PDA

View Full Version : - Kurikulum Sekolah Berat , Nilai Anak Turun -



lily
15-12-2012, 04:30 PM
Cerita - cerita yuk...

Sharing...

Sebelumnya mohon maaf kalo saya salah tempat post thread.

Saya kan punya anak , Owen , usia 4,5 taon.

Dia skul di K1 (TK A). Dulu waktu belom ada pelajaran membaca , nilainya selalu Very Good...

Sekarang... Nilainya Good ato di bawahnya Good (lupa apa).

Dan setiap Jumat kan ada report book dibawa pulang...

Di skul O pake 3 bahasa , Indonesia - English - Mandarin.

Yang English ama Indonesia , itu kekurangannya pada membaca.

Saya paham lah , pasti susah kan belajar bahasa English campur Indonesia. Spell huruf A - Z aja dalam English and Indonesian , udah beda...

Di Mandarin , hasil report nya , kurang konsentrasi di kelas. Tapi overall , O pinter sih Mandarin , mungkin karena emang lebi mudah dan jelas beda ama English and Indonesian ya.

Skul O itu mengambil kurikulum Singapore.

Saya pribadi... Ga terlalu ngoyo O harus jadi the best student , buat saya , pendidikan itu emang penting , tapi ga perlu sampe O dapet Very Good. Yang penting , O skul dan mempunyai bekal untuk masa depan.

Apa salah ya pemikiran saya ?

Karena saya kasian aja , kalo anak seumur O , harus belajar dan belajar terus , karena ortu yang terobsesi nilai bagus.

Di skul O , ada course untuk semua pelajaran. Masing - masing 750 rb - 2 kali seminggu. Saya ga ikutin O , karena saya kasian aja kalo anak seumur O , udah capek belajar di skul , harus ikut course belajar lagi hal yang sama kayak tadi di skul.

Tiap Senin - Jumat , O skul jam 8 pagi sampe jam 11.30.

Saya daripada ikutin O course pelajaran. Mestinya saya pengen ikutin O piano course , ato les olahraga yang emang O suka -> basket dan racing. Cuma saya ngobrol ama mantan saya , katanya O terlalu kecil untuk les piano , basket , dan racing.

Any advice ? Atau mau sharing sebaiknya gimana , bersikap sebagai orang tua , dalam menghadapi kurikulum sekolah yang kayanya semakin berat buat anak ?

Thanks :)

Ronggolawe
15-12-2012, 04:35 PM
4,5 tahun belajar tiga bahasa sekaligus?
Kurikulum spartan ya?

berarti selain China dan Korea, Singapura juga men
jalaninya...

lagi mencari sekolah yang mengadopsi kurikulum
Skandinavia :)

lily
15-12-2012, 04:45 PM
Kurikulum spartan , apa ya ?

Iya om , di skul O dan kayanya saya check di skul laen juga 3 bahasa om...

Malah saya pernah ngajar English ke 1 murid saya , dia ga bisa speak bahasa Indo sama sekali... Karena di skul pake English , dan di rumah juga pake English.

Jadi kayanya kurikulum pre - school sekarang emang 3 bahasa.

Begitu masuk SD , udah under pressure...

Ronggolawe
15-12-2012, 04:48 PM
Kurikulum spartan itu, kurikulum yang mengedepan
kan capaian-capaian akademik tanpa mempertim
bangkan aspek tumbuh kembang serta aspek psiko
logis anak-anak, terutama anak-anak berusia dini
hingga remaja.

Bi4rain
15-12-2012, 04:50 PM
kalo kurikulum nasional plus atau internasional plus yang make 3 bahasa sih standard tuh, ga berat.
Kecuali kurikulum dalam negri yang standarnya belum pake 3 bahasa.

kalo untuk kasus Lily sih, tindakan orangtua yang tepat (3 cheers for you)
masalah pelajaran, yang penting anak enjoy belajar dan memahami pelajarannya. Jangan les terlalu banyak, kecuali anak mampu dan berminat.

li, maksud kamu bagian membaca itu membaca 1 atau 2 suku kata?
kalo membaca saya ada tips kok, kenalin dulu anak ke bunyi2 bahasanya. misal sering aja tanya2 sama dia seperti ini
L: b-a......
O: ba
L: t-u....
O: tu

jadi, seiring anak familiar dengan bunyinya, akan membantu mereka dalam membaca. tentu saja pengenalan huruf juga penting ya...apakah sekarang O sudah mengenal a-z nya?

kemudian, kalo ada kesulitan dalam membaca, pastikan dulu anak belajar huruf dalam bunyi bahasa indonesia (a, be, ce dan bukan ei bi si). karena namanya tinggal di indonesia so saya yakin kalo diurutkan secara prioritas, kuasailah dahulu bahasa kita sebelum ke bahasa lainnya.

klo yang pelajaran mandarin membaca atau mengenal aksara?
kan ada yang sistemnya anak mengenal saja aksara itu apakah itu maksudnya minum atau makan, supaya anak familiar dengan aksara mandarin (belum kenal cara tulis, dll)

lily
15-12-2012, 04:57 PM
Kalo di skul anak om gimana ?

Di skul O ada juga sih pelajaran menggambar dan dancing lesson...

Tapi cuma hari Jumat aja...

---------- Post Merged at 03:55 PM ----------

@Bi : nah Bi , makanya seingat saya juga di Singapore juga pake 3 bahasa di preschool nya. Bahasa apa aja ga tau saya ::hihi::

Nah kalo O , dia susah baca itu misal...

Ekor
Burung
Tebal

Kalo kayak -> berani , babi , buku , madura gitu bisa...

---------- Post Merged at 03:57 PM ----------

Kalo Mandarin itu lebi ke omongan...

Misal zhao an , tapi ga pake nulis...

Ntar kalo ada paper , biasanya pake gambar disambungin. Belom diajarin aksara kayanya.

Saya aja nulis aksara Mandarin kagak bisa :nangis2:

BundaNa
15-12-2012, 05:04 PM
kalo pake kurikulum standar nasional bahasa asing bukan prioritas untuk pendidikan dasar dan PAUD, sd naomi standar nas

Bi4rain
15-12-2012, 05:04 PM
konsep pelajaran mandarinnya sih sudah sama dengan yang di pikiran saya. tapi 4,5 tahun sudah belajar 2suku kata plus akhiran yah? berat juga......*garuk2 pala*
take your time li, belajar itu butuh waktu ga banyak kok. sehari bisa 5-10menit saja asal frekuensinya terus menerus.
klo bahasa indonesia bagi si kecil supaya lancar emang sering dilatih. semakin sering suatu kata dibaca ulang bersama (ekor, tebal, burung) semakin familiar dengan bunyi-bunyi nya.
dulu waktu saya belajar baca sih gitu.
malah dibikin lucu-lucuan, misal:
membaca burung. bisanya cuma buru.....lalu ditimpali ng (buru......eng..) burung

does that even make sense to you?::ngakak2::

btw, gw tertarik pengen tahu juga, apakah sekolah O hanya murni mengejar akademis apakah mereka juga mengambil nilai motorik dan nilai keagamaan, maksudku pengembangan moral en kesehatan raga juga?

Ronggolawe
15-12-2012, 05:05 PM
Ini Draf Struktur Kurikulum Baru SD (http://demastikap.blogspot.com/2012/11/ini-draf-struktur-kurikulum-baru-sd.html)



JAKARTA, KOMPAS.com — Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 di sektor pendidikan, penataan kurikulum pendidikan menjadi salah satu target yang harus diselesaikan. Rencananya pada Juni 2013 nanti, sekolah yang ada di Indonesia sudah mulai menggunakan kurikulum baru yang kini masih dibahas. Draf perubahan kurikulum sudah dipaparkan di depan Wakil Presiden Boediono, Selasa (13/11/2012).

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengatakan bahwa perubahan kurikulum ini merata untuk setiap jenjang, baik dari sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), dan sekolah menengah kejuruan (SMK).

"Ini dilakukan di tiap jenjang sekolah. Tujuannya tentu untuk menjawab tantangan zaman yang terus berubah agar anak-anak ini mampu bersaing di masa depan nanti," kata Nuh saat jumpa pers di Kantor Kemdikbud, Selasa (13/11/2012).

Untuk jenjang SD, anak-anak tidak lagi mempelajari masing-masing mata pelajaran secara terpisah pada kurikulum baru ini. Pembelajaran berbasis tematik integratif yang diterapkan pada tingkatan pendidikan dasar ini menyuguhkan proses belajar berdasarkan tema untuk kemudian dikombinasikan dengan mata pelajaran yang ada.

6 mata pelajaran berbasis tematik

Seperti diketahui, mata pelajaran untuk anak SD yang semula berjumlah 10 mata pelajaran dipadatkan menjadi enam mata pelajaran, yaitu Agama, PPKn, Matematika, Bahasa Indonesia, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, serta Seni Budaya dalam kurikulum baru ini. Sementara empat mata pelajaran yang dulu berdiri sendiri, yaitu IPA, IPS, muatan lokal, dan pengembangan diri, diintegrasikan dengan enam mata pelajaran lainnya.

"Memang sewajarnya seperti itu. IPA dan IPS dijadikan penggerak dan masuk dalam materi bahasan semua mata pelajaran. Begitu pula dengan mulok dan pengembangan diri itu kaitannya nanti dengan seni budaya," ujar Nuh.

Dengan pemadatan mata pelajaran dan pembelajaran berbasis tema ini, anak-anak juga tidak akan lagi kerepotan membawa buku yang banyak dalam tasnya. Nuh mengungkapkan dengan pendekatan tematik ini, anak-anak hanya perlu membawa paling tidak dua atau tiga buku sesuai dengan tema yang dipilih pada minggu tersebut.

Belajar di sekolah lebih lama

Namun, berkurangnya mata pelajaran dalam kurikulum ini justru membuat durasi belajar anak di sekolah bertambah. Nuh menjelaskan bahwa metode baru ini mengharuskan anak-anak untuk ikut aktif dalam pembelajaran dan mengobservasi setiap tema yang menjadi bahasan.

"Pola ini tentu tidak bisa dilakukan dengan durasi belajar sebelumnya. Untuk itu ditambah sebanyak empat jam pelajaran per minggu," kata Nuh.

Dengan demikian, untuk kelas I-III yang awalnya belajar selama 26-28 jam dalam seminggu bertambah menjadi 30-32 jam seminggu. Sementara pada kelas IV-VI yang semula belajar selama 32 jam per minggu di sekolah bertambah menjadi 36 jam per minggu.

"Penambahan jam belajar ini masih sesuai karena dibandingkan negara lain, Indonesia terbilang masih singkat durasinya untuk anak usia 7-9 tahun," ungkap Nuh.

Pramuka jadi ekskul wajib

Dari berbagai paparan di atas, Bahasa Inggris yang sebelumnya sempat disebut-sebut akan dihilangkan memang tidak tercantum dalam salah satu mata pelajaran yang ada. Ternyata untuk tingkat SD ini, Bahasa Inggris masuk dalam kegiatan ekstra kurikuler bersama dengan Palang Merah Remaja (PMR), UKS, dan Pramuka.

"Pramuka ini akan jadi ekskul wajib untuk berbagai jenjang tidak hanya di SD. Nanti akan dibicarakan juga dengan Kemenpora," tuturnya.

Demikian bentuk kurikulum baru yang akan diberlakukan pada anak-anak tingkat SD. Sistem pembelajaran berbasis tematik integratif ini telah dijalankan di banyak negara, seperti Inggris, Jerman, Perancis, Finlandia, Skotlandia, Australia, Selandia Baru, sebagian Amerika Serikat, Korea Selatan, Singapura, Hongkong, dan Filipina.

BundaNa
15-12-2012, 05:20 PM
setauku pas naomi PAUD, yg dikejar itu aspek moral, motorik, kognitif, bahasa, pengendalian emosi. bukan muatan spartan

---------- Post Merged at 04:20 PM ----------

@ronggo: buset, yg 28 jam aja naomi pulang jam 12.35 tiap senin-kamis, kalo 36 jam jumat-sabtu pulang jam berape? -_-

Bi4rain
15-12-2012, 05:29 PM
^yes, that's rite. dan gw rasa ini concotion yang tepat yah (moral, motorik, kognitif, bahasa, pengendalian emosi), karena mendidik anak secara keseluruhan dan kesatuan (holistik)

kemudian, pelajaran tematik gw rasa juga bagus. ada satu pengikat yang membuat anak belajar dalam satu arah yang sama. jadi mis: tema A diterapkan dalam berbagai bidang pelajaran imo lebih mudah untuk menangkap pelajarannya, ketimbang di berbagai bidang pelajaran di bahas tema A,B,C,D.

BundaNa
15-12-2012, 05:57 PM
bukannya tematik itu PAUD jg melaksanakan? dlm 1 bln ada tema belajarnya. nanti trus puncak temanya outdoor learning

---------- Post Merged at 04:57 PM ----------

1 tips aja kalo cari sekolah anak. cari yg sesuai kebutuhan anak, jgn terbuai program2 mentereng tp buat imajinasi mati

tuscany
15-12-2012, 06:01 PM
Sama...om ronggo, aku juga naksir kurikulum skandinavia. Keknya mereka tuh cara evaluasinya menyeluruh banget dengan memperhatikan individu anak. Jadi prestasi nggak semata2 diliat dari nilai akhir kognitif doang. Dan kata adikku yang guru, menilai dari aspek bukan kognitif itu susah banget.

Anak 4.5thn udah belajar macem2 ya. Apa nggak kebanyakan? Ini kata yang udah pengalaman loh ya, usia segitu buat main2 dulu. Waktu paling tepat masuk SD yaitu serius belajar itu sekitar 7 thn. Mentalnya udah siap dan secara jangka panjang lebih baik daripada yang belajar mudaan. Tentu saja ada exceptional case, karena menyangkut kematangan mental individu beda2.

Bi4rain
15-12-2012, 06:09 PM
bener bun, rutenya begitu. Di SD kira2 kelas 3 bukunya based on thematic learning, 8 tahun gw rasa bukan usia dini lagi.

supaya bisa mengikut perubahan jaman mau ga mau yah, beda standar masa kita kecil dengan anak-anak sekarang (lah, dulu belajar abc saat kelas 1SD, sekarang masuk SD sudah bisa baca). berat tapi yah...begitulah kondisinya.

---------- Post Merged at 05:09 PM ----------

li, sekolah O kayak gimana sih?

Ronggolawe
15-12-2012, 06:23 PM
Kurikulum spartan , apa ya ?


kalau dibidang olah raga, bisa dilihat

http://www.dailymail.co.uk/news/article-2182127/How-China-trains-children-win-gold--standing-girls-legs-young-boys-hang-bars.html
http://www.dailymail.co.uk/news/article-2181374/Ye-Shiwen--forging-Mandarin-mermaid-How-Chinese-children-brutalised-future-Olympians.html

foto-fotonya terlalu sadis untuk diperlihatkan :)

---------- Post Merged at 05:23 PM ----------

kalau dibidang pendidikan, mungkin ini sebagai gam
baran Spartan-Parenting :)

http://amychua.com/
http://www.time.com/time/magazine/article/0,9171,2043477,00.html

Bi4rain
15-12-2012, 06:25 PM
^kayaknya foto ini pernah di thread apa yah? gw lupa.

wait, bukannya tadi kurikulum spartan lebih menekankan ke pencapaian akademik yah? jadi olahraga termasuk pencapaian akademik? mohon petunjuknya karena gw masih suka rancu::maap::

lily
15-12-2012, 06:30 PM
- ngetik pake BB , di charge pisan - :iamdead:

Jadi gini Bi...

Dulu Mama saya bisnis pre school , ya tempat O skul ini.

Jadi dari O umur 6 bulan , O udah skul , tapi isinya lebi ke arah gerak motorik dll...

Akhirnya makin tambah usia , O pinter bersosialisasi dan lebi berani untuk praktek balance dll... Di pre school O kan ada balok keseimbangan dan perlengkapannya , manjat - manjat , didampingi guru dan baby sitter.

Karena Mama saya bisnis pre school , O terus skul disana... Dari baby school - Playgroup - Nursery. Saya ga bayar uang skul sama sekali sampe O lulus Nursery.

Waktu O naik K 1 , pre school itu dibeli sodara Mama saya. Saya sempat mau pindahin ke skul yang di area perumahan saya , cuma Mama saya bilang kalo kurikulum pre school ini cukup bagus , kurikulum Singapore. Dan saya tau pasti Mama saya ga bakal boong , karena Mama saya sendiri bisnis pre school udah puluhan taon.

Makanya walopun akhirnya setelah O K1 , saya harus bayar uang skul dll mahal , saya sanggupin.

Cuma belakangan nilai O kurang baik , tapi perkembangan dia yang laen bagus , maksudnya dia bisa bersosialisasi dengan baik dan bisa nyanyi Mandarin - English , bisa membaca tulisan yang 3 suku kata , bukan yang ada akhiran tertentu , bisa berhitung , dll... Intinya sih kalo ngomong soal pelajaran , dia jago. Tapi kalo berhadapan ama tulisan : ekor , burung , gitu agak susah...

Kalo skul O sendiri , dia tiap 3 bulan ada tema tertentu , misal lingkungan , animal , dll...

Dan tiap tahun ada 3 outing activities , yang sesuai dengan tema nya.

Jadi pelajaran di skul O itu dibedakan ke beberapa sub. Languange - literacy - numeracy - theme talk.

cha_n
15-12-2012, 06:33 PM
aduh kasihan anak seumur itu pelajaran rumit banyak sekali.
hegel mau 4 tahun blm aku paksa belajar baca. biarkan sampai dia mau sendiri. tapi pancing tiap kali baca buku, atau main ketik2an di komputer, mau ga mau dia harus bisa baca kalau mau nonton sesuatu di youtube, atau mau tahu bacaan tertentu di buku, dia tanya.
huruf dia sudah bisa dari nonton video mimi, itu dari umur 2 tahun.

kalau bahasa, sekolah nya dua bahasa. tapi sekedar nama2 hewan barang warna.
dibantu menyanyi.
kasihan ah anak kecil kalau sudah dijejali macam2

lily
15-12-2012, 06:38 PM
Nah kalo SD di Surabaya , yang area perumahan saya , rata - rata test masuknya berat.

Dan saya pernah dengerin orang tua murid ngobrol...

Kalo lulusan pre school O selalu lolos tes masuk SD.

Emang pre school nya berat , tapi berguna pas tes masuk SD , katanya gitu sih.

Tapi so far , saya ga ngoyo juga...

Buat saya , nilai itu ga segitu pengaruh buat saya. Selama O happy @ school with his friends , itu udah cukup buat saya.

Karena buat saya , pre school ini cuma pengalaman untuk lebi siap di SD , yang tentunya akan lebi berat dari masa pre school dia.

Jujur sih dalam hati... Saya berpikir kenapa ya kurikulum pre school sekarang berat... Saya ga tau SD - SMP - SMA gimana , soalnya anak baru 1 , itupun masi K1 ::hihi::

Bi4rain
15-12-2012, 06:39 PM
sesuai kebutuhan aja bun. gw pribadi sih selalu menomorsatukan bahwa pendidikan anak mau banyak atau biasa aja, yang penting anak mampu dan mau alias berminat.

lili: mamamu bener, sudah bagus tuh. maksudnya si O susah berhadapan dengan tulisan gimana?
apakah dia kurang berminat jika disuruh untuk menulis/memegang pensil atau saat dikte dia mengalami kesulitan?

lily
15-12-2012, 06:51 PM
Bukan bi , nulis dia jago...

Yang susah membaca , misal nih ada tulisan...

Ekor burung... Dia susah karena ada r di belakang , ama ng di belakang.

Kalo tulisannya : saya berani maju disana. Dia bisa baca , karena tulisannya tanpa akhiran satu huruf mati , dan tanpa akhiran ng.

Kayanya sih... Harus banyak latihan sih...

Ronggolawe
15-12-2012, 06:51 PM
Nah kalo SD di Surabaya , yang area perumahan saya , rata - rata test masuknya berat.

Dan saya pernah dengerin orang tua murid ngobrol...

Kalo lulusan pre school O selalu lolos tes masuk SD.

Emang pre school nya berat , tapi berguna pas tes masuk SD , katanya gitu sih.

Tapi so far , saya ga ngoyo juga...

Buat saya , nilai itu ga segitu pengaruh buat saya. Selama O happy @ school with his friends , itu udah cukup buat saya.

Karena buat saya , pre school ini cuma pengalaman untuk lebi siap di SD , yang tentunya akan lebi berat dari masa pre school dia.

Jujur sih dalam hati... Saya berpikir kenapa ya kurikulum pre school sekarang berat... Saya ga tau SD - SMP - SMA gimana , soalnya anak baru 1 , itupun masi K1 ::hihi::

perasaan waktu gw persiapan untuk UMPTN ngga
segitu-gitunya :)

tapi kalau untuk SD Negeri, bukannya ada peraturan,
segoblok apapun, anak berusia 7 tahun harus diterima,
yang penting si anak berasal dari RW atau Kelurahan,
yang sama...

lily
15-12-2012, 06:56 PM
@Bi : kalo soal suka sekolah... O suka sih... Kalo suasana belajar dibuat fun , proses belajar - mengajar juga asik - asik aja sih kayanya.

Saya juga pernah jadi guru dulu , sebelom saya nikah. Guru K 1 , dan jaman saya ngajar , belom ada pelajaran Mandarin.

Hmmm... Saya jadi mikir , apa kurikulum ini disesuaikan dengan perkembangan jaman ya ?

@om Ronggo : Kalo soal SDN , saya ga tau om...

Kalo kayak Al - Azhar gitu , sama juga 3 bahasa dan sama kayak pre school O materi nya.

Kan ada anak teman saya , anaknya skul disana.

---------- Post Merged at 05:56 PM ----------

Oya yang di Al - Azhar diajari bahasa Arab juga.

Bi4rain
15-12-2012, 06:57 PM
mungkin berbeda kalo dengan sekolah swasta atau yang di luar kurikulum nasional, mengingat jika dia tidak mampu lulus tes masuk kemungkinan akan kesulitan beradaptasi dengan pelajaran sehari-harinya di sekolah itu. (hanya asumsi loh, karena setau saya, kalau anak sudah memenuhi standar umur dan tidak memerlukan pendidikan yang khusus mis: autis, dll tidak ada istilah tidak diterima. harus cari tahu lebih lanjut nih)

Ronggolawe
15-12-2012, 06:57 PM
betewe, O ini nama panjangnya siapa? gw jadi ku
rang mantep saja nyebut/nulisnya.... Oni ya? ::ungg::

lily
15-12-2012, 07:10 PM
Ada mah di post 1...

Owen.

---------- Post Merged at 06:10 PM ----------

@Bi : kalo ga lulus tes masuk , berarti cari skul laen Bi... Ga bisa masuk di skul yang diinginkan.

Dulu pas saya skul dari SMP mau pindah ke SMA , sama - sama Petra , itu susah banget bi masuknya , ada tingkatan... Nilai sekian sampe sekian , tingkat 1. Semakin ke bawah , makin mahal. Makanya kalo nilai tes akhir SMP nya rendah , ya makin mahal bayar uang gedung.

Apalagi yang dari SMP lain , mau masuk SMA Petra , targetnya udah tinggi banget yang diminta.

Serem lah...

BundaNa
15-12-2012, 07:19 PM
believe me, gw pernah dlm posisi lily jaman naomi tk B, calistung plus2 yg berat itu cuma nyampe di tes masuk sd

---------- Post Merged at 06:19 PM ----------

begitu masuk sd pelajaran calistung dasar ada di kurikulum kelas 1. terlalu jauh pengulangannya m'buat naomi jenuh di sd

tuscany
15-12-2012, 07:23 PM
Karena emang pas TK harusnya materi bukan calistung. Itu materi SD. Tapi TK sekarang banyak muatan, karena SDnya juga pake tes sih. Masa mau masuk SD aja tes, kan aneh. Siapa sih menterinya? ::hihi::

BundaNa
15-12-2012, 07:24 PM
percaya deh, sekolah secanggih apapun tdk menjamin anak optimal menyerap semua materi dan justru jd boomerang buat anak

Ronggolawe
15-12-2012, 07:37 PM
Masa mau masuk SD aja tes, kan aneh. Siapa sih menterinya? ::hihi::
tidak ada test masuk untuk SDN asal si anak dari
RW/Kelurahan yang sama, dan berusia 7 tahun.

masalahnya, ada SDN favorit yang ingin dimasuki,
meski si anak berasal dari kelurahan berbeda, jadi
nya si anak harus ditest, mengingat bukan jatah
nya dia di bangku sekolah tersebut.

begitu juga dengan SD Swasta Favorit, ada faktor
ke-ngoyo-an orang tua agar si anak dapat SD ter
baik...

padahal, apa sih prestasi terbaik bagi seorang anak
SD? Nilai UN rata-rata 10? trus mau ngapain? mau
bikin pesawat terbang dengan UN rata-rata 10?

BundaNa
15-12-2012, 07:46 PM
@tuscany: kalo mau konsisten, ada pp yg melarang adanya tes masuk sd, sayangnya dari kecil anak dididik utk melanggarnya

---------- Post Merged at 06:46 PM ----------

@tuscany: kalo mau konsisten, ada pp yg melarang adanya tes masuk sd, sayangnya dari kecil anak dididik utk melanggarnya

tuscany
15-12-2012, 07:50 PM
Itu karena gap kualitas antar sekolah terlalu jauh di Indonesia. PR buat pemerintah adalah gimana mengurangi atau menghilangkan gap ini supaya orang tua nggak ngoyo. Therefore, sekolah macam RSBI itu seharusnya ditiadakan saja. Bikin gap tambah lebar.

Bund: yg ngelanggar bukan anaknya tapi ortunya :)

BundaNa
15-12-2012, 07:58 PM
@ronggo: maksudnya ksh yg t'baik jadinya ngoyo. kmrn butuh penurunan ego luar biasa utk masukin naomi ke sd yg sekarang

---------- Post Merged at 06:58 PM ----------

dan begitu naomi masuk sd, dia dpt wali kelas yg bs mengerti naomi tipe kinestetik n menerapkan metode yg sesuai

Ronggolawe
15-12-2012, 08:02 PM
@ronggo: maksudnya ksh yg t'baik jadinya ngoyo. kmrn butuh penurunan ego luar biasa utk masukin naomi ke sd yg sekarang

itulah... ego orang tua, ini yang gw sebut Spartan-
Parenting, tiger-mom kalau nyebut si Amy Chua...

cuma SD lho...
kalau menurut gw sih, SD itu yang paling penting
mengajarkan rasa senang bagi muridnya untuk da
tang ke sekolah, belajar sembari bermain, materi
nya ngga usah berat-berat, cukup membaca-menu
lis, dasar berhitung, mengenal geometri, mengenal
lingkungan.

nanti SMP, tujuan yang paling penting adalah me
nyadarkan si anak akan pentingnya belajar dan
meraih ilmu, serta si murid sedikitnya menyadari
dia mau kemana?

nanti di SMA, si murid harus punya target, kemam
puannya dimana, dia mau kemana, dan harus ber
buat apa untuk merealisasikan cita-citanya.

baru pas kuliah... survival for the fittest :)

BundaNa
15-12-2012, 08:25 PM
@ronggo: krn mikirnya pd kejauhan. pdhl kelas 1 n 2 msh masa b'main. ada 8 teman sekelas naomi yg blum lancar calistung

---------- Post Merged at 07:25 PM ----------

tp wali kelas naomi ga cemas n yakin mrk bisa lancar baca tulis bgt uts semester 2. emg di sd naomi ga ada tes masuk

cha_n
15-12-2012, 09:33 PM
itu dia... aku sama suami sekarang malah makin yakin masukin anak ke sd negeri aja nanti. ga usah ngoyo, yang penting anak senang belajar.
sisanya tanggung jawab ortu di rumah buat ngajarin lagi, sekaligus mendidik.
kalau emang sekolah negeri kurang ekskul, cari les aja

sekolah bagus atau jelek sebenarnya tergantung persepsi ortunya masing2. sehebat apapun sekolah, harusnya peran ortu lebih besar (terutama buat anak sd)
mudah2an kurikulum ke depan lebih baik. pak nuh tuh bagus... tapi ga tau ya kalau ganti presiden nanti...

BundaNa
15-12-2012, 09:53 PM
iya sd negeri aja chan (padahal naomi masuk sd muhammadiyah::hihi::) kalo kerjasama guru n ortu bagus, hasilnya maksimal

Ronggolawe
15-12-2012, 10:17 PM
ke-ngoyo-an orang tua ini yang menjadi sasaran
tembak pelaku industri pendidikan... padahal pe
merintah sudah menggelontorkan program seko
lah gratis, tinggal bagaimana para orang tua dan
guru untuk saling berkoordinasi guna membangun
budaya belajar yang baik dan sehat bagi murid-mu
rid dalam mendapatkan pengajaran dan pembela
jaran.

kalau kita merunut ke belakang, sekolah-sekolah ne
geri yang sekarang menjadi favorit tentu memba
ngun reputasi melalui kerja keras para gurunya di
masa lalu (masa-masa 60an, 70an, 80an)... arti
nya sekarang pun dengan sinergi orang tua dan gu
ru secara tepat, kita bisa membangun sekolah-seko
lah negeri favorit baru. Dan cepat atau lambat, kita
akan mendapati kembali sekolah yang mengedepan
kan idealisme pendidikan, bukan sekolah sebagai pe
rahan industrialisasi pendidikan.

BundaNa
15-12-2012, 10:59 PM
sebenernya ini udah melenceng dari postingan TS
ok BTT, utk anak 4 thn kemampuan baca O udah bagus kog ly, ga usah panik

---------- Post Merged at 09:59 PM ----------

O kan msh K1, yg dikembangin justru konsep diri, kemampuan dasar O sudah lolos utk sekedar tes calistung SD

BundaNa
15-12-2012, 11:36 PM
tindakan lily tdk m'beri O les tambahan itu udah betul. ajak aja O fun m'baca buku cerita, lama2 kemampuan bacanya bagus

---------- Post Merged at 10:32 PM ----------

trust me, masuk SD swasta bonafit tes calistung dasarnya tdk susah, O pasti bisa. aspeknya byk: calistung, psiko test

---------- Post Merged at 10:36 PM ----------

lalu interview data diri n keluarga, mewarnai n menyanyi plus data kesanggupan ortu m'bayar uang gedung yg ditentukan

opi77
17-12-2012, 01:38 PM
kadang2 kesian liat anak ntah itu pre school,sd yang udah gila2an...bukannya seharusnya waktu pre school atau sd itu waktu2nya bersenang2 yah..kalo sekarang udah pulang sekolah siank trus les ini itu ampe sore kadang2 ampe malam....kapan mereka menikmati masa2 kecilnya???...

kadang2 sering berdebat soal ini ama pasanganku..dan menurut dia itu semua karena tuntutan sekolah dsn sekolah gak liat ada anak2 yang masuk gak sesuai dengan standar sekolah sehingga banyak nilai2nya pada turun

etca
17-12-2012, 01:46 PM
saya ada kenalan,
err ini udah SMP yah anakanaknya.
ga diijinin bapaknya les pelajaran, kalau si bapak ga mau anaknya kebeban pelajaran melulu
kalau mau eksul monggo.
jadilah senin - kamis anaknya eksul non akademis :))

tuscany
17-12-2012, 02:42 PM
Hidup ekskul!

Sebagai penggemar ekskul, aku katakan ekskul itu bagus buat sosialiasi, leadership, kind of organization skills. Anak2 ekskul selalu lebih dikenal dr yang ga ikut ekskul. Drawback: ga ada kontribusi ke nilai akademis. Kalo mau seimbang, dari kecil anak sudah harus dilatih time management. Kapan belajar kapan ekskul agar ga kebablasan.

Kurikulum sekolah sih nggak usah diandalkan, lah tiap berapa tahun berubah. Belajar di sekolah buat tahu apa yang mau dipelajari. Belajar di rumah yang lebih penting untuk memperkuat konsep.

lily
17-12-2012, 04:11 PM
saya juga suka ekskul sih , saya daripada pelajaran kayanya lebi jago olahraga deh...

saya bisa basket , volley , football ::hihi::

# cowok ato cewek sih ::ngakak2::

---------- Post Merged at 03:11 PM ----------


tindakan lily tdk m'beri O les tambahan itu udah betul. ajak aja O fun m'baca buku cerita, lama2 kemampuan bacanya bagus

trust me, masuk SD swasta bonafit tes calistung dasarnya tdk susah, O pasti bisa. aspeknya byk: calistung, psiko test

lalu interview data diri n keluarga, mewarnai n menyanyi plus data kesanggupan ortu m'bayar uang gedung yg ditentukan

saya mah kalo kasi les , mendingan menggambar sih , O suka gambar soalnya... daripada pelajaran , soalnya ya itu tadi , saya kasian... di skul udah belajar , masa ikut les , belajar lagi...

saya belom tau sih soal tes SD , belom ada keponakan yang naek SD soalnya , kalo yang SD nya udah lama banyak , tapi pasti beda cara masuknya...

kemaren temen bilang ponakan dia masuk SD , kena 13 juta... makin mahal ya uang gedung...

perasaan dulu jaman saya masuk SMA , ga segede itu...

BundaNa
17-12-2012, 04:49 PM
masing2 sekolah emang beda, apalagi kan mama lily pernah usaha di bidang pendidikan ya, mesti paham, kadang keuntungan juga dikejar. Sorry, no hard feelling ya (bener ga sih nulisnya?::hihi::), kemaren pas ubeng2an nyari sekolah buat si kakak, kesimpulan saya cuma satu, pada akhirnya sekolah swasta yang "bonafit" lebih mementingkan "finansial" daripada kualitas secara pribadi. Program2 yang ditawarkan "gemerlap" tapi ternyata juaraaaaaang yang menyentuh ke arah kebutuhan si anak sebagai individu2 yang punya keunikan masing2.

Tadinya mau masukin Naomi ke SDIT, tawarannya tentu masalah agama yang lebih mendominasi, tapi menurut saya terlalu ngedrill anak. Lulus SD diharapkan sudah hafal beberapa surat besar Al Qur'an, meski dengan tehknik yang katanya tidak akan membebani anak. Tapi mengingat kurikullum SD yang padat, menurut saya kesian kalo maksain anak buat gila2an seperti itu. Kalau konsep pengenalan agama lebih matang okelah, tapi kalo "maksa", bukannya cinta sama agamanya, malah jenuh, kan gawat buat ke depannya...Pulang jam 1-2 siang, jam 4 diharapkan ada lagi ke sekolah buat ekskul plus pelajaran tambahan wajib dari sekolah, anak gwe kapan mainnya? 2 SDIT di sini begitu semua.

Belum lagi duitnya yang buat saya, TERLALU. Okelah uang gedung bisa dicicil selama setaun, lha duit SPPnya? belum lagi pada akhirnya kalo di sana Naomi bukan sekedar bersaing prestasi, pasti juga bersaing gaya hidup yang kadang lebih kejam daripada persaingan prestasi. Test masuknya juga edan menurut saya. Ada calistung, test menghapal beberapa surat pendek dan doa2 pendek, buat SDIT satu bahkan ada hapalan asmaul husna, interview data diri anak, interview ortu buat mengetahui kemampuan ortu dan kesiapan ortu nyekolahin anaknya disono (urusan duit ini pasti), buat saya terlalu panjang. Tadinya daptar tuh Naomi, akhirnya ditarik lagi dengan banyak pertimbangan, salah satunya, saya gak mau membebani Naomi dengan persaingan gaya hidup yang bisa saja mempengaruhi kepercayadirian buat bersaing secara prestasi.

Ada beberapa teman TK Naomi yang mendaftar ke SDIT mahal tersebut. Kemudian ketika sama2 masuk, Naomi di SD MUhammadiyah (yang buat kelas mahalnya cuma level tengahan aja di sini) dan temannya masuk SDIT tersebut, saya pun bersyukur si kakak batal masuk SDIT, karena di sana beban belajarnya gak karu2an, buku paket, LKS nya bertumpuk, belum2 anak udah stress. Ditambah ortunya "edan" ngelesin anaknya dari senin ampe sabtu (bahkan dia nyeletuk, kalo minggu ada yang mau ngelesin juga boleh::grrr::), dengan 2-3 jenis les seharinya, padahal jam belajar di sekolah udah padat, bisa dibayangkan si anak gak enjoy buat sekolah. Pada akhirnya masuk sekolah mahal nan bonafit pun menciptakan ortu yang ambisius, percaya deh. Karena takut anaknya ketinggalan materi pelajaran, maka ortu pun bertindak "edan" juga.

Padahal SDIT itu pun masih kalah dari SD Muhammadiyah buat urusan rata2 hasil UN dan perolehan nilai UN individu siswa, padahal ibaratnya yang masuk SDIT itu siswa2 pilihan, tapi outputnya gak sebanding sama inputnya. Ketika perlombaan2 pun SDIT masih kalah dibanding dengan SD Muhammadiyah maupun SD Negeri yang gratis sekolahnya. Padahal guru2nya katanya lulusan sarjana pilihan semua.

Percaya deh, tidaks emua sarjana pendidikan paham dengan kebutuhan psikologis anak. Dan yang dicari tingkat SD adalah guru2 yang paham psikologis anak, buat mengembangkan minta si anak akan belajar dan berdisiplin dengan baik. Bukan guru2 dengan program spektakuler, tapi gak punya dasar pendekatan psikologis yang baik kepada anak didiknya.

Harusnya, kita ortu, berani memberikan penghargaan terhadap guru SD kelas 1 yang bisa menerima siswa yang belum lancar membaca dan menulis juga berhitung kemudian ketika dalam jangka satu tahun bukan hanya mampu membuat siswanya lancar calistung, juga bisa menganalisa dan berlogika pada soal2 yang ada. Daripada menerima siswa jadi (udah lancar calistung) dan tinggal kasih soal2.

Dan tidak semua guru kelas 1 SD punya kemampuan seperti itu, kalo program2nya terlalu spektakuler.

Percayalah, kurikulum kelas 1-3 SD tidak SEBERAT yang dibayangkan, kalo memang sekolahnya pakai STANDART NASIONAL (entah kalo pake standart internasional, emang niatnya nanti SMP anaknya disekolahin di mana? Singapore? Australia?). Yang terberat di kelas2 itu justru menerapkan pola disiplin dan kemampuan bersaing secara sehat, supaya kelas 4-6 SD mereka siap menyongsong UNAS.

Dulu pun saya muluk2, sampe kemudian melepas ambisi saya buat memasukan Naomi ke sekolah "elit" karena pertimbangan finansial dan gaya hidup yang nanti jadi gak sehat. Dan sekarang saya bersyukur, tidak jadi memasukan Naomi ke sekolah macam itu. Karena nyatanya, Naomi bisa ditangani oleh guru2 di sekolah tersebut dan jiwa sosialnya tumbuh di sana, karena memang di SD Muhammadiyah ada siswa2 tak mampu yang diberi beasiswa oleh yayasan, dan ada aturan yang lumayan psinsip yang meminimalisasikan persaingan gaya hidup yang tidak sehat.

cha_n
17-12-2012, 06:29 PM
luar biasa bun

opi77
17-12-2012, 11:25 PM
Bener banget bun...

Sekolah kadang2 cuma liat finansial doank gak mikir anaknya ntar gimana...tujuannya sich bagus tapi dalam prosesnya kesian anak2...mereka bakal kehilangan masa kecilnya..

Sorry to say yah...sekolah Islma rata2 emank duitnya lebih gede dengan program2 yang gak jelas..liat al azhar mereka bikin acara liburan umrah..kesian mereka yang gak mampi malah jadi ajang iri2an yang ujing2nya anak itu jadi terisolasi...

Kalo buat gue pre school ampe sd mending diskul biasa aja....takutnya gak kuat anaknya sendiri dari segi pergaulan dan juga dari pembelajarannya...

BundaNa
18-12-2012, 02:15 PM
@chan: emang mesti mentok dulu baru pikiran terbuka::hihi::

@opi: ya itulah....kebanyakan program tapi lupa aspek psikologis anak untuk down to earth

opi77
18-12-2012, 02:38 PM
atau bisa juga dari orang tuanya sendiri yang maksain untuk anaknya skul di tempat seperti itu...jadi jangan cuma diliat salah sekolahnya aja..peran orang tua juga perlu dilihat...