PDA

View Full Version : Selamat, Mas Hanung. Anda bikin kontroversi lagi dengan "?"



kandalf
07-04-2011, 07:50 PM
Sayang banget filmnya belum diputar di Denpasar... AAARRGHH...

Diprotes Banser:
http://www.detiknews.com/read/2011/04/07/171919/1611165/10/dikecam-banser-film-sengaja-dibuat-multitafsir
http://oase.kompas.com/read/2011/04/07/08240674/Film.Tanda.Tanya.Dikecam.Banser.NU

Dianggap menyebarkan faham haram oleh MUI
http://voa-islam.com/news/indonesiana/2011/04/07/14030/mui-film-tanda-tanya-hanung-sebarkan-faham-haram-dan-sesat/
http://voa-islam.com/news/interview/2011/04/07/14029/adian-husaini-lebay-stereotype-jahat-film-hanung/
http://voa-islam.com/news/indonesiana/2011/04/07/14028/kh-a-cholil-ridwan-aroma-pluralisme-agama-film-sangat-menyengat/


Horeeee~!

River
07-04-2011, 08:17 PM
ada yang udah nonton dan mau ngereview filmnya? :-?

E = mc²
07-04-2011, 08:26 PM
argggghhh... lagi digunung.. ga ada biskop.... moga pas turun gunung masih diputer atau udah ada link donlotannya :P

Sauron
07-04-2011, 08:39 PM
judul fimnya opo?

keremus
07-04-2011, 08:42 PM
Ya judulnya " ? "

E = mc²
07-04-2011, 08:44 PM
judul fimnya opo?

http://www.21cineplex.com/tand,movie,2514.htm

nodivine
07-04-2011, 08:51 PM
emang napa lagi ni orang?
filmnya yang baru kayaknya bagus tuh...

MUI lagi MUI lagi..cape deh..
kalo ga suka ya jangan nonton.

AsLan
07-04-2011, 08:59 PM
Kayaknya Hanung ini tipe2 orang yg suka mengambil keuntungan dengan kontroversi, rumusnya gampang: catut nama seseorang atau organisasi atau agama terkenal lalu buat sebuah kehebohan.

Mirip caranya Dan Brown mencatut nama gereja Katolik dan Yesus.

el sol
07-04-2011, 09:08 PM
kalau sekedar pluralisme sih untuk saya ok2 aja.
tapi kenapa nyenggol2 banser ya ? banser setau saya cukup toleran.

kayaknya bagus nih film.

spears
07-04-2011, 09:09 PM
klo ge jadi personil MUI, gw gak bakalan mau deh repot2 ngurusin Hanung.
Gak penting.
Gak mutu!
Gak lepel!!
Gak Kasta!!!

*Ansor & Catherine Wilson Mode ON

Yuki
07-04-2011, 09:12 PM
selamat, hanung, dengan begini orang2 yg belum nonton akan penasaran, selanjutnya sudah bisa ditebak

spears
07-04-2011, 09:50 PM
gw gak bakal nnton. si Hanung cari sensasi murahan

beastmen85
07-04-2011, 09:56 PM
lumayan promo gratis

danalingga
07-04-2011, 10:01 PM
Kalo dari cerita-ceritanya sih, film ini gue banget. Wajib nonton nih.

kunderemp
07-04-2011, 10:04 PM
Kayaknya Hanung ini tipe2 orang yg suka mengambil keuntungan dengan kontroversi, rumusnya gampang: catut nama seseorang atau organisasi atau agama terkenal lalu buat sebuah kehebohan.

Mirip caranya Dan Brown mencatut nama gereja Katolik dan Yesus.
Nope.

Aku nonton film Hanung dari zaman sebelum film pertamanya, Brownies, muncul di bioskop.
Tipe dia adalah menggambarkan masyarakat di mata dia.

Memangnya Get Married mengambil keuntungan dengan kontroversi? Nggak..
Aku yakin, film "?" pun sebenarnya juga gak kontroversi. Hanya beberapa kelompok aja yang emang sensitif.

Kenapa jadi kontroversi? Karena Hanung yang mengadaptasi Ayat-Ayat Cinta. Dan tanpa ada AAC, gak ada Ketika Cinta Bertasbih dan sejenisnya di bioskop kecuali film duet Deddy Mizwar-Musfar Yasin (seperti Kiamat Sudah Dekat). Tapi Hanung sendiri, sebenarnya benci novel AAC tapi dia butuh duit buat memfilmkan cita-citanya, film tentang KH Ahmad Dahlan.


Dulu, film pertama dia yang kutonton, bercerita tentang kehidupan sebuah gang yang dihuni tiga kelompok yakni Kejawen, Pesantren kecil, dan para preman tukang palak. Bayangkan kisruhnya seperti apa. Tetapi tuh film, berakhir dengan damai, tetapi damai yang gak terlalu nyaman karena tiga kelompok ini sebenarnya agak bentrok.

kandalf
07-04-2011, 11:04 PM
Kund..
aku baru lihat trailernya.
Mentah banget, Kund.
Jauh banget dibandingkan film dia yang dulu kita lihat di Kemang Utara 28.
Tampaknya dibuat terburu-buru.

win66ih
07-04-2011, 11:09 PM
Tadi gue lihat baliho-nya di senayan. Judulnya sengaja "?" karena dibikin kuis. Kirimkan judul film yang tepat menurut Anda dan dapatkan hadiah bernilai jutaan rupiah. Gitu yang terlihat tadi. Irasional.

kandalf
07-04-2011, 11:12 PM
Daftar Review (tenang.. yang kukutip bebas spoiler):

http://b-trismawan.blogspot.com/2011/04/menggugat-kekerasan-tentang-film-tanda.html

Secara keseluruhan, ? menceritakan tentang keterombang-ambingan, keterasingan, kerinduan, frustasi seseorang dengan hubungan keluarga juga agama leluhurnya. Sebuah masalah yang mungkin akrab ditemui sang sutradara Hanung Bramantyo saat masih kecil. tumbuh dilingkungan beragama Islam, Katolik dan Budha.

Dalam ?, Hanung Bramantyo memperkenalkan satu persatu tokohnya dengan setting sebuah perkampungan di sebuah Gang Kota Lama, Semarang. Tak ada tokoh yang menjadi lakon utma dalam film ini. Semua tokoh mendapatkan porsi yang sama, sehingga saya kira penonton akan kesulitan menentukan siapa tokoh utama dalam film ini.

http://abdiezs.net/download/movie/tanda-tanya-masihkah-perbedaan-dihormati-dan-menjadi-kebanggaan-bangsa-ini.html

Penolakan, perdebatan, perselisihan mengenai hal-hal semacam ini memang ada di kehidupan nyata dan Hanung Bramantyo menggambarkannya dengan sangat natural dan cantik sekali.

Banyak kisah dan konflik menarik yang dibeberkan Hanung di film ini. Jika saya jabarkan semuanya, Anda tidak akan mendapatkan kejutan saat menyaksikan film ini sendiri. Uniknya, film ini tidak mempunyai satu atau dua tokoh utama. Seluruh tokoh mendapatkan porsi yang sama karena tiap karakter memiliki kekuatannya masing-masing.

............

Kisah yang disuguhkan Hanung di film ini merupakan cerita paling berani dan paling gamblang yang pernah ada. Namun begitu, Hanung tidak takut akan reaksi negatif masyarakat atas karyanya ini. Menurutnya, seluruh cerita dan tokoh yang ada di film ini merupakan peristiwa yang memang benar-benar pernah terjadi di kehidupan nyata. Potongan-potongan peristiwa tersebut ia kemas ke dalam satu kesatuan yang sangat menarik untuk diikuti.

http://amiratthemovies.wordpress.com/2011/04/07/review-2011/

Dalam perjalanan karirnya, Hanung sepertinya telah berkembang sedemikian rupa untuk menjadi seorang pencerita yang sangat baik, tak terkecuali dengan apa yang ia lakukan lewat ?. Walau memiliki cukup banyak konflik untuk ditampilkan dalam sebuah film, Hanung nyatanya mampu membawakan konflik-konflik tersebut dengan cara penceritaannya yang demikian mengalir. Menggunakan ritme menengah, ? terlihat semakin berisi seiring dengan berjalannya durasi film ini. Jalan cerita yang awalnya berisi pengenalan karakter, kemudian berjalan dan mulai memasukkan berbagai konflik sekaligus pesan-pesan sosial yang memang Hanung inginkan untuk diketahui penontonnya.

Membawakan tema yang cukup universal, naskah karya Titien Wattimena sayangnya gagal untuk menampilkan sesuatu hal yang baru dalam jalan ceritanya. Ini yang kemudian membuat ? kurang berhasil untuk dapat tampil istimewa. Hal ini masih ditambah dengan pilihan ending yang sepertinya terkesan dipaksakan untuk menghasilkan sebuah pemecahan seluruh masalah yang telah dipaparkan oleh film ini sebelumnya.


Trailer:

http://www.youtube.com/watch?v=L1rBl4KJc4U

ndableg
08-04-2011, 01:09 AM
penasaran gw ma filem ini.. mantaaabb..

divardha
08-04-2011, 01:46 AM
tadi nonton, lumayan kok filmnya. walaupun kadang penggambaran toleransinya kerasa agak berlebihan.

soal judul film yang dikuisin, entah Hanung beneran bingung atau emang bagian dari strategi penjualan, gw sendiri setelah nonton juga bingung apa judul yang pas buat film ini :D

dan menurut gw, reaksi MUI yang menganggap film ini pro pemurtadan juga berlebihan..

Nowitzki
08-04-2011, 02:04 AM
Ini yang ada Glenn Fredly nya itu ya?

AsLan
08-04-2011, 02:21 AM
Terus kenapa semua ditimpakan ke Hanung ya ? emangnya dia penulis naskah juga kah ?

kunderemp
08-04-2011, 06:58 AM
Bukan..
Setahuku cuma "Menebus Impian" dan "Sang Pencerah" yang naskahnya ditulis oleh Hanung Sendiri.
Untuk "?", naskahnya ditulis oleh May Titien Wattimena.

Tapi.. ada tapinya.
Kop Hanung adalah tipe yang sudah punya ide sebelum naskahnya ada. Paling gampang adalah film Get Married. Naskahnya ditulis oleh penulis skenario Indonesia paling keren dalam satu dekade ini, Kop Musfar Yasin, tetapi saat nonton, justru orang merasakan 'nuansa Hanung'. Begitu juga film-film yang ditulis oleh penulis skenario yang lain seperti Kop Salman Aristo, May Ginatri S. Noer.. di tangan Kop Hanung tetap jadi film Kop Hanung. Ia juga tipe yang akan merombak cerita habis-habisan kalau tidak suka, seperti yang terjadi di Brownies dan Ayat-Ayat Cinta.


tadi nonton, lumayan kok filmnya. walaupun kadang penggambaran toleransinya kerasa agak berlebihan.

soal judul film yang dikuisin, entah Hanung beneran bingung atau emang bagian dari strategi penjualan, gw sendiri setelah nonton juga bingung apa judul yang pas buat film ini :D

dan menurut gw, reaksi MUI yang menganggap film ini pro pemurtadan juga berlebihan..
Makasih Divardha.
Kenapa bingung kasih judul? Karena gak ada tokoh utama? Tapi film luar kan juga banyak yang tokoh utamanya tidak jelas dan tetap berjudul.

Sayang banget di Denpasar belum ada. Kalau ada, pasti langsung kutonton.

divardha
08-04-2011, 09:53 AM
Ini yang ada Glenn Fredly nya itu ya?

Iya. Dia agak gemukan di sini.



Makasih Divardha.
Kenapa bingung kasih judul? Karena gak ada tokoh utama? Tapi film luar kan juga banyak yang tokoh utamanya tidak jelas dan tetap berjudul.

Sayang banget di Denpasar belum ada. Kalau ada, pasti langsung kutonton.

Bukan karena gak ada tokoh utama, cuma bingung aja ngangkat benang merah cerita film ini ke satu kata/kalimat :D

Nharura
08-04-2011, 11:06 AM
Ada dukungan dari Ketua Umum Anshor pada film Tanda Tanya... (jadi pengen nonton:D]

http://www.detiknews.com/read/2011/04/07/180235/1611236/10/ketum-gp-anshor-jangan-sampai-banser-larang-film-

Detikcom, Jakarta - Kecaman Banser Nahdlatul Ulama Cabang Kota Surabaya tertuju pada film '?' (baca: Tanda Tanya) besutan Hanung Baramantyo. Kendati demikian, Ketum GP Ansor Nusron Wahid mengingatkan agar Banser jangan sampai melarang penayangan film tersebut.

"Ini Hanung sudah bebas menafsirkan karena ini negara demokrasi, rakyat bebas memilih film ini. Jangan sampai Banser melarang tidak boleh ditayangkan. Sama halnya Hanung bebas memahami Banser," kata Nusron dalam jumpa pers bersama Hanung di rumah makan Oyster, Plaza Senayan, Jakarta, Kamis (7/4/2011).

Dia mengimbuhkan, karena Indonesia adalah negara demokrasi, maka dirinya pun bebas menilai film '?'. Menurutnya, teks yang terkandung dalam film '?' bias makna. Karenanya, cara Nusron memahami film tersebut bisa berbeda dengan si sutradara.
"Sebagai sebuah gagasan besar kebhinnekaan, film ini patut didukung, film tentang kulturalisme dan kebebasan agama. Kita dukung Hanung-Hanung yg lain," ucap Nusron.

Menurut Nusron, ada sedikit kecelakaan dalam adegan dalam film '?' sehingga jadi multitafsir. Dia menjelaskan, orang yang bergabung dalam Banser itu adalah wujud pengabdian, bukan pekerjaan.

"Tapi ini menjadi sebuah teks, ini menunjukkan belum sempurnanya dan belum totalitasnya saudara Hanung," cetusnya.

Letak belum totalitasnya Hanung dalam kacamata Nusron terlihat dari ditampilkannya Soleh sebagai sosok Banser dalam film tersebut. Di dalam film itu, sosok Banser digambarkan mudah cemburu, dangkal pengetahuannya dan suka mengamuk.

"Soleh sudah diangkat jadi Banser, di mana Soleh itu jadi provokator. Kalau jadi Banser, bukan hanya seragam," sambung Nusron.

Dia pun menyarankan kepada Hanung, lain kali jika membuat film serupa agar lebih bagus dalam pendalamannya. Misalnya dilakukan dengan wawancara mendalam pada kalangan yang hendak diangkat.

"Inilah bagaimana ketidakpahaman Hanung dalam teks. Lain kesempatan ada pendalaman literatur," saran Nusron.

Sementara itu, Hanung dalam kesempatan yang sama mengungkapkan, judul film dibuat '?' karena Hanung bingung memaknai toleransi di Indonesia. Menurutnya, film ini sengaja dibuat multitafsir sehingga tergantung pada penilaian penonton.

Sebelumnya, Banser NU Surabaya menilai film tersebut tidak sesuai atau tidak pas dengan karakter Banser sebenarnya. Pertama, Banser bukanlah pekerjaan seperti yang digambarkan dalam film. Banser adalah pengabdian kepada NU sebagai induk organisasi dan Indonesia sebagai negara. Kedua, Banser tidaklah benar suka mengamuk seperti yang ada di film.


(vit/fay)

Nharura
08-04-2011, 11:12 AM
Judulnya nanti akan seperti ini...

Ada apa dengan Tanda tanya.....http://www.laymark.com/i/m/m018.gif (http://www.laymark.com)

ndugu
10-04-2011, 09:02 AM
sinopsisnya donk
kok rata2 cuman review dan heboh2 kontroversinya
saya ngga ngeh dengan kontroversinya, soalnya ga tau sinopsisnya ::elaugh::

kandalf
10-04-2011, 09:25 AM
sinopsisnya donk
kok rata2 cuman review dan heboh2 kontroversinya
saya ngga ngeh dengan kontroversinya, soalnya ga tau sinopsisnya ::elaugh::


Tentang cewek berjilbab yang bekerja di restoran Cina yang menyediakan masakan daging babi.
Tentang cewek yang pindah agama karena gak mau dipoligami
Tentang aktor muslim yang berperan sebagai Yesus.

ndugu
10-04-2011, 09:32 AM
kandalf: saya ngga ngerti point yang ketiga, maksudnya berperan seperti lagi maen pelem?
dan apakah 3 karakter itu semua berhubungan satu sama lain, ato film ini ada 3 sub plotnya?

kandalf
10-04-2011, 09:43 AM
Filmnya belum maen di Denpasar.
Kayaknya sih berperan untuk teater gereja karena dia butuh pekerjaan.
Karakternya kayaknya punya hubungan tetapi nggak satu cerita. Kayak model Pulp Fiction gitu.
Ada trailernya di halaman kedua di utas (thread) ini.

Asum
10-04-2011, 06:59 PM
Gak suka filmnya nya Hanung.

Belajar dari film "Perempuan Berkalung Sorban" dan "Ayat-ayat Cinta", rata2 film Hanung mendeskriditkan kaum santri dan ustadz, seolah mereka (santri & ustadz) yang mendalami agama Islam itu pola pikirnya rendah dan praktik hidupnya tidak sejalan dengan agama.

Bagi saya, film2 tsb tidak mendidik dan kalaupun ada maka lebih besar mudhorotnya dibanding manfaatnya. Padahal, jika ingin membuat film yang berisi kritik sosial itu harus jelas dan banyak unsur pendidikannya supaya tertanam sehabis pulang nonton film tsb.

Alih2 ilmu yang kita dapat, justru yang dibawa pulang adalah stereotip bahwa kalangan pesantren itu bodoh dalam memahami agamanya (walau sekolah di al-Azhar) dan berkesan fanatik buta.


Terlaaaluuu ... :-q

Dadap serep
15-04-2011, 03:46 PM
Untuk pak Asum , kalau AAC sih saya tidak mengomentari HB nya ya , karena dia memfilmkan novel ! Saya sependapat dengan anda bahwa penggambaran muslim dihadapkan dengan diluar muslim jadi nggak imbang . Sekali lagi setuju juga bahwa gambaran yg muncul "stereotip bahwa kalangan pesantren (muslim) itu bodoh dalam memahami agamanya".
Saya tidak bilang bahwa tidak ada umat yg spt digambarkan dalam snapshot itu , tetapi pengangkatan or menonjolkannya , itu yg kelihatannya menjadikan kesan yg miring !

Dalam film "Tanda Tanya" --ini saya baca jawaban HB dalam koran-- , bahwa dia mendasarkan diri pada srt Mumtahanahy ayat 7 (yg ternyata setelah saya chek adalah ayat 8) yg berbunyi sbagai berikut :"[60:8] Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil."

Yg jadi tanda tanya memang apakah : Surya (?) yg muslim , dikisahkan memerankan tokoh Yesus dalam peringatan kebangkitannya (Paskah) , dimana jelas dalam ajaran Islam tidak ada keimanan spt ini, sesuai dg acuan dasar itu.
Inikah yg diterjemahkan oleh Hanung sebagai "Allah menyukai orang yg berlaku adil" ?. Dari mereka yg :"Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu ". Dalam ayat diatas ?
Setiap orang bisa saja menmaknai ayat itu , seperti Hanung ,dan menyampaikan kepada masyarakat.
Adalah wajar kalau itu kemudian jadi kontroversi di masyarakat.

Tapi kalau itu dimaksud sebagai lontaran Hanung sebagai suatu "Tanda Tanya" , yg ada dalam dirinya , mestinya jawabannya sudah jelas kok ! Saya rasa kalau itu masalah Hanung dalam memahami Islam banyak uztad yg bisa ngejelasin
Similarry case , malah sudah ada fatwanya , yaitu tentang menghadiri perayaan natal beberapa puluh tahun yg lalu , dan rasanya masih valid.

Kalau Hanung kemudian bisa dipersepsikan sebagai "menggugat" kevalidan fatwa itu , maka dia sudah bermain diarea yg kelihatannya bukan bidangnya , keahlian dia adalah menuangkan idea (naskah/tulisan) dalam film , masalah agama rasanya dia perlu harus banyak mendalami nya , karena dia sudah melempar ke ranah publik !

Kalau mengenai Banser yg ikut mengamankan sih okeh saja , seperti sang taoke restoran yg memberi kesempatan mudik karyawan muslimnya , itu suatu bentuk toleransi yg bisa diterima.

Kalau mengenai pindah agama sekali lagi itu issue yg sangat sensitive. Kalau disitu digambarkan sebagai suatu kejadian yg ber-ending happy dg diterimanya oleh ortu, muncul kesan , pindah agama itu akan baik baik saja akhirnya , its ok, karena dalam kenyataan ada juga yg endeingnya unhappy !
Tetapi persepsi seperti ini --memilih ending yg happy-- jelas tidak pararel dg ajaran setiap agama.!

Itu memang potert , tetapi kenapa dia menyajikan potert itu dari angle yg tanpa "komen" ? Tanpa dipotret dan disajikanpun masyarakat tahu tentang kondisi ini , lalu maunya apa kalau dia menolak untuk dibilang bukan kampanye pluralisme , tetapi jelas tergambar dia mau bicara toleransi umat beragama. (bhn dri wawancara HB deng wartawan Republika/mahaka group pendukung dana film ini.6/4/2011 dll.)

Dan akhirnya memang menjadi "Tanda Tanya" besar tertuju pada Hanung sendiri , yg mau tidak mau akan menjadi "marking" yg tidak gampang hapus dari ingatan umat.

noodles maniac
15-04-2011, 05:16 PM
hohoho... hanung emang seneng nyindir ya... ;))

divardha
15-04-2011, 06:14 PM
Dialog Terbuka Film Tanda Tanya, silakan ---> http://dapurfilm.com/2011/04/dialog-terbuka-film-tanda-tanya/

*mau copas di sini kepanjangan*

kandalf
15-04-2011, 06:24 PM
Tampilkan aja. Ada yang malas ngeklik tautannya soalnya.. Hehehehe


Dialog ini saya kutip dari inbox massage di Facebook saya (Hanung Bramantyo) tanpa adanya penambahan dan pengurangan. Kecuali jawaban atas pertanyaan tersebut saya edit dan sesuaikan.

Awalnya message ini tidak saya hiraukan, karena saya merasa orang tersebut salah dalam menafsir film saya. Tapi kemudian saya mempertimbangkan baik-buruknya karena menyangkut pandangan miring atas film saya dan pribadi saya terhadap Islam. Saya sengaja mencantumkan inisial BH kepada orang tersebut demi menghargai beliau. Semoga dialog ini bermanfaat ….

1. BH : Film “?” yang anda sutradarai penuh dengan fitnah, kebencian dan merendahkan martabat Islam dan umat Islam. Film anda penuh dengan ajaran sesat pluralisme yang menjadi saudara kandung atheisme dan kemusyrikan.

HB: Terima kasih sudah menyaksikan film saya sekaligus melakukan kritik atas film tersebut. Saya sangat menghargai pandangan anda. Sebagai sebuah tafsir atas ‘teks’ saya anggap pendapat anda syah. Sayangnya, anda tidak memberikan kemerdekaan bagi tafsir yang berbeda. Anda sudah terlanjur melakukan judgment berdasarkan ‘teks’ yg anda baca dan tafsirkan.

2. BH: ketika pembukaan sudah menampilkan adegan penusukan terhadap pendeta, kemudian bagian akhir pengeboman terhadap Gereja. Jelas secara tersirat dan tersurat, anda menuduh pelakunya orang yang beragama Islam dan umat Islam identik dengan kekerasan dan teroris. Jelaskan!

HB: A. Tafsir anda mengatakan bahwa adegan kekerasan: penusukan pastur dan pengeboman dilakukan oleh orang Islam. Padahal sama sekali dalam dua adegan tersebut saya tidak menampilkan orang Islam (setidaknya orang berbaju putih-putih, bersorban atau berkopyah). Di adegan penusukan pastur, saya menampilkan seorang lelaki berjaket coklat memegang pisau dan seorang pengendara motor. Kalau itu ditafsir orang Islam, itu semata-mata tafsir anda.

B. Di awal Film saya justru menampilkan sekelompok remaja masjid (bukan orang tua) yang melakukan perawatan atas masjid. Bukankah dalam hadist dianjurkan seorang pemuda menghabiskan waktunya untuk mengelola dan merawat masjid? Jadi tidak ada pesan tersurat apapun yang manyatakan bahwa pelaku penusukan dan pengeboman adalah orang islam.

3. BH: Anda mendukung seorang menjadi Murtad. Menjadi murtad yang dilakukan oleh Endhita (Rika) adalah suatu pilihan hidup. Kalau semula kedua orangtua dan anaknya menentangnya, akhirnya mereka setuju. Padahal dalam Islam murtad adalah suatu perkara yang besar dimana hukumannya adalah qishash (hukuman mati), sama dengan zina yang dirajam.

HB: Bahwa tafsir Rika murtad karena sakit hati dengan suaminya yang mengajak poligami saya benarkan. Tapi bukan berarti ‘teks’ tersebut mendukung pemurtadan. Sejak awal keputusan Rika sudah ditentang oleh Surya, anaknya dan orang tuanya. Bagian mana yang menyatakan dukungan? Saya akan menjelaskan berdasarkan shot-shot dalam filmnya:

PERTAMA, Coba perhatikan shotnya: Surya berdialog dengan Rika: “Kamu mengkhianati 2 hal sekaligus: perkawinan dan Allah!“. Kalau toh disitu Surya diam saja ketika Rika menyanggahnya, bukan berarti Surya mendukungnya. Tapi sikap menghargai pilihan Rika. Hal itu tertera dalam surat Al Hajj ayat 7 : ‘Sesungguhnya orang yang beriman, kaum Nasrani, Shaabi-iin, Majusi dan orang Musyrik, Allah akan memberikan keputusan diantara mereka pada hari Kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu’

Sikap Surya juga merupakan cerminan dari firman Allah : ‘Engkau (Muhammad) tidak diutus dengan mandat memaksa mereka beragama, tapi mengutus engkau untuk MEMBERI KABAR GEMBIRA yang orang mengakui kebenaran Islam dan kabar buruk dan ancaman bagi yang mengingkarinya.’

KEDUA, Abi, anak Rika, juga tidak mendukung sikap Rika ‘yang Berubah’. Abi protes dengan ibunya dengan cara enggan bicara. Bahkan hanya sekedar minum susu dikala pagi saja Abi tidak mau menghabiskan di depan ibunya. Demikian halnya Abi juga tidak mau makan sarapan yang disajikan ibunya. Itu adalah sikap protes dia kepada sang Ibu yang murtad. Jika toh Abi kemudian bersikap seperti Surya, bukan berarti abi mendukungnya. Tapi sikap ,menghargai pilihan. Lihat dialog Abi saat bersama Rika: “… Kata Pak Ustadz, orang islam gak boleh marah lebih dari tiga hari…”. Apakah dialog tersebut diartikan mendukung kemurtadan? Bukankah makna dari dialog tersebut adalah mencerminkan sikap orang muslim yang murah hati: Pemaaf dan bijaksana (jika marah tidak boleh lebih dari tiga hari).

KETIGA, Orang tua Rika juga menyatakan penolakan pada saat Rika menelphone Ibunya: “… Bu, Rika sudah dibaptis. Mulai hari ini nama depan Rika Tereshia.” Lalu si Ibu menutup telephonenya. Bagian mana yang menyatakan dukungan?

Di bagian akhir film, saya menampilkan orang tua Rika datang ke acara syukuran Khatam Quran cucunya. Kemudian Rika memeluk ibunya dengan haru. Tidak ada sedikitpun dialog yang menyatakan dukungan terhadap kemurtadan Rika. Adegan tersebut menampilkan hubungan emosional antara anak dengan ibunya, serta cucu dengan kakek-neneknya. Dimanakah pernyataan dukungan atas kemurtadan Rika?

Jadi jika anda membaca ‘teks’ dalam adegan tersebut sebagai sebuah dukungan terhadap kemurtadan, maka itu tafsir anda. Bukan saya …

4. BH: Jelaskan gambaran muslimah berjilbab, Menuk (Revalina S Temat) yang merasa nyaman bekerja di restoran Cina milik Tan Kat Sun (Hengki Sulaiman) yang ada masakan babinya. Anda ingin menggambarkan seolah-olah babi itu halal. Terbukti pada bulan puasa sepi, berarti restoran itu para pelanggannya umat Islam.

HB: Menuk adalah perempuan muslimah. Dia nyaman bekerja di tempat pak Tan karena pak Tan adalah orang yang baik. Selalu mengingatkan karyawan muslimnya sholat. Bagian mana yang anda maksud bahwa babi itu halal?

Saya justru menggambarkan dengan tegas adegan yang membedakan Babi dan bukan babi lebih dari sekali adegan.

Pertama, pada saat Pembeli berjilbab bertanya soal menu makanan restoran pak Tan. Menuk mengatakan bahwa panci dan wajan yang dipakai buat memasak babi berbeda dengan yang bukan babi. (di film terdapat shot wajan, dan shot Menuk yang dialog dengan ibu berjilbab. Dialog agak kepotong karena LSF memotongnya. Alasannya silakan tanyakan kepada LSF)

Kedua, pada saat Pak Tan mengajari Ping Hen (anaknya) mengelola restoran. Pak Tan dengan tegas menyatakan pembedaan antara babi dan bukan babi: “… Ini sodet dengan tanda merah buat babi, dan yang tidak ada tanda merah bukan babi …”

Jika saya menghalalkan Babi, tentunya saya tidak akan menggambarkan pemisahan yang tegas antara sodet, panci, pisau, dsb tersebut. Jadi tafsir anda yang mengatakan bahwa saya menghalalkan babi, semata-mata tafsir saya …

Dalam film ini, saya justru menggambarkan sikap Menuk sebagai Muslimah yang menolak pernikahan beda agama dengan cara lebih memilih menikah dengan soleh (yang muslim) meski jobless, dibanding hendra. Padahal cintanya kepada hendra: “… Saya tahu kita pernah punya kisah yang mungkin buat mas menyakitkan. Tapi buat saya adalah hal yang indah … karena Tuhan mengajarkan arti cinta dalam agama yang berbeda …” (Dialog Menuk kepada Hendra di malam Ramadhan)

Dalam film ini juga, saya menggambarkan sikap pak Tan yang menghargai Asmaul Husna dengan cara meminjam buku 99 Nama Allah milik Menuk. Sikap pak Tan tersebut dinyatakan dalam dialog Hendra: “… Sekarang Hen jadi mengerti kenapa papi bersikap baik dengan orang YANG BUKAN SEAGAMA dengan papi …”

Dialog tersebut merupakan manifestasi dari ajaran Asmaul Husna : Ar Rahman – Ar Rahim … Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

Kemudian Pada akhir film, Pak Tan membisikkan sesuatu kepada dimana atas dasar bisikian tersebut Hendra melakukan perubahan besar dalam hidupnya: menjadi Mualaf dan merobah restorannya menjadi Halal. Lihat kata-kata isteri pak Tan di akhir film: “… Pi, hari ini Hendra melakukan perubahan besar dalam hidupnya SEPERTI YANG PAPI MINTA ….” (Dialog tersebut sebenarnya ungkapan tersirat buat hendra untuk berubah dari pak Tan melalui bisikannya. )

Jadi tafsir Hendra pindah agama hanya ingin menikahi menuk adalah Tafsir anda.

Lagipula, dalam film jelas-jelas tidak ada gambaran pernikahan antara Menuk dan Hendra. Ending Film saya justru menggambarkan Menuk menatap nama Soleh yang sudah menjadi nama Pasar … Darimana anda bisa menafsirkan bahwa Hendra pindah agama hanya karena ingin menikah sama menuk?

(bersambung....)

kandalf
15-04-2011, 06:25 PM
5. BH: seorang takmir masjid yang diperankan Surya (Agus Kuncoro) setelah dibujuk si murtadin Menuk, akhirnya bersedia berperan sebagai Yesus di Gereja pada perayaan Paskah. Apalagi itu dijalaninya setelah dia berkonsultasi dengan ustad muda yang berfikiran sesat menyesatkan pluralisme seperti anda yang diperakan David Chalik. Namun anehnya, setelah berperan menjadi Yesus demi mengejar bayaran tinggi, langsung membaca Surat Al Ikhlas di Masjid. Padahal Surat Al Ikhlas dengan tegas menolak konsep Allah mempunyai anak dan mengajarkan Tauhid. Apa anda ini kurang waras wahai si Hanung. Semoga pembalasan dari Allah atas diri anda.

HB : dalam film saya menggamnbarkan Surya adalah seorang aktor figuran. Di awal Film dikatakan dengan tegas lewat dialog: “… 10 tahun saya menjadi aktor cuma jadi figuran doang!!”

Sebagai aktor yang hanya jadi figuran, dia frustasi. Hingga menganggap bahwa hidupnya cuma SEKEDAR NUMPANG LEWAT. Dia diusir dari kontrakan karena menunggak bayar. Rika membantunya dengan menawari pekerjaan sebagai Yesus dengan biaya Mahal (perhatikan dialognya di warung soto). Semula Surya menolak. Tapi dia menerima dengan alasan yang sangat manusiwai bagi orang yang berprofesi sebagai aktor (figuran) : SELAMA HIDUPNYA TIDAK PERNAH BERPERAN SEBAGAI JAGOAN. Namun alasan itu tidak begitu saja dia gunakan untuk melegitimasi pilihannya. Dia konsultasi dengan Ustadz Wahyu (David Khalik). Menurut Ustadz, Semua itu tergantung dari HATIMU, maka JAGALAH HATIMU. Dari perkataan Ustadz tersebut, adakah dia menyarankan atau mendorong Surya menjadi Yesus? Ustadz memberikan kebebasan buat Surya untuk melakukan pilihannya. Dan Surya sudah memilih. Ketika di Masjid, Ustadz mengulang bertanya: “…Gimana? Sudah mantap hatimu?”. Lalu dijawab oleh Surya: “Insya Allah saya tetap Istiqomah.” Dijawab oleh David Khalik: “Amin …”

Setelah dialog tersebut, Surya kembali memantapkan hatinya denga bertafakur dimasjid. Matanya menatap hiasan dinding bertuliskan ASMA ALLAH diatas Mighrab.

Dari adegan tersebut, adakah saya melecehkan Islam? Apakah dengan menghargai pilihan seseorang itu sama saja melecehkan Islam? Bukankah Ustdaz sudah melakukan tugasnya MENGINGATKAN surya di awal adegan?

Jadi, tidak ada sedikitpun adegan yang menyatakan pelecehan terhadap agama Islam. Surya melakukan tugasnya sebagai aktor karena dia harus hidup. Bahkan untuk beli soto untuk sarapan saja dia tidak sanggup. Lagipula drama Paskah bukan ibadah. Tapi sebuah pertunjukan drama biasa. Ibadah Misa Jumat Agung dilaksanakan setelah pertunjukan Drama. Dalam hal ini Surya tidak melakukan ibadah bersama jemaah Kristiani di gereja. Namun oleh karena pesan Ustadz untuk senantiasa menguatkan hati, maka setelah memerankan drama Jesus, Surya membaca Surat Al Ikhlas berulang-ulang sambil menangis.

Adakah dari adegan tersebut saya melecehkan Islam? Silakan di cek lagi

6. BH: Kelima, tampaknya anda memang sudah gila, masak pada hari raya Idul Fitri yang pebuh dengan silaturahmi dan maaf memaafkan, umat Islam melakukan penyerbuan dengan tindakan anarkhis terhadap restoran Cina yang tetap buka sehari setelah Lebaran. Bahkan sebagai akibat dari penyerbuan itu, akhirnya si pemilik Tan Kat Sun meninggal dunia. Setelah itu anaknya Ping Hen (Rio Dewanto) sadar dan masuk Islam demi menikahi Menuk setelah menjadi janda karena ditinggal mati suaminya Soleh (Reza Rahadian), seorang Banser yang tewas terkena bom setelah menjaga Gereja pada hari Natal. Jadi orang menjadi muslim niatnya untuk menikahi gadis cantik. Sebagaimana anda menjadi sutradara berfaham Sepilis dengan kejam menceraikan istri yang telah melahirkan satu anak demi untuk menikahi gadis cantik yang jadi pesinetron. Film ini kok seperti kehidupan anda sendiri ya ?

HB: Saya benar-benar kagum dengan penafsiran anda soal adegan dalam film saya. Tidak heran anda menjadi seorang wartawan. Hehehe. Jika anda benar-benar mengamati adegan demi adegan, anda akan menemukan maksud dari penyerbuan tersebut.

Pertama, Penyerbuan itu didasari karena egositas dari hendra (ping Hend) yang hanya ingin mengejar keuntungan. Maka dari itu libur lebaran yang biasanya 5 hari, dipotong hanya sehari. Akibatnya, Menuk tidak bisa menemani keluarga jalan-jalan liburan lebaran.

Kedua, Penyerbuan tersebut didasari oleh rasa dendam Soleh (yang di adegan sebelumnya berkelahi dengan Hendra) dan cemburu karena Menuk lebih memilih bekerja di hari lebaran daripada menemani soleh dan keluarganya jalan-jalan.

Dalam adegan tersebut jelas tergambar SIKAP CEMBURU, MEMBABI BUTA, BODOH dan TERGESA-GESA pada diri Soleh yang mengakibatkan Tan Kat Sun meninggal. Sikap tersebut membuat Soleh menjadi rendah di mata Menuk: Lihat adegan selanjutnya: Menuk bersikap diam kepada Soleh. Meski masih meladeni sarapan, Menuk tetap tidak HANGAT dengan SOLEH. Hingga Soleh meminta maaf kepada Menuk. Namun, lagi-lagi Menuk tidak menanggapi dengan serius (perhatikan dialognya) : “…. Mas, jangan disini ya minta maafnya. Dirumah saja …” Dijawab oleh Surya: “Kamu dirumah terlalu sibuk dengan Mutia …” Menuk menimpali: “… dimana saja ASAL TIDAK DISINI …”

Penolakan Menuk itu yang membuat Soleh akhirnya memutuskan untuk memeluk BOM dan menghancurkan dirinya. Tujuannya? …. Agar dia menjadi Berarti dimata ISTERINYA.

Apakah adegan di Film menggambarkan Menuk bahagia dengan kematian Soleh, sehingga dengan begitu dia bebas menikah dengan Hendra? Apakah adegan di Film menggambarkan hendra juga bahagia dengan kematian Soleh sehingga hendra bisa punya kesempatan menikah sama Menuk?

Sungguh, saya kagum dengan tafsir anda. Hingga andapun bisa bebas sekali menafsirkan hidup saya. Semoga kita bisa menjalin silaturahmi lebih dekat sehingga anda bisa mengenal saya lebih baik, mas …

7. BH: si murtadin Endhita minta cerai gara-gara suaminya poligami. Karena dendam, kemudian dia menjadi murtad. Anda ingin mengajak penonton agar membenci poligami dan membolehkan murtad. Padahal Islam membolehkan poligami dan dibatasi hingga empat istri dan melarang dengan keras murtad dengan ancaman hukuman qishash. Seandainya anda setuju dan poligami dengan menikahi si pesinetron itu, anda tidak perlu menceraikan istri dan menelantarkan anak anda sendiri sehingga tanpa kasih sayang seorang ayah kandung dan dengan masa depan yang suram. Kasihan benar anak dan istri anda korban dari seorang ayah yang kejam penganut faham pluralisme dan anti poligami.

HB: Saya laki-laki yang tidak setuju dengan Poligami. Dalam pandangan saya, banyak umat Islam sudah menyelewengkan surat An Nisa sebagai sebuah legitimasi pelampiasan nafsu lelaki. Padahal sudah jelas didalam surat tersebut dikatakan : Wa inkhiftum alaa takdilu fa wakhidatan aumalakat aimanukum … Jika engkau TAKUT BERLAKU ADIL maka nikahilah seorang saja …

Jadi dalam melakukan poligami, syaratnya utamanya harus berlaku adil. Pertanyaan saya, bisakah manusia berlaku adil? Apakah lelaki bisa menjamin hati seorang wanita bisa ikhlas ketika dirinya di madu? Bukankah ketika kita menyakiti hati perempuan, maka itu sudah termasuk aniyaya?

Pendapat saya tidak didasari atas logika sebagaimana yang dituduhkan kepada orang-orang seperti saya: Memahami agama hanya dengan akal. Tapi pemahaman saya didasarkan pada pengalaman batin. Saya pernah hampir berpoligami. Disatu sisi saya merasa benar karena ada syariat. Disisi lain, saya melukai perasaan perempuan, perasaan anak-anak saya, keluarga dari pihak Isteri yang terpoligami dan juga masyarakat lingkungan isteri saya baik yang paling dekat maupun yang paling jauh. Apakah hanya karena syariat, maka keputusan saya menolak poligami adalah suatu sikap menentang syariat? Jika memang saya kemudian berpoligami, apakah saya juga akan mendapatkan jaminan sebagai manusia bersyariat sebagaimana yang anda harapkan? Apakah dengan saya berpoligami maka anak-anak saya akan hidup damai sejahtera sebagaimana bayangan anda? Alhamdulillah, anak saya sehat tidak kurang suatu apa tanpa saya harus berpoligami. Jika anda berkenan, silakan mengunjungi rumah saya dan saya kenalkan kepada anak-anak saya.

Sungguh, manusia adalah makhluk penuh kekurangan. Ijtihad adalah keniscayaan bagi manusia yang benar-benar memahami kekurangannya. Kebenaran Hanya di mata Allah …

8. BH: anda menghina Allah SWT dengan bacaan Asmaul Husna di Gereja dan dibacakan seorang pendeta (Deddy Sutomo) dengan nada sinis dan melecehkan. Masya’ Allah !

HB: saya menyelipkan Asmaul Husna di adegan pembacaan ‘Kesaksian : Tuhan di Mataku’ sebagai pemaknaan atas nama Tuhan yang indah dan UNIVERSAL. Asmaul Husna merupakan nama ALLAH yang meliputi segala yang Indah di Bumi dan Langit. Tidak ada nama Indah selain diriNya yang dimiliki agama lain. Maka ketika Pastur Dedi Sutomo meminta Rika untuk menuliskan kesaksiannya, Rika kesulitan. Sebagai seorang penganut agama baru, Rika tidak memiliki pengetahuan terhadap Tuhan barunya, maka dia menuliskan asmaul Husna karena dalam tiap-tiap namaNya (Ar Rahman : Maha Pengasih, Ar Rahiim : Maha Penyayang, dst) memiliki arti yang UNIVERSAL. Apakah itu melecehkan Islam? Apakah dedi Sutomo dalam membacakan Asmaul Husna juga terlihat sinis? Silakan anda tonton kembali filmnya, perhatikan ekspresinya …

(bersambung....)

kandalf
15-04-2011, 06:25 PM
9. BH : anda memfitnah Islam sebagai agama penindas dan umat Islam sebagai umat yang kejam dan anti toleransi terhadap umat lain terutama Kristen dan Cina. Padahal sesungguhnya meski mayorits mutlak, umat Islam Indonesia dalam kondisi tertindas oleh Kristen dan Katolik serta China yang menguasai politik, ekonomi dan media massa. Anda tidak melihat kondisi umat Islam di negara lain yang minoritas seperti Filipina Selatan, Thailand Selatan, Myanmar, India, Cina, Asia Tengah, bahkan Eropa dan AS. Mereka sekarang dalam kondisi tertindas oleh mayoritas Kristen dan Katolik, Hindu, Budha dan Komunis. Jadi anda benar-benar subyektif dan dipenuhi dengaan hati penuh dendam terhadap umat Islam.

HB : Pertanyaan ini murni tafsir anda. Saya tahu, banyak sekali tragedy kemanusiaan di dunia ini atas nama agama. Saya tidak menutup mata terhadap serangan keji Israel terhadap rakyat Palestina. Saya pun turut mengutuk perbuatan tanpa manusiawi di Bosnia, Minoritas muslim di Eropa, Thailand, China sebagaimana yang anda sebutkan. Akan tetapi, tak perlu kita menilai sesuatu terlalu jauh. Begitupula dalam film ini. Jika anda bisa melihat sisi negatif, film ini, kenapa sisi positifnya luput dari perhatian anda? Bukankah di akhir film saya menampilkan adegan Hendra terkesan dengan Asmaul Husna, membacanya, kemudian dia masuk Islam? Lalu di akhir adegan, Ustadz Wahyu mengatakan didalam masjid kepada Hendra bahwa : “Islam adalah agama yang mengajak manusia untuk terus menerus memperbaiki dirinya. Berusaha Ikhlas dan sabar. Menjadikan dirinya berarti bagi orang banyak ….”

10. BH: film ini mengajarkan kemusyrikan dimana semua agama itu pada hakekatnya sama untuk menuju tuhan yang sama. Kalau semua agama itu sama, maka orang tidak perlu beragama. Jadi film anda ini dengan sangat jelas mengajarkan faham atheisme dan komunisme.

HB: Bagian mana saya menampilkan bahwa semua agama sama? Adakah dalam adegan tersebut saya menampilkan seorang Islam sembahyang di Gereja? Atau seorang Kristen sembahyang di Masjid?

Barangkali anda tidak jeli ketika melihat adegan Rika yang menyatakan : “… Setiap manusia berjalan dalam setapaknya masing-masing. Mereka berjalan sendirian. Mereka bersama-sama berjalan kepada satu tujuan, yaitu … Tuhan.”

Coba perhatikan adegan tersebut dalam film: Apakah Rika menyatakan kata tersebut berdasarkan sebuah Kitab suci? … Rika hanya mengutip dari Novel yang akan diberikan kepada Surya sebagai hadiah Ulang Tahun. Perhatikan dialognya: “… Ini ada Novel bagus buat kamu. Aku mau bacakan. Ini juga kado buat kamu …”

Jadi Anggapan bahwa saya melalui film ini sedang mencampur adukkan agama, sangat tidak relevan. Apakah mungkin seorang berpendapat (apalagi menyoal agama) hanya berdasarkan novel?

Disisi lain, Jika kata-kata Rika (mengutip Novel) tersebut kita renungkan. Apakah selama ini kaum Nasrani di gereja tidak sedang melakukan sembahyang kepada Tuhannya? Begitu juga kaum Budha, Hindu, Yahudi? Apakah mereka disetiap sembahyang baik di gereja, klentheng, Pura sedang melakukan pemujaan kepada Setan? Apakah saya menyebut dalam FILM bahwa Allah Subhana wata’ala sebagai Tuhan Kaum Nasrani, Budha, Yahudi? Lalu dimana saya melakukan penyamarataan agama? Silakan lihat sekali lagi adegan filmnya …

11. BH: nasehat saya, bertobatlah segera sebelum azab Allah SWT menimpa anda, karena hidup di dunia ini hanya sementara dan tidak abadi. Belajarlah kembali mengenai Islam yang benar sesuai dengan Al Qur’an dan As Sunnah, bukan Islam yang diambil dari kaum Orientalis Barat dan para sineas berfaham sepilis yang sudah sangat jelas memusuhi Islam dan umat Islam.

HB: Disetiap akhir sholat, saya selalu menyatakan pertobatan kepada Allah dengan mengucap Istighfar. Begitupun disetiap saya melakukan kesalahan baik yang saya sengaja maupun tidak. Bagi saya, Film ini merupakan proses pembelajaran saya mengenal lebih dekat agama saya. Buat saya, belajar agama adalah belajar menjadi manusia. Saya mengagumi rosululloh bukan karena beliau utusan Allah semata-mata. Tapi karena Rosululloh memberikan tauladan kepada kita bagaimana menjadi manusia dalam keluarga, masyarakat dan Tuhannya.

Mari kita sama-sama terbuka. Kita saudara. Sama-sama pengikut Rosululloh. Sesama Muslim saling mengingatkan. Semoga diskusi ini bisa menjadi pembelajaran kita bersama. Amin ….

Salam



Hanung Bramantyo

false id
15-04-2011, 09:59 PM
Maaf menggangu diskusinya, tolong arah diskusinya ke depan di persempit seputar film ? (Tanda Tanya) aja ya, jangan sampai menjurus terlalu panjang (dan dalam) ke arah pembahasan agama. Terima kasih. :)

Silakan di lanjut~ :)

kunderemp
16-04-2011, 11:16 AM
Semoga di Malang masih ada minggu depan.
Biar bisa nonton ama Bundanya Ara.


Di Denpasar belum tayang-tayang neh...

noodles maniac
16-04-2011, 01:09 PM
dasar maniak pilem (baca:fans berat Hanung Brams :P) [-(

Dadap serep
19-04-2011, 01:23 PM
Maaf menggangu diskusinya, tolong arah diskusinya ke depan di persempit seputar film ? (Tanda Tanya) aja ya, jangan sampai menjurus terlalu panjang (dan dalam) ke arah pembahasan agama. Terima kasih. :)

Silakan di lanjut~ :)

Ho'oh , meski letak kontrversinya , letak masalah ada disitunya !

Memang kaliatannya salah satu masalah/hakekat sebuah sebuah film , itu suatu karya budaya !
Dia adalah media penyampai idea atau pendapat "pembuatnya". Kepiawaian pembuatnya sangat berpengaruh thdp penerimaan masyarakat thdp film tersebut.
Sekontroversi apapun tetapi kalau disampaikan dengan tepat , masyarakat akan bisa melihat itu dengan jelas dan "netral". Produk kesenian akan bisa dinikmati keindahan seninya , sajian jurnalis akan mapu menonjolkan sisi bobot beritanya . Pengambilan angle yg kurang pas bisa justru menjadikan misleading bagi penerimanya , bak masakan kebanyakan bumbu shg bahan rasa bahan pokonya tenggelam oleh menyengatnya aroma bumbunya !
Nggak tahu kalo memang tujuan pembuat film /chef kepalanya , memang hanyao menyuguhkan masakan yg terdiri dari ramuan "bumbu" tanpa bahan pokok yg perlu ditonjolkan rasanya ! pokoknya hanya nyodorin kontroversi , maka judulnya "Tanda tanya" !:D
Sebuah potret sosok seorang anak yg menangis --dengan fokus yg sharp-- yg sedang berlari ditengah jalan , dengan latar belakang asap yg mengepul dan out of fokus (bluur) sambil merentangkan tangannya dg tubuh telanjang penuh luka bakar , atau seorang perwira yg menempelkan pestolnya kekepala seorang laki laki yg mukanya lebam lebam bekas pukulan , bisa saja itu jadi suatu foto horror sadisme atau berubah menjadi suatu foto tragedi humanisme penggondol hadiah Pulitzer !

Itu semua tergantung kepada kepiawaian sang tukang foto , sang pembuat film dalam mengambil angle ,mencetak da menyajikannya ke publik !

TheCursed
19-04-2011, 05:17 PM
Ini beneran Hanung ? Asli Hanung ? Bukan Klonengan ?

well, eniwei, gue ngerti maksud kontroversi ini pilem. Mungkin.

Ini salah satu yang gue tangkep dari pilem ini: Saat penganut suatu agama nggak menemukan keagungan agama yang di anutnya di dalam masyarakat yang mengaku diri mereka paling mengagungkan agama tersebut, salah nggak(siapa ?) mereka nyari perlindungan pada agama lain ?

Kalo gue liat konten diskusi di FB itu, terutama kasus si Aktor yang berperan sebagai Yesus, well, nggak beda jauh dengan kasus, katanya, banyak orang nggak mampu yang pindah suatu agama karena merasa di bantu hidupnya oleh pemeluk agama barunya. Salah siapa kalo pemeluk agama lama si miskin itu nggak membantu duluan ?

Perempuan berjilbab kerja di rumah makan nggak halal ? Well, si ngkoh-nya, sebagai manusia, baik kok. Lagian mana pengusaha Muslim yang mau memberikan penawaran kerja yang lebih baik sama si perempuan itu ?

Terus perempuan yang mau pindah agama karena nggak mau di madu ? Bukannya ada aturan boleh poligami asal bisa berlaku adil ? Nah ini, adil sebelah mananya kalo sampe si perempuan ini terdorong mau pindah agama ?

danalingga
19-04-2011, 05:23 PM
Kalo dari baca-baca synopsinya, ini memang potret kehidupan masyarakat Indoneisa -- atau lebih tepatnya masyarakat Jakarta. Saya rasanya beberapa kali menemukan situasi yang seperti di film ini di Jakarta.

Jevo Jett
25-04-2011, 12:25 AM
filmnya emang memotret realita yang ada di Indonesia kok, yang pada ribut tuh emang dasarnya aja mental-mental kampungan, belum nonton udah teriak-teriak film ini sesat...cuma berdasarkan asumsi doang. Yeah, emang ada tokohnya yang murtad, itu kayaknya yang diributin...:D padahal di alam nyata orang murtad juga biasa toh. Kalo cerita soal mualaf, baru mungkin pada girang. FPI menfatwa haram....halah, gue kencingi aja tuh fatwanya, gue tetep nonton...dosa juga gue sendiri yang nanggung kok.

your_love
28-04-2011, 05:49 PM
filmnya emang memotret realita yang ada di Indonesia kok, yang pada ribut tuh emang dasarnya aja mental-mental kampungan, belum nonton udah teriak-teriak film ini sesat...cuma berdasarkan asumsi doang. Yeah, emang ada tokohnya yang murtad, itu kayaknya yang diributin...:D padahal di alam nyata orang murtad juga biasa toh. Kalo cerita soal mualaf, baru mungkin pada girang. FPI menfatwa haram....halah, gue kencingi aja tuh fatwanya, gue tetep nonton...dosa juga gue sendiri yang nanggung kok.


mungkin maksudnya gini kali bro,

penggemar film / penontonnya, tidak semua mempunyai intelegensia yg tinggi, bahkan banyak nonton film ini adalah orang orang yg pendalaman ilmu agamanya cetek, sehingga ditakutkan nanti kalau dia nonton film itu, merasa benar apa yg dilakukan dalam film ini.

mungkin film film kontroversial kayak gini dikasih embel embel kayak "Dont try this at home"

heheheh

kunderemp
13-05-2011, 11:03 AM
Penafian:
1. Setiap kata di dalam tanda petik (") artinya aku menggunakan pengertian orang awam atau pengertian MUI walaupun sebenarnya aku tak sepakat tetapi daripada berkutat pada perdebatan label lebih baik pakai pandangan sama dulu;
2. sangat mungkin spoiler. Tetapi toh jalan ceritanya sudah diumbar di mana-mana baik oleh MUI, banser, Yenny Abdurrachman dan Hanung sendiri. Pembelaan oleh Hanung : http://dapurfilm.com/2011/04/dialog-terbuka-film-tanda-tanya/ .

Pertama,
Tanda Tanya tidak mendukung tidak pula menentang "murtad". Orang "murtad" di sini digambarkan sebagai kenyataan hidup. Kalau si "murtad" sering nraktir makan bakso, masak orang muslim yang ditraktir dilarang bilang si "murtad" baik?

Hmph.. MUI dan FPI ada-ada saja. Malah ada wartawan Islam yang bilang orang murtad harusnya dibunuh. Ya udah, silakan lakukan apa yang anda anggap benar di dunia nyata tuh, wartawan.. jangan cuma cuap-cuap dan kemudian bila ditantang ngelak "nanti kalau syariat Islam udah ditegakkan".

Di sini Hanung dan gue yakin Hanung mewakili banyak orang, berpendapat bahwa memilih agama adalah hak asasi seseorang, pilihan pribadi seseorang dan gak boleh dihalang-halangi sebenci apapun pada keputusan orang tersebut.

Kedua,
Karakter Soleh tidak mewakili Banser. Dia adalah anak baru di antara banser. Bahkan awalnya dia gak suka tugas menjaga gereja. Ketika dia menyerbu restoran Tionghoa pun, yang dia bawa adalah kawan-kawan kampungnya, bukan kawan-kawan Bansernya dan motivasinya pun karena kecemburuan. Tetapi justru di akhir hayatnya, dia ingat apa yang dia bilang ke istrinya mengapa dia ingin masuk Banser (ingin berjihad) dan ingat pula apa kata kawan-kawan Bansernya yang akhirnya membuat keputusan mengorbankan diri.

Jadi Banser adalah tempat yang akhirnya mengubah sikap Soleh. Tindakan2 Soleh sebelumnya yang picik dan kasar tidak mencerminkan Banser. Dan, iya, karakter Soleh memang butuh kerja, tetapi ia memilih Banser bukan hanya karena bekerja tetapi ia ingin berjihad dan Banser adalah sarana untuk mendekatkan dirinya pada tujuan itu. Jadi sebenarnya Hanung menggambarkan Banser adalah pengabdian bukan sekedar pekerjaan.

Ketiga,
Tanda tanya tidak mempromosikan "pluralisme". Dari semua karakter, hanya satu orang yang berpaham "pluralisme" dan apakah kemudian film ini menjadi film "pluralisme". Film ini mempromosikan toleransi, mempromosikan bahwa keberagaman itu kenyataan, mengatakan bahwa orang kadang-kadang tidak bisa idealis. Si jilbaber, demi keluarga dan adik ipar bekerja di restoran yang menjual babi. Si aktor, berperan sebagai tokoh suci agama lain demi membuktikan bahwa walau mukanya garang, ia bisa berperan sebagai orang baik.

Keempat,
si Tionghoa, masuk Islam bukan karena naksir si jilbaber. Jauh lebih dalam dari itu. Si Tionghoa sudah tertarik masuk Islam dari awal cerita. Ada petunjuknya. Tapi ada yang mengganjal di hatinya dan karena itu ia tidak masuk Islam, alasan yang sama mengapa ia bentrok dengan ayahnya sendiri. Si jilbaber menikah dengan Soleh. Bahkan di akhir cerita, setelah si jilbaber menjadi janda, si Tionghoa menjaga jarak.. iya benar, menjaga jarak dengan si jilbaber.

Kelima,
si aktor yang memerankan tokoh suci agama lain tidak menganggap pilihannya sebagai benar. Itu sebabnya setelah memerankan drama, ia mengucilkan diri di dalam Masjid membaca kitab sucinya di ayat tentang keesaan. Si aktor memilih menerima peran karena ia ingin membuktikan bahwa ia bisa jadi tokoh protagonis, tokoh utama pula. Ia sendiri, sebenarnya masih fanatik. Si mBak "murtad" bahkan sengaja memberikan novel "pluralisme" agar si aktor bisa memahami si mBak.

Keenam,
Si mBak "murtad", walau ke agama lain, tetapi pemahamannya cenderung ke agama lamanya. Itu sebabnya, ia gak terlalu cocok ama kawan baru di gereja yang fanatik dan born-again. Ia sendiri seorang "pluralis", satu-satunya "pluralis" secara eksplisit dan itu sebabnya ia tetap memasukkan anaknya ke pengajian (bukan ke sekolah Minggu). Apa MUI dan FPI kesal karena si mBak "murtad" ini tadinya berjilbab?

Ketujuh,
film ini dituding sebagai menjelekkan umat Islam karena karakter2 umat Islamnya digambarkan berbuat kerusakan. Kenyataannya, ada karakter-karakter seperti jilbaber atau ustadz yang berusaha mendamaikan. Sementara dari umat agama lain, ada karakter born again (diperankan oleh Glenn Friedly) yang fanatismenya juga nyaris menyebabkan anarkis seandainya tidak didamaikan oleh sang pendeta. Jadi film ini tidak mendiskreditkan agama apapun.