-
Kadang aku bertanya pada diriku,
apakah aku bisa kembali mencintai.
Setelah satu persatu pergi.
Mungkin aku harus kembali belajar.
Aku hanya bisa memohon pada Tuhan,
untuk menyelamatkan semuanya.
Aku akan belajar kembali,
mencintai.
- - - Updated - - -
Senjaku telah berubah menjadi abu-abu.
Sebab telanjur kukirimkan semua warna,
untukmu.
Sayangku,
hentikanlah waktumu sesaat saja.
Tidak perlu untukku,
tapi untuk dirimu sendiri.
-
Lepaskanlah.
Lepaskanlah dirimu dari jelaga ilusi.
Kamu telah tiba pada pemberhentian terakhir,
tidak ada lagi kereta yang akan lewat.
Teruslah melangkah,
Aku akan menemanimu.
-
Sudahkah kau temukan jawabmu?
Berhentilah.
Berhentilah melukai dirimu sendiri.
Kasihanilah dia.
- - - Updated - - -
Aku sudah menemukan jawabanku.
Terima kasih.
Berjalanlah bersamaku.
Aku tidak sanggup, tanpa Mu.
-
Ada sebilah belati,
yang kau tancapkan dihatiku,
kala aku mencintaimu.
-
"Purnama Terakhir"
Harummu memudarkan jarak
Meresap pada lekuk dedaunan
Kurayu bunga disepanjang jalan
Mekarkan dirinya, demi dirimu.
Wajahnya terukir pada matamu,
raut yang slalu memasung hatimu,
Tenggelam dan tiada mampu beralih
Tak berdaya untuk kutaklukkan.
Ref.
Brikanku, purnama terakhir
Kau masih miliki hatiku, kasih
Kurayu hati untuk melepaskan
Dan pelangi pun menghitam
Ref 2.
Brikanku, purnama terakhir kasih
Engkaulah pemilik detak jantungku
Disaat dunia meninggalkanmu,
Kembali, lenyaplah dalam pelukku.
Kusimpan rinduku, hanyalah untukmu.
Walau rindumu, bukanlah untukku
*I made a song from my poem. So happy for it. I made it, when u left me.
-
I'm still learning to love,
just starting to crawl.
--- Say something I've givin up on u.
-
Can You teach me how to undo love?
Cos it hurting me so badly.
I miss them so much.
- - - Updated - - -
Can You teach me how to undo love?
Cos it hurting me so badly.
I miss them so much.
-
Saat mata berkejaran memetakan rupa,
memeluk gerimis dalam diam,
adakah cintamu, milikku masih?
Adakah ruang hatimu, tersisa untukku?
Dan aku hanya mampu memeluk rindu.
Dalam pilu.
- - - Updated - - -
Lalu wajahnya menangkap rupa. Kisah pangeran masa kecilnya. Tempat dimana pertama kali hatinya jatuh, dalam tawa kanak-kanak yang polos. Lalu olok-olokan itu datang, terasa lucu bagi mereka... namun memisahkan keduanya. Dan jarakpun menampakkan giginya yang berubah menjadi taring. Terasa jauh. Semakin jauh. Lalu wajah-wajahpun tersembunyi, membekap laju hati setiap bayangannya lewat. Dia tidak mengerti mengapa hati begitu cepat rapuh dan terbelah. Namun wajah itu masih tersisip dalam mimpi, sesekali. Aku mendengar suara berdenting yang patah. Perasaan yang dipaksakan untuk memindahkan rupa, pada sosok yang kembali membuat hatinya berjelaga... setidaknya tiga ratus enam puluh lima hari lamanya. Dalam diam, dia menghapus air matanya. Kutanyakan padanya mengapa, katanya dia tidak akan jatuh cinta lagi. Lalu dia berdiri dan kembali berlari. Berlari secepat angin, agar air mata tak sempat menunjukkan kuasanya. Dan tak ada seorang pun tahu kapan embun pagi terlambat menyapanya.
Dia tidak pernah menangis lagi. Sejak hari itu, aku tidak pernah melihatnya lagi.
-
Mungkin tubuh bertumbuh,
tapi engkau tahu sinar mata kita, masihlah sama.
Bagaikan kanak-kanak dengan tawanya yang riang,
memandangmu dengan berjuta cahaya bintang.
Walau tubuh memekarkan dirinya,
rasa hatiku, tidak pernah berubah.
Dia masih hidup pada masa dimana kita berlarian,
bertelanjang kaki,
dibawah gerimis,
sambil mendekap layang-layang...
- - - Updated - - -
Kini aku sadar,
kepada siapa hati pertama kali menjatuhkan dirinya.
-
Tatapanmu,
masih tertinggal dipelupuk mataku. Yang memandangku dengan berjuta cahaya bintang. Walau tubuh memekarkan dirinya, rasa hati.. tidak pernah berubah. Ia masih hidup pada masa dimana kita berlarian, bertelanjang kaki, dibawah gerimis, sambil mendekap layang-layang...
Senyummu memasung musim semi untuk bertahta lebih lama. Membuat hatiku tergelincir... dan jatuh. Untuk kali pertama.
Pudarkan jarakmu sesaat saja. Untuk kali terakhir.
- - - Updated - - -
Suaramu,
bergema pada dinding-dinding bambu,
bergemerisik dan terus bergaung.
Aku ingat janji. Yang terus kugenggam walau
ribuan hari telah meninggalkanku.
Kepergianmu
mematahkan setiap nada, dihatiku.
Dan aku hanya bisa menangisi kerinduan
dibawah derasnya hujan.
- - - Updated - - -
Pernahkah engkau mengerti bagaimana rasanya disiksa kerinduan?
Aku membutuhkan cintamu.
-
What do you know about my dreams?
You know nothing!
I'll remember the day.
When the rain falling down my face
You.. just know nothing.
You think it's simply to let it go but..
I couldn't.
You just know nothing.
nothing!
- - - Updated - - -
Dan setiap kali aku ingat,
aku benci.
-
I'm fixing my broken heart.
After you left.
But I'll starting to love.
I promise.
- - - Updated - - -
Rindu itu sungguh berat.
Aku tidak sanggup memikulnya sendirian.
Pernahkah engkau tahu bagaimana rasanya dibantai kerinduan,
hingga diluar batas kemanusiaan?
meniadakan waras,
menekan hati,
hingga terasa sesak,
ingin berteriak,
namun yang terdengar hanyalah
kemarahan?
~SJBK, Melody.
-
Kemarin rindu meremukkan kepalaku.
Kucengkeram hatiku,
kupatahkan jadi dua,
dan mengikat kepalaku dengan mahkota duri,
agar aku bisa mengendalikannya.
Jika tidak,
sudah kuikuti suara bodoh itu untuk kembali kepadamu.
- - - Updated - - -
Hari demi hari,
aku memerangi musuh yang sama,
adalah diriku.
Yang memintaku menyerah dan berbalik.
Disaat aku yang lain, menyiapkan seribu perisai,
untuk membentengi diri. Kala bayangmu lewat.
Hari demi hari,
aku berperang dengan hatiku sendiri,
yang memintaku untuk mengalah.
Tidak.
Tegakkan kepalamu dan teruslah berlari.
Aku telah menjatuhkan hatiku,
tidak kepalaku.
-
03032020
It's the very first time in my life..
I'll learning to love.
I'll promise!
*it's crawling...
- - - Updated - - -
Kita pernah merasakan hari yang sama.
perih yang sama.
sakit yang sama.
siksa batin yang sama.
Kini satu persatu telah kau kendalikan.
Aku hanya memintamu untuk bertahan
dan biarkan aku bekerja.
Aku akan membebaskanmu.
- - - Updated - - -
HadiahKu hari ini untukmu adalah..
penawar segala rindu.
Rindu dari kehilangan abadi.
Rindu dari segala rindu.
Tangkap dan gunakan dengan baik.
- - - Updated - - -
Engkau telah salah kala menjatuhkan hatimu,
tidak kepalamu.
-
Merindukanmu,
Aku tersesat dalam pikiranku sendiri.
-
Disaat aku kuat,
hatiku begitu mudah mengatakan..
tidak apa-apa.
Aku akan tetap berbahagia,
dengan atau tanpamu.
Namun seringkaki dia merana,
tersiksa kerinduan.
Dan engkau tidak perduli.
Tak apa.
Dengan atau tanpamu,
nanti akan terasa biasa.
-
Lalu aku berkata kepada para binatang... bahwa bedebahlah para manusia, sebab mereka gemar menghancurkan hati manusia lainnya. Namun tidak para binatang. Mereka hanya menghancurkan hati manusianya, kala harus melalui jembatan pelangi.
Telah kucabut setiap keping hati yang dibumihanguskan para bedebah. Kemudian, para binatang menambal setiap lubang, titik demi titik hingga mendenyutkan jantung. Berirama, dalam bahasa para binatang.
Kuletakkan hatiku, dimana milikku adalah milik para binatang. Tempat dimana cinta bersemanyam sedalam lautan dan semurni doa. Manusia berkata bahwa akulah separuh binatang itu, yang memudarkan warna pelangi dan meredupkan pendar bintang. Tak apa.
Kita semua, adalah jelmaan para binatang. Yang kadang lantang, kadang pincang, seringkali jalang.
-
Apapun yang kau letakkan dibahuku,
akan kupikul.
Apapun yang kau goreskan dihatiku,
akan kuhadapi.
Walaupun air mata,
terasa sanggup menghanguskan kayu,
berdoalah untuk dirimu sendiri.
Sebab disaat aku mampu berdiri,
akan kukembalikan semua paku yang kau tancapkan dihatiku.
-
Ketika engkau menginginkan raga,
kau pupuskan jiwaku.
- - - Updated - - -
Bagiku,
raga tidak akan pernah menjadi bagian dari cinta.
Sebab cinta tidak memandang raga.
Cinta melihat jauh,
kedalam jiwa.
- - - Updated - - -
Kini aku sadar siapa engkau.
Engkau jauh dari yang kuinginkan.
Dan hatiku tidak pernah selega ini,
kurasa dia siap melepaskanmu.
Sebab hari ini kulihat dia terus menerus tersenyum,
tanpa merapalkan namamu.
- - - Updated - - -
Berhentilah mencari jejakku.
Biarkan aku memudar dalam terang.
-
Apakah engkau sudah sembuh?
Kurasa engkau telah melihat bias matahari,
sebab kutemukan senyum manis dan binar matamu.
Seperti kali pertama kita bertemu.
Apakah sudah pudar rasa hatimu?
Sebab kulihat engkau tidak lagi menangkap bayang-bayang,
dan belatung kerinduan didalam hatimu,
satu persatu mati.
Kurasa engkau kembali menjejakkan kaki pada tempat
dimana seharusnya engkau berada.
Setelah sekian waktu terombang-ambing dalam gulana,
aku senang kembali kau temukan jalanmu.
Jangan kembali merengkuh rasa,
akan kupastikan tidak ada lagi yang tertinggal.
Teruslah tersenyum,
biar kupupuskan segala rasa didalam hatimu,
hingga tak lagi bersisa.
-
Paku-pakumu
Telah kembali kepadamu.
Melukai orang yang salah
Aku tahu, bukan mauku.
Bukan dariku.
Paku-pakumu,
masih menunggu untuk kukembalikan.
- - - Updated - - -
Urusan kita masih jauh dari usai.
Ingatlah bahwa ada gadis kecil,
yang menggerang nyawa ditanganmu,
saat dia menyerahkan seluruh hidupnya kepadamu.
Tenanglah.
Karma tidak akan melewatimu.
Ia tidak pernah meleset sedikitpun.
-
Namanya rindu.
Sebelum mati dia sempat melawan,
dan menyuntikkan seluruh virusnya kedalam nadi.
Kini kenangan menggeliat bangkit dari kesuriannya,
menawanku dalam keping-keping rasa yang tertinggal.
Rindu itu tidak hanya berat,
dia juga b*jingan.
-
Kini aku membutuhkan monsterku,
untuk kembali memusnahkan rasa.
Yang baru saja bangkit,
dan menggandakan dirinya.
Aku benci merindu.
Aku benci memulai.
Aku benci segala rasa.
-
Merindukanmu,
Pada setiap helaan napasku.
Menggenggam rindu,
dari terang pagi hingga malam membentang
Meringkuk kedinginan, tanpa daya,
dan kesepian.
Dibantai kemarahan,
ketidakpuasan pada diri sendiri karena dia tidak mampu,
menjaga hati.
Aku sudah berusaha melepaskannya,
namun dia selalu menggentayangi. Bagai hantu.
Seperti siluman jahat yang mengintip dari bawah tempat tidurku.
Lalu,
rindu menjelma menjadi b3debah,
yang harus kuhadapi sendirian.
-
Pernahkah aku mengemis senja,
untuk bertahta sehari lebih lama dari biasanya?
Dan dimanakah jingga keemasan itu,
yang menghangatkan kulit dan meresap kepersendianku?
Senja itu telah hilang.
Segalanya terasa dingin.
Aku tak mampu lagi melihat warna-warninya yang pernah
memukau hatiku.
Kau hitamkan segalanya,
dengan bertubi-tubi luka.
-
Lalu air mata menjawab doa.
Aku terdiam dan hanya bisa mengirimkan mantra,
sedalam-dalamnya ku berduka,
atas kepergian orang yang kau kasihi.
Tak ada kata untuk menjabarkan kisah,
untuk kuketahui dari mulutmu sendiri.
Tidak penting bagimu.
Dan begitu pula sebaliknya, seharusnya.
Namun aku ingat bagaimana seorang bocah berlarian dikala siang hari,
saat pulang sekolah sambil membawa,
sepucuk kartu natal dari sang kekasih.
Ibu, aku mendapatkan kartu darinya.
Namun dia tidak membalas cintaku,
aku begitu sedih dan terdiam begitu lama,
Ibu.. rasanya aku jatuh cinta.
Bagaimanakah rasanya?
Kukirimkan doa sedalam-dalamnya,
semoga Tuhan memeluknya didalam kasih.
-
Kadang ombak membawa jiwaku
begitu jauh dari permukaan
tenggelam dalam riak matamu
yang dalam dan memabukkan...
Aku tidak ingin berhenti
untuk menemukan riak itu.
Menggali jawaban apakah hatimu masih milikku.
-
Hanya tersisa sedikit rindu.
Yang kadang masih menyakitkan hati.
Aku terus melangkah dan tak mau lagi menengok
pada masa dimana dunia menumbuhkan pelangi
dari setiap tanah diseluruh penjuru bumi.
Hanya tersisa sedikit rindu,
yang masih melawan sebelum termusnahkan,
dari permukaan hatiku.
Aku akan menunggu,
hingga semua rasa ini pudar.
Dan namamu, hanya akan menjadi nama
yang tidak akan lagi menggetarkan hatiku.
-
Ada rona merah muda dipelataran langit sore itu. Merah muda yang membentang disepanjang cakrawala, yang merayu rembulan memanjangkan waktu untuk memperlihatkan keanggunannya. Tapi dia tidak mampu lagi menterjemahkan warna. Sebab hatinya kelu dan rusak oleh bertubi-tubi luka. Matanya menatap nanar, sambil melepas keping-keping pualam yang memecah diudara, berubah menjadi percikan api yang lembut. Dia berkata kepadaku, suatu hari nanti namanya tidak akan mampu lagi mengetarkan hatiku. Tentu, waktunya sudah sangat dekat. Engkau telah melepaskannya dan hanyalah kata-kata yang berdarah. Suatu hari nanti, rindu tak akan sanggup memutarbalikkan duniamu. Sebab rindu itu b4j1ngan yang telah kau hadapi sendirian, dan akan kau menangkan.
Dia tersenyum sambil mendekap lubang dihatinya. Waktu akan menambal setiap luka. Dia tidak pernah ingkar.
"Sam, waktu berkata dia akan menambal semua luka. Aku harap aku memiliki cukup waktu untuk melihat hatiku sembuh, dan kembali tersenyum."
~SJBK
- - - Updated - - -
Mungkin tidak akan sesakit ini, kala cinta meninggalkan. Seandainya aku bisa, menggenggam percikan bara lebih lama, mungkin aku tidak akan merasakan kerinduan. Aku tahu resiko karena mencintai... Aku hanya tidak tahu, ternyata sesakit ini.
If I have a heart,
dat would be belongs to animal.
-
Namamu telah lama menghilang dipelataran langit senja,
hari itu,
waktu berbaik hati memudarkan segalanya.
Aku ingat kesedihan yang pernah kau torehkan pada hatiku,
membuat sesak napas dan hari yang terasa berat,
untuk kujalani
Kini aku dapat kembali menatap hari yang telah berlalu,
sambil tersenyum menghitung tetes air mata,
yang kau jatuhkan dari mataku...
Segalanya akan pudar, pada waktunya,
cepat atau lambat.
- - - Updated - - -
Kini hanya tersisa rasa enggan
untuk melirik, atau menyapa.
Hanya tersisa penyesalan pada kisah
yang pernah kita buat
dikala cinta membutakan hampir segalanya.
Terima kasih, waktu.
-
Apakah engkau sungguh-sungguh manusia?
Sebab kata-katamu mencabikku
lebih ganas dari cabikan harimau,
dan sikapmu membuatku bagai hantu,
yang bergentayangan tanpa tujuan.
Apakah engkau sungguh manusia itu?
Sebab manusia selalu berjanji,
dan mengingkari setiap kata,
melupakan setiap lubang,
yang ditancapkan pada hati manusia yang mengasihinya.
Apakah engkau, manusia?
Sebab tampaknya engkau menikmati tetes-tetes hujan
yang mengalir dari mataku.
Air,
yang terasa sanggup menghanguskan kayu.
- - - Updated - - -
Aku pernah memohon kepadanya untuk memusnahkan segala rasa.
Kini aku lupa bagaimana rasanya merindu.
-
Janjimu berceceran, menguap di udara.
Bagai percikan, dengan api yang membakar habis rasa.
Kini nada, tak lagi sanggup memulangkan rindu.
Pun tak lagi sanggup, memutar balik duniaku.
Selamat datang, pudar.
~Nymph.
- - - Updated - - -
Aku hanyalah belulang yang kesepian,
yang tersiksa kerinduan,
mengutuk rasa cinta,
dicekam penyesalan,
mengais matahari,
dan menggali lubang kuburku sendiri.
- - - Updated - - -
Bait ini, sanggup memulangkan rindu...
dan membuat air mata kembali bertanya, apa kabarku hari ini. 🐍😭
-
Lalu kukatakan pada ingatanku,
untuk melumpuhkan ingatannya sesaat saja
Agar rasa sakit ini,
tidak menyerangku bersamaan.
-
Ada masa dimana aku nyaman untuk berdiam diri,
dikamar tidurku. Sambil mendengarkan musik,
yang tidak aku tahu apa artinya,
tapi begitu menyenangkan kala menyanyikannya.
Ada masa,
dimana aku tidak tahu apa itu cinta,
Tapi rasa itu terasa menyenangkan.
Dan cukuplah aku tahu itu saja.
-
Bilur-bilur di hatiku masih mampu membentuk rasa
berdegup untukmu.
walau lemah.
Aku coba untuk kembali memintal jangka waktu,
untuk menemukanmu.
Tapi bagian dari diriku,
tak lagi ingin kembali.
-
Siapakah engkau, yang sedang berbicara padaku?
Siapakah engkau, yang sedang mengendalikan diriku?
Aku dan Diriku sedang menangkal sang Ratu,
yang berusaha mematikan rasa. Sebab katanya,
itu tidak penting bagi kami.
Siapakah engkau,
yang sedang menguasai diriku?
Aku mendengar sayup-sayup suara sang Ratu,
yang meminta kami untuk diam sesaat saja,
mengalahkan keinginan,
membunuh perasaan.
Siapakah engkau,
yang sedang bersamaku hari ini?
-
Aku merindukanmu,
Sebesar aku menghindarimu.
Aku mencintaimu,
Sebesar aku membencimu.
Katakan padaku,
Bagaimana melewati hari
tanpa tersiksa kenangan tentangmu.
250720
-
Ada berapa Aku didalam diriku?
Sang Ratu telah menyelesaikannya untukku.
Aku mencoba mencari serpihan hatinya tapi..
sepertinya dia tidak retak, apalagi patah.
Dia menikmati rasa sakit,
bernapas dari kebencian,
dan menjadikannya kekuatan,
untuk mengembalikan setiap paku yang ditancapkan dihatiku.
Dia tidak memerlukan sang Monster untuk menyelesaikannya.
Kurasa dia lebih mengerikan dari Monster itu sendiri.
Dia membungkus hatiku, saat ini.
Agar aku tidak merasakan kesedihan.
Dia mematikan perasaanku, dan membiarkan Diriku yang mellow tertidur.
Aku tidak mengerti bagaimana dia bisa sembuh secepat itu.
Aku tidak merasakan hatiku berdarah seperti yang sudah-sudah.
Dia telanjur menguasai cahaya.
- - - Updated - - -
Aku pernah mengenalnya bertahun-tahun yang lalu...
Disaat diriku terjebak pada kegelapan dan luka hati yang tidak berkesudahan
Saat itu aku mendengarnya berteriak dari dalam lubuk hatiku...
Sejak saat itu aku melihatnya sesekali muncul
untuk menyelesaikan beberapa masalah.
Kurasa dia tidak memiliki perasaan.
Sebab untuk setiap hati yang dipatahkannya,
tidak pernah disesalinya.
Hanya diriku yang meratap, tapi tidak Sang Ratu.
Dia sepertinya tidak pernah menyesali apapun.
Tapi aku tahu dia melakukannya untukku.
Dia hanya mencoba melindungiku,
dari manusia-manusia baj1ng4an diluar sana.
- - - Updated - - -
Jika engkau melihatku dalam sosok yang lain,
yang begitu berbeda dengan Aku yang pernah engkau kenal sebelumnya,
itu bukanlah Aku.
- - - Updated - - -
Dia membuatku mengingat bagaimana kasih sayangnya,
ditumpaskan oleh kata-kata yang meluncur bagai peluru,
menembakku bersamaan tanpa daya untuk melawan.
Dan seketika, aku benci.
- - - Updated - - -
Rasanya aku ingin melepaskan kesedihan ini
lewat kisah pada seseorang,
tapi dia berkata, kamu sangat cengeng dan memalukan!
-
Aku bertanya kepada sang Ratu,
pernahkah kamu jatuh cinta atau patah hati?
Seringainya menjawab tanya.
Aku yakin dia pernah.
Sebab kulihat hatinya menghitam,
dan tidak terselamatkan.
- - - Updated - - -
Kurasa sebenarnya dia adalah sosok yang kesepian,
yang bersembunyi dibalik tatapan matanya yang dingin.
Tapi ketika engkau meninggalkannya dalam kesendirian
dan keremangan malam,
engkau akan melihat sesungguhnya dia
hanya sosok yang tidak ingin diganggun,
dan tidak ingin melukai apapun.
Dia hanya mencoba melindungiku.
- - - Updated - - -
Apakah aku masih memiliki hati?
Tentu.
Untuk para binatang, saja.
-
It's just a game.
Shall we begin again?