Kisruh Panjang Keraton Solo, Apa Sebabnya?
Rakyat merangsek masuk malam hari.
Selasa, 27 Agustus 2013, 08:22 Hadi Suprapto, Fajar Sodiq (Solo)
VIVAnews - Konflik di Keraton Solo kian sengit. Juga dramatis. Senin malam, 26 Agustus 2013, warga sekitar Keraton mendobrak gerbang Istana. Pintu yang kokoh itu dijebol dengan cara menabrakan sebuah mobil Hardtop Land Cruiser berwarna putih. Warga bahu membahu. Dan begitu sukses, mereka merangsek masuk. Suasana Keraton kacau balau.
Salah seorang warga bernama Hartono, kepada VIVAnews mengatakan bahwa mereka mendobrak pintu dan merangsek masuk, “Demi mengetahui kondisi keluarga Sinuhun Pakubuwono XIII Hangabehi.” Anggota polisi dan TNI terpaksa diturunkan bersiaga, menjaga agar tidak terjadi bentrok fisik.
Sinuhun Pakubuwono XIII yang disebut Hartono itu adalah Raja Keraton Kasunanan Surakarta, orang yang memang paling dihormati, dijaga martabat dan marwahnya di Keraton itu. Karena warga merasa keselamatan sang raja terancam, mereka lalu berkeras masuk Istana.
Kisruh semalam itu, sesungguhnya berhulu dari konflik panjang di tubuh para pewaris Keraton itu. Siang hari sebelum penyerbuan itu, Sang raja hendak menobatkan Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Panembahan Agung Tedjowulan sebagai Maha Menteri, di Sasono Narendro, yang juga menjadi kediaman raja di dalam kompleks Keraton itu. Lembaga Dewan Adat Keraton Surakarta yang menolak pelantikan itu, membubarkan secara paksa acara ini.
Dewan Adat yang menolak figur Tejdowulan itu, juga dipimpin oleh anggota keturunan Keraton itu sendiri, GRAy Koes Murtiyah. Saat acara pelantikan itu dibubarkan secara paksa, raja dan permaisurinya masih berada di dalam Keraton itu. Koes Murtiyah memastikan bahwa raja masih berada di dalam. Dia berjanji bahwa sesudah suasana kondusif dan steril, akan menemui langsung sang raja. Suasana kian genting setelah warga menyerbu masuk itu.
Dan demi memulihkan suasana, sekitar pukul 8 lewat 45 menit malam hari, Kapolresta Surakarta Kombes Asdjiam'in dan Dandim 0735 Surakarta, Letkol Inf Sumirating Baskoro , masuk ke dalam kediaman Raja Paku Buwono XIII di Sasana Narendra.
"Masyarakat jangan ikut-ikutan. Biar masalah ini diselesaikan oleh mereka yang ada di dalam," kata dia sembari meminta kepada warga yang berkumpul di dalam sasana putra untuk meninggalkan lokasi tersebut. Kapolresta dan Dandim berjalan keliling untuk memantau kondisi yang terjadi di dalam keraton. "Kanjeng ratu di dalam aman. Polisi dan kodim sudah menyatakan kondisi steril di dalam keraton," kata salah satu abdi dalem, KRAT Sapari Hadinagoro kepada para wartawan di luar Istana.
Juru Bicara Dewan Adat Kanjeng Pangeran Edi Wirabumi menegaskan bahwa mereka menolak pelantikan Tejdowulan itu karena dia bermasalah. "Tedjowulan itu kan orang salah, kok malah mau diberi jabatan," protesnya.
Juru bicara Tedjowulan, Bambang Pradotonagoro, menilai penolakan pengukuhan Tedjowulan oleh kelompok Dewan Adat tidak mendasar. Pasalnya, sejak adanya rekonsiliasi, Tedjowulan ditetapkan sebagai Maha Menteri. "Jabatan Maha Menteri itu sah sejak ada rekonsiliasi, tapi baru dikukuhkan saat ini," katanya.
Beruntung aparat cepat terjun dan suasana kisruh itu tidak berbuntut panjang. Selain mengamankan Keraton, aparat polisi juga membantu memulangkan ratusan pesilat, yang dibawa Dewan Adat, ke rumah mereka masing-masing.