PDA

View Full Version : Anakmu Bukanlah Anakmu



BundaNa
28-02-2013, 12:25 PM
Sering ngedon di rumah temen karena urusan jualan, membuka mata saya pada si anak bernama J.

J ini keponakan temen sekaligus rekan bisnis saya. Awalnya saya suka aneh sama J. Cenderung melakukan hal-hal yang tak lazim dilakukan anak seumurnya. Tidak jujur, mencurangi teman mainnya, sampe menyiksa teman mainnya tapi dengan wajah datar. FYI, usianya sama dengan Naomi, sekitar 6-7 tahun.

Hanya dengan Naomi dia tidak bertindak "segila" itu. Bisa bermain dengan baik, bercana dan tertawa-tawa dengan sewajarnya anak usianya.

Tapi setelah diamati, setiap mendengan suara motor mamanya, maka sifat aneh itu langsung muncul, plus ditambah lari terbirit-birit ke dalam, seperti tidak mau dipergoki mamanya habis bermain dengan Naomi. FYI lagi, mereka keluarga tionghoa.

Mamanya ini, bisa dibilang lebih aneh lagi, menurut saya. Saya suka merasa terlalu ambisius terhadap Naomi sampai mencoba mengerem tindakan-tindakan ambisius saya, ternyata ada yang lebih gila dibanding saya, ya mama si J itu.

J ini dimasukkan sekolah yang katanya enterpreneurship gitu, fullday school, pulangnya jam 3 sore. Pulang pun cuma dapet istirahat sejam, udah ditunggu dengan setumpuk kegiatan les. Entah dengan privat gurunya datang ke rumah atau les aneka rupa di lembaga-lembaga yang "mahal" di kota saya. ENtah bahasa inggris, entah mapel, entah sempoa. Ditambah dengan les biola, yang kalau diamati anaknya tidak enjoy.

Hidup si J, oleh simama ini, bener-bener terjadwal. Saya pernah memergoki jadwal yang disusun si J, sampe tanpa sadar saya nyeletuk, "Selamet aja si J masih idup nih," dibalas dengan tawa ngakak dari temen saya itu.

Bayangkan, hidupnya ketat banget, dan pengasuhnya bener-bener melaksanakan jadwal itu. Waktu saya tegur, si pengasuh lebih takut diomelin sama mama si J yang berimbas dengan pemecatan daripada kondisi tumbuh kembang si J ini.

Apakah si J jadi anak yang ordinatif? TIDAK Dia bahkan cenderung melawan dengan caranya sendiri

Setiap waktu makan, entah itu makan pokok atau selingan, maka si J siap-siap akan batuk-batuk, mual-mual dan wajahnya langsung bereaksi seperti mau dimasukkan ke mesin penjagalan. Saat makan pun sudah lebih tidak normal lagi. Kalau anak-anak saya cuma butuh 10-15 menit maksimal untuk menuntaskan makannya, maka J perlu waktu 1 jam untuk menghabiskan makannya! Dengan porsi setengah dari porsi anak-anak saya! Makannya juga sambil diemut, kalau ada kuahnya bahkan kuah sayurnya bisa ditumpahkan kembali oleh si J dari mulutnya. Makan kue selingan bisa sampai 30 menit, Naomi dan Nadhira? LANGSUNG TANDAS dalam satu menit::doh::

Juga jadwal susu. Saya cuma mengingatkan anak-anak susu maksimal 2x sehari, kalau pagi sudah minum, sore boleh minta lagi. Tapi kalau siang sudah minta, ya sore gak boleh minta lagi. J ada jadwalnya, tapi dia bisa memegang botol susu sampai 1 jam! dengan posisi separo masih ada. Berkali-kali omanya, saking gak teganya, menyarankan untuk membuang makanan atau susu yang kelamaan gak disentuh, tapi akibatnya J menolak, bisa jadi takut dimarahi mamanya.

Masih masalah makanan, saya pernah beberapa kali memergoki memar pada punggung dan pipinya. J ketika saya tanya tidak mau menjawab kenapa ada memar di punggung dan pipinya. Tapi pengasuhnya cerita, bahwa tadi mamanya datang dan J belum menghabiskan sarapannya. Akibatnya punggung J didera beberapa kali dengan hanger pakaian, dan pipinya juga ditampar::arg!:: Dan itu berulang-ulang dilakukan mamanya kalau memergoki J tidak mematuhi jadwal.

Itu akibatnya si pengasuh suka membentak-bentak dan memarahi J setiap J tidak segera menyelesaikan jadwalnya, karena dia khawatir J dihajar mamanya lagi.

J pun tidak berani cerita ke papanya, karena mamanya sudah langsung menjawab kalau si papa memergoki memar-memar itu. Selalu dibilang jatuh di sekolah (itu papanya kenapa gak curiga ya anaknya demen jatuh di sekolah? -_-)

Semester lalu J rangking 1. Beda dengan reaksi anak yang dapet rangking di sekolah, Naomi ketika diberitahu dia rangking 3 langsung cerita kemana-mana dan nagih hadiah. Sedang J seperti tidak merasa bangga dengan rangkingnya, jangan ditanya kalau emaknya sih::hihi::

Naomi pun setiap habil diomeli atau dihadiahi tepukan di pantatnya langsung lapor ke ayahnya, sedang si J seperti tidak punya kekuatan seperti itu. Tapi menjadikan adik sepupunya, anak temen saya, samsak hidupnya. Makanya temen saya benci setengah mati sama J, meski berkali-kali saya ingatkan apa yang dilakukan J itu impact dari gaya hidup yang diterapkan mamanya ke dia.

Sebenernya saya pengen banget ngelaporin emaknya si J ke polisi, karena yang dia lakukan sudah taraf penganiayaan, tapi saya sungkan sama Oma dan temen saya, takut dibilang ikut campur. Ngajak emaknya J diskusi sih sama juga bohing, dia merasa cara didiknya bener, buktinya J jadi anak patuh dan rangking 1 kan?

mesti gimana ya?

lily
28-02-2013, 12:40 PM
jadi sebenernya yang terobsesi buat J jadi anak rangking 1 itu cuma Mamanya ?

ngapain dia boong ama suaminya kalo abis pukulin anaknya ?

J itu sering di abuse di rumah , makanya dia juga abuse adik sepupunya ?

cha_n
28-02-2013, 02:24 PM
kdrt. miris banget

ul.malik
28-02-2013, 02:51 PM
mamanya pengen anaknya sempurna.
anaknya pengen diperhatikan dengan tingkah lakunya tersebut, kayak pengen bilang 'it is not my dream, it yours', tapi mamanya ga sadar, karena si J cenderung hiding from Mom's Anger.

sekian pandangan saya dari posisi anak. -_-

mbok jamu
28-02-2013, 04:21 PM
Kasihan memang, tapi kalau lapor polisi bisa dianggap ikut campur karena ini masalah keluarga, ranah pribadi, dan melapor ke polisi pun harus ada bukti.

Mbok pikir tante dan oma anak tersebut yang harus berbuat sesuatu. Bunda mungkin sebaiknya ajak mereka bicara dulu kalau masalah ini sudah mengganggu pikiran.

Kalau mbok jadi Bunda, jangan berhenti memberi perhatian dan kasih sayang pada J, walaupun hanya sebentar dan sedikit. Setidaknya ketika bersama Bunda dan Naomi, J bisa merasakannya, hopefully it will give him some sort of balance.

cherryerichan
28-02-2013, 04:34 PM
Sering ngedon di rumah temen karena urusan jualan, membuka mata saya pada si anak bernama J.J ini keponakan temen sekaligus rekan bisnis saya. Awalnya saya suka aneh sama J. Cenderung melakukan hal-hal yang tak lazim dilakukan anak seumurnya. Tidak jujur, mencurangi teman mainnya, sampe menyiksa teman mainnya tapi dengan wajah datar. FYI, usianya sama dengan Naomi, sekitar 6-7 tahun.Hanya dengan Naomi dia tidak bertindak "segila" itu. Bisa bermain dengan baik, bercana dan tertawa-tawa dengan sewajarnya anak usianya.Tapi setelah diamati, setiap mendengan suara motor mamanya, maka sifat aneh itu langsung muncul, plus ditambah lari terbirit-birit ke dalam, seperti tidak mau dipergoki mamanya habis bermain dengan Naomi. FYI lagi, mereka keluarga tionghoa.Mamanya ini, bisa dibilang lebih aneh lagi, menurut saya. Saya suka merasa terlalu ambisius terhadap Naomi sampai mencoba mengerem tindakan-tindakan ambisius saya, ternyata ada yang lebih gila dibanding saya, ya mama si J itu.J ini dimasukkan sekolah yang katanya enterpreneurship gitu, fullday school, pulangnya jam 3 sore. Pulang pun cuma dapet istirahat sejam, udah ditunggu dengan setumpuk kegiatan les. Entah dengan privat gurunya datang ke rumah atau les aneka rupa di lembaga-lembaga yang "mahal" di kota saya. ENtah bahasa inggris, entah mapel, entah sempoa. Ditambah dengan les biola, yang kalau diamati anaknya tidak enjoy.Hidup si J, oleh simama ini, bener-bener terjadwal. Saya pernah memergoki jadwal yang disusun si J, sampe tanpa sadar saya nyeletuk, "Selamet aja si J masih idup nih," dibalas dengan tawa ngakak dari temen saya itu.Bayangkan, hidupnya ketat banget, dan pengasuhnya bener-bener melaksanakan jadwal itu. Waktu saya tegur, si pengasuh lebih takut diomelin sama mama si J yang berimbas dengan pemecatan daripada kondisi tumbuh kembang si J ini.Apakah si J jadi anak yang ordinatif? TIDAK Dia bahkan cenderung melawan dengan caranya sendiriSetiap waktu makan, entah itu makan pokok atau selingan, maka si J siap-siap akan batuk-batuk, mual-mual dan wajahnya langsung bereaksi seperti mau dimasukkan ke mesin penjagalan. Saat makan pun sudah lebih tidak normal lagi. Kalau anak-anak saya cuma butuh 10-15 menit maksimal untuk menuntaskan makannya, maka J perlu waktu 1 jam untuk menghabiskan makannya! Dengan porsi setengah dari porsi anak-anak saya! Makannya juga sambil diemut, kalau ada kuahnya bahkan kuah sayurnya bisa ditumpahkan kembali oleh si J dari mulutnya. Makan kue selingan bisa sampai 30 menit, Naomi dan Nadhira? LANGSUNG TANDAS dalam satu menit::doh::Juga jadwal susu. Saya cuma mengingatkan anak-anak susu maksimal 2x sehari, kalau pagi sudah minum, sore boleh minta lagi. Tapi kalau siang sudah minta, ya sore gak boleh minta lagi. J ada jadwalnya, tapi dia bisa memegang botol susu sampai 1 jam! dengan posisi separo masih ada. Berkali-kali omanya, saking gak teganya, menyarankan untuk membuang makanan atau susu yang kelamaan gak disentuh, tapi akibatnya J menolak, bisa jadi takut dimarahi mamanya.Masih masalah makanan, saya pernah beberapa kali memergoki memar pada punggung dan pipinya. J ketika saya tanya tidak mau menjawab kenapa ada memar di punggung dan pipinya. Tapi pengasuhnya cerita, bahwa tadi mamanya datang dan J belum menghabiskan sarapannya. Akibatnya punggung J didera beberapa kali dengan hanger pakaian, dan pipinya juga ditampar::arg!:: Dan itu berulang-ulang dilakukan mamanya kalau memergoki J tidak mematuhi jadwal.Itu akibatnya si pengasuh suka membentak-bentak dan memarahi J setiap J tidak segera menyelesaikan jadwalnya, karena dia khawatir J dihajar mamanya lagi.J pun tidak berani cerita ke papanya, karena mamanya sudah langsung menjawab kalau si papa memergoki memar-memar itu. Selalu dibilang jatuh di sekolah (itu papanya kenapa gak curiga ya anaknya demen jatuh di sekolah? -_-)Semester lalu J rangking 1. Beda dengan reaksi anak yang dapet rangking di sekolah, Naomi ketika diberitahu dia rangking 3 langsung cerita kemana-mana dan nagih hadiah. Sedang J seperti tidak merasa bangga dengan rangkingnya, jangan ditanya kalau emaknya sih::hihi::Naomi pun setiap habil diomeli atau dihadiahi tepukan di pantatnya langsung lapor ke ayahnya, sedang si J seperti tidak punya kekuatan seperti itu. Tapi menjadikan adik sepupunya, anak temen saya, samsak hidupnya. Makanya temen saya benci setengah mati sama J, meski berkali-kali saya ingatkan apa yang dilakukan J itu impact dari gaya hidup yang diterapkan mamanya ke dia.Sebenernya saya pengen banget ngelaporin emaknya si J ke polisi, karena yang dia lakukan sudah taraf penganiayaan, tapi saya sungkan sama Oma dan temen saya, takut dibilang ikut campur. Ngajak emaknya J diskusi sih sama juga bohing, dia merasa cara didiknya bener, buktinya J jadi anak patuh dan rangking 1 kan?mesti gimana ya?kayak sinetron. beneran gak sih? eh..speechless...

noodles maniac
28-02-2013, 07:32 PM
Sebenernya saya pengen banget ngelaporin emaknya si J ke polisi, karena yang dia lakukan sudah taraf penganiayaan, tapi saya sungkan sama Oma dan temen saya, takut dibilang ikut campur. Ngajak emaknya J diskusi sih sama juga bohing, dia merasa cara didiknya bener, buktinya J jadi anak patuh dan rangking 1 kan?

mesti gimana ya?

Lu sayang sama J, bund? kalo sayang ya lu mesti berbuat sesuatu. Jangan dulu lapor polisi karena bener kata lu, itu bisa bikin gap antara elu sama keluarga temen lu itu. BIsa jadi malah temen lu dan keluarganya dendam Mahabarata sama elu. Ada komnas perlindungan anak gak sih di daerah lu bund? mungkin lu bisa minta solusi sama mereka sebaiknya gimana. Selain lu ada lagi kah ibu-ibu yang tau tentang masalah J ini? ::ungg::

ul.malik
28-02-2013, 07:35 PM
saya suka jawaban om Alip di trit dongeng sebelah.

bisakah kita applikasikan disini. :)

BundaNa
01-03-2013, 11:28 AM
kayak sinetron. beneran gak sih? eh..speechless...

perlu saya CCTV gak? sejujurnya saya gatel pengen ngerekam tindakan emaknya

Saya udah ngajak ngomong temen saya. Well bisa dibilang mereka produk broken home. Bukan, bukan karena keluarga mereka ada perceraian, tapi justru lebih dasyat dari itu. Di permukaan mereka keluarga sempurna, tapi sesungguhnya bermasalah.

Temen saya kebetulan single parent, dan dia ibarat kata sudah gak mau tau urusan yang lain-lain di luar urusan dia, apalagi dia dan emaknya J terlibat perang dingin. Sedikit banyak secara psikis teman saya juga sering melakukan penganiayaan kepada J, saya sampe negur berkali-kali bahwa pada intinya J butuh kasih sayang. Tapi teman saya tidak bersemangat untuk menerima masukan saya.

Omanya tidak berdaya ditengah "amukan" anak-anaknya yang merasa mampu berdikari tanpa dapet makan si Oma. Saya sering lihat Oma berkaca-kaca karena melihat J pipinya merona bekas tamparan emaknya atau anak teman saya yang sedang timeout di pojok halaman belakang.

Sebisa mungkin saya sih ngajak ngobrol J dan anak teman saya sambil bercanda-canda, nanya khabar sekolah sesekali sambil tebak-tebakan disela-sela saya bikin kue. Tapi buat sering-sering bawa anak-anak saya ke sana, saya gak berani. Saya gak mau anak-anak saya keseringan nonton drama di sana. Karena Naomi itu spon, gampang meniru yang terjadi di depannya.

EMaknya ngomel aja Naomi bsia menjiplak dengan baik dan benar -_-

Tapi saya takut memeluk J. Perah sekali saya mencoba memeluk J ketika dia cepat menghabiskan susunya, badannya tegang semua. Abis itu gak berani lagi

Ronggolawe
01-03-2013, 12:12 PM
Kalau masih ada bekas tamparan (misalnya kejadi
an semalam), atau bekas memar dirotan, sebaiknya
ibu foto, lalu lapor Polisi, atau cari kantor cabang
Komnas Perlindungan Anak.

Kalau ngga salah, sekarang KDRT, apalagi terhadap
anak, bukan lagi delik Aduan, jadi pasti akan dikejar
oleh Komnas Perlindungan Anak.

BundaNa
03-03-2013, 03:31 PM
wah om, saya posting dari awal...lapor ke polisi sejujurnya saya gak punya kuasa untuk itu. Kemarin waktu ngechek memar di punggung si J aja saya udah ditegur temen, takut emaknya J mergokin. Sekarang J dilarang deket2 sama saya sama emaknya. Mungkin emaknya sudah mencium gelagat saya tau apa yang terjadi

aya_muaya
13-03-2013, 07:10 PM
Sek bun, itu mamah kandungnya?

Beneran darah dagingnya kan? Kalo menurut ane, yang perlu disembuhin mamanya, karena dia sakit, bukan jahat... Dia sayang sama anaknya, tapi salah mengapresiasikannya... Cmiiw

Ada acara apa aja bisa ketemu ama mamanya J bun? Kalo semisal kea arisan gitu, dibikin acara ditayangin film yang hikmahnya mirip ama hidupnya J gemana?

Butuh psikolog si mama mah...

---------- Post Merged at 06:10 PM ----------

Yang dibenak mah, mamanya dipenjara, si J jadi trauma, karena harus menghadapi kehilangan sosok ibu dan kasus2 diperiksa polisi, dihadirkan di persidangan, dll...

Aduin ke RT aja, biar pak RTnya yang ngajak ngobrol bokapnya J gemana bun? Kan kepala rumahtangganya si papa J... Biar dia nyembuhin mamanya J dan kemudian berdua nyembuhin luka batinnya J

BundaNa
14-03-2013, 04:45 PM
^mama kandung lah...mirip plek ketiplek::oops::

Yang kepikiran di kepala justru mau share sama ibu2 yang satu sekolah sama anaknya, kebeneran emaknya ini doyan ikut seminar pendidikan dan pengasuhan anak (tapi itu beneran dipake gak ya?), maksudnya biar diajak berpikir lagi kenapa dia begono ke anaknya...

Tapi kayaknya emang trauma masa lalu juga....kemaren temen cerita, bahwa emak si J ini kecilnya diasuh sama seorang suster yang emang ngurus semua anak kecil dari keluarga besar temen (kecuali temen, dia langsung kejang2 tiap liat suster itu, jadi emaknya terpaksa nyari pengasuh sendiri::hihi::). Nah kemaren ngubrul2 sama orang yang kebetulan tau story keluarga ntu, si suster itu emang tipe2 sadis, dan perlakuan si suster ke emak si J sama plek dengan perlakuan si emak kepada J....mungkin dia taunya begitulah cara menunjukkan sayang ke anak kali ya...

Dua hari ini tiap pagi ketemu J, biasanya dia dianter sekolah sama emaknya. Dua hari ini dia dianter papanya, kebetulan lagi UTS, jadi J harus gerak cepat sampe sekolah (biasanya J langganan telat, dengan pipi memerah kena sikat emaknya), jadi papanya menunda kegiatan kerjanya memilih anter jemput J dulu. Waduhhhhhhhhh dia tiap liat papanya dateng langsung loncat-loncat kegirangan....::ungg::

noodles maniac
14-03-2013, 07:23 PM
Papanya J itu lho kok ya diem aja anaknya jadi sasak emaknya begitu sih, Omanya juga tuh... hadeuh...::doh::

aya_muaya
14-03-2013, 08:27 PM
papanya gak posisinya gak nyadar kalau istrinya nyiksa anaknya del.... ::grrr::

noodles maniac
14-03-2013, 11:31 PM
Bego banget tuh papanya, bisa dikibulin gitu, malah lebih tau bundana yang orang lain ketimbang papanya sendiri. Kan kesannya jadi papa kok gak perhatian banget sama anak sendiri. Omanya juga diem aja tuh... berarti kan tau cuma gak bisa apa-apa...


Omanya tidak berdaya ditengah "amukan" anak-anaknya yang merasa mampu berdikari tanpa dapet makan si Oma. Saya sering lihat Oma berkaca-kaca karena melihat J pipinya merona bekas tamparan emaknya atau anak teman saya yang sedang timeout di pojok halaman belakang.

aya_muaya
14-03-2013, 11:46 PM
omanya ibunya si mama atau suaminya? kalau ibunya si mama, kemungkinan memang dia ikut ngerasa bersalah membuat anaknya jadi kea gitu _nyiksa anaknya_

papanya kan kerja di luar, jadi mana sempat dia fokus di rumah? dia kan udah bagi tugas ama istrinya dan mungkin memang istrinya gak pernah ada track record minus di mata suaminya mungkin....

BundaNa
25-03-2013, 03:09 PM
^bukan, papanya J juga tipe ISTI::hihi:: kemungkinan dia nyadar....kemaren ngobrol ama temen yang tantenya J, dan menurut dia papanya J kemungkinan nyadar tapi gak berani melawan istrinya yang super judes, galak, setan dll -_-

Makanya gwe liat sekarang sekarang kalo papanya longgar dengan kerjaannya, si J disamperin papanya, diajak maen ke gudang dolog milik papanya, maen di sana. Walah gwe liat reaksinya girang gumirang lho...

Si J ini sebenernya sayang banget sama mamanya, terbukti mau menutupi "kegilaan" mamanya dari semua orang. Omanya beberapa kali bertanya tentang pipi atau punggung J yang bekas amukan emaknya, J selalu bilang terbentur kamar mandi. Mamanya juga menghajar J gak selalu di depan orang, tapi sembunyi2....jadi pas orang2 di depan, abislah J dihajar di belakang rumah....macam gitu. taunya juga gwe dari bengkak2nya aja, karena tiap ditanya J selalu tutup mulut.

Kemaren mau gwe anterin dia ke tempat lesnya, karena gwe sekalian pulang jemput Naomi yang mau les juga, dia menolak, alesan yang gwe denger dari BSnya, karena takut emaknya ngamukin dia. Sampe gwe bujuk dan gwe bilang "Jangan bilang mama, ini Bunda sekalian pulang aja." Baru dia mau