PDA

View Full Version : Mata pencaharian di kampung



mbok jamu
04-04-2013, 11:42 AM
Don't get me wrong, I love my job but sometimes I just want to do absolutely nothing. Paling buka-buka KM, cari video yang lucu-lucu di Youtube. Atau mungkin sebenarnya I don't really love my job, I'm just used to doing it, it's my routine. The money is good but I am bored.

Ingin ke Indonesia dan tinggal di kampung. Buka sekolah lengkap dengan workshopnya dengan modal tabungan dan dana pensiun. Anak-anak yang ndak mampu bisa sekolah gratis. Tapi apakah bisa bertahan? Sampai kapan? Bagaimana ketika anak-anak itu lulus sekolah? Kerja di mana mereka? Kalau semua ke kota maka kampung akan kembali sepi.

Apakah bisa menetap dan bekerja membangun kampung? Di kampung orang bekerja apa saja? Ada yang bisa cerita-cerita? ::maap::

Alip
04-04-2013, 12:56 PM
Wow... you're in third-life crisis there, Mbok (not mid life :-))...

Anyway, fokus ke kampung... crisis-nya di thread tersendiri aja...

Saya buka peternakan sapi perah di Cimande, alhamdulillah hasilnya lumayan. Cita-cita saya itu buat tambahan kuliah anak-anak dan tempat leyeh-leyeh pas pensiun nanti. Selain itu saya buka kebun sayur di Garut.

Secara umum kampung adalah tempat yang ditinggalkan, Mbok. Tidak banyak yang bisa dilakukan tanpa datangnya investasi dari kota. So if you're considering coming down there, you'll be welcomed. Tapi a bit of advise, it is not easy. Jangan dibayangkan orang kampung sebagai manusia lugu jujur seperti kisah kabayan. Some of them are 'well developed' and I learned it the hard way.

If it is peace you're looking for, Mbok... you can find it only within yourself... kampung can refresh... yes, but not an escape pod.

danalingga
04-04-2013, 02:00 PM
Saya sarankan peternakan.
Sepertinya peternakan masih belum digarap serius di Indonesia.
Kalo pertanian (perkebunan) sih rasanya sudah.

---------- Post Merged at 01:00 PM ----------


Secara umum kampung adalah tempat yang ditinggalkan, Mbok. Tidak banyak yang bisa dilakukan tanpa datangnya investasi dari kota. So if you're considering coming down there, you'll be welcomed. Tapi a bit of advise, it is not easy. Jangan dibayangkan orang kampung sebagai manusia lugu jujur seperti kisah kabayan. Some of them are 'well developed' and I learned it the hard way.

Coba di share cara mengatasinya Mbah Alip.
Sepertinya ini juga alasan terbesar saya hingga
belum juga invest di desa asal saya.

cha_n
04-04-2013, 02:24 PM
mau banget balik ke daerah. (ga harus kampung sendiri. pokoknya ga di kota gede)
tiap saya tugas keliling, selalu cari info gimana kondisi kalau tinggal di sana. pas ke manado tanya soal kerukunan beragama, trus diceritakan soal masyarakat da potensi daerahnya sama kepala bapeda sana. kayaknya seru juga. pas ke palangkaraya juga gitu jadi ngiri deh sama mereka. ke kantor cuma 5 menit. tanah masih segede lapangan sepak bola per orang itu di kota lho.
juga di daerah2 lain.

cuma harus memperhatikan juga. ga semua daerah aman. ada daerah yang biaya hidup tinggi. ada yang social cost besar, ada yang masyarakat nya yang fleksibel dst.

GiKu
04-04-2013, 02:28 PM
cuma harus memperhatikan juga. ga semua daerah aman. ada daerah yang biaya hidup tinggi. ada yang social cost besar, ada yang masyarakat nya yang fleksibel dst.

di kampung bapak gw, kalo hajatan bener2 menguras celengan

mbok jamu
04-04-2013, 05:10 PM
Wow... you're in third-life crisis there, Mbok (not mid life :-))...

Anyway, fokus ke kampung... crisis-nya di thread tersendiri aja...

Saya buka peternakan sapi perah di Cimande, alhamdulillah hasilnya lumayan. Cita-cita saya itu buat tambahan kuliah anak-anak dan tempat leyeh-leyeh pas pensiun nanti. Selain itu saya buka kebun sayur di Garut.

Secara umum kampung adalah tempat yang ditinggalkan, Mbok. Tidak banyak yang bisa dilakukan tanpa datangnya investasi dari kota. So if you're considering coming down there, you'll be welcomed. Tapi a bit of advise, it is not easy. Jangan dibayangkan orang kampung sebagai manusia lugu jujur seperti kisah kabayan. Some of them are 'well developed' and I learned it the hard way.

If it is peace you're looking for, Mbok... you can find it only within yourself... kampung can refresh... yes, but not an escape pod.

I am in peace, Oom. Wiken leyeh-leyeh di rumah, main dengan doggies, nonton film kartun, that's my escape pod. Tapi entah kenapa tadi rasanya bosan banget, pikiran jadi melayang-layang, wondering where I was heading to.

Kenapa peternakan sapi? Ndak takut dengan wabah sapi gila? Siapa yang mengelola peternakan tsb? Kenapa di Cimande dan Garut? Apakah karena Oom atau nyonya orang sana?

Bagaimana supaya orang kota atau seorang asing bisa diterima orang-orang di kampung?



Saya sarankan peternakan.
Sepertinya peternakan masih belum digarap serius di Indonesia.
Kalo pertanian (perkebunan) sih rasanya sudah.

---------- Post Merged at 01:00 PM ----------

Coba di share cara mengatasinya Mbah Alip.
Sepertinya ini juga alasan terbesar saya hingga
belum juga invest di desa asal saya.

Wah.. Dana mau invest juga ya. Rencananya mau invest apa? Cerita-cerita dong..


mau banget balik ke daerah. (ga harus kampung sendiri. pokoknya ga di kota gede)
tiap saya tugas keliling, selalu cari info gimana kondisi kalau tinggal di sana. pas ke manado tanya soal kerukunan beragama, trus diceritakan soal masyarakat da potensi daerahnya sama kepala bapeda sana. kayaknya seru juga. pas ke palangkaraya juga gitu jadi ngiri deh sama mereka. ke kantor cuma 5 menit. tanah masih segede lapangan sepak bola per orang itu di kota lho.
juga di daerah2 lain.

cuma harus memperhatikan juga. ga semua daerah aman. ada daerah yang biaya hidup tinggi. ada yang social cost besar, ada yang masyarakat nya yang fleksibel dst.

Terus-terang mbok agak takut membayangkan ke kampung with a white man standing next to me. I don't know what to expect tapi mbok juga ndak mau menua dan membusuk di kota, hanya menunggu malaikat maut, ndak memberi manfaat apa-apa bagi orang lain.

Pernah ingin ke Bukittinggi karena sudah beberapa kali ke sana dan rasanya damai banget. Kalau Chan ingin di mana?


di kampung bapak gw, kalo hajatan bener2 menguras celengan

Wedding catering?:tanya:

GiKu
04-04-2013, 05:19 PM
kampung ndeso
gak pake catering
semua dibantu tetangga, tapi kalo hajatan gak cukup 1 hari
dan kalo ngundang bisa beberapa kampung

danalingga
04-04-2013, 05:58 PM
Wah.. Dana mau invest juga ya. Rencananya mau invest apa? Cerita-cerita dong..

Ternak sapi mbok.

cha_n
04-04-2013, 06:19 PM
Tapi entah kenapa pernah ingin ke Bukittinggi karena sudah beberapa kali ke sana dan rasanya damai banget. Kalau Chan ingin dimana
pingin di blitar. kampung mas david.
di jawa itu biaya hidup murahhhhh banget dibanding sumatra (kampung papaku)
usaha bertani atau koi (blitar terkenal sentra budidaya koi)

peternakan sapi itu oke kalau ada orang yang bisa dipercaya.
ortu saya pernah coba di sumatra kampung mama. ya gitulah dibilang sapinya sakit ini itu. modal habis ga jelas.

mbok jamu
04-04-2013, 06:56 PM
Hmm.. Baik.. Mbok mau cari ilham, semedi dulu. :ketok:

danalingga
04-04-2013, 07:53 PM
peternakan sapi itu oke kalau ada orang yang bisa dipercaya.
ortu saya pernah coba di sumatra kampung mama. ya gitulah dibilang sapinya sakit ini itu. modal habis ga jelas.

Nah, ini kejadian juga di tempat saya. Mungkin nanti ternaknya pas sekalian kalo dah pulang ke desa aja kali yak.

itsreza
04-04-2013, 08:06 PM
di kampung usaha tanpa ga diawasi sendiri atau punya orang
kepercayaan ga mudah, apalagi bukan warga asli tempat itu.
punya kolam ikan, ikan cepet abis, mati, langsung digoreng
pelihara ayam dan bebek, keliatan teler, langsung dipotong
tanam umbi-umbian, sebelum panen udah dicabutin, pohon
pisang, baru muncul jantungnya, udah disayur. pohon bambu,
dipotong para tetangga buat pagar. belum lagi ditambah biaya
sosial yang tinggi

serendipity
04-04-2013, 09:04 PM
Di kampung itu sebenernya banyak yg bisa di olah kok mbok. Apalagi kampung mbok di sumatra, tanah disana subur dan bagus

Tapi kembali lagi usaha disana gak mudah, karna ternyata orang disana udah banyak yg perhitungan soal tenaga dan gak sepolos yg kita bayangkan

Kalo mau usaha disana perhatikan SWOT, jadi ketika kita memulai dan menemukan masalah gak kaget dan bisa mengatasinya

Dulu sih saya pernah bikin resto kecil kecilan ama temen, cuma gak bisa memuaskan hasilnya.. karna modalnya minim banget, pegawainya juga cuma dua orang.. selebihnya kita yg ikut serta jadi pembantu ;D

Di kampung sebenernya masih banyak yg bisa di gali, pernah mama ke kampung dan mengolah singkong.. ternyata orang sana gak tau singkong itu enak dimakan. Yah believe it or not, masih ada yg menganggap remeh singkong itu enak. Padahal sik di jakarta singkong bisa diolah sehingga harganya mahal

Jadi menurutku kalo mbok mau buka skolah, ambil dananya dari hasil menjual ubi, singkong, buah-buahan.. pasti menghasilkan.

danalingga
04-04-2013, 09:09 PM
Baca komen seren jadi kepikiran.
Mungkin membuat usaha pengolahan
yg bahan bakunya dari desa boleh juga tuh.

BundaNa
04-04-2013, 09:11 PM
mbok kan punya link di manca negara, pulang kampung menggarap potensi kampungnya....misal songket didesain jadi lebih modis, jual deh ke luar negeri

Yuki
04-04-2013, 09:25 PM
orang kampung orang polos? Suatu kesalahan besar berpikir seperti itu ;D

mereka jauh lebih perhitungan sampe ke seratus perakpun mereka perhitungkan hidup dan mati

orang kota mau buka usaha di kampung? Siap-siap saja bakal diperas dari segala arah penjuru mata angin

Ronggolawe
04-04-2013, 09:29 PM
Terus-terang mbok agak takut membayangkan ke kampung with a white man standing next to me. I don't know what to expect tapi mbok juga ndak mau menua dan membusuk di kota, hanya menunggu malaikat maut, ndak memberi manfaat apa-apa bagi orang lain.

Pernah ingin ke Bukittinggi karena sudah beberapa kali ke sana dan rasanya damai banget. Kalau Chan ingin di mana?
kebetulan tante gw tinggal dikampung, semua tanah
warisan HPT keluarga dikelola oleh beliau bersama su
aminya, nyokap gw tinggal dapat jatah sekian setiap
kali habis panen :)

sejak menikah 20 tahun silam, Tante gw dengan Sua
minya berkomitmen untuk bertani, berkebun dan beter
nak. Saat ini yang menjadi fokus beliau dan suaminya
adalah beternak sayur-mayur dan palawija. Seiring de
ngan membaiknya transportasi di kampung gw, kini be
liau mensuplai sayuran di beberapa rumah makan dise
kitar Maninjau, Lawang, Sungai Landir, Matur.

dalam bisnis ini, Tante gw ngga mengandalkan dari ke
bon sendiri, tapi juga membeli dari tetangga-tetangga
sekampung, dan mengambil komisi 3-5%... hasilnya sih
lumayan....

untuk kondisi Mbo Jamu, gw yakin akan lebih menarik,
apalagi kalau disertai idealisme membangun perekono
mian kampung vs para tengkulak :)

ndugu
04-04-2013, 09:40 PM
saya dulu sering juga kepikiran seperti mbok :mrgreen:
banyak "grand" ideas, mo ini mo itu kalo balik ke kampung, yang intinya giving back to the community.
niatnya sih bagus. tapi jangan kecewa ntar sama realitanya, dan harus bisa lapang menerima kekecewaan kalo ternyata realita tidak sesuai dengan rencana2 'grand' tadinya. jadi harus bisa fleksibel untuk terus tweak formulanya, dan adaptasi. first of all, mentalitas dan cara berpikir akan sangat berbeda. sometimes it's not about right or wrong, tapi beda aja, antara 'orang kota' dan 'orang kampung'. dan saya sangat setuju dengan yuki, jangan menganggap orang kampung itu polos2 dan bisa diini itu.

kalo mbok serius tertarik dengan ini, kupikir ada bagusnya membaca2 buku mengenai social studies, khususnya tentang berbagai macam organisasi non-profit, model2nya, dan struktur2nya. melakukan hal seperti ini kupikir sedikit sebanyak seperti entrepreneurship, but with a twist. so it's always good belajar dari yang sudah ada, yang terkadang akan memberikan ide :cengir:


on another note,
bbrp waktu yang lalu saya sempat baca berita dari AP news mengenai peternakan sapi di indonesia, sepertinya masih blom begitu mateng. mungkin bisa ikut membantu :cengir:

http://bigstory.ap.org/article/indonesia-beef-prices-soar-amid-sufficiency-drive

serendipity
04-04-2013, 09:50 PM
yup.. orang kampung udah gak ada lagi yang polos. Tapi jangan sampe hal itu menciutkan niat mulia karna niat yang teguh bisa menghasilkan dampak yang baik

papa pernah dan sampe sekarang ngasih rumah di kampung buat dikontrakin, hasilnya cuma dikirimin 2 kali sama org tsb. Bayangin selama 22 tahun, kontrakan cuma dikirimin 2 x aja. Alasannya perbaikin rumahlah.. apalah.. Oh too creepy to be true, that person is my family ::ngakak2::

Oke kembali ke masalah enterpreneur.. pas dosen ngajarin tentang kemungkinan rugi, saya awalnya gak percaya 100% dan dengan modal nekat plus pemaksaan maka saya buat resto ini bersama 8 teman lainnya. Sukur kita semua bisa melaluinya dengan baik, yang penting itu proses bukan masalah resultnya.
Dan menurut saya kerugian di tahun pertama itu wajar aja, yang penting perhitungkan dulu BEP nya di 2 bulan awal usaha. Kira-kira bisa dicapai selama berapa tahun atau berapa bulan, jika terasa terlalu lama.. baru kerahkan semua bahan-bahan yang bisa dijual, seperti jual buah.. jual tenaga dan hal-hal lain yang gak mainstream di kampung

ndugu
04-04-2013, 10:25 PM
kadang2 bukan polos dari segi itu aja, tapi beda aja mindsetnya

keluargaku termasuk orang daerah (maksudnya bukan jakarta ato di jawa gitu :cengir:), dan ayahku pernah coba melakukan bbrp inisiatif ('eksperimen') pribadi, seperti ngumpulin puluhan anak2 perkampungan, biasa anak2 pemulung, tukang becak, dll, dan minta sala satu anak karyawannya dan temennya (yang juga supposedly pinter dan berprestasi di sekolah, dan juga masih sma ato kuliah gitu) untuk menjadi guru buat anak2 kampung ini, dan dia ini dibayar ya oleh ayahku sendiri. maksudnya biar anak2 kampung ga cuman jadi anak jalanan, mending sore2nya dikumpulin trus dibikin acara apa yang produktif gitu, belajar kek, bikin pe er kek, maen bersama kek, olahraga kek, ato apa. ayahku kadang juga ikut ngeramein :cengir: kadang ada 'field trip' ke kebon binatang misalnya - yang kondisinya memprihatinkan juga sebenarnya, ga ada isinya, cuman liat nyamuk :lololol: tapi yah you just have to make do dengan segala keterbatasannya ya

sala satu tantangan menurut ayahku itu, mentalitas anak2 yang gede di lingkungan begini sangat berbeda. anak2 kampung ini pertamanya memang aktif, tapi lama kelamaan, one by one fell away. mending mereka ngamen ato mengemis, ato kembali ke jalanan. bagaimana menanamkan 'drive' supaya mereka mau kembali belajar? sekedar 'menasehati' aja ga mempan. ayahku sampe memakai sistem 'bribe', anak2 kampung ini akan dikasi duit sekian dengan catatan mereka harus menghadiri kegiatan belajar bersama ini, daripada mereka mengemis di jalanan. macem2 lah tantangannya. kebetulan ayahku memang agak aktif dengan acara2 sosial di organisasi ini itu, jadi banyak cerita2 lucunya.

saya sendiri kalo menilai 'eksperimen'nya yang itu, kupikir cara itu sebenarnya ngga sustainable dan blom mateng konsepnya. toh akhirnya program itu berenti juga eventually. berat di biaya, dan juga programnya kurang jalan kalo anak2 (bahkan ortu2nya) ngga ada drivenya. niatnya baik, tapi ngga bisa dilakukan jangka panjang dan continuous. i'm not saying i know the answer, cuman i'm sure it could be executed better kalo konsepnya dimatengin lagi. tapi keluargaku juga sama2 orang kampung sih, dan sama2 terikat dengan keterbatasan juga :cengir:

ndableg
04-04-2013, 10:30 PM
Dikira gampang ngadepin orang kampung. Apalagi kalo kite pendatang dari kota.
Yg ada biasanya kite ngomel2 dlm ati, "Dasar ga tau diuntung!", "Dikasih ati minta jantung".. Banyakan makan atinya deh.
Tentunya bisa jg sukses, tapi pokoknya sama beratnya dgn orang kampung ke kota cari makan. Jgn dianggap remeh kehidupan dikampung, apalagi kalo ud jd orang kota.

Mgk masalahnya dari anggapan orang desa thd orang kota. Sok tau, banyak duit (bisa diporotin), curiga mau profiteren dari desanya. Apalagi mau ngatur2 mereka. Spt yg lain2 bilang, mereka ga polos kayak dulu dimana dulu susah nonton tipi. Bahkan gaya mereka bisa jauh lebih dari gaya orang kota. Gw inget ke purwokerto dulu taun 90an, semuanya pada pake parabola.

ndableg
04-04-2013, 10:37 PM
Kl saran gw sih, kalo mo nolong pendidikan ato kesejahteraan di kampung, cari orang kampung tsb yg satu ide dan bisa dipercaya. Sponsorin.

ndugu
04-04-2013, 10:39 PM
Dikira gampang ngadepin orang kampung. Apalagi kalo kite pendatang dari kota.
Yg ada biasanya kite ngomel2 dlm ati, "Dasar ga tau diuntung!", "Dikasih ati minta jantung".. Banyakan makan atinya deh.
Tentunya bisa jg sukses, tapi pokoknya sama beratnya dgn orang kampung ke kota cari makan. Jgn dianggap remeh kehidupan dikampung, apalagi kalo ud jd orang kota.
ini saya setuju banget. jangan sampe pernah sampe ke tahap berpikiran seperti itu, ato at least bisa mengesampingkan rasa itu, dan harus bisa fleksible in terms of prinsip. apalagi mbok kan orangnya kayanya idealistik dan keras. saya sifatnya sedikit begitu juga soalnya, makanya suka sebel kalo something doesnt go my way, apalagi kalo udah saya rencanain begini begitu, pokoknya udah penuh 'grand' ideas lah. eh ga taunya ada yang ga sevisi dan ga jalan programnya :cengir: but then, kurasa itu termasuk sala satu persyaratan besar buat orang yang mau kerja sosial ya. jangan sampai goalnya jadi 'orang kota masuk kampung untuk menyelamati umat manusia'. :cengir:

ndableg
04-04-2013, 10:45 PM
'orang kota masuk kampung untuk menyelamati umat manusia'. :cengir:

Bhuahaha... Save the whale, save the planet...

cha_n
04-04-2013, 10:46 PM
mentalitas beda, kultur sosial beda, mindset beda..
ortu kalau udah dapat telepon dari kampung udah lusuh aja mukanya, adaaa aja.
politiknya lebih nyeremin dari sinetron.
dan ga ada privasi ya. jadi jangan tuntut hal semacam itu di kampung.
kalau masih menganggap privasi begitu penting, belum siap menerima orang tahu luar dalam urusan tetangganya, mending pikir2 dulu deh mau balik ke kampung.

ini ga lebay, apa adanya emang begitu. shock culturenya gede. sama2 dari indonesia aja pas ke kampung rada lamaan kaget kok.
belum lagi omongan gosip2 aneh berkeliaran.
aku kadang mikir, pada ga ada kerjaan apa? dan ya... emang itu hiburannya.

tapi ya gitu, kalau saya sih tetap kepingin tinggal di luar jakarta menikmati kota kecil. tapi ga sekarang.

ndugu
04-04-2013, 10:48 PM
Bhuahaha... Save the whale, save the planet...
saya pernah melewati masa2 itu soalnya :cengir:
bright eyes, bushy tail, pokoknya idealistik lah, pengen ini pengen itu, pengen nyelamatin dunia :lololol:

but then, reality came crashing down. saya harus bisa nyelamatin diri dulu sebelum menyelamati orang laen :cengir:

ndableg
04-04-2013, 10:49 PM
Kalo gitu asik jg chan. Pengen tuh bisa punya kebon, produksi makanan ndiri. Asal internet kagak putus2 aja seh.. hehe..

Macam game cewek Farmville nya facebook.

cherryerichan
04-04-2013, 10:54 PM
kampung ndesogak pake cateringsemua dibantu tetangga, tapi kalo hajatan gak cukup 1 haridan kalo ngundang bisa beberapa kampungbener..kawinan tujuh hari tujuh malem. hari ni dirumah cewek besok dirumah cowok. ada banyak nyawer2..ya pengantin nyanyi ya besan nyanyi..kado..amplop kudu berkali2 belum lagi abis pesta ada acara lelang kue..masak bolu+ayam goreng tok harganya paling murah 500rb. ckckck. kalah tu makanan restoran.

---------- Post Merged at 09:54 PM ----------


kampung ndesogak pake cateringsemua dibantu tetangga, tapi kalo hajatan gak cukup 1 haridan kalo ngundang bisa beberapa kampungbener..kawinan tujuh hari tujuh malem. hari ni dirumah cewek besok dirumah cowok. ada banyak nyawer2..ya pengantin nyanyi ya besan nyanyi..kado..amplop kudu berkali2 belum lagi abis pesta ada acara lelang kue..masak bolu+ayam goreng tok harganya paling murah 500rb. ckckck. kalah tu makanan restoran.

cha_n
04-04-2013, 11:08 PM
Kalo gitu asik jg chan. Pengen tuh bisa punya kebon, produksi makanan ndiri. Asal internet kagak putus2 aja seh.. hehe..

Macam game cewek Farmville nya facebook.

kalau di farmville tetangga datang ke rumah ga ada yang bawa gosip atau ngurusin urusan tetangganya (paling bantuin panen dikit. itu beneran bantu. di dunia nyata?)

bukan ngejelekin lho, emang kondisinya aja yang beda.
pas di kampung mas david, semua berjalan lambat. kita biasa kerja kilat bisa gerundel ngikut cara kerja mereka. santaiiiiii...

dulu pas di kampusku, 80% orang daerah, jalannya pada lambatttttt banget. kalo di jakarta jalan lambat gitu mah udah ketinggalan kereta, ekstrim nya bisa terserempet metromini

ndugu
04-04-2013, 11:16 PM
bbrp minggu yang lalu saya pernah ketemu website, yang ibaratnya jadi microlender gitu deh ke small time entrepreneurs di indo. tadi cari2 lagi ga ketemu. udah lupa namanya. waktu itu pernah liat bbrp case studiesnya. yang simpel2 aja sih, misalnya bantu biaya jualan es / minuman, jadi biar si ibu ini bisa beli kulkas buat bisnisnya. dll gitu.

kupikir ini pun bisa membantu ekonomi :mrgreen: mungkin bisa coba2 baca lebih mendalam mengenai tokoh sapa tuh yang di bangladesh ato bhutan ato mana gitu, kan pernah ada tokoh dari daerah situ yang sempat dinominasi nobel prize. intinya yah gitu juga, jadi microlender, tapi bukan tujuan profit gede2an kaya bank ya ::elaugh::

ndableg
04-04-2013, 11:25 PM
kalau di farmville tetangga datang ke rumah ga ada yang bawa gosip atau ngurusin urusan tetangganya (paling bantuin panen dikit. itu beneran bantu. di dunia nyata?)

Gw rasa sih orang desa itu ga terlalu pamrih karena keinginannya/ambisinya ga sebesar orang kota. Utang rantangnya ga numpuk kek dikota.
Point gw, asal kt berprilaku sewajarnya orang2 di desa, ga menunjukkan kekotaannya shg perlu dianggap spesial, ya biasa aja.
Beda dgn niat menolong orang yg menurut kita susah. Belon tentu tuh orang merasa susah juga. Kalo sekedar hidup berdampingan mah biasa aja sih.


bukan ngejelekin lho, emang kondisinya aja yang beda.
pas di kampung mas david, semua berjalan lambat. kita biasa kerja kilat bisa gerundel ngikut cara kerja mereka. santaiiiiii...

dulu pas di kampusku, 80% orang daerah, jalannya pada lambatttttt banget. kalo di jakarta jalan lambat gitu mah udah ketinggalan kereta, ekstrim nya bisa terserempet metromini

Nah asiknya kan di situ bu. Tinggal di desa kagak dikejar deadline. Mgk kemudahan aja yg sedikit lebih kurang.

AsLan
05-04-2013, 02:13 AM
Jadi Wedding Planner aja mbok di kampung ... ::ungg::

Alip
05-04-2013, 10:24 AM
I am in peace, Oom. Wiken leyeh-leyeh di rumah, main dengan doggies, nonton film kartun, that's my escape pod. Tapi entah kenapa tadi rasanya bosan banget, pikiran jadi melayang-layang, wondering where I was heading to.
Glad that you're still one piece, Mbok...::bye:: yet, it is apparent that you're going to need another adventure in your life. Ibarat baju, yang sekarang udah kekecilan.


Kenapa peternakan sapi? Ndak takut dengan wabah sapi gila? Siapa yang mengelola peternakan tsb? Kenapa di Cimande dan Garut? Apakah karena Oom atau nyonya orang sana?

Cimande dan Garut karena memang disitulah sentra dari produk-produknya. Bukan sentra utama, tapi mulai banyak tumbuh, ibarat saham, saya riding the raising bull. Selain itu kedua lokasi itu masih terjangkau dari Bogor tempat saya tinggal, jadi kalau mau periksa setiap minggu masih bisa. Sekalian ngajak anak-anak libur, mereka betah nginep di kandang sapi atau di samping Green House.

Sapi karena sektor ini masih belum berkembang baik. Dulu sih ketika presiden kita sendiri adalah peternak, banyak peternak rakyat yang cukup makmur, tapi sekarang agak sulit kalau dengan modal kecil. Apalagi sekarang mafia susu betul-betul sudah membahayakan. Dalam kasus saya, hasil susu sebagian besar saya jadikan produk olahan dan dipasarkan langsung, demi mencegah kontak dengan koperasi susu yang nyebelin.

Begitu pula Garut. Saya tanam sayur kelas elit seperti paprika, timun Jepang, dan sejenisnya di kaki Gunung Papandayan. Harapannya harga mereka tidak terlalu volatile seperti kentang, wortel, dan teman-teman sayuran yang termasuk komoditi (itu loh, yang kalau di radio "harga cabe keriting di pasar Turi, dua ratus perak"::hihi::)

Semua digarap oleh teman-teman dari IPB dulu. Lumayanlah jejaring lama masih berlaku. Ada manajer yang tinggal di tempat, juga mess untuk pekerja. Buat saya sendiri ada bungalow kecil untuk leyeh-leyeh. Semua dikelola sesuai dengan keilmuan yang didapat di kuliahan, misalnya data genetik sapi, jadwal kunjungan keswan, dan macam-macam. Malah dokter hewan dari dinas setempat (cewek single) sedang menimbang-nimbang untuk tinggal di tempat saya saja, daripada kost di dekat kantornya. Yang di Garut juga lengkap dengan daftar dan jadwal perlakuan. Ada penasihat yang tinggal di sana, pensiunan dari Balai Penelitian Tanaman di Cimanggu.

Untuk mencegah penyakit, peternakan dan green house saya tempatkan jauh dari lingkungan masyarakat. Jadi tidak ada perbauran ternak atau sayuran.


Bagaimana supaya orang kota atau seorang asing bisa diterima orang-orang di kampung?

Itulah gunanya teman-teman IPB tadi. Mereka semua rata-rata pernah tinggal di lokasi-lokasi tersebut, baik ketika KKN, PKL, ataupun kerja sebagai penyuluh. Jadi kehadiran mereka yang menjadi saluran komunikasi saya ke masyarakat. Yah, ada sedikit biaya sih, misalnya dari kas peternakan saya pakai sedikit untuk penerangan jalan. Selain itu tentu saja, saya menggunakan tenaga lokal anak-anak muda sana.

...cara lain sih, ya pakai tukang pukul seperti di sinetron-sinetron ::hihi::

But truly,
Saya sendiri tidak tertarik untuk pindah ke desa setelah pensiun. Saya akan pensiun di tempat saya tinggal terakhir saja. Soalnya lama kelamaan saya mempercayai kata-katanya Emha Ainun, "kampung halaman adalah tempat singgah, tapi tidak untuk tinggal"... kita sudah mendirikan rumah di tempat lain, tempat yang dulunya kampung halaman bukan lagi tempat untuk kita. Home is where your heart belong.

serendipity
05-04-2013, 05:30 PM
tante gw pernah bawa pengemis atau pemulung buat dipekerjakan di rumah, awalnya mereka sih terima aja dengan ajakan itu. Tapi kemudian mereka gak tahan dan keluar gitu aja.

oh iya soal katering, kalo gak salah kata mama pas dulu katering di kampung acara nikahan gitu,... believe it or not, piring makannya dari stereofoam atau kertas coklat itu. Alasannya pemuda pemudi disana udah gak mau disuruh cuci piring lagi ::doh::

sebaiknya dikenali dulu karakter orang2 tersebut, budayanya, bahasanya, cara interaksi satu sama lain, trend apa yg lagi "in", kira-kira berapa gaji yang pantas diterima dengan job desk yg akan diberikan.. jangan sampai kelebihan atau kekurangan.

BundaNa
05-04-2013, 05:39 PM
But truly,
Saya sendiri tidak tertarik untuk pindah ke desa setelah pensiun. Saya akan pensiun di tempat saya tinggal terakhir saja. Soalnya lama kelamaan saya mempercayai kata-katanya Emha Ainun, "kampung halaman adalah tempat singgah, tapi tidak untuk tinggal"... kita sudah mendirikan rumah di tempat lain, tempat yang dulunya kampung halaman bukan lagi tempat untuk kita. Home is where your heart belong.

yang ini bener juga sih....kalau gwe liat sikon aja, kira2 urgent gak kita balik ke tempat kelahiran kita atau tempat kita dibesarkan?

mbok jamu
05-04-2013, 10:09 PM
Wah.. Mbok kehabisan thanks. ::maap::


Love your thoughts and ideas. Mbok ndak mau muluk-muluk saving the world, hanya ingin jadi manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa.. Uhuk..uhuk..*batuk rejan. Menolong orangpun rasanya terlalu muluk, siapa lah mbok ini. Mbok hanya ingin tetap aktif till I drop dead dan mulai memikirkan rencana jangka panjang tersebut supaya ndak jadi impian belaka. Kalau mau pensiun di sini mbok bisa hidup dengan nyaman but I don't belong here. Pilihannya antara Scotland dan Indonesia, mbok ndak mau di Scotland, ndak ada kolak duren.


Akhir-akhir ini kalau liburan lebih sering jalan-jalan ke kampung dan kota kecil di Indonesia, banyak SDA dan SDM. Sepertinya memang harus dimulai dengan hidup di sana dulu, menyesuaikan diri dulu dengan kehidupan masyarakat di sana, ndak grasa-grusu dengan idealisme sendiri, ndak menganggap orang kota lebih tahu daripada orang kampung. Si mbok yang harus banyak belajar supaya punya skill untuk survive di kampung, that is the challenge.

To be continued..

cha_n
06-04-2013, 12:05 AM
wow mantap mbok. moga pilihan mbok nanti adalah pilihan terbaik.

@om alip
wow mantap mantap...
mulainya dari modal berapa om? pingin usaha seperti itu tapi modal seret.
jadi mulai dari yang kita bisa dulu.
di garut juga, usaha pemotongan kayu dari perkebunan.
syukur2 ntar kebeli perkebunan sendiri

Alip
06-04-2013, 07:58 AM
Hihihihi... lumayan bikin olah nafas sih, chan... itu hasil bertahun-tahun gak nyicil rumah, ke kantor pakai motor dan selalu bawa bekel makan siang ::hihi:: beberapa kali beli tanah di daerah pinggiran Depok dan Cinere, lalu dijual setelah ada pembangunan jalan tol. Lumayan harganya 150% dalam tiga tahun.

...dan itulah sisa dana yang tadinya saya masukkin ke saham tapi dimainin sama pialangnya...::nangis::

Kalau soal modal ... memang prinsip kapitalisme, Chan. Mulai dari yang kecil, pelan-pelan mengakumulasi modal. Sebenarnya banyak kesempatan untuk venture, tapi kalau kasus di Indonesia biasanya si pengusahanya yang gak disiplin dan modalnya dihabiskan di tengah jalan, misalnya beliin anaknya motor, liburan ke luar negeri dsb.

andyamou
07-04-2013, 01:48 PM
kalo menurutku sih daripada bikin sekolah formal gitu di kampung, bikin aja juga sekolah formal tapi yg pelajarannya juga ada semacam sekolah kehidupan gitu.. yg terpenting bukan dari pinternya suatu materi, materi kaya pelajaran sendiri-sendiri bisa dicari sendiri kalo mereka udah tau apa minatnya dan apa yg terbaik untuk dirinya. jadi yah.... itu. lebih penting mengajarkan mereka untuk belajar melihat dunia. contohnya... pelajaran filsafat. eh? apa? anak SD? hm.. ya jangan terlalu high juga sih. hhehehe.

mbok jamu
07-04-2013, 06:48 PM
Pernah mbok baca di blog seseorang, barusan cari lagi ndak ketemu, dia juga punya cita-cita yang sama bahkan dia juga menghimbau gaya hidup untuk kembali ke desa. Kepada yang ingin membuka sekolah di desa dia ndak menyarankan pendidikan seperti sekolah-sekolah di kota tapi pendidikan yang dibutuhkan untuk kemakmuran desa tersebut. Kalau desa tersebut punya lahan yang subur maka yang diajarkan adalah ilmu pertanian, ajak lulusan IPB yang mau tinggal di desa untuk ikut bergabung. Untuk apa juga lulusan IPB ngendon di kota, ya? Intinya, pendidikan yang mengajarkan keahlian yang siap pakai untuk bekerja secara mandiri, sehingga lulusannya ndak perlu mengadu nasib ke kota, justru mereka ke kota cuma untuk liburan. ;D

cha_n
07-04-2013, 07:02 PM
aduh tersindir saya lulusan ipb ;))
cuma masalahnya jurusan saya ilmu komputer, kurang cocok juga ngendon di desa.
mungkin yang lulusan pertanian perkebunan peternakan perikanan dan kedokteran hewan lebih cocok (ngelirik suami yang anak pertanian)

setuju banget mbok, emang harusnya gitu sih. pendidikan itu materinya lokal. setahuku sih emang sudah begitu. misal di daerah pesisir ada muatan lokal soal perikanan.
cuma kurang tahu juga efektif ga nya.

bisa juga dengan cara memberikan jaminan distribusi hasil pengolahan seperti yang dilakukan fadel muhammad dulu di gorontalo.

masyarakat mengelola kebun dan buat olahan kelapa. hasilnya dijamin dibeli dengan harga sekian. walau musim panen harga ga akan jatuh. fadel juga punya jaringan distribusi hasilnya hingga ke mancanegara. jadi masyarakat benar2 merasakan hasil.

industri paska panen di indonesia tuh yang belum digarap dengan baik.
misal di blitar, pas panen rambutan, kebuang2 aja rambutannya ga diolah. kalau mau bisa dengan buat pengalengan buah lalu cari jaringan distribusi ke pasar2 di kota

mbok jamu
07-04-2013, 08:35 PM
Hmm.. Di pasar sini buah-buahan kaleng, tepung, kelapa kering, gula aren, beras, semua produksi Thailand. Santan, bumbu masak, dari Malaysia. Rempah-rempah dari Srilanka. Dari Indonesia cuma Indomie. Too bad so sad.

Untuk sampai ke manca negara butuh orang-orang seperti Fadel ya, yang punya modal dan network yang kuat.

Alip
08-04-2013, 08:06 AM
aduh tersindir saya lulusan ipb ;))
cuma masalahnya jurusan saya ilmu komputer, kurang cocok juga ngendon di desa.

Ooooo.... Di IPB ada ilkom ya?::hihi::

BundaNa
08-04-2013, 10:32 AM
Hmm.. Di pasar sini buah-buahan kaleng, tepung, kelapa kering, gula aren, beras, semua produksi Thailand. Santan, bumbu masak, dari Malaysia. Rempah-rempah dari Srilanka. Dari Indonesia cuma Indomie. Too bad so sad.

Untuk sampai ke manca negara butuh orang-orang seperti Fadel ya, yang punya modal dan network yang kuat.

mbok mbok...lah di indonesia juga beras thailad masuk sinih...ironis ya, katanya negeri agraris, tapi hasil pertanian yang diawetkan justru import lho...contohnya garam....bentar lagi mau impor bawang sama cabe lho -_-

alfaromeo
10-04-2013, 08:08 PM
Ingin ke Indonesia dan tinggal di kampung. Buka sekolah lengkap dengan workshopnya dengan modal tabungan dan dana pensiun. Anak-anak yang ndak mampu bisa sekolah gratis. Tapi apakah bisa bertahan? Sampai kapan? Bagaimana ketika anak-anak itu lulus sekolah? Kerja di mana mereka? Kalau semua ke kota maka kampung akan kembali sepi.

Apakah bisa menetap dan bekerja membangun kampung? Di kampung orang bekerja apa saja? Ada yang bisa cerita-cerita? ::maap::

Tinggal di kampung ?
Asyik banget tuh. Kampung itu maknanya apa ?
Kalau kampung itu adalah sebuah desa, OK banget tuh.

Bisa bertani tebu.
bertani cengkeh
bertani padi
beternak sapi, kambing
Yang penting, kalau tinggal di desa. Harus dapat ngelola lahan yang luas. Semakin luas, semakin baik.
Walau hanya SEWA.

mbok jamu
11-04-2013, 05:29 AM
Alfa? Is that you?? Where have you been, man? :D

cha_n
11-04-2013, 10:03 AM
Ooooo.... Di IPB ada ilkom ya?::hihi::

:((
*nangis guling guling*

cha_n
11-04-2013, 10:06 AM
Alfa? Is that you?? Where have you been, man? :D

nah ini success story sosok yang tadinya tinggal di luar negeri, bertahun2 sekolah dan kerja di sana lalu kembali ke tanah air, mengajar di sebuah kota dan membangun desa.

salut untuk om alfa.

jojox
11-04-2013, 04:37 PM
Mulai dari funding/donor mbok,
kok ini sepertinya model2 legalitasnya kayak NGO/CSO alias LSM pendidikan/pemberdayaan masyarakat ya?
Visinya kearah development sector gitu, atau? kalo bankrut, aset disita negara lho. he he he he. Mending CV sekalian, tpi gak terlalu profitable.

*First and foremost, Semuanya bisa jalan / terealisasikan kalo ada duit cash keras.
*Business plan/perencanaan matang, termasuk sumberdaya yg ada; lahan, sdm, sarpras, etc
*Networking minimal dg stakeholder lokal/regional/international kuat: Government (pemda), Swasta (program CSR), Edu (akademis-profesor-anak KKN), Konsultan profesional (kayak kontraktor2 Ausaid, USAid, lembaga kursus etc), Perbankan (biasanya buat due dilligence, audit keuangan etc).

*pssstt...cek proyek2 AUSaid, lgi gede tuh fundingnya buat poverty reduction (TNP2K), program kemiskinan selalu terhubung erat ma edukasi.

itsreza
11-04-2013, 05:28 PM
buat program pengembangan pedesaan, duit cash keras ga jamin bakal jalan lancar
dari yang ada, sebagian besar program berjalan selama proyek aja, setelah selesai,
warga pun balik ke kehidupan semula.

alfaromeo
11-04-2013, 09:30 PM
Alfa? Is that you?? Where have you been, man? :D

I'm in Malang :D

mbok jamu
03-11-2014, 12:28 PM
Ini Jenis Usaha yang Cocok di Masa Tua

Sudah atau segera pensiun tapi masih ingin menghasilkan uang? Dengan sedikit kreatifitas, Anda bisa kembali membuat ‘mesin uang’ yang produktif.

Banyaknya pilihan bisnis terkadang sering kali membuat kita bimbang dalam menentukan mana yang cocok. Karakteristik pilihan usaha yang cocok bagi para pensiunan adalah sektor usaha yang tidak berisiko tinggi agar masa tua pensiunan tidak berfikir terlalu keras.

Kemudian mudah dioperasikan mengingat kesehatan dan stamina pensiunan sudah tidak seaktif dulu saat masih menjadi karyawan.Yang paling penting adalah sektor usaha yang sesuai dengan hobi ataupun keahlian Anda akan menjadi nilai tambah, bisnis tersebut bisa membuat Anda lebih enjoy dalam menjalankannya.

Berikut ini 4 bisnis yang mungkin bisa Anda coba saat masuk masa pensiun:

1. Bisnis di Sektor Pertanian, Perkebunan dan Peternakan
Sektor ini merupakan pilihan bisnis yang sangat tepat bagi para pensiunan. Sektor pertanian, perkebunan dan peternakan biasanya disenangi sebagian besar orang tua. Terlebih kebutuhan akan hasil pertanian dan peternakan sangatlah besar, sementara produsen yang ada belum menyerapnya secara maksimal.Contoh: Bisnis peternakan ayam kampung, beternak lele atau ayam kate, membudidayakan ikan hias, bisnis makanan organik, bisnis tanaman hias.

2. Bisnis di Sektor Properti
Pilihan lain yang cocok bagi pensiunan adalah bidang properti. Bisnis ini merupakan salah satu dari kebutuhan yang diperlukan oleh banyak orang dan enaknya lagi, Anda dapat menjalankannya dengan santai dari rumah saja. Investasi properti tidak ada ruginya, karena nilai jualnya selalu meningkat setiap tahun. Atau berbisnis kost-kostan dirumah atau lahan kosong yang Anda miliki juga sangat berpeluang, apalagi lokasinya di daerah kampus dan perkantoran pasti akan banyak yang membutuhkannya.Contoh: Bisnis Kontrakan/Guest house, Bisnis Kost-kostan, Lahan yang Anda punya bisa dijadikan tempat penitipan kendaraan bermotor.

3. Bisnis di Sektor Sarana Transportasi
Sarana transportasi sudah menjadi kebutuhan penting bagi masyarakat dewasa ini. Membuka bisnis sarana transportasi juga merupakan pilihan bisnis yang menjanjikan bagi pensiunan. Sama seperti bisnis properti, bisnis ini pun dapat Anda jalankan dari rumah saja.Contoh: Bisnis jasa antar jemput anak sekolah, bisnis penyewaan mobil, motor, sepeda maupun bus.

4. Bisnis yang Sesuai dengan Hobi Anda
Tentunya bisnis ini akan Anda jalankan dengan hati senang karena bisnis jenis ini sesuai dengan hobi Anda. Misalnya Anda senang menulis, Anda bisa mencoba menulis buku atau jika Anda hobi membaca dan mempunyai koleksi buku yang lumayan banyak, Anda bisa memulai bisnis membuka taman bacaan.

porcupine
04-11-2014, 08:48 AM
Saya pilih yang Nomor 4 Mbo :D

Salon dan Spa nya jalan...walo keuntungan nya ngga seberapa, yg penting bisa spa gratis kalo lagi pengen ::hihi::

yang lagi on progress itu Day care and Kids Spa. Berawal dari susah nya nyari Nanny yang bagus n sebentar lagi bakal punya dua momongan. Ahkirnya gw ama istri memutuskan untuk bikin Day Care, jadi sekalian bisa nitipin anak sendiri disana nantinya dan kalo jalan nya bagus, istri bisa resign dari kerjaan nya ::ungg::

Mudah mudahan Desember ini udah buka.

Mohon doa restunya..

mbok jamu
04-11-2014, 03:52 PM
Saya pilih yang Nomor 4 Mbo :D

Salon dan Spa nya jalan...walo keuntungan nya ngga seberapa, yg penting bisa spa gratis kalo lagi pengen ::hihi::

yang lagi on progress itu Day care and Kids Spa. Berawal dari susah nya nyari Nanny yang bagus n sebentar lagi bakal punya dua momongan. Ahkirnya gw ama istri memutuskan untuk bikin Day Care, jadi sekalian bisa nitipin anak sendiri disana nantinya dan kalo jalan nya bagus, istri bisa resign dari kerjaan nya ::ungg::

Mudah mudahan Desember ini udah buka.

Mohon doa restunya..

Mbok doakan semoga lancar dan sukses! :luck:

Di sini punya tetangga yang buka day care juga. Apakah di rumah sendiri atau di tempat lain? Mengurus ijin-nya mudah atau ribet?

Kalau di kampung sini perlu ada sertifikat untuk bekerja sebagai childcare. Bagaimana dengan di Indonesia?

porcupine
04-11-2014, 04:47 PM
Mbok doakan semoga lancar dan sukses! :luck:

Di sini punya tetangga yang buka day care juga. Apakah di rumah sendiri atau di tempat lain? Mengurus ijin-nya mudah atau ribet?

Kalau di kampung sini perlu ada sertifikat untuk bekerja sebagai childcare. Bagaimana dengan di Indonesia?

Sewa tempat Mbo, baru DP buat 2 tahun. kalo dari tanya tanya, izin yang diperlukan cuma Izin keramaian ama NPWP doang.
Kebetulan istri Dosen Akademi Perawat, jadi sertifikatnya nya masih bisa dipake. Doctor visit juga gampang lah, minta bantuan ama rekan rekan istri aja ::hihi::

yang susah itu nyari pegawai nya ::arg!:: lagi sebulan buka belum dapet pegawe ;D

Plan B nya sih mau minta mahasiswa Akper yang mau nyambi ::ungg::

tuscany
05-11-2014, 01:24 AM
Pensiunan enak kalo punya kos-kosan. Nggak ribet ngelolanya.

Kalo orang tua saya keanya pilih opsi nomor satu. Maklum, asalnya dari kampung dan sepertinya mereka rindu suasana kampung, jadi ada rencana beli tanah di luar kota buat ditanam-tanam segala rupa.

Porcelain Doll
05-11-2014, 10:52 PM
ortu g juga niatnya bikin kos2an
emang lebih enak sih kaya gini, apalagi kalo tempatnya lumayan strategis

neofio
06-11-2014, 10:59 PM
tapi, pemuda kampung/desa pergi ke kota buat kerja

ada juga mereka kuliah di kota besar dgn cita2 akan membangun desanya, tapi setelah lulus gak balik2 ke desanya
gak punya ongkos?


::ungg::

mbok jamu
08-03-2016, 11:30 AM
Srini Maria, "Ibu Sayur Organik" dari Lereng Merapi

MAGELANG, KOMPAS.com - Siang itu, gerimis mengguyur sebagian kawasan lereng Gunung Merapi. Udara seketika menjadi dingin dan berkabut. Namun cuaca itu tidak membuat Srini Maria Margaretha berdiam diri di dalam rumah.

Wanita setengah baya itu masih terlihat sibuk melayani sekelompok mahasiswa yang ingin berkonsultasi terkait penelitian perkebunan organik dengannya.

"Ya begini, setiap hari banyak yang datang ke rumah saya untuk belajar bersama tentang bercocok tanam dan ternak secara organik," tutur Srini kepada Kompas.com saat bertandang ke rumahnya, Minggu (6/3/2016).

Warga Dusun Gowok Ringin, Desa Sengi, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, itu memang dikenal sebagai petani wanita yang gigih mengggerakkan para petani, khususnya petani wanita, sekitar lereng merapi untuk gemar bercocok tanam.

Rumah Srini tidak begitu besar. Hanya saja memiliki pekarangan sekitar 2.500 meter persegi mengelilingi rumah. Aneka macam tanaman sayuran, seperti sawi, pokcoy, peterseli, tomat, cabai, rosemary, lettuce, buncis, hingga buah-buahan seperti jeruk, srikaya, dan bit.

Di belakang rumahnya, ada belasan kambing dan sapi ternak miliknya sendiri dan milik mitra taninya. Tampak seorang pegawai yang sedang sibuk membersihkan kandang binatang ternak itu.

"Coba cium baunya, tidak bau kotoran kambing dan sapi kan?" ujar Srini saat kami mendekat kandang kambing dan sapinya.

"Kandang jadi tidak bau kotoran karena kami pakai sistem organik, rumput atau pakan ternak difermentasi dahulu sebelum diberikan ternak. Kotoran dan air kencing juga dipisah untuk nantinya diolah lagi menjadi pupuk tanaman," ungkapnya.

Menggunakan sistem organik, lanjut dia, memiliki banyak keuntungan. Tidak ada kotoran maupun limbah yang terbuang sia-sia. Semua bisa diolah lalu dimanfaatkan kembali. Di samping ramah lingkungan, pengelolaan ternak menjadi lebih hemat dari segi biaya dan tenaga.

"Kami tidak lagi ngarit (merumput) setiap hari karena rumput sudah difermentasi. Kami tidak lagi perlu bermacam-macam pupuk kimia yang harganya mahal. Semua pupuk kami olah dari bahan-bahan sekitar kami," tutur dia.

Sarjana pendidikan bahasa

Belakangan Srini memang dikenal sebagai wanita yang handal dan gigih mengkampanyekan budaya bercocok tanam dan beternak organik. Dia tidak pelit ilmu sehingga para petani sekitar dan dari luar daerah kerap bertandang ke rumahnya untuk berkonsultasi.

Dari latar belakang pendidikan, sejatinya Srini bukanlah sarjana pertanian. Ia merupakan alumnus jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Tidar Magelang.

Lulus kuliah, Srini pun menekuni profesi yang bertolak belakang dengan aktivitas bercocok tanam. Dia pernah menjadi guru TK di Kecamatan Muntilan dan guru SMA di Kota Magelang. Srini juga pernah menekuni bisnis multilevel marketing (MLM).

Kemudian saat mulai pensiun, dia beraktivitas sebagai pendamping wisata Live In untuk anak-anak kos yang tinggal di desanya. Saat itu, tanpa sengaja dia bertemu dan berkenalan dengan seorang petugas Dinas Pertanian Propinsi Jawa Tengah. Dari perkenalannya itu, ia kenal dengan dunia pertanian.

Di dunia barunya itu, dia seolah menemukan kehidupan yang jujur. Kehidupan yang senantiasa berdampingan dengan alam dan masyarakat sekitar. Dia pun optimistis untuk menghabiskan masa pensiunnya dengan bertani dan berternak.

"Kehidupan seperti ini tidak saya temukan di dunia pekerjaan saya sebelumnya. Saya benar-benar belajar kehidupan di sini (pertanian). Karena kalau kita baik dengan alam maka alam juga memberi imbas baik kepada kita," ungkapnya.

Pertama kali ia tertarik dengan tanaman baby buncis yang kemudian mengantarkannya menjadi eksportir baby buncis sejak pertengahan 2010 silam. Ia sempat belajar tentang pertanian di Bandung Jawa Barat.

Setiap dua hari sekali, dia mengirim puluhan kuintal sayuran ke luar Singapura, Malaysia dan berbagai negara. Dari usaha ekspor sayuran itu, dia mampu membangun rumah packing sayuran samping rumahnya.

Berbagi

Menjadi petani perempuan sukses bukan perkara mudah. Dia juga berpikir ilmu yang didapatkannya harus ditularkan kepada perempuan-perempuan sekitarnya yang saat itu menjadi petani konvensional.

Dia rajin pergi ke berbagai arisan maupun pertemuan untuk sosialisasi hingga akhirnya terkumpul 28 orang petani perempuan untuk membentuk Kelompok Wanita Tani (KWT) Merapi Asri sampai sekarang.

Namun, baru saja merintis usaha packing sayuran bersama anggota KWT-nya, erupsi Merapi 2010 nyaris menggagalkan semuanya. Tanamannya habis, modal ludes diterjang bencana.

Dengan sisa semangat dan modal dari bantuan suami yang juga pensiunan PNS, dia bertekad memulai lagi pertaniannya.

jakhost
11-09-2017, 11:32 AM
usaha konveksi klau dikampung lagi trend nih

Nizamfarizki
04-03-2019, 12:42 AM
Buka warung sembako aja, itu saja udah lumayan looh