PDA

View Full Version : ... dan ketika fiksi menjadi sebuah kenyataan~



false id
06-01-2013, 12:24 AM
.... Aku terduduk lemas diatas kursi lipat yang rapuh, rapuh namun masih kokoh. Karat terlihat dibeberapa bagiannya, sama seperti tubuh tuaku, tubuh yang sudah tidak kuat lagi mendukung apa yang otakku ingin lakukan, tubuh lemas dengan keriput yang membalut hampir seluruh bagiannya. Inilah masa tuaku. Sepi. Sunyi. Tapi aku tidak sendiri. Disini, dirumah sakit ini, aku setia menemani isteriku yang terbaring lemah dihadapanku. Perempuan yang sangat aku cintai, perempuan yang dapat mengubah hidupku, mewarnai setiap hariku dengan keceriaanya, keceriaan yang kini hilang berganti sendu. Dia adalah alasanku untuk tetap bertahan, terlihat kuat dihadapan anak-anak dan cucu-cucuku. Cucu-cucu kami.

"Ra... ma... " suara lemah itu memanggil namaku.

Aku datang menghampirinya. Suaranya yang nyaris berbisik terdengar jelas ditelingaku.

"Aku haus..."

Kuambilkan segelas air dan kutopang kepalanya dengan tangan kiriku. Dengan perlahan, diseruputnya segelas air yang kupegang. Tangannya yang keriput menyentuh tanganku. Setelah selesai meminum air dalam gelas tersebut, dia tersenyum, tersenyum manis, senyum yang sama dengan senyum dimasa lalu yang selalu membuatku senang.

"Terima kasih.."

Aku tersenyum seraya membelai rambutnya yang sudah tidak hitam lagi.

"Kamu mau makan sekarang, Kartika?" tawarku.

Dia menggeleng lemah. "Nanti saja, aku belum lapar. Sekarang aku mau kembali tidur.."

Aku mengangguk dan membaringkan kepalanya kembali diatas bantal.

Beberapa saat setelah Kartika tertidur, aku kembali dengan kesunyianku, duduk menatap jendela, memperhatikan langit yang begitu biru, cerah sekali. Indah. Aku ingat masa-masa itu. Perlahan kupejamkan mataku. Aku tertidur.


[... dan penulis tidak pernah tahu akhir kisah ini~]

etca
06-01-2013, 12:35 AM
langkah kecil yang bagus ;)

lanjuttttttttttt...

false id
06-01-2013, 12:44 AM
langkah kecil yang bagus ;)

lanjuttttttttttt...
Tengkiu, Ca~
I'll let the story flow~ :)

Porcelain Doll
06-01-2013, 11:14 AM
waa...kereeenn >.<
ditunggu lanjutannya, les...
bikin g jadi pengen nulis lagi nih ;D

false id
06-01-2013, 11:29 PM
waa...kereeenn >.<
ditunggu lanjutannya, les...
bikin g jadi pengen nulis lagi nih ;D
Tengkiu, Porcel.. masih panjang nih ceritanya, hehe~


g pikir tadinya cuma bakal tamat gitu aja
habis kalimat terakhirnya gitu ::hihi::
Hehe... mo coba2 bikin cerita flashback, nih~ ::oops::

Porcelain Doll
06-01-2013, 11:42 PM
g pikir tadinya cuma bakal tamat gitu aja
habis kalimat terakhirnya gitu ::hihi::

false id
07-01-2013, 12:10 AM
"Excuse me... sir.. excuse me?"

Guncangan pelan membangunkanku dari tidurku. Aku menoleh kearah kananku. Seorang gadis berusia belasan menatapku dengan tidak sabar. Dengan sigap aku segera menyampingkan kakiku, membiarkannya melewatiku.

"Thank you.." ucapnya singkat sambil berlalu.

Tidak kusangka aku tertidur pulas sekali, penerbangan Jakarta-Bangkok yang hanya kurang lebih tiga jam itu ternyata bisa membuatku begitu ngantuknya hingga waktu tak terasa berlalu. Aku segera mengambil tas ranselku dan keluar dari pesawat, tidak lupa membalas senyuman pramugari yang mempersilahkan penumpang keluar dengan ramah.

Aku terpana ketika pertama kali menginjakkan kakiku di Suvarnabhumi Airport, bandara internasional di Thailand yang memiliki design modern dan minimalis. Bandara ini begitu megah, mewah namun tidak berlebihan. Selesai dengan segala urusan imigrasi, aku langsung keluar. Kuletakkan ranselku disamping kakiku. Aku berdiri terdiam. Inilah aku, calon mahasiswa Indonesia yang akan menuntut ilmu di negeri Gajah Putih Thailand. Orangtuaku memberiku nama Rama Adiaguna, teman-temanku cukup memanggilku Rama saja.

Lama kupandangi lantai tempatku berpijak. Aku kemudian mendongak seakan berbicara pada langit. Disinilah bagian hidupku yang baru akan kumulai. Akan kutinggalkan kepahitan masa lalu. Sebuah kepahitan yang membawaku berpetualang seorang diri jauh dari tanah Jawa. Aku harus menjadi Rama yang baru.

Sebuah taksi mendekat, langsung saja kuacungkan tanganku untuk menghentikan lajunya. Taksi itu berhenti. Setelah berada didalam, ku acungkan secarik kertas berisi alamat universitas yang akan aku kunjungi. Supir itu mengangguk dan taksi berlalu meninggalkan bandara.

Sepanjang perjalanan menuju universitas, mataku seakan kupaksa untuk tidak berkedip. Pemandangan kota Bangkok yang terlihat tertib dan bersih membuat aku berdecak kagum. Mungkin ini hanya takjubku karena baru pertama kali ke luar negeri saja, dan kebetulan yang aku lihat memang harus diakui jauh lebih baik dari pemadangan sehari-hari di Jakarta. Yang pasti aku senang sekali berada ditempat yang belum pernah aku kunjungi untuk pertama kalinya. Berpetualang seorang diri.

Sekitar satu setengah jam perjalanan, taksi memasuki kompleks universitas.

"Wow.." ucapku tanpa sadar.

Universitas ini megah sekali. Luas dan dikelilingi oleh taman-taman kecil. Taksi melewati danau. Ada beberapa angsa sedang berenang. Ini universitas atau istana? Tanyaku dalam hati begitu melihat gedung-gedung kampus yang memiliki design bangunan ala Eropa. Sebuah kota kecil Eropa di Thailand? Luar biasa. Taksi berhenti didepan aula utama. Setelah turun, aku tak bergerak menatap ukiran nama universitas ini "Assumption University".

Aku tersenyum dan berucap "Disinilah aku akan memulai sesuatu yang baru!"



[... dan penulis tidak pernah tahu akhir kisah ini~]

cha_n
07-01-2013, 02:54 AM
*gelar tiker dimarih

mantaffff....

phoenix
10-01-2013, 12:04 AM
wah... mantap nih... ijin saya masukin eMagz khusus cerpen bolehkah? di cerpencity dot com, terima kasih sebelumnya :)
sawasdekaaa

false id
10-01-2013, 01:03 AM
^ Ini bukan cerpen loh, bro... ceritanya masih panjang... Ini intronya ajah belom selesai~ :)

etca
10-01-2013, 02:26 AM
wah... mantap nih... ijin saya masukin eMagz khusus cerpen bolehkah? di cerpencity dot com, terima kasih sebelumnya :)
sawasdekaaa
weeits kalau nyomot gitu WAJIB pakai source dari kopimaya.com loh :luck:

false id
20-01-2013, 05:44 PM
Dua tahun kemudian....

Silakan sebut aku sombong, angkuh, keras kepala, terserah, apa saja yang kalian inginkan. Aku tidak peduli orang mau bilang apa tentang aku. Aku tahu apa yang aku mau, dan bila hal tersebut merugikan orang lain, memang sudah seharusnya seperti itu, asal apa yang aku mau terpenuhi.

Aku memang dari keluarga berada, nama Kartika Shinta Baskoro pemberian orangtuaku bisa membuat orang-orang disekitarku mendadak sopan, ramah, perhatian, tapi aku tahu mereka ada maunya. Ayahku, Rahwana Baskoro, adalah salah satu pengusaha paling berpengaruh di Indonesia. Cukup dengan ayahku, aku tidak mau berbicara banyak tentang itu, ini tentang aku. Hanya aku.

"Mbak..."

Teguran pelan mas Petruk, supirku membuyarkan lamunanku.. Huff.. padahal hampir jadi skenario film barusan..

"Kenapa?" Tanyaku ketus.

"Pelan-pelan nyetirnya, mbak, kalo kenapa-kenapa nanti saya yang di marahi bapak.." Jawabnya takut-takut.

Aku memperhatikan mas Petruk yang duduk dikursi penumpang disebelahku, wajahnya pucat dan berkeringat dingin. Aku memang sengaja menyuruhnya duduk dikursi penumpang, karena aku lebih suka menyetir sendiri. Ah, mungkin memang aku keterlaluan.

"Udah! duduk aja diem!" Balasku sambil perlahan memperlambat laju mobil.

Wajah mas Petruk sudah terlihat tenang sekarang. Dalam hati aku tertawa juga, lucu sekali melihat mas Petruk ketakutan, hihihi.

...

Bandara Soekarno-Hatta sudah terlihat di depan mata. Akhirnya, batinku, tidak lama lagi aku akan segera meninggalkan Jakarta, eh, Indonesia. Kemana aku akan pergi? Bangkok, Thailand. Aku mendapat beasiswa untuk belajar disana. Sempat aku berdebat panjang lebar dengan ayahku. Menanyakan untuk apa aku mengambil beasiswa ke Thailand untuk belajar design busana. Ada banyak universitas mahal di Indonesia yang bagus, kalau perlu ayahku akan mengirimku belajar keluar negeri, ke negara kiblat fashion langsung. Tapi bukan itu yang aku cari, ada hal lain yang tidak dapat aku ungkapkan kepada ayahku. Saat akhirnya ayah luluh, menyerah sudahlah beliau menghadapi anak perempuannya yang nakal ini, hihihi. Jangan salah ya, keluargaku baik-baik saja kok, kami rukun dan tenteram. Orangtuaku sangat memperhatikanku walaupun keduanya sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing di kantor. Jadi jangan percaya deh sama film-film tentang anak orang kaya yang ngga diperhatikan sama kedua orangtuanya, aku ngga seperti itu.

Wah, jadi ngelantur. Sampai dimana tadi?


....... its not the end.

false id
24-01-2013, 11:22 AM
Dasar Bego!

Bima, teman baikku, well, teman Indonesiaku di Bangkok yang paling dekat sih, memaki penuh emosi. Tapi tenang, kita ngga berantem kok, biasanya dihari Minggu begini memang sudah jadwal rutinnya nonton pertandingan Muay Thai di televisi.

Buat yang ngga atau apa itu Muay Thai, mungkin kalian sudah sering mendengar istilahnya dalam bahasa Inggris; Kick Boxing. Ya! Olahraga beladiri asli Thailand yang memang sudah turun temurun sejak jaman nenek moyang mereka. Salah satu kebanggaan Kerajaan Thailand. Muay Thai termasuk beladiri yang keras, karena tujuan utamanya bukan hanya untuk melumpuhkan lawan, tapi untuk membunuh. Kalau Muay Thai yang sekarang sih jelas sudah diperlunak, beda dengan Muay Thai asli pada jaman dahulu, yang sekarang murni hanya olahraga saja.

"Makan, yuk!?" Ajakku pada Bima.

"Duluan aja, belom lapar" Jawabnya singkat, sambil matanya tidak berpaling dari layar televisi.

"Ya udah, makan dulu."

Aku melangkah keluar dari kamar kos ku. Sebuah kamar kecil, ukuran studio yang cuma muat satu tempat tidur, satu lemari pakaian, dan meja komputer, jujur kalau aku tambah lagi beberapa furnitur, pasti jadi susah bergerak. Yah, walaupun kecil tapi lumayan nyaman sih. Kamar mandi sendiri, ada balkon untuk menjemur pakaian, ada AC pula, walaupun jarang aku nyalakan dan lebih memilih kipas angin. Biasa, anak kuliah, ngirit, Hahaha.

Aku berdiri disisi jalan, menunggu songtaew, bisa dibilang angkotnya Thailand lah, mobil pick-up yang diberi kursi di kiri-kanan dan ada atapnya, persis angkot Indonesia deh kira-kira. Ah, satu terlihat datang, aku langsung menaikinya. Setelah sampai ditujuan, aku langsung mendatangi warung makan langgananku dan memesan Kao Pad Tale, menu kesukaanku, nasi goreng seafood. Sepi makan sendiri, aku memandang kearah luar, kearah jalan. Matahari terik sekali hari ini. Kulirik jam tangan, jarumnya menunjukkan pukul satu lebih duabelas. Hmm, pantas saja. Memang April itu puncaknya musim panas di Thailand, dan jam-jam segini biasanya panas sekali.

Handphone ku berdering. Kulihat nama yang tertera dilayar; 'Gatot'. Hmm.. tumben Ketua PERMITHA meneleponku. PERMITHA itu singkatan dari Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Thailand.

"Halo, mas." Sapaku.

"Ram, habis Songkran ada acara?"

Songkran itu hari libur keagamaan di Thailand, lebih sering disebut festival air atau Water Festival dalam bahasa Inggris.

"Belum ada, mas."

"Wah, sip! Kalo gitu bisa ikut Gathering PERMITHA kan?"

"Bisa sih, mas, emang belom ada rencana apa-apa"

"Oke, nanti gue hubungi lagi yah pastinya, musti kontak-kontak yang lain dulu berapa banyak yang bisa."

"Sip, mas! Kabar-kabarin aja."

"Oh iya, kita ada beberapa mahasiswa Indonesia baru juga."

"Hmmm..." Balasku kurang antusias.

"Ya udah, nanti yo, gue kabarin!"

Gatot menutup teleponnya dan aku melanjutkan makan siangku.



..... its not the end.

Maeswara
10-05-2013, 12:14 AM
dibuat fiksi aja akhirnya biar tahu nggak nanggung