Page 3 of 4 FirstFirst 1234 LastLast
Results 41 to 60 of 80

Thread: [diskusi & sharing]Double income...?

  1. #41
    ^ Apakah ortu dah pernah sakit yang butuh biaya banyak? Atau dah punya asuransi?

    Kalo sekedar untuk hidup nyaman dengan uang yang mendekati 500 jt sih emang cukup.
    Bahkan lebih dari cukup.
    Apalagi anak-anaknya pada sukses dan tidak lupa nyetor.

    Tapi kalo pensiun tanpa bekal tabungan, apa bisa pensiun dengan enak? Apalagi kalo jatuh sakit.

  2. #42
    pelanggan setia
    Join Date
    May 2011
    Posts
    4,952
    semua2 sih perlu direncanakan. nggak perlu detil tapi minimal ada garis besarnya. demikian juga dengan keuangan di masa depan. bukankah kita semua sepakat peribahasa sedia payung sebelum hujan?

    soal double income, saya termasuk produk keluarga double income. kedua ortu kerja untuk memenuhi kebutuhan hidup anak2nya, adik2nya (banyak) serta orang tuanya. kedua nenek saya juga kerja sejak muda, di ladang dan jadi guru ngaji. oleh karena itu dalam mindset kami semua kerja itu perlu buat siapa saja.

    imho, punya penghasilan itu penting sebagai bagian dari aktualisasi dan kemandirian diri, mau double ato pun single.
    There is no comfort under the grow zone, and there is no grow under the comfort zone.

    Everyone wants happiness, no one wants pain.

    But you can't make a rainbow without a little rain.

  3. #43
    pelanggan second_life's Avatar
    Join Date
    Aug 2011
    Location
    again, on my second life
    Posts
    434
    ^ percaya deh, ada juga yg mindsetnya 'nanti juga ada jalannya'....
    *curcol; keluh....


    btw, cuman iseng aja....
    kok kayaknya di sini g bacanya melulu 'kalau gaji suami mencukupi.........'. tidak adakah di sini yg stay at home dad?
    atau semuany mengikuti 'kaidah' yg berlaku di masyarakat kita, bahwa lelaki mesti kerja, dan istrinya suka2 dia?
    *kemakan iklan yg rata2 menggambarkan istri = irt; suami = pekerja kantoran

  4. #44
    pelanggan setia Ronggolawe's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Posts
    5,137
    Quote Originally Posted by danalingga View Post
    ^ Apakah ortu dah pernah sakit yang butuh biaya banyak? Atau dah punya asuransi?

    Kalo sekedar untuk hidup nyaman dengan uang yang mendekati 500 jt sih emang cukup.
    Bahkan lebih dari cukup.
    Apalagi anak-anaknya pada sukses dan tidak lupa nyetor.

    Tapi kalo pensiun tanpa bekal tabungan, apa bisa pensiun dengan enak? Apalagi kalo jatuh sakit.
    kalau madheg Panditho artinya hidup sudah dipasrahkan
    soal sakit berat, seperti gw bilang, asal mau ngurus
    ngga ada yang berat.

    kecuali memang SOP nya Sales Asuransi...
    Last edited by Ronggolawe; 27-03-2014 at 06:06 PM.

  5. #45
    ^ Nggak bilang sakit berat sih, tapi sakit yang butuh biaya banyak.
    Soale nggak semua obat atau perawatan ditanggung jamkes.
    Banyak yang mau ngurus jamkes kok, tapi mo cuci darah aja cuma bisa 2 kali,
    selebihnya dipersulit.

    Tapi ya kalo punya duit mendekati 500jt atau nggak mau diobati sih lain cerita.
    Last edited by danalingga; 27-03-2014 at 06:11 PM.

  6. #46
    pelanggan setia Porcelain Doll's Avatar
    Join Date
    Mar 2011
    Posts
    6,347
    Quote Originally Posted by second_life View Post
    ^ percaya deh, ada juga yg mindsetnya 'nanti juga ada jalannya'....
    *curcol; keluh....


    btw, cuman iseng aja....
    kok kayaknya di sini g bacanya melulu 'kalau gaji suami mencukupi.........'. tidak adakah di sini yg stay at home dad?
    atau semuany mengikuti 'kaidah' yg berlaku di masyarakat kita, bahwa lelaki mesti kerja, dan istrinya suka2 dia?
    *kemakan iklan yg rata2 menggambarkan istri = irt; suami = pekerja kantoran
    stay at home dad maksudnya murni bapak rumah tangga atau kerja di rumah?
    gpp sih kalo misalnya gaji istri mencukupi dan suaminya ngerti tugasnya buat ngurus RT
    kalo di rumah cuma ongkang-ongkang kaki dan ga ngerjain apa2...
    Popo Nest

  7. #47
    pelanggan tetap jojox's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Location
    Jekardah
    Posts
    1,169
    [MENTION=249]Alip[/MENTION],ronggolawe, basanya terlalu santun. gak paham gw.

    Tp gw bisa stuju, bahwasanya kita sekarang kerja 2 kali lebih keras, hanya untuk mencukupi kebutuhan yang 1 kali sama, pada jaman yang berbeda. Gw ngerasa itu dri pola belanja tersier gw. Fenomena apakah ini ? Dunno.
    Skarang umum kita liat, kita pu gaji 5-10 jt, nabung bareng bini berani beli Avanza kyk beli kacang goreng.
    Nanti, 5 th lagi, gaji 20jt+ malah cuman maen sepeda MTB. Gowes krena macet dan overpopulated.
    Sisa duit buat belanja investasi, properti di kampung, portfolio, pendidikan, asuransi jiwa, etc.
    Any views or opinions presented above are solely those of the author. Thus the author may disclaim accuracy on warranties and liabilities they may cause including loss of intellectual properties, economical benefit, and coordinated mental responses.

  8. #48
    pelanggan setia Ronggolawe's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Posts
    5,137
    Quote Originally Posted by danalingga View Post
    ^ Nggak bilang sakit berat sih, tapi sakit yang butuh biaya banyak.
    Soale nggak semua obat atau perawatan ditanggung jamkes.
    Banyak yang mau ngurus jamkes kok, tapi mo cuci darah aja cuma bisa 2 kali,
    selebihnya dipersulit.

    Tapi ya kalo punya duit mendekati 500jt atau nggak mau diobati sih lain cerita.
    hehehe...

    "And this world of armchair bloggers who created a generation of critics instead of leaders, I'm actually doing something. Right here, right now. For the city. For my country. And I'm not doing it alone. You're damn right I'm the hero."

    --Oliver Queen (Smallville)

  9. #49
    pelanggan tetap RAP's Avatar
    Join Date
    Jun 2012
    Location
    Jakarta
    Posts
    920
    Quote Originally Posted by Alip View Post
    Hasil ngobrol dengan beberapa orang...

    benarkah bahwa keluarga yang hidup di kota seperti Jakarta sulit untuk bisa memenuhi kebutuhan standar yang berkualitas, seperti rumah, kendaraan dan pendidikan anak-anak, tanpa memiliki penghasilan ganda, alias suami istri harus bekerja?
    Menurutku tergantung saat dia menikah diusia berapa , jenis pekerjaan apa yang ditekuni. Dan standard hidup yang mereka sepakati.

    Pengalaman pribadi, aku menikah muda, cuma karyawan, dan ngak punya modal usaha, asli hidup tanpa ditopang orang tua.
    Makanya kami berdua sama2 bekerja. Aku di marketing untuk memenuhi kantong, sementara suami berkarier dari bawah.
    Kami menargetkan bahwa memang aku pencetak uang untuk memenuhi kebutuhan, dp rumah, pembelian mobil dan jalan2.
    Sementara suami memenuhi angsuran rumah, biaya rumah tangga dan pendidikan anak2. Setelah target terpenuhi aku mulai freelance jadi tetap bisa mengasuh anak.
    Mulai 2008 aku berhenti total bekerja karena ada masalah dgn kehamilan.
    Dan memang sdh saatnya juga sih karena pendapatan suami sdh bisa memenuhi kebutuhan.
    Saat ini baru memulai lagi usaha, sbg consultant. Bukan karena incomenya, tapi krn setelah sekian lama hilang dr dunia kerja aku jadi bolot

    Jadi om Alip pertanyaan om [MENTION=249]Alip[/MENTION], bisa benar dan bisa salah
    Tergantung dari diri orang itu, gaya hidup, standard hidup dan tujuan hidup keluarga yg akan dibentuk

  10. #50
    Bisa jadi memang benar bahwa biaya untuk memenuhi kebutuhan mendasar terus meningkat
    hingga pada akhirnya untuk sekedar hidup layak, dibutuhkan doble income.

    Contoh nyata mungkin yang terjadi di Jepang. Setahuku banyak kaum (lumayan) mudanya
    memilih tidak punya anak atau malah memilih tidak menikah karena biaya hidup yang begitu tinggi.
    Mereka berpendapat bahwa gajinya hanya cukup untuk membiayai dirinya sendiri -- itupun dirasa pas-pasan saja.

    Kedepannya mngkin bisa terjadi hal tersebut di Indonesia jika biaya hidup terus meningkat.

  11. #51
    pelanggan setia Agitho_Ryuki's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Location
    mBantul, Ngayogyokarto, Hadiningrat
    Posts
    2,517
    Quote Originally Posted by Porcelain Doll View Post
    stay at home dad maksudnya murni bapak rumah tangga atau kerja di rumah?
    gpp sih kalo misalnya gaji istri mencukupi dan suaminya ngerti tugasnya buat ngurus RT
    kalo di rumah cuma ongkang-ongkang kaki dan ga ngerjain apa2...
    Nope... Tidak sedikit ketika bertengkar sang istri lalu bilang "kamu itu laki-laki tapi tidak menghidupi!! blah blah blah....", setidaknya semua yang aku kenal begitu ketika si suami tidak berpenghasilan, atau jika penghasilan suami lebih kecil sang istri bilang "tanpa kamu aku juga bisa menghidupi diriku sendiri", begitu ketika bertengkar. Sangat jarang atau mungkin aku belum pernah ketemu ketika bertengkar hebat sang istri berpikir secara teoritis yang bijak seperti itu...
    Barangsawijine purwo marang kawitan, Bandar sejatining wujud. Yuk lakone.. BUTHO CAKIL sido NGEMUTTT PEN.....THUNG!!

  12. #52
    pelanggan sejati ndugu's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    7,678
    Quote Originally Posted by Agitho_Ryuki View Post
    Nope... Tidak sedikit ketika bertengkar sang istri lalu bilang "kamu itu laki-laki tapi tidak menghidupi!! blah blah blah....", setidaknya semua yang aku kenal begitu ketika si suami tidak berpenghasilan, atau jika penghasilan suami lebih kecil sang istri bilang "tanpa kamu aku juga bisa menghidupi diriku sendiri", begitu ketika bertengkar. Sangat jarang atau mungkin aku belum pernah ketemu ketika bertengkar hebat sang istri berpikir secara teoritis yang bijak seperti itu...
    itu yang terjadi kalo seandainya sala satu pasangan masih mempunyai ekspektansi akan peran ini itu
    umumnya cowo maupun cewe masih mempunyai ekspektansi bahwa yang cowo harus menafkahi

    buat yang mau mempraktekkan stay at home dad gitu, si istri maupun suami perlu mempunyai pandangan yang sama akan arrangement itu. kalo si istri masih pake menuntut dihidupi, ato si suami mempunyai ekspektansi menghidupi ato ga bisa melepaskan ego, ya, arrangement itu ngga akan bisa bertahan.

    btw, saya ada om dan tante di mana si tante yang menghasilkan duit pada saat suami ga bekerja untuk sekian waktu ya. pada saat memang ada kondisi yang membuat si suami tidak bisa bekerja, dan mereka juga mempunyai goal lebih gede laen sebagai entiti keluarga, dan memahami akan sikon masing2, dan mempunyai pandangan yang sama.

    ada juga om tante laen yang si om sakit bertahun2 ga bisa bekerja (sekarang sudah meninggal karena penyakitnya), dan si istri yang menghidupi keluarga. si istri tidak begitu aja mencampakkan si suami mentang2 udah ga bisa menafkahi.

    ekspektansi yang terlalu kaku ini menurutku kadang berbahaya. tidak setiap orang akan sehat walafiat seumur hidup. suami istri harus bisa fleksibel dan saling mendukung, through good and bad times.

  13. #53
    pelanggan second_life's Avatar
    Join Date
    Aug 2011
    Location
    again, on my second life
    Posts
    434
    Quote Originally Posted by Porcelain Doll View Post
    stay at home dad maksudnya murni bapak rumah tangga atau kerja di rumah?
    dalam konteks pertanyaan ku sih, yg murni bapak rumah tangga.

    yah, g juga ada tau sih 2 keluarga yg begini modelnya. istri kerja, suami di rumah, 'ternak-teri (anter anak - anter istri)'.
    satu dari pihak keluarga nyokap, satu dari bokap.
    bagus kalau memang saling mengerti tugas & tanggung jawab masing2. tapi sayangny yg dari pihak nyokap ini, lakinya rada2.
    sekeluarga sampai 'menyelidiki', dan akhirnya menyimpulkan dia emang males. pengenny kerja ringan, gaji gede. selain itu juga ga bole d kasi pembantu di rumah (maid unt urusan RT mah biasany org ga mau make co, mesti deh ce), soalny suka jelalatan.
    hadeh.......
    *eh, ini kasus lain lagi ya. maap, jadi OT.


    tapi sesungguhnya g jarang menemukan co/ce yg bisa terima kenyataan kalau gaji/pendapatan istri lebih tinggi dari co nya.
    kebanyakan pasti ada singgung2 soal gaji begitu berantem, atau kalau ga, berantem gara2 gaji
    apakah jd kesimpulannya, kalau gaji istri lebih gede drpd suami, lebih baik double income saja?

  14. #54
    pelanggan setia Ronggolawe's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Posts
    5,137
    kalau berdasarkan pajak, penghasilan gw selalu
    dibawah PTKP, sedang isteri selalu bayar pajak

    alhamdulillah ngga pernah ada masalah karena
    perbedaan penghasilan
    "And this world of armchair bloggers who created a generation of critics instead of leaders, I'm actually doing something. Right here, right now. For the city. For my country. And I'm not doing it alone. You're damn right I'm the hero."

    --Oliver Queen (Smallville)

  15. #55
    pelanggan setia Porcelain Doll's Avatar
    Join Date
    Mar 2011
    Posts
    6,347
    Quote Originally Posted by second_life View Post
    dalam konteks pertanyaan ku sih, yg murni bapak rumah tangga.

    yah, g juga ada tau sih 2 keluarga yg begini modelnya. istri kerja, suami di rumah, 'ternak-teri (anter anak - anter istri)'.
    satu dari pihak keluarga nyokap, satu dari bokap.
    bagus kalau memang saling mengerti tugas & tanggung jawab masing2. tapi sayangny yg dari pihak nyokap ini, lakinya rada2.
    sekeluarga sampai 'menyelidiki', dan akhirnya menyimpulkan dia emang males. pengenny kerja ringan, gaji gede. selain itu juga ga bole d kasi pembantu di rumah (maid unt urusan RT mah biasany org ga mau make co, mesti deh ce), soalny suka jelalatan.
    hadeh.......
    *eh, ini kasus lain lagi ya. maap, jadi OT.


    tapi sesungguhnya g jarang menemukan co/ce yg bisa terima kenyataan kalau gaji/pendapatan istri lebih tinggi dari co nya.
    kebanyakan pasti ada singgung2 soal gaji begitu berantem, atau kalau ga, berantem gara2 gaji
    apakah jd kesimpulannya, kalau gaji istri lebih gede drpd suami, lebih baik double income saja?
    contoh yg beginian ada banget kok di deket g
    jadi om-ku kerja freelance gitu, kadang dapet kerja, kadang enggak ya di rumah ngurus RT dan anak2
    jadi tanteku yg kerja permanen dan menghidupi rumah

    rukun2 aja dan ga ribut kok
    intinya sih emang di pengertian keduanya ajalah
    dan suami juga ngerti harus ngurus rumah sebagai ganti istri yg berperan sebagai pencari nafkah
    jangan udah ga kerja di luar, ga mau ngurus rumah pula
    kasian istri yg kerjanya jadi dobel...kalo gini apa gunanya berumah tangga coba
    mending single deh ga repot ngurus tambahan anak 1 lagi
    Popo Nest

  16. #56
    Chief Barista cha_n's Avatar
    Join Date
    Feb 2011
    Posts
    11,544
    Quote Originally Posted by Porcelain Doll View Post
    contoh yg beginian ada banget kok di deket g
    jadi om-ku kerja freelance gitu, kadang dapet kerja, kadang enggak ya di rumah ngurus RT dan anak2
    jadi tanteku yg kerja permanen dan menghidupi rumah

    rukun2 aja dan ga ribut kok
    intinya sih emang di pengertian keduanya ajalah
    dan suami juga ngerti harus ngurus rumah sebagai ganti istri yg berperan sebagai pencari nafkah
    jangan udah ga kerja di luar, ga mau ngurus rumah pula
    kasian istri yg kerjanya jadi dobel...kalo gini apa gunanya berumah tangga coba
    mending single deh ga repot ngurus tambahan anak 1 lagi
    sama ama RT-ku.

    ya pinter2nya aja suami istri ngelola.
    ...bersama kesusahan ada kemudahan...

    “Aku Rela di Penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.” ― -Mohammad Hatta
    “Aku Rela di Penjara asalkan bersama akses internet, karena dengan internet aku bebas.” ― -cha_n

    My Little Journey to India

  17. #57
    pelanggan setia hajime_saitoh's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Location
    https://t.me/pump_upp
    Posts
    2,005
    Quote Originally Posted by danalingga View Post
    ^ Apakah ortu dah pernah sakit yang butuh biaya banyak? Atau dah punya asuransi?

    Kalo sekedar untuk hidup nyaman dengan uang yang mendekati 500 jt sih emang cukup.
    Bahkan lebih dari cukup.
    Apalagi anak-anaknya pada sukses dan tidak lupa nyetor.

    Tapi kalo pensiun tanpa bekal tabungan, apa bisa pensiun dengan enak? Apalagi kalo jatuh sakit.
    jadi PNS aja ntar kalo peraturan pensiun 1 M sudah disahkan khan enak.....

  18. #58
    pelanggan setia mbok jamu's Avatar
    Join Date
    Oct 2012
    Posts
    3,417
    Quote Originally Posted by Alip View Post
    @mbok jamu
    I understand your principle, Mbok... tapi tentunya saya tidak pada posisi untuk menentukan bagi orang-orang di kampung sinih tentang bagaimana seharusnya sebuah natural cycle of human life. Paradigma yang ada adalah given, yang di dalamnya ada faktor budaya, agama (dengan berbagai interpretasinya), pandangan hidup, dan macam-macam lagi.


    Yang saya maksud dari diskusi ini adalah bagaimana tuntutan dari kondisi perekonomian yang sedang kita hadapi. Misalnya;


    Digambarkan oleh Kakang Tumenggung Ronggolawe kisah kondisi sosial ekonomi kampung di sini beberapa waktu lalu, yaitu ketika seorang Tumenggung Sepuh memutuskan untuk purna bakti, beliau masih bisa hidup berkecukupan tanpa banyak pusing soal perencanaan. Barangkali karena sedikit tabungan beliau tidak tergerus oleh inflasi, atau struktur budaya yang masih mewajibkan (secara moral) para senapati muda untuk menyokong kehidupan sang Tumenggung Sepuh yang Madeg Pandito.


    Apakah generasi yang sekarang masih bisa berharap seperti itu? Melihat pertumbuhan nilai properti, ketersediaan lapangan kerja, kemungkinan jenjang karir yang ditawarkan (pertumbuhan pendapatan), perubahan demografi, dan pertumbuhan biaya pendidikan? Apakah kita masih bisa berharap saat pensiun nanti kondisi perekonomian masih sama dengan ketika Tumenggung Sepuh Purna Bakti? Apakah kita harus menyiapkan hal yang berbeda? Apakah pada akhirnya pendidikan dan kesejahteraan yang menyertainya hanya bisa dinikmati sedikit orang sedangkan selebihnya harus hidup selibat karena lapangan pekerjaan yang tersedia tidak akan cukup untuk menghidupi seorang istri dan anak-anak (seperti prinsip siMbok)?

    Lha ya realistis saja, Pakde, kalau di usia produktif megap-megap apalagi nanti ketika sudah pensiun. Berarti harus ada yang disesuaikan dan itu tergantung pada prinsip masing-masing individu, paradigma yang membentuk pola pikir individu tadi toh?


    Kakak simbok mungkin ndak tahu apakah dengan single income tabungannya nanti akan mencukupi di hari tua tapi untuk bekerja sampai meninggalkan anak-anak pada babysitter juga dia ndak tega. Pertimbangannya adalah lebih baik mereka berdua nanti hidup seadanya daripada sekarang anak-anaknya ndak terawat dengan baik. They made their choice dan pilihan itu bukan berarti mereka ndak memikirkan saat pensiun nanti.


    Orang hidup selibat? Mungkin pada akhirnya menjadi salah satu pilihan which is not so bad karena setidaknya mereka bertanggungjawab ndak mewariskan kemiskinan kepada generasi yang selanjutnya, the biggest crime of all.


    Ketika hidup di kota besar seperti Jakarta misalnya, otomatis harus menaikkan standar mereka sementara kemampuan itu belum ada. Gaya hidup menjadi tuntutan ekonomi, sehingga harus kerja ekstra, harus double income, dan akhirnya hanya gali lubang tutup lubang. Segala kredit cicilan laku, 2nd income akhirnya untuk mengembalikan pinjaman. Single dan double income jadi beda-beda tipis.

  19. #59
    pelanggan tetap Alip's Avatar
    Join Date
    May 2011
    Posts
    1,635
    Totally agree with you, Mbok... and that exactly is my question. Asumsinya manusia itu rasional dan akan menyesuaikan pola konsumsi mereka dengan kondisi ekonomi di kampung masing-masing, maka sudah seperti apakah kondisi ekonomi tersebut? Apakah masih hidup di kampung yang makanan tinggal petik di pohon sehingga tiap bayi yang lahir dijamin akan berkecukupan sampai tua, atau sudah di kampung yang 80% populasinya hanya sanggup memenuhi kebutuhan sehari-hari hingga tidak bisa menabung dan harus selibat? Seperti kata Danalingga tuh, ada negara yang sudah sampai tahap itu...

    Saya sendiri masih optimis dengan kampung saya saat ini, tapi tampaknya anak-anak harus menempuh jalan berbeda dari kami bila ingin hidup lebih baik. Saat mereka masuk usia produktif nanti, dugaan saya negara yang salah asuh ini tidak akan sanggup lagi menyediakan kesempatan produksi yang bisa dinikmati banyak orang. Sebagian kecil masyarakat akan menguasai sebagian besar kekayaan dan produksi, sementara sebagian besar lainnya harus berjuang keras untuk sekedar sustainable.

    Maybe just my skepticism...

    ---------- Post Merged at 09:46 AM ----------

    Quote Originally Posted by Ronggolawe View Post
    kalau madheg Panditho artinya hidup sudah dipasrahkan
    soal sakit berat, seperti gw bilang, asal mau ngurus
    ngga ada yang berat.

    kecuali memang SOP nya Sales Asuransi...
    Sebenarnya Tumenggung Sepuh memiliki asset lebih banyak dari 500 juta. Beliau memiliki rumah, tanah, dan sawah di kampung halaman yang bisa menghidupi beliau (kalau dirupiahkan bisa milyaran) dan sekian banyak senapati yang masih produktif yang akan ikut menyokong (juga asset yang bisa diakuntansikan)...

    Jika nanti Ki Tumenggung Anom Ronggolawe akan Purna Bakti, apakah asset yang sama masih akan tersedia?

    Bukan jualan asuransi... , waktu ambil Manajemen Keuangan II dulu, dapet juga soal Personal Financial Management, walopun tanpa sertifikasi

  20. #60
    pelanggan setia Ronggolawe's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Posts
    5,137
    kekeke.... kebetulan dikampung memang banyak pusako tuo
    "And this world of armchair bloggers who created a generation of critics instead of leaders, I'm actually doing something. Right here, right now. For the city. For my country. And I'm not doing it alone. You're damn right I'm the hero."

    --Oliver Queen (Smallville)

Page 3 of 4 FirstFirst 1234 LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •