PDA

View Full Version : Ujian Tulis PTN atau SNMPTN bakal dihapuskan 2013



alfaromeo
16-12-2012, 09:21 PM
Puyenk, deh....
Ganti sistem lagi.

Apakah ini bermakna, sebagian besar seleksi masuk PTN lewat Jalur MANDIRI, atau diistilahkan seleksi mandiri.

Ronggolawe
16-12-2012, 09:23 PM
Seleksi mandiri?
Selama ini SMPTN atau UMPTN yang berlangsung
serentak dianggap cukup adil dan minim kongkaling
kong...

opi77
17-12-2012, 08:34 AM
harusnya mo masuk kul gak perlu ujian2 segala...

gue sich mendukung diapusinnya UMPTN ini...lebih bagus lewat jalur mandiri tapi PTN juga jangan seenaknya ngasih harga yang tinggi selangit itu sama aja membunuh orang buat kuliah

PMSVH
17-12-2012, 09:26 AM
pendidikan sama dengan biaya...
mmmm.....

yang punya biaya yang biasa berpendididkan....
ini diluar yang mendapatkan bea siswa.....

cha_n
17-12-2012, 10:47 AM
ini sih namanya ekonomi biaya tinggi. udah bagus tuh ujian serentak. sekali ujian buat pilih beberapa jurusan dan universitas dan bisa dilakukan di daerahnya masing2. kalau masing2 univ ujian sendiri lagi mahal di ongkos (bayangkan yang dari papua mau masuk ui berapa biayanya) buang waktu buang tenaga.

opi77
17-12-2012, 10:52 AM
harusnya bisa disiasati dengan dengan ujian online aja...tapi yah gak semua daerah di indonesia yang mempunyai jaringan internet yang bagus..

BundaNa
17-12-2012, 05:14 PM
itu mending UNAS SMA digabungin sama UMPTN gitu, jadi gak sia2 anak2 SMA itu ujian. Ngirit ongkos

opi77
17-12-2012, 11:00 PM
Iya sich...kesian mereka pada belajar dobel padahal sama aja yang dipelajari...

Ronggolawe
18-12-2012, 07:55 AM
ngga lah..
UN itu untuk menentukan kadar kelulusan siswa,
sedangkan SMPTN itu untuk menyaring siswa ma
na yang layak di terima di satu PTN jurusan ter
tentu.

jadi jelas filosofi dasar ujiannya sudah berbeda.

opi77
18-12-2012, 08:22 AM
napa harus dibikin ribet yah...

kalo mo simple yah lulus UN udah bisa jadi patokan dia mo masuk mana gak usah lagi pake saringan...nilai UN bisa dijadikan nilai buat masuk PTN...

Ronggolawe
18-12-2012, 12:45 PM
Bobot UN itu levelnya bisa 2-3 level lebih rendah
dibandingkan bobot UMPTN/SMPTN... kalau disa
main bisa-bisa mayoritas murid SMA ngga bakalan
lulus sekolah :)

rata-rata nila UN 9, belum tentu bisa lolos UMPTN
atau SMPTN :)

BundaNa
18-12-2012, 02:18 PM
ya gpp toh...nyatanya yang mau UMPTN juga lulusan SMA, yang mau lulus SMA jadi cukup fokus 1 kali ujian gitu deh.

Ronggolawe
18-12-2012, 02:24 PM
bisa saja... kalau begitu, tapi nanti standar kelulu
san SMA minimal rata-rata 4 :)

opi77
18-12-2012, 02:34 PM
kenapa standar kelulusan sma di sesuaikan dengan SNMPTN???...kenapa gak kebalik aja??...

kesian mereka yang nilai UN tinggi tapi gak lulus SNMPTN...itu bukannya merampas hak pendidikan mereka..malah yang ada sekarang yang punya duit yang masuk PTN melalui jalur mandiri...jadi kesannya masuk PTN cuma gengsi doank...ada duit bisa masuk gak ada duit trus gak lulus SNMPTN yah masuk swasta...belum tentu yang berduit yang masuk PTN lewat jalur mandiri lebih pinter daripada yan gak lulus SNMPTN...

Dulu ada jalur PMDK..gak tau jalur ini masih dibuka apa gak...perasaan dulu PMDK yang diliat cuma nilai rapot doank gak..kenapa gak bisa digunakan lagi kaya gitu...

Ronggolawe
18-12-2012, 03:13 PM
peraturan sekarang itu
- SMPTN : 30%
- Undangan : 50%
- Sisanya : ngga tahu :)

Jalur undangan gw kira akan menitik beratkan pada
reputasi sekolah disamping nilai rapor dan UN.. jadi
gw pikir justru tidak adil bagi seorang anak lulusan
SMA di daerah tidak terkenal.

ilustrasinya begini:

si "A" salah seorang anak rajin dan pintar di SMA
tak jelas di Merauke... mengadu nasib lewat jalur
UMPTN....

jurusan yang dipilih menyediakan 100 bangku, tapi
hanya menyediakan 30 bangku lewat jalur SMPTN,
alhasil, si "A" ternyata masuk peringkat 31... jadi
nya tidak lulus SMPTN.... padahal dulu jatahnya bi
sa sampai 70-80%

lewat jalur undangan dia ngga dilirik, karena status
sekolahnya cuma "Terdaftar"... lewat ujian mandiri,
dia ngga punya modal... wong buat ujian SMPTN
di Jayapura saja dia musti jual-jual stok hewan ter
nak sampai habis... satu-satunya harapan adalah
SMPTN, sayangnya dia kalah satu peringkat, karena
jatah SMPTN dikurangi banyak...

---------- Post Merged at 02:05 PM ----------



Peserta dari sekolah terakreditasi A kuotanya mencapai 50 persen, akreditasi B 30 persen, dan C 15 persen. Untuk sekolah yang tidak terakreditasi hanya lima persen. Seiring dengan penghapusan SNMPTN jalur tulis tahun depan, Kemendikbud mengambil kebijakan untuk menaikkan kuota jalur undangan sehingga memperbanyak peserta dari sekolah yang tidak terakreditasi untuk mendaftar SNMPTN.

kasihan banget bagi siswa-siswa yang baru mene
mukan momentum untuk disiplin belajar dan deter
minasi hendak kuliah dimana setelah kelas 2-3 SMA :)

ujung-ujungnya, cuma anak-anak yang di-spartan
orang tuanya sejak pre-school yang punya peluang
untuk kuliah di PTN :)

---------- Post Merged at 02:13 PM ----------

http://edukasi.kompasiana.com/2012/12/17/tidak-ada-ujian-tertulis-snmptn-siapa-yang-untung--517323.html



Tidak Ada Ujian Tertulis SNMPTN, Siapa Yang Untung ??

OPINI | 17 December 2012 | 07:32Dibaca: 47 Komentar: 0 1 aktual

Kebijakan ujian masuk perguruan tinggi negeri selalu berubah-ubah setiap tahun, hingga kini belum ada format yang abadi dan selalu diterapkan setiap tahun.Untuk 2012, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengumumkan kebijakan baru yang mungkin menjadi kabar buruk bagi sebagian siswa SMA. Tahun 2013 tidak ada lagi SNMPTN jalur ujian tulis. Jalur yang ada adalah jalur undangan (minimal 60%) dan jalur mandiri (maksimal 40%). Jalur undangan dilakukan melalui SNMPTN berdasarkan nilai rapor sekolah, sedangkan jalur mandiri dilaksanakan oleh masing-masing PTN.

Tentu saja berita ini menjadi kabar buruk bagi siswa SMA yang mengandalkan jalur ujian tulis apalagi siswa yang nilai rapornya kurang bagus. Memang ada hal positif dengan peniadaan jalur ujian tulis, diantaranya akan memicu para siswa lebih dini mempersiapkan diri untuk masuk perguruan tinggi negeri lewat jalur undangan, yaitu dari kelas 1 SMA. Sebab jalur undangan akan memperhatikan nilai rapor siswa selama sekolah. Jadi, kesuksesan itu dilihat dari prestasi belajar selama sekolah selama 3 tahun. Dengan SNMPTN jalur undangan yang porsinya besar (60%) maka jerih payah siswa 3 tahun diperhitungkan sebagai syarat diterima di PTN.

Selain itu, dengan dihapusnya jalur tulis dan hanya membuka jalur undangan dalam penerimaan mahasiswa baru di PTN, beban penyelenggaraan SNMPTN lebih ringan karena tidak perlu lagi mencetak naskah untuk ujian tulis. Bahkan, tanpa dipungut biaya apapun alias Gratis! Masalahnya, bagaimana nasib mahasiswa yang tersingkir dari jalur undangan, sedangkan porsi jalur undangan bagi tiap sekolah terbatas?

Mereka pasti rela ikut jalur ujian mandiri untuk memperebutkan sisa tempat duduk PTN yang ada. Satu-satunya jalur yang tersedia adalah jalur ujian mandiri di masing-masing PTN yang kapasitas maksimal 40% saja. Karena setiap PTN mengadakan ujian mandiri, maka seorang calon mahasiswa harus wara-wiri mengikuti ujian di beberapa PTN pilihannya di berbagai kota. Yang diuntungkan dari kebijakan baru ini tentu Bimbel (Bimbingan Belajar). Bimbel akan diserbu anak-anak SMA sejak kelas 1 agar nilai rapor mereka bagus sehingga kans lolos jalur undangan makin besar. Tak hanya itu, dengan kebijakan tersebut pula PTS (Perguruan Tinggi Swasta) pasti akan laris jika banyak siswa yang gagal dalam jalur undangan.

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Djoko Santoso mengaku sering mendapat keluhan dari perguruan tinggi swasta. Djoko mengatakan penyebab berkurangnya mahasiswa karena semakin banyaknya PTS yang bermunculan hampir di setiap kota. Dahulu PTS hanya ada di kota besar. Ketika calon mahasiswa dari daerah tidak bisa menembus perguruan tinggi negeri, mereka beralih ke PTS di kota besar. Kalau sekarang tidak bisa masuk ke PTN, larinya ke PTS di daerahnya, tidak perlu kota lain.

Dampak jangka panjang yang akan dituai dunia pendidikan nasional adalah akan terjadinya kemerosotan kualitas lulusan perguruan tinggi ke depannya. Penghapusan ujian tulis SNMPTN akan semakin membuka celah-celah kecurangan, baik saat di pihak jenjang pendidikan menengah, maupun di jenjang pendidikan tinggi. Dengan dipakainya nilai rapor untuk masuk PTN, motif sekolah mendongkrak atau mengkatrol nilai siswa dengan dalih agar semua siswanya bernilai bagus pasti akan marak.

Pelaksanaan UN tahun ini memang dirancang secara serius dari sisi kredibilitas penyelenggaraan dan menekan kemungkinan terjadinya kebocoran dan kecurangan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah pencetakan naskah UN yang langsung ditangani pusat. Tahun-tahun sebelumnya, pencetakan naskah soal UN ditangani provinsi dan disinyalir menyebabkan banyak terjadi kebocoran. Hal itu terjadi karena adanya kepentingan, di antaranya menyangkut kredibilitas kepala dinas daerah tersebut. kedepannya Kemdikbud berencana menghapuskan ujian masuk perguruan tinggi. Proses seleksi hanya berdasarkan nilai rapor yang diunggah sejak siswa duduk di kelas 1 SMA. Nilai diunggah melalui sebuah sistem yang tidak bisa diubah lagi sehingga meminimalisir peluang rekayasa. Kalau sekarang, rapor siswa setelah kelas III yang dikumpulkan untuk ikut SNMPTN undangan. Itu juga disinyalir nilainya bisa diubah-ubah. Namun, jika sudah dilakukan upload sejak kelas I sudah tidak bisa diubah lagi.

Biaya pendaftaran SNMPTN 2013 digratiskan dan semua ditanggung pemerintah. Pola SNMPTN seperti itu dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa lulusan SMK/SMA agar mudah masuk ke PTN. Hal itu juga sesuai amanah UU Pendidikan yang telah disahkan DPR RI beberapa bulan lalu.

Para siswa yang akan mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri diminta untuk segera mendaftarkan diri, pasalanya pendaftaran SNMPTN akan dibuka ini { 17 December 2012 s / d 08 February 2013. Dan pengumuman hasil seleksi pada tanggal 28 Mei 2013.
Penulis adalah Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIPOL UPN “Veteran” Yogyakarta





Satu lagi bang, nilai raporkan berbeda standarnya sekolah yang satu dengan sekolah yang lain. Bisa saja disekolah A karena kualitasnya yang baik maka diterapkan standar yang tinggi dalam penilaian. Sedangkan di sekolah B yang biasa-biasa saja, cukup mudah untuk mendapat nilai. Jika demikian maka nilai rapor akan menjadi cukup sulit untuk dijadikan standar yang adil.

benar skl mbak Tiur, sy sbg guru jg sangat menyesalkan knp malah yg diprioritaskan “jalur rapor”? pdhal jalur yg paling adil&minim kecurangan hanyalah snmptn tulis. Contoh nyata sekolah sy SMKN3 RSBI yg terbiasa dlm memberi nilai sangat mahal,apa adanya, slalu jd korban jalur rapor(snmptn undangan),krn nilai2 yg diperoleh siswa sy jauh lbh rendah drsekolah2 lain apalg sekolah swasta. Di sekolh sy nilai 8 itu sangat berharga,tp ada sekolah yg nilai 8 itu merupakan nilai terendah. Akibatnya,anak2didik sy tak satupun yg ditrima jalur tsb.. tp yg mengherankan lewat jalur snmptn tulis anak2didik sy mampu bersaing dg siswa2SMA,terbukti banyak skl yg ditrima di PTN bonafid,pdhal soal tes acuannya matpel SMA krn ada biologi dan matpel fis,kim,mat yg diajarkan jg beda dg di SMK. Coba klo nanti yg daftar 1juta dan nilai rapor semua pendaftar 8 dan 9 semua,gmn ya cara menyeleksinya?

Ronggolawe
18-12-2012, 03:18 PM
http://edukasi.kompasiana.com/2012/03/14/ketika-ujian-tulis-snmptn-dihapuskan/




Ketika Ujian Tulis SNMPTN Dihapuskan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menetapkan formulasi baru dalam Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2013 mendatang. Tahun depan, SNMPTN hanya dilakukan dengan jalur undangan. SNMPTN jalur tulis dihapus.

Saya begitu kaget tatkala membaca berita ini, sekaligus terenyuh, tertawa miris dan berpikir mau dibawa ke mana pendidikan kita?

Pangkal dari segala dosa adalah kebohongan. Dan barangkali, carut-marutnya berbagai bidang di negeri ini adalah karena anak-anak kita telah diajari berbohong sejak SD. Ketika saya berbincang mengenai kecurangan pada ujian nasional semasa saya SMA, seorang teman bahkan bercerita bahwa praktik-praktik kecurangan itu sudah terjadi sejak SD. Murid-murid diberi kunci jawaban oleh gurunya sendiri. Duh, saya jadi habis pikir, bagaimana mungkin seorang guru, seorang pendidik, bisa-bisanya memberi kunci jawaban, apakah dia/mereka tidak yakin pada hasil didikannya sendiri?

Orientasi Nilai yang Kebablasan

Sering kita begitu bangga pada pencapaian atas dasar nilai yang diberikan oleh orang lain. Sejak kecil, begitu pulang sekolah, ibu kadang bertanya, “Berapa nilai yang kamu dapat hari ini?” Jarang ada yang bertanya, “Apa yang kamu pelajari hari ini?”

Pencapaian kuantitatif itu membuat sang anak berpikir bahwa bila nilainya bagus, ibunya akan senang. Bila nilainya bagus, ia berarti pintar. Maka logika menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai yang bagus itu menjadi wajar. Hasilnya, budaya menyontek merajalela dan ketika kunci-kunci jawaban disebarkan itu adalah sebuah bentuk pembenaran yang sah.

Saya jadi mengenang masa-masa SMP ketika hasil ujian dibagikan, dan pernah mendapatkan nilai 3,30 untuk nilai IPA, dan dengan usaha akhirnya saya mendapat nilai 6,30 di caturwulan berikutnya. Rasa mendapatkan nilai 6 dengan kemampuan sendiri sudah cukup membanggakan saat itu. barangkali kalau diterjemahkan ke dalam keadaan sekarang, nilai 6 sudah begitu hina. Dan nilai 8 yang dulu termasuk amat sakral itu, sudah turut hina pula. Ini terbukti manakala di ujian nasional SMA, saya hanya mendapatkan nilai 8,67 dan itu menjadi nilai terendah nomor dua di kelas selain seorang gadis berjilbab lebar yang menjunjung tinggi kejujuran mendapat nilai 6,00. Yang lainnya 9,3 ke atas dengan modal kunci jawaban dari guru.

Saya tidak tahu apa yang dibanggakan dari nilai 9,3 palsu itu ketika SNMPTN datang dan mereka berguguran satu per satu. 2005. Saya ingat benar, yang lulus di Kedokteran UNSRI hanya 2 orang dan nilai raport mereka biasa-biasa saja. Yang lulus STAN 7 orang dan lulus ITB hanya 3 orang. Padahal sekolah saya termasuk sekolah favorit dengan siswa lebih dari 500 orang per tahunnya. Persentase yang mengagumkan bukan?

Lalu bagaimana nasib anak-anak “jenius” yang biasanya tidak tunduk/patuh pada aturan sekolah yang kaku, yang menyebabkan nilai rapor mereka biasa-biasa saja jika SNMPTN ujian tulis dihapuskan? Mengingat pemberian nilai rapor banyak tidak jujurnya. Yang ikut study tur nilainya besar, yang beli buku dari guru nilainya besar, yang ikut olahraga renang nilainya besar, dll. Dan hal ini membuat saya mengingat pula, program PMDK saat itu, ketika nilai-nilai dikatrol dan ranking-ranking dimanipulasi. Apakah wajah-wajah pendidikan seperti ini yang akan lanjut ke jenjang berikutnya?

TheCursed
18-12-2012, 06:42 PM
hmmm... pencapaian kualitatif....

Di sini, di tempat gue sekarang, mau masuk PT nggak pake syarat test. Test itu cuma buat ngasi rekomendasi bagi peserta didik bagusnya dia masuk mana. PT, atau sekolah tinggi keahlian. Dan kalo udah di rekomendasi tetep ngotot masuk PT, ya ngga; di larang juga.
Lulus, sebenernya terserah mau kapan, tapi kalo ngambil ujian satu mata kuliah 3 kali berturut2 nggak lulus, baru bisa ngambil lagi beberapa tahun di depan.
Kalo semua mata kuliah lulus, baru bisa di bilang lulus. Kapan lulusnya nggak jadi masalah. Kapan start kuliah juga nggak jadi masalah. Ngga' ada batasan umur buat start kuliah di 'PTN'. Dan bayar 'spp' per semester, paling mahal kena 256 euro. Kalo penduduk lokal boleh ngambil pinjaman ke bank, kalo nggak punya duit.

opi77
18-12-2012, 09:21 PM
Akan terjadi seleksi alami bukan???....yang pinter2 masuk ptn yang punya duit masuk ptn

Gue heran ama jalur mandiri...itu jalur mahalnya minta ampun tapi banyak peminat kalo dibandingin ama kul diluar kaya malaysia,sing atau aussie kayanya gak jauh beda biayanya tapi kenapa malah masukin anaknya ke ptn dalam negeri yah yang sorry to say levelnya masih dibawah kampus2 diluar...

tuscany
19-12-2012, 12:37 AM
Kampus luar juga nggak semua bagus kok. Kalo cuma kampus ecek2 yah mending ke UGM ato ITB walopun lebih mahal.
Aku sebenarnya lebih setuju sistem US buat tes masuk kuliah. SAT ya kalo ga salah namanya. Tapi sistem pendidikannya sendiri di Indonesia nggak menunjang jadi ya ga kompatibel kalo tau2 langsung pake model SAT.

BundaNa
19-12-2012, 12:04 PM
^nah itu maksud gwe, jadi ada ujian masuk PTN sebelum ke UNAS apa ya, testnya di sekolah masing2...minat kemana dikumpulin sama sekolah, test dengan pengawas dari panitia yang ditunjuk. Kesian kan anak2 daerah ujung barat musti kalah saing mulu dari anak metropolitan cuma gegara sekolahnya gak sebeken sekolah2 di metropolitan

@ronggo: sampe bangku kuliah juga anak2 indonesia didikannya model spartan...kalo pengen dirubah, dirubah dari tingkat dasar

Ronggolawe
19-12-2012, 12:12 PM
maksud gw Bund, kalau sudah SMA dan sudah me
ngerti dia mau kemana, maka wajar dia melakukan
persiapan spartan untuk SMPTN.

mayoritas teman kampus gw dulu juga begitu, rata
rata kepikiran mau belajar benar itu kelas 2-3 SMA.

opi77
19-12-2012, 12:12 PM
perasaan di Indonesia tiap tahun model pendidika ndi ubah mulu...tiap ganti menteri ganti kebjiakan jadi susah mo bikin yang paten...dan sekolah juga sama sekarang lagi trnad RSBI semua bikin RSBI walaupun sebenernya fasilitas belum menunjang...cuma hanya gengsi sekolah aja...

harusnya porsi buat anak ujung barat ama ujung timur lebih diperbanyak...akses mereka ke dunia pendidikan harusnya di buka lebar2 jangan cuma di dominasi oleh kota2 gede aja..

BundaNa
19-12-2012, 12:21 PM
^di kota gedhe kan industri pendidikan, cari untung, bukan berniat mencerdaskan kehidupan bangsa. Berapa banyak sarjana pendidikan yang mau mengabdi sampai pelosok meski diiming2i jadi PNS?

opi77
19-12-2012, 12:25 PM
kalo cuma imingi2 PNS jelas pada gak mau...tapi ada juga kok guru2 yang mo ke pelosok2 buat mencerdasan anak bangsa....tapi yah jumlahnya bisa diitung ama jari

BundaNa
19-12-2012, 12:28 PM
^nah itu, padahal siswa2 di pelosok gak cuma diitung dengan jari kan ya?

di pulau jawa deh, satu sekolah punya berpuluh2 guru, satu guru pegang satu bidang studi...di pelosok, satu guru pegang 2-3 kelas::doh::

opi77
19-12-2012, 02:43 PM
banyak yang gak minat jadi guru..mereka masih berpikir jadi guru gajinya kecil dan serba susah kehidupannya...

mo naikkin mtu pendidikan naikkin dulu mutu guru2 yang ada....harusnya kaya dokternya yang PTT di ujung barat atau ujung timur...

tuscany
19-12-2012, 05:37 PM
Nope. Sekarang jadi guru itu incaran banyak orang sejak ada program sertifikasi. Take home pay jadi dua kali lipat, baru dari gaji. Jam pulang lebih awal dari orang kantoran, liburan banyak ngikutin muridnya. Tapi...setelah dievaluasi ternyata guru2 yg dapat gaji banyak ini banyakan nggak guna alias tidak nambah kualitas malahan nambah mobil.

Liat aja ntar lima sampe sepuluh tahun lagi guru2 muda kita adalah anak2 muda yang cerdas, mau jadi guru bukan karena pilihan terakhir ga diterima di jurusan lain. Tapi kalo soal distribusi, pemerintah masih belum punya solusi jitu kelihatannya untuk menempatkan guru di pelosok. Musti banyak insentif. Soalnya di daerah itu apa2 serba mahal, hiburan nggak ada. Kalo nggak beneran idealis, susah.

---------- Post Merged at 04:37 PM ----------

Spartan buat kuliah, kurasa harus. Masa2 pendidikan karekter udah lewat. Sayangnya nih dosen di Indonesia kebanyakan dosen yang suka ngejar proyek. Kalo guru diawasi pengawas sekolah, kalo dosen kualitas ngajarnya nggak ada sistem pengawasan sama sekali. So bad. Udah gitu mata kuliah sering nggak kompatibel dengan demand pasar. Blank besar deh para sarjana pas kerja hari pertama.

opi77
20-12-2012, 12:31 AM
target pemerintah taun depan udah selesai program sertifikasi...

ini kan ujung2nya balk ke orangnya lagi...orang mau jadi guru karea materi bukan karena ingin mencerdaskan anak bangsa...tujuannya aja udah beda..program sertifikasi guru bagus tapi tujuan orangnya yang gak sesuai dengan program pemerintah..

gue salut ama salah satu PTS yang bikin jurusan TC dimana semua lulusan TC tersebut langsung di kontrak untuk dinas sebagai guru disemua sekolah2nya seluruh indonesia..jadi kaya ikatan dinas selama 5 tahun dan setau gue TC itu gratis malah dapat beasiswa dan baru dibayar kembali pas mereka ngajar di skolah2nya itu melalui skema ptongan gaji...gue lupa berapa pesen gajinya yang dipotong

---------- Post Merged at 11:31 PM ----------

target pemerintah taun depan udah selesai program sertifikasi...

ini kan ujung2nya balk ke orangnya lagi...orang mau jadi guru karea materi bukan karena ingin mencerdaskan anak bangsa...tujuannya aja udah beda..program sertifikasi guru bagus tapi tujuan orangnya yang gak sesuai dengan program pemerintah..

gue salut ama salah satu PTS yang bikin jurusan TC dimana semua lulusan TC tersebut langsung di kontrak untuk dinas sebagai guru disemua sekolah2nya seluruh indonesia..jadi kaya ikatan dinas selama 5 tahun dan setau gue TC itu gratis malah dapat beasiswa dan baru dibayar kembali pas mereka ngajar di skolah2nya itu melalui skema ptongan gaji...gue lupa berapa pesen gajinya yang dipotong

purba
22-12-2012, 04:17 PM
Kita sudah lama termakan propaganda "guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa". Guru jangan dilihat sebagai malaikat, tapi sebagai manusia yg punya kebutuhan juga. Upaya mencerdaskan bangsa adalah tanggung jawab kita semua. Implementasi dari tanggungjawab tsb, salah satunya, adalah dgn menempatkan profesi guru secara profesional. Di Malaysia orang lebih memilih menjadi guru (jika bisa) dari pada menjadi anggota DPR. Di Singapura juga sama, dgn tanggung jawab profesi yg besar, pendapatan mereka pun besar juga. Di Jepang, kalo sudah dipanggil "sensei", bakalan dihormatin kayak dewa.

:))

---------- Post Merged at 03:17 PM ----------

Sebenarnya lebih baik bagi siswa dan orang tua jika nilai UN digunakan utk seleksi lolos perguruan tinggi. Setidaknya sedikit biaya keluar. Tapi UN tsb harus diselenggarakan seideal mungkin, tidak ada kecurangan dan manipulasi nilai. Tapi itu kayaknya tidak mungkin dlm waktu dekat ini. Banyak cerita dari guru2 sendiri bahwa kecurangan tsb dilakukan secara sistematis mulai dari sekolah hingga dinas. Menurut ane lebih baik terpisah seperti Sipenmaru atau UMPTN dulu yg dilakukan serentak di seluruh Indonesia. Semua punya kesempatan sama utk masuk PTN. Kemudian utk yg berbakat tetapi tidak mampu, disediakan jalur PMDK.

:))

River
23-12-2012, 01:52 PM
Saya tidak tahu apa yang dibanggakan dari nilai 9,3 palsu itu ketika SNMPTN datang dan mereka berguguran satu per satu. 2005. Saya ingat benar, yang lulus di Kedokteran UNSRI hanya 2 orang dan nilai raport mereka biasa-biasa saja. Yang lulus STAN 7 orang dan lulus ITB hanya 3 orang. Padahal sekolah saya termasuk sekolah favorit dengan siswa lebih dari 500 orang per tahunnya. Persentase yang mengagumkan bukan?
lulus kuantitas, tapi ga lulus kualitas ;D

Spartan buat kuliah, kurasa harus. Masa2 pendidikan karekter udah lewat. Sayangnya nih dosen di Indonesia kebanyakan dosen yang suka ngejar proyek. Kalo guru diawasi pengawas sekolah, kalo dosen kualitas ngajarnya nggak ada sistem pengawasan sama sekali. So bad. Udah gitu mata kuliah sering nggak kompatibel dengan demand pasar. Blank besar deh para sarjana pas kerja hari pertama.
ini saya setuju ::up::

oden
29-12-2012, 12:43 PM
banyak yang gak minat jadi guru..mereka masih berpikir jadi guru gajinya kecil dan serba susah kehidupannya...

mo naikkin mtu pendidikan naikkin dulu mutu guru2 yang ada....harusnya kaya dokternya yang PTT di ujung barat atau ujung timur...

ngga juga gan,, menurut ane... karna skrg aja, contoh kecil, temen2 saya banyak yg ambil jurusan jd guru,, entah PGSD entah guru SMP,,, skrg uddah banyak kok yg minat jd guru ::ungg::

cha_n
29-12-2012, 02:30 PM
si opi generasi jaman dahulu... jadi ga tau, sekarang yang minat jadi guru banyak karena gaji guru sekarang tinggi

heihachiro
29-12-2012, 03:06 PM
yang minat jadi guru banyak, tapi yang minat ditempatin di pelosok daerah terpencil ngga banyak [meditasi]

Bi4rain
29-12-2012, 04:29 PM
^Pernah dengar Indonesia mengajar?

gw lupa siapa yang bangun ini (bapak siapa) tapi ini dikhususkan untuk tenaga profesional mengajar selama 1-2 tahun di daerah pelosok. Banyak tenaga profesional yang bukan guru en rata2 bergaji besar melamar untuk posisi di Indonesia Mengajar, tapi mereka harus lolos seleksi yang ketat loh.

cha_n
29-12-2012, 04:37 PM
anies baswedan

tuscany
29-12-2012, 05:29 PM
Iya mereka bukan sarjana pendidikan. Ngajarnya pun nggak lama. Tujuan utamanya lebih kepada membangun nasionalisme serta capacity building di bidang leadership. Menurut Baswedan pas pertama menawarkan program ini dengan iming2 gaji besar ga ada yg mau tuh. Tapi pas ditawarkan adalah kebanggaan melayani bangsa - sori kata2nya ga persis tapi sebelas dua belas, yg cerdas2 itu pada berebutan. I love that. Kalo ditawarin pas zamanku, pasti aku ngelamar dan orang tuaku pasti teriak2 nggak setuju ::hohoho::