Bagaimanakah rasanya dibantai kerinduan?
Sekaratkah kamu?
Adalah sekaratku yang dulu,
dan sekarang kuhibahkan padamu.
Nikmati kesedihan itu.
Engkau akan segera terbiasa.
Bagaimanakah rasanya dibantai kerinduan?
Sekaratkah kamu?
Adalah sekaratku yang dulu,
dan sekarang kuhibahkan padamu.
Nikmati kesedihan itu.
Engkau akan segera terbiasa.
Aku, hanyalah budak kata-kata.
Aku ingat hari pertama berada begitu dekat denganmu,
dimana labuh jantung terada dapat memutuskan napas,
Engkau ada begitu dekat,
namun terasa begitu jauh.
Dan semakin jauh.
Hingga yang tersisa hanya air mata,
yang terasa begitu dekat.
First date 230121
Aku, hanyalah budak kata-kata.
Rasaku mati. Ragaku sekarat.
Dimanakah degup itu?
Degup yang pernah menjadi milik kita,
menggetarkan hati hanya dengan sepatah kata,
membuat wajah merona,
dan terasa melambungkan raga?
Degup,
yang membuat dunia terasa lebih bersahabat?
Aku, hanyalah budak kata-kata.
Keangkuhanmu terletak pada pikirku.
Sebab aku tahu,
suasana hatimu berubah secepat waktu.
Apakah ada rasa gundah,
kala menemukanku berada begitu dekat
pada seulas wajah yang lain?
Kurasa tidak.
Aku pun seharusnya tidak.
Aku, hanyalah budak kata-kata.
Terlalu banyak wajah yang bergentayangan
terlalu banyak hati yang kau tebarkan
terlalu banyak jala
terlalu banyak kepalsuan
dusta
harapan palsu
racun
virus...
Suatu hari nanti karma akan datang kepadamu.
Dia tidak pernah meleset sedikt pun.
Aku, hanyalah budak kata-kata.
Bahkan didalam mimpi pun,
engkau mengkhianatiku.
- - - Updated - - -
Engkau adalah nada yang membuat untaian lagu menjadi sumbang.
Engkau adalah senar tanpa dawai.
yang tidak seharusnya, ada.
- - - Updated - - -
Malaikatku,
bantulah aku menyangga hati.
Sepertinya kali ini aku tidak terlalu sanggup
melepaskan cinta yang masih ingin kudekap.
- - - Updated - - -
Harus berapa kali rasaku menyakiti hatiku?
Belum puaskah engkau?
Tidak.
Belum puaskah aku meremukkan hatiku sendiri?
- - - Updated - - -
Biarkan saja.
Dia sudah terbiasa meremukkan hatinya sendiri.
Dia akan terbiasa dan belajar tertawa diantara air mata.
Dia akan segera tawar.
Aku, hanyalah budak kata-kata.
Senyummu merekah bagai fajar menyapa bumi,
sinar diwajahmu, memabukkan malam
Pelukmu melingkari bahu,
bagai palungan. Terasa nyaman,
terasa damai.
Malaikatku,
Aku belum sanggup melajukan langkah untuk melihatmu pergi.
Tunggulah aku. Hingga akhir napasku.
Aku, hanyalah budak kata-kata.
Tekanan ini mengikis seluruh rasa.
Hampir tidak bersisa.
Berhentilah menjadi binatang.
Atau mesin.
Lepaskan. Bebaskan.
Manusiakan dirimu sendiri.
Aku, hanyalah budak kata-kata.