. For my country. And I'm not doing it alone. You're damn right I'm the hero."

    --Oliver Queen (Smallville)

  9. #29
    pelanggan tetap Alip's Avatar
    Join Date
    May 2011
    Posts
    1,635
    ato SOP sales financial planning sbangsa Safir Senduk dkk ...

  10. #30
    Yang bagian merencanakan hari tua itu saya setuju. Saya ngeliat beberapa orang
    yang masa tuanya terlunta-lunta karena tidak merencanakannya. Padahal pas masa mudanya sih,
    uangnya cukup berlimpah.

  11. #31
    pelanggan setia Ronggolawe's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Posts
    5,137
    Quote Originally Posted by Alip View Post
    ato SOP sales financial planning sbangsa Safir Senduk dkk ...
    Sales Asuransi banyak juga yang mengambil serti
    fikasi Registered Financial Planner
    "And this world of armchair bloggers who created a generation of critics instead of leaders, I'm actually doing something. Right here, right now. For the city. For my country. And I'm not doing it alone. You're damn right I'm the hero."

    --Oliver Queen (Smallville)

  12. #32
    pelanggan tetap 234's Avatar
    Join Date
    Jun 2012
    Posts
    737
    Sekedar sharing pengalaman aja...

    Kalo menurutku double income itu perlu, tapi maksud saya disini bukan hanya suami-istri sama2 punya income melainkan perlunya bagi sebuah keluarga untuk memiliki lebih dari satu "kran" sumber pendapatan, kalo perlu bukan hanya dobel tapi tripel, kwartet, dst, entah itu sbg pekerja/karyawan maupun wirausaha.

    Saya pernah ngalamin kok, setelah sekian lama merasa nyaman dan cukup dgn satu kran penghasilan tiba2 jedhuarrr... krannya mampet ndak kluar airnya lagi.

    Enam bulan luntang-lantung ndak ada penghasilan, kebetulan saya memang udah putuskan ndak pengin kerja terlalu banyak diatur orang lagi dan pengin freelance aja, itu lumayan bikin sport jantung lho.

    Alhamdulillah sih sekarang dah mulai agak normal lagi dan bojoku pun sekarang juga ikutan kerja meskipun paruh waktu. Beruntung anak2 udah mulai bisa di-tinggal2 di rumah, asal ndak keseringan aja, sekalian itung2 mengajarkan sikap kemandirian buat anak. *apaboleh buat sebenarnya kadang berasa "ndak tega" juga ke anak tapi berhubung memang terpaksa krn kepepet ya ambil aja sisi positifnya hehe...*

    Dan saya beneran kapok kejadian spt itu jgn sampe terulang lagi.

    Gusti iku dumunung ing atine wong kang becik, mulo iku diarani Gusti... Bagusing Ati.

  13. #33
    pelanggan setia Alethia's Avatar
    Join Date
    Jan 2012
    Posts
    4,059
    Kalo gw sich kayaknya malu kalo seribu rupiahpun hrs tadah tangan ama suami.
    Itu si gw..
    Jangan kamu bilang dirimu kaya, bila tetanggamu memakan bangkai kucingnya.
    -Rendra

  14. #34
    pelanggan setia Ronggolawe's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Posts
    5,137
    yang gw bingung, salah satu kalimat andalan dari
    para financial planner adalah, "anda harus berusa
    ha agar nanti setelah pensiun "pasive income" an
    da harus tetap mampu memenuhi kebutuhan gaya
    hidup anda seperti sebelum pensiun.

    lha?
    kalau usia 40-50 masih gemar kongkow-kongkow
    di dunia malam, yang dalam semalam katakanlah
    habis 5-10jt, masa iya setelah usia 70th masih ge
    mar begitu?

    kok kayanya gaya hidup yang hendak dipenuhi le
    bih ke gaya hidup hedonis.
    ==

    kalau gw ngga salah sih, waktu itu contohnya se
    orang karyawan perpenghasilan 30jt setiap bulan,
    berusia 40thn, ingin pensiun di usia 50th, terus di
    suruh gimana caranya agar dalam 10th bisa punya
    tabungan deposito 18Milyar?

    lha, itu financial calculator yang dipakai buatan sa
    pa sih? Itu gaji kalau 30jt x 120bulan cuma ketemu
    angka 3,6M kok

    mak babe gw pensiun sudah 7thn ini, deposito
    nya ngga nyampe 500jt di awal pensiun, sampai
    sekarang ngga kurang, malah nambah saja, pada
    hal kerjanya cuma dari cucu ke cucu
    "And this world of armchair bloggers who created a generation of critics instead of leaders, I'm actually doing something. Right here, right now. For the city. For my country. And I'm not doing it alone. You're damn right I'm the hero."

    --Oliver Queen (Smallville)

  15. #35
    pelanggan setia porcupine's Avatar
    Join Date
    Jun 2011
    Location
    Bintan
    Posts
    4,132
    Quote Originally Posted by ga_genah View Post
    like this

    tp masalahnya, biasanya cuman bisa beli mobil yg harganya turun terus
    sedangkan rumah ga kebeli kerena harga rumah naek terus
    aihhhhhh padahal sudah punya rumah

    gw kebalikan nya
    ~Radio Kopimaya~

  16. #36
    pelanggan sejati ndugu's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    7,678
    Quote Originally Posted by Ronggolawe View Post
    yang gw bingung, salah satu kalimat andalan dari
    para financial planner adalah, "anda harus berusa
    ha agar nanti setelah pensiun "pasive income" an
    da harus tetap mampu memenuhi kebutuhan gaya
    hidup anda seperti sebelum pensiun.

    lha?
    kalau usia 40-50 masih gemar kongkow-kongkow
    di dunia malam, yang dalam semalam katakanlah
    habis 5-10jt, masa iya setelah usia 70th masih ge
    mar begitu?

    kok kayanya gaya hidup yang hendak dipenuhi le
    bih ke gaya hidup hedonis.
    menurutku, jangan terlalu kaku memahami kalimat itu

    mengenai komentar "mampu memenuhi kebutuhan gaya hidup seperti sebelum pensiun", itu saya sering denger juga, tapi pengertianku sih ngga berarti kongkow2 di dunia malem, bar, pub, diskotik, dsb

    gaya hidup bisa aja berarti mempunyai 5 pembantu ngurus urusan rumah tangga, tiap hari rutin beli segelas minuman dari starbucks, tiap malem makan di restoran, kemana2 naek mobil dengan sopir, tiap taon liburan cuti keluar negri, dll.

    orang yang sudah terbiasa dengan gaya hidup mewah seperti itu, biasanya akan 'terlena' dan menganggap itu lah standar gaya hidup normalnya. dan umumnya tidak mudah untuk 'menurunkan' standard of living. that's just human nature. bukannya tidak mungkin ya, it just requires certain change of mindset aja.

    when s.hit hits the fan, ntah diphk kek, kecelakaan yang membuatnya lumpuh dan tidak mampu mempunyai income seperti sebelumnya, dll, then what? apa masih mau tetep menjalankan gaya hidup seperti itu? menurutku apa yang dikatakan oleh financial planner itu cuman advis konservatif. selama orang sangat menyadari akan financial statusnya, dan bisa mengadjust gaya hidupnya sesuai pendapatan dan tabungannya (easier said than done), maka menurutku sih aman2 aja.

    Quote Originally Posted by Alethia View Post
    mau penghasilan suami 100 jt pun, istri mnrtku harus tetap menghasilkan uang sendiri, entah itu kerja kantor atau usaha kecil2an...namanya hidup, ga ada yang tau, ga selamanya sehat dan kuat dan setia, masing2 harus bisa mandiri.
    Quote Originally Posted by Alethia View Post
    Kalo gw sich kayaknya malu kalo seribu rupiahpun hrs tadah tangan ama suami.
    Itu si gw..

    i like this

  17. #37
    pelanggan setia mbok jamu's Avatar
    Join Date
    Oct 2012
    Posts
    3,417
    Quote Originally Posted by Alip View Post
    I am afraid normal people and/or parents give s*** to those things, Mbok...

    Mereka biasanya memulai sebagai anak muda tanpa modal apa-apa, cuma niat kerja keras dan mungkin selembar ijazah. Lalu pelan-pelan sesudah beberapa saat numpang di Pondok Mertua Indah mereka mulai sanggup mencicil rumah tipe 27 yang kamar tidur, dapur, dan ruang tamu sulit dibedakan, karena sanggupnya memang itu... berkendaraan cuma sepeda atau bis kota.

    Lalu anak-anak lahir dan membesar, maka pada saatnya rumah itu perlu ditambahi tempat untuk bisa menampung remaja yang mulai butuh tempat sendiri. Selain itu, rumah murah tipe 27 biasanya sudah mulai keropos setelah sepuluh tahun dan butuh renovasi major. Bukan masalah kata tetangga, tapi memang tidak sehat tinggal di rumah yang atapnya sudah separuh roboh...

    Sebagai parents, mereka biasanya punya dorongan kuat untuk menyiapkan yang terbaik bagi anak-anak, dan gambaran yang paling sederhana adalah menyekolahkan mereka ke jenjang yang wajar... umumnya S1... atau D3 dan sekolah kejuruan. I may be wrong, but I think it is very natural...
    Dari nenek moyang, ortu sampai simbok punya prinsip work your @ss off to have something bukan have something then work your @ss off. Ndak ada istilah numpang di rumah mertua, kalau belum mampu ya jangan kawin dulu. Cari modal dulu, walaupun nantinya hanya bisa tinggal di gubug, baru kawin. Ndak mbrojol langsung punya anak kalau memang belum mampu, mau dikasih makan apa. Setelah anak-anak lahir dan membesar, they gotta accept the fact that the parents didn't have much and they didn't have anything so they had to work their @ss off to have something including school degrees D3 or S1.

    It's not about normal or not normal, it's about principle. Prinsip yang membuat mereka dan keturunan mereka bisa berkecukupan menurut standar siapapun. Ndak takut dengan hari tua, lha iya kalau panjang umur. Ndak takut tua terlunta-lunta karena ya prinsip itu tadi, hidup dengan yang sudah mereka punya dengan berapapun income yang ada, single is okay, double is a bonus. Ndak stress merencanakan ini itu untuk hari tua, ndak stress menggali lubang yang harus mereka tutup sendiri di hari tua mereka nanti. Masih kerja di umur 60 bukan karena they can't afford to retire tapi karena mereka ndak mau cepat pikun.

  18. #38
    pelanggan tetap jojox's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Location
    Jekardah
    Posts
    1,169
    Persepsi gw double income itu :
    1. Gaji bulanan; Terbatas sesuai standar kompetensi dan performa individu yg dihargain employer. Ini variable cukup masuk akal disesuaikan dg kondisi perekonomian dan investasi edukasi. JKT UMR 2,4jt ya realistis secara ekonomi, demikian juga 8-9/hr US $ di Midwest. 1,2 jt di Jogja, juga sgt lumrah secara ekonomi. TETAPI, Secara kesejahteraan sosial dan gaya hidup, psikologis? Jangan tanya. Komen ini bukan utk menjustifikasi gaya hidup dan camilan jajanan loe-loe pade.
    2. Honorer: inilah sang multiplying factor itu. Tidak terbatas. Entah gimana, sabetan nominal kudu ADA lewat usaha sampingan, konsultasi, investasi, deposito, jual sayur di Toko Ba6us kek. Egal,whatever, side earnings: wajib hukumnya. Kenapa? karena ini bisa jadi cushion keuangan. Buat payung kl krisis. Proyek restorasi rumah, mobil, pendidikan etc. sumber2 honorarium inilah pelega dahaga sebenarnya. Rejeki barokah Alloh SWT sesungguhnya.. Count ur blessing here. Yang di Atas udah nentuin besaran rejeki berdasar iman dan perbuatannya. Buat yg uneducated, tenang, berdoa dan usaha aja pasti juga terpelihara. Buat yang Atheis-agnostik, ketahuilah itu adalah kiriman..mas Jojox. #ifartmoney
    Any views or opinions presented above are solely those of the author. Thus the author may disclaim accuracy on warranties and liabilities they may cause including loss of intellectual properties, economical benefit, and coordinated mental responses.

  19. #39
    pelanggan tetap Alip's Avatar
    Join Date
    May 2011
    Posts
    1,635
    [MENTION=1220]mbok jamu[/MENTION]
    I understand your principle, Mbok... tapi tentunya saya tidak pada posisi untuk menentukan bagi orang-orang di kampung sinih tentang bagaimana seharusnya sebuah natural cycle of human life. Paradigma yang ada adalah given, yang di dalamnya ada faktor budaya, agama (dengan berbagai interpretasinya), pandangan hidup, dan macam-macam lagi.

    Yang saya maksud dari diskusi ini adalah bagaimana tuntutan dari kondisi perekonomian yang sedang kita hadapi. Misalnya;

    Digambarkan oleh Kakang Tumenggung Ronggolawe kisah kondisi sosial ekonomi kampung di sini beberapa waktu lalu, yaitu ketika seorang Tumenggung Sepuh memutuskan untuk purna bakti, beliau masih bisa hidup berkecukupan tanpa banyak pusing soal perencanaan. Barangkali karena sedikit tabungan beliau tidak tergerus oleh inflasi, atau struktur budaya yang masih mewajibkan (secara moral) para senapati muda untuk menyokong kehidupan sang Tumenggung Sepuh yang Madeg Pandito.

    Apakah generasi yang sekarang masih bisa berharap seperti itu? Melihat pertumbuhan nilai properti, ketersediaan lapangan kerja, kemungkinan jenjang karir yang ditawarkan (pertumbuhan pendapatan), perubahan demografi, dan pertumbuhan biaya pendidikan? Apakah kita masih bisa berharap saat pensiun nanti kondisi perekonomian masih sama dengan ketika Tumenggung Sepuh Purna Bakti? Apakah kita harus menyiapkan hal yang berbeda? Apakah pada akhirnya pendidikan dan kesejahteraan yang menyertainya hanya bisa dinikmati sedikit orang sedangkan selebihnya harus hidup selibat karena lapangan pekerjaan yang tersedia tidak akan cukup untuk menghidupi seorang istri dan anak-anak (seperti prinsip siMbok)?

    ***

    Ketika ngobrol dengan dua teman itu, mereka bertanya apakah kami suami istri meninggalkan anak-anak di rumah, yang saya jawab bahwa dalam kasus kami sih tidak, istri saya bekerja sebagai freelance yang punya cukup waktu untuk anak-anak dan penghasilan saya sendiri cukup untuk kebutuhan kami sekeluarga. Tapi saya bisa melihat bahwa sebagian kecil dari generasi saya sudah mulai harus mengandalkan double income untuk memenuhi proyeksi kebutuhan-kebutuhan ke depan.

    Mereka lalu bilang bahwa di kampung mereka, kebutuhan atas double income sudah terjadi sejak mereka anak-anak. Jadi generasi saya sekarang ini mulai memasuki kondisi seperti generasi orang tua mereka dulu. Mereka menyebutkan banyak pergeseran sosial di kampung sana, yang samar-samar mulai bisa saya kenali gejalanya di kampung sini.

    Jadi saya ingin tahu dari pandangan teman-teman semua, apakah kita mulai memasuki tatanan kesejahteraan yang menuntut kita untuk berusaha lebih ekstra sekedar untuk memenuhi kebutuhan yang sama?

    Saat ini di Jakarta memang kita bisa hidup sederhana tapi bahagia dengan pendapatan sekitar lima juta per bulan, dengan berbagai cara survival yang memang khas kehebatan orang Indonesia... tapi apakah teman-teman melihat bahwa hal ini akan konstan ke depannya, atau ada gejala-gejala yang tampaknya akan menuntut kita untuk lebih kreatif?
    "Mille millions de mille milliards de mille sabords!"

  20. #40
    pelanggan setia Ronggolawe's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Posts
    5,137
    tentu saja bakal aman... matematika financial planner itu kebanyakan cuma pemenuhan gaya hidup yang berkelanjutan...

    sedang di keluarga gw, pensiun ya Madheg Pandito, pulang kampung untuk pengayaan spiritual bakal Pulang Kampung nanti... jadi kebutuhan hidup ikut menurun :

    Tinggal nanti kita mau mengambil jalan hidup yang mana
    "And this world of armchair bloggers who created a generation of critics instead of leaders, I'm actually doing something. Right here, right now. For the city. For my country. And I'm not doing it alone. You're damn right I'm the hero."

    --Oliver Queen (Smallville)

Page 2 of 4 FirstFirst 1234 LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •