Waktu, kasihanilah aku.
Tidak daparkah kau hentikan harinya,
agar dia dapat berlari dan tenggelam pada pelukku?
(*Aku berhenti ditepi jalan hanya untuk menulis sebait kata. Sungguh, aku hanyalah seorang budak kata-kata)
Waktu, kasihanilah aku.
Tidak daparkah kau hentikan harinya,
agar dia dapat berlari dan tenggelam pada pelukku?
(*Aku berhenti ditepi jalan hanya untuk menulis sebait kata. Sungguh, aku hanyalah seorang budak kata-kata)
Aku, hanyalah budak kata-kata.
Aku tidak sempurna.
Jauh dari sempurna.
Hari ini aku bebaskan kamu
untuk mencari perempuan yang sempurna.
Janganlah terus saling menyakiti. It's over. It's over now...
Aku, hanyalah budak kata-kata.
Pada suatu masa,
ketika gadis itu mengecup lembut pipinya,
dia tahu dia akan mengasihinya untuk waktu yang tidak terhingga.
Aku, hanyalah budak kata-kata.
Kembali pagi.
Kembali rindu.
Kembali sepi.
Rindu yang tak ramah,
Pilu yang tak mengenal teman.
Aku, hanyalah budak kata-kata.
Setelah kamu pergi,
Seribu hari aku mencari.
Seribu hari aku tersenyum,
Seribu satu hari aku menangis.
Aku tetap mencintaimu,
Dimanapun kamu berada,
Hidup ataupun mati.
"Satu Juta Burung Kertas"
Aku, hanyalah budak kata-kata.
Kerling matamu membuatku jatuh.
Padanya kau sisipkan harum tengukmu,
yang meminta waktu untuk terlelap,
agar dapat terurai berjuta rindu,
saat rengkuhmu erat dibahuku.
Aku, hanyalah budak kata-kata.
This will be next novel. I wish I can start a new world.
Saat itu hujan..
Melody berlari menyambut hujan, menumpahkan rasa hatinya. Dia menangis disela derasnya hujan. Teriakannya tertelan gemuruh hujan dan suara guntur semakin menyamarkan lengkingannya.
"SAMUEEELLLL....."
Melody menangis dan menangis. Tubuhnya setengah membungkuk, seolah ada beban hati yang tak mampu dipikulnya.
Dari kejauhan, Reza memandang nanar. Hatinya sangat sakit, sebab dia tahu apa yang dilakukan gadis itu kala hujan. Gadis itu berteriak sejadi-jadinya tanpa ada yang dapat mendengar suaranya. Namun Reza tahu, dia dapat merasakan gadis itu menangis. Dia terlihat kuat, tapi Reza tahu hatinya seringkih sekeping pualam yang telah retak.
"SAMUEEELLL...." Melody kembali berteriak.
Dia mengatur napasnya, sekujur tubuhnya basah oleh hujan. Ada rasa sesak didada yang tidak dapat dilupakannya begitu saja. Dia ingat kata-katanya pada malam terakhir mereka bertemu. Dia meminta Samuel untuk pergi. Sekarang, dia menyesal.
"Ma-maafkan aku... maafkan aku untuk semua yang aku lakukan, dan tidak aku lakukan...." air mata Melody bercampur uraian hujan. Kembalilah kepadaku, dimanapun kamu berada. Aku minta maaf, aku minta maaf... Just, come back to me...
Reza ada begitu dekat dengannya. Sambil berpayung, Reza memandang gadis itu dengan hati hancur. Seandainya dia dapat mengembalikan napas itu, mungkin... Melody menoleh ke Reza. Laki-laki itu mendekatinya. Tangan kanannya memegang payung dan kini Reza dapat melihat dengan jelas air mata gadis itu, sebab payungnya telah memisahkan guyuran hujan dari wajah gadis itu. Seorang gadis yang sungguh-sungguh dicintainya.
"...." Reza tak mampu berkata-kata.
Sedetik kemudian, dia melepaskan payungnya dan merengkuh Melody dalam pelukannya. Melody mencoba untuk menahan tapi tubuh Reza terasa begitu hangat, seolah laki-laki itu sedang diselimuti bara.
"Mel..." Reza berbisik ditelinganya. Keduanya basah oleh hujan. Angin berhembus begitu kencang, mengibarkan rambut Melody tak beraturan. Reza memeluknya dengan sangat erat. Rasa hatinya terasa ingin meledak. "Aku tidak memintamu untuk melupakannya..." suara Reza bergetar, "Tapi biarkan aku mencintaimu. Biarkan semuanya berjalan seperti dulu. Kamu mencintainya, dia mungkin mencintaimu, dan aku mencintaimu.... Biarkan semuanya berjalan seperti dulu!!"
Reza tahu itu adalah permohonan. Sedangkan seorang Reza tidak pernah meminta, apalagi memohon. Tapi kali ini Reza rela, bahkan untuk menghamba sekalipun.
"Biarkan aku mencintaimu..."
Satu Juta Burung Kertas
Aku bahagia air mataku tidak terbuat dari darah. Sebab aku tidak ingin kamu melihat air mata ini.
Aku, hanyalah budak kata-kata.
Rindu.
Dapatkah kau binasa.
Aku ingin kau binasa.
Kamu harus binasa.
HARUS! Sebelum,
Kau binasakan. Aku.
Aku, hanyalah budak kata-kata.
Merindukanmu adalah,
membisu diri,
mengebiri hasrat,
mencumbui ketidakberdayaan.
Merindukanmu adalah,
menyakiti diri.
Aku, hanyalah budak kata-kata.
Kadang aku ingat lagu. Milikmu.
Sosok yang membuat manusia menjadi jalang.
Senyummu memotong peti sunyi. Hasratku melesat.
Meledak pada kedalaman bota mata. Mu.
Pada jarak yang tak dapat aku hitung.
Sebab dirimu jauh. Dariku.
Kini kamu dan aku. Bergelora.
Hingga aku sadar bola matamu biru.
Jarak menamai diri. Angka yang dapat aku hitung.
Takut aku. Melihatmu. Kuasamu.
Dalam permulaan tanpa akhir.
Tenggelam. Sumurmu tanpa dasar.
Bumiku membelah diri. Kamu adalah musim ketujuh.
Merajai nyata. Mayaku suri.
Apa aku jelmaan manusia jalang itu.
Melihatku jelas. Pada matamu.
Aku, hanyalah budak kata-kata.
Kekasih,
aku tidak mampu menaklukkan waktumu.
Sekarang kabut rindu terasa begitu menakutkan,
dan memudarkan waras.
Aku, hanyalah budak kata-kata.
Tidak henti-hentinya aku mengetuk pintumu.
Yang terkunci begitu rapat.
Tegakmu mengikis habis keakuanku.
Aku tak punya pilihan, sebab rasa hati tak dapat aku rayu.
Untuk berpaling. Apalagi pergi.
Tidak henti-hentinya aku kembali.
Menghiba seucap kata, yang membuat hari terasa mengudara.
Kadang kumaki rasa hati. Hinalah aku. Cercalah aku.
Sebelah matamu menatapku. Palingkan punggungmu.
Aku tak akan mendendam. Sebab aku hanyalah seorang insan
Yang ditaklukkan pesonamu.
Yang hampir mati dibantai kerinduan.
Aku, hanyalah budak kata-kata.
Pegang tanganku,
Kisah ini kita yang punya.
Dapatkah kau bantu aku untuk meremukkan rindu ini bersama?
Last edited by nagita; 26-05-2012 at 01:11 PM.
Aku, hanyalah budak kata-kata.
Biarkan pergi.
Berlalu. Memudar.
Seperti debu-debu emas lainnya.
Kamu akan tetap tegak
Menyambut setiap pagi
Yang mencabut nadimu
Seutas demi seutas.
Biarkan memucat.
Biarkan larut.
Aku tahu kamu kuat.
Senderkan hatimu pada doa.
Kamu akan baik-baik saja.
Walaupun remuk. Walaupun pecah.
Kamu akan tetap berdiri.
Kamu akan tetap disini.
Mengantung asa. Memenjarakan segala rasa
Yang membuat hatimu layu seperti tungkai malam yang tergelincir.
Aku, hanyalah budak kata-kata.
Kita hanyalah debu-debu diantara angin.
Jika kamu mencintainya,
Tinggalkan dia!
Biarkan dia meneruskan hidupnya.
Aku, hanyalah budak kata-kata.