berita ini sebenarnya sudah beberapa hari yang lalu,
SA, anak sulung Buasir Nur Khotib (50) alias "Kolor Ijo", mengaku kaget ayahnya ditangkap polisi karena mencuri dan memerkosa puluhan perempuan. Dia tidak percaya ayahnya adalah Kolor Ijo yang telah meneror perempuan sejak tahun 2004.
“Saya dan keluarga tak percaya jika bapak Kolor Ijo. Kami kaget saat bapak ditangkap polisi. Dia memang pernah dipenjara dulu di Rutan Kraksaan karena melakukan pencurian, tapi sudah tobat," kata SA saat ditemui di rumahnya di Kecamatan Wonomerto, Kota Probolinggo.
"Tapi jika benar bapak memang Kolor Ijo, saya minta maaf kepada seluruh korban. Kalau keluar malam hari pamitnya syuting video,” ujarnya tampak sedih.
Sebelumnya diberitakan, Buasir Nur Khotib mengaku telah memerkosa dan merampok 31 perempuan mulai gadis hingga ibu-ibu. Hal itu dilakukannya selama rentang waktu 10 tahun.
Pengakuan Buasir itu disampaikan Kapolresta AKBP Iwan Setiawan, Kamis. Namun, Iwan menyatakan tidak akan percaya begitu saja atas pengakuan Kolor Ijo. "Kami menduga jumlah korban bisa lebih dari pengakuan tersangka," katanya. Kepolisian, lanjut Iwan, masih terus mengembangkan kasus tersebut.
Kapolresta menambahkan, Kolor Ijo ditangkap setelah anggota polisi menyamar sebagai pasien. Setelah mencocokkan sidik jari yang menempel di botol air pemberian Buasir kepada anggota polisi tersebut, ternyata sidik jarinya cocok dengan yang ditemukan polisi dalam kasus pemerkosaan oleh Kolor Ijo beberapa waktu lalu.
Selain itu, polisi melacak pelaku setelah ponsel milik korban ternyata masih aktif dan dipegang Buasir. Saat itulah polisi melakukan penangkapan.
Kepolisian Resor Kota Probolinggo, Jawa Timur, menangkap Kolor Ijo bernama Buasir Nur Khotib (50), warga Desa Pohsangit Lor, Wonomerto, Kabupaten Probolinggo, di rumahnya, Kamis (30/1/2014).
Polisi menangkap Buasir yang telah meneror perempuan sejak 2004. Aksi Buasir ini telah berlangsung selama 10 tahun. Dalam melakukan aksinya, Kolor Ijo selalu mengenakan celana pendek berwarna hijau, lalu mencuri barang berharga milik korban dan memerkosa perempuan, baik gadis maupun janda.
Kapolresta AKBP Iwan Setiawan menjelaskan, sebelum melakukan aksinya, Kolor Ijo melakukan pengintaian rumah korban selama dua hari. Jika rumah korban dekat, dia naik sepeda. Jika jauh, dia menyewa ojek.
saus
Setiap Malam Kolor Ijo Keluar Rumah untuk "Shooting" Video
Selama 10 tahun bebas menjalankan aksinya mencuri dan memerkosa puluhan wanita, Buasir Nur Khotib (50) alias “kolor ijo”, warga Desa Posangit Lor, Kecamatan Wonomerto, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, ternyata memiliki tiga pekerjaan yang setiap hari dilakoninya, yakni usaha selep (giling) padi dan jagung, memproduksi pupuk kandang, dan shooting video hajatan.
Hal itu diakui putri sulung Buasir, SA saat didatangi di rumahnya, Jumat (31/1/2014). Rumah Buasir sama dengan rumah tetangganya, bercat putih dan bergaya rumah pedesaan. Yang membedakan dengan tetangganya adalah rumah Buasir yang terletak di tengah-tengah persawahan sendirian. Selain bangunan rumah, di sebelahnya berdiri gudang tempat menggiling padi dan jagung.
SA menambahkan, setiap hari, ayahnya bekerja menggiling padi, membuat pupuk kandang, dan shooting video hajatan. Kalau malam hari sering keluar dengan alasan shooting video. Usaha shooting video dilakukan sejak enam tahun lalu, sedangkan pengolahan pupuk kandang sejak delapan tahun lalu dengan pegawai sebanyak 15 orang yang selalu gonta-ganti.
Kepala Desa Posangit Lor M Diyu mengatakan, Buasir adalah sosok yang biasa saja dalam bersosialisasi dengan masyarakat. Diyu juga tahu bahwa pekerjaan Buasir adalah menggiling padi, membuat pupuk kandang, dan shooting video hajatan. Diyu tak menyangka jika Buasir adalah kolor ijo.
Hingga sejauh ini, polisi masih terus mengembangkan kasus tersebut. Kepolisian masih belum menemukan korban baru dari aksi Buasir tersebut. Kasus pencurian dan perkosaan terakhir yang dilakukan Buasir terjadi pada 19 Januari 2014 lalu di Perumahan Kopiaan, Ketapang, Kota Probolinggo. Korbannya gadis berumur 20 tahun. Akibat kejadian yang dialaminya, gadis itu mengalami trauma.
Keluarga korban tersebut meminta penegak hukum menghukum Buasir dengan hukuman seumur hidup, atau setimpal dengan perbuatannya. Keluarga korban juga mengapresiasi polisi karena berhasil menangkap Buasir yang selama sepuluh tahun terakhir beraksi di dua daerah, yakni Kota dan Kabupaten Probolinggo.
Seperti diberitakan Kompas.com sebelumnya, masyarakat bisa bernapas lega dari teror kolor ijo. Itu setelah Kepolisian Resor Kota Probolinggo menangkap sosok kolor ijo bernama Buasir Nur Khotib (50), warga Desa Pohsangit Lor, Wonomerto, Kabupaten Probolinggo, di rumahnya, Kamis (30/1/2014).
Polisi menangkap Buasir yang telah meneror perempuan sejak 2004. Aksi Buasir ini telah berlangsung selama 10 tahun. Kolor ijo dalam melakukan aksinya selalu mengenakan celana pendek berwarna hijau, lalu mencuri barang berharga milik korban dan memerkosa perempuan, baik gadis maupun janda.
saus
Dulu pas tahun 2004 emang melegenda sekali ya si kolor ijo ini.
Ngakak nih, alasannya "syuting", emang anaknya ga nanya yak, "tayang kapan di mana?"
setelah 10 tahun, ternyata polisi masih serius menyelesaikan kasus ya.