Imaginasiku mengembara. Ia mereka kisah. tentang sebidang bilik yang berhamburan oleh peluh.
Seolah sengaja mencari belati. untuk menikam hati. meratakannya hingga tak lagi berwujud. pun berunsur.
Lalu selayaknya pesakitan, yang tanpa daya terikat ditiang gantung.
menunggu eksekusi. menunggu otak berhamburan berebut liang.
Hatiku menjerit. menemukan dirinya tak ada lagi ditempatnya.
Aku tak ingin memiliki hati yang terluka.
Tiada tempat untuk air mata. Setelah lima tahun kiamat dimana aku hanya bisa melata.
Sungguh. Luka itu, tiada banding.