Aku ingat kecupan pertamaku.
pada dua belas waktu yang berdentang,
membuat tujuh dari sembilan sukmaku melayang.
Aku ingat sentuhan pertamaku.
kala itu, rembulan perak di pelataran langit merah,
membuat denyut nadi terasa membakar kulit.
Aku ingat kecupan pertamaku.
pada dua belas waktu yang berdentang,
membuat tujuh dari sembilan sukmaku melayang.
Aku ingat sentuhan pertamaku.
kala itu, rembulan perak di pelataran langit merah,
membuat denyut nadi terasa membakar kulit.
Aku, hanyalah budak kata-kata.
Aku mendengar seuntai nada.
Yang membawa angan, menembus batas.
Menerbangkan hati, pada pangkuan. Yang terasa lapuk.
Namun padanya. Kau rebahkan bahumu,
Padanya kau biarkan sentuhan. Merayapi tubuh.
Memilikimu. Separuh jantungmu berdetak.
Untuknya.
Aku melihat sutera putih. Memanggil.
Bunga merah muda dirambutmu, tersemat. Kilaumu bagai rembulan.
Namun tiada wajah. Dimana hatimu melesat untuknya.
Dimana jiwamu terbang padanya.
Dimana setiap napasmu. Adalah miliknya.
Lalu,
Pada setiap nada yang kau dengar.
Pada setiap hari yang terus melaju.
Tidak kau biarkan tangan itu. Membawamu.
Pada pelaminan pagi itu.
Aku melihat sepasang mata.
Padanya kutemukan sepasang bintang,
dengan binarnya yang redup.
Dan separuh hati yang berdetak.
Masih miliknya.
Aku, hanyalah budak kata-kata.
Entah harus berapa ratus kali aku harus kehilanganmu.
Karena setiap kali aku bangun, kamu selalu pergi.
Dan kepergianmu kembali menyayat hatiku.
Terus menerus, beratus-ratus kali.
Tetapi,
aku akan selalu mencarimu.
Selama aku dapat menemukanmu,
aku rela bangun dan kembali terluka.
Aku, hanyalah budak kata-kata.
Manusia yg mengkhianatiku,
Aku lihat kelebatmu diantara padang hijauku.
Suaramu melekat bagai kemarin,
Bisik rayumu bergaung bagai semilir angin.
Aku ingat bagaimana kamu datang dan pergi bagai hantu,
Aku ingat bagaimana kamu meninggalkanku.
Kesedihan itu,
masih membelah hatiku.
Ada dua manusia yg masih hidup,
Namun kuanggap mati.
Salah satunya adalah kamu.
Kekasih,
Apakah kamu mati rasa.
Atau bukan lagi manusia.
Bagaimana mungkin kamu mampu
Muncul dan tersenyum dihadapanku
Setelah kiamat yang kau ledakkan diatas kepalaku?
Hai,, nagita... aku suka banget puisi-puisimu.....
keep posting yaaa....
Kenapa percaya pada karmaphala? Tentu saja karena keadilan dibuat oleh manusia dan manusia bisa saja salah.
Visit My Blog: Catatan perjalanan gadisbadungkampung
Ada dua orang yang aku blacklist dalam hidupku,
di dunia ini.
Salah satunya adalah kamu.
Aku, hanyalah budak kata-kata.
Apakah kamu. perempuan jalang itu.
merayunya dengan lagumu. sebab kamu tidak tahu.
ada perempuan lain. memiliki namanya.
dan mengandung benih. miliknya.
Apakah kamu perempuan.
ketika kamu tahu. kamu benci. jalangmu.
sebab asamu remuk.
pedihmu berakar. pun malangnya,
sekeping hatimu masih miliknya.
Apakah kamu jalang.
perempuan yang merana.
sebab kamu benci. dan mendamba.
masih.
Aku, hanyalah budak kata-kata.
Aku pernah mencintai manusia adam itu. Sebuah cinta yang semurni doa hingga membuatku rela untuk terluka dan menunggu. Namanya menjadi mantra, kugenggam erat pada palungan yang membuatku terus bernapas, sebab aku memiliki mimpi tentangnya. Sebuah mimpi yang hanya aku dan dia tahu.
Lalu tersebut sebuah nama. Bagaikan sebuah pedang yang membelah mata air. Satu windu kemudian aku sadar kesia-siaan adalah satu-satunya kepastian. Hanya aku yang tidak ingin menggunakan mataku. Bahwa tidak hanya ada aku disana, dan aku hanyalah segenggam pasir yang dapat dengan mudah terberai kala tiba waktunya.
Sekarang,
manusia adam itu muncul dan membuka sebuah cerita yang telah berkarat. Bagaimana mungkin aku lupa, manusia. Sebab perangku waktu itu adalah milikmu. Aku tidak mengerti, sungguh! Sapamu padaku seringan kapas, namun terasa melontarkan aku hingga ke dasar bumi. Dan aku memandang seonggok manusia mati didepanku. Kamu pernah menjadi indah dihatiku. Dulu.
Aku sudah lama berdiri dengan mimpi yang adalah milikku sendiri.
Kamu sudah kuanggap mati, tetaplah mati.
Aku, hanyalah budak kata-kata.
tidak, jangan begitu
ini luka, ini suri, bukan mati
sarungkan pedangmu, sudahi perangmu
ini aku, bukankah kau menungguku disini?
Kenapa percaya pada karmaphala? Tentu saja karena keadilan dibuat oleh manusia dan manusia bisa saja salah.
Visit My Blog: Catatan perjalanan gadisbadungkampung
alamku merdeka
ragaku terikat
aku melihat potret dirimu
tetap aku tak bisa berucap
kau, tatapanmu...
tenang saja, aku tak akan menyusahkanmu...
* Pak de, kok kita jadi ngebajak tridnya nagita sih....
Kenapa percaya pada karmaphala? Tentu saja karena keadilan dibuat oleh manusia dan manusia bisa saja salah.
Visit My Blog: Catatan perjalanan gadisbadungkampung
Keep talking.. Miss you all. Miss KG so much.
Aku, hanyalah budak kata-kata.
Menemukanmu pada duniamu,
membuat aku tersenyum.
Aku tidak lagi mengharapkan sebuah sapaan,
yang membuat jutaan bintang menerangi malam.
Sekarang sunyimu,
telah menjadi teman baikku.
Aku, hanyalah budak kata-kata.