PDA

View Full Version : Mewariskan Pemikiran pada anak keturunan



startsmart
14-11-2012, 02:35 AM
sepertinya deskripsiku kurang panjang.. maksudku disini pemikiran bahwa jadilah manusia yg tdk sekedar bermanfaat hanya untuk diri sendiri dan keluarga, tetapi jadi benar2 orang yg membawa manfaat bagi orang banyak..

Ahok itu seperti itu, karena didik dan dapat teladan langsung dari orang tuanya...



Sejak melihat Ahok tampil debat di TV aku jadi tertarik cari tahu tentang Ahok, aku jadi sering lihat vidoenya di Youtu be.
aku juga punya teman (38 tahun)yg menurrutku sangat idealis.. ketika aku tanya, dari mana dia memimiliki pemikiran2 seperti yg di anutnya saat ini? ada peranan yg cukup besar dari orang tua, keluarga besar dan lingkungannya di NTT sana yg diberika sejak ia mulai lahir meski saat remaja (kuliah) dia sudah di jakarta...

Aku menarik sebuah kesimpulan...

Bahwa.. menurutku.. yang paling utama yg harus di wariskan ke anak adalah pemikiran yg benar dan baik tetapi orang tua harus sejalan dengan apa yg di ajarkannya. Seperti Ahok itu, dia punya kepekaan terhadap masyarakt miskin dan baangsa ini karena orang tua yg mengajarkannya seperti itu...

jadi teringat tadi pas jajandi warung, aku di tanya habis berapa buat KTP, aku bilang 400 ribu dengan KK dan alamat di tempat Pak RT. Aku bilang ya, kalau ngikutin prosedur, tdk keluar2 itu KTPku.. dan tetangga bilang, ya begitulah pak RT, banyak pungutannya. terus aku bilang, maling tdk akan bisa mengajarkan kejujuran.. makanya ada istilah.. maling akan melahirkan maling juga...

Nah, wajar aja budaya korup kini menjadi ciri khas rakyat Indonesia, karena mulai dari orang tua sampai teman, guru, birokrat mayoritas mengajarkan sikap2 korup...

Jadi mikir, gimana bangsa ini bisa keluar dari mental korup jika situasinya seperti ini, orang tua korup, guru korup, pemerintahan korup, ustadnya juga korup, temannya ya juga korup (karena mengalami yg sama)...

Nowitzki
14-11-2012, 09:29 AM
saran buat startsmart: nikah dulu, punya anak, baru deh sharing beginian

kandalf
14-11-2012, 09:32 AM
^
Udah mulai personal attack tuh. Ad Hominim. hihihihihihihihi

Alhamdulillah,
ayahku, walau untuk beberapa hal kadang2 mengambil jalan pintas,
tapi untuk beberapa urusanku, dia mengajarkan untuk saklek, ikuti peraturan.

Tapi sekarang dia menyesal karena aku terlalu saklek jadinya. ::ngakak2::

etca
14-11-2012, 09:53 AM
Cocoknya d forum keluarga d ;D

Kurasa tergantung si anak, dia lama dan besar d mana
Trus kalau d keluarga, peran ortu seberapa jauh?
Tipikal cuek atau mendidik dgn dogma2 mereka.
Selepas dari ortu, d lingkungan majemuk si anak bakal ababil
Atau praktek jurus2 dari ayahnya

Kata emak, dari anak2nya...
Yg paling mirip dgn babe adalah gw.
Dari keras kepala sampe sakleknya.
Ngocolnya sampe nekatnekatnya.
:D

itsreza
14-11-2012, 10:04 AM
iya nikah dulu deh, baru paparkan disini.
mewariskan pemikiran bukan hal yang mudah.

kalau di rumah pemikiran dan sifat orang tua saya
sangat berpengaruh ke anak-anak. mulai dari
idealisme sampai keras kepala. anak-anak nya
juga berkembang stabil, paling saya aja agak labil ;D

etca
14-11-2012, 10:17 AM
@itsreza
selabil-labilnya dirimu mah tetap aja terlihat 'stabil' dibanding yang lain2 seusiamu.

btw ini belum merit tetep *nekat* komen nih :lololol:

kalau soal maling korupsi dll,
itu bukannya sudah tercemar kena faktor lingkungan
dan tidak bisa mengendalikan keinginan diri sendiri yah?

itsreza
14-11-2012, 10:39 AM
^^
lingkungan berpengaruh. di tempat kerja pun banyak warga senior
yang jadi mentor, jadi mana bisa saya bergaya ababil ;D

BundaNa
14-11-2012, 10:44 AM
begini...anak itu itu kertas putih, jadi tulisan yang ada di kertas itu adalah hasil yang dia dapat...dari ortunya, keluarganya, beranjak besar bertambah dari lingkungan, teman2 dan juga guru2nya. Jadi ortu adalah satu pondasi utama, tapi gak satu2nya faktor yang mengisi kepala anak itu sendiri.

Daaaaaaaaaan ortu pun bukan mendogma dengan model sekolahan yang duduk manis trus anak didoktrin blablabla....anak justru menyerap dari sikap, perkataan dan tingkah laku orang-orang sekekelingnya.

Mungkin di awal hidupnya, pemikiran, perkataan dan tingkah laku ibunya yang mendomasi hidupnya, tapi kemudian berkembang lebih jauh lalu dia akan menerima dan mengulang sikap2 dan pemikiran itu yang menurutnya nyaman buat dirinya.

Itu kenapa, sebelum dilepas untuk bersosialisasi, ada baiknya ortu sebagai pendidik utama memberi pondasi yang sangat stabil untuk pemikiran, sikap dan perkataan si anak kedepannya. Karena kemudian dia akan menyerap dan mengulang apapun yang dari keluarga dan sekelilingnya yang dirasanya nyaman, yang menjadi pondasi pemikiran dirinya.

Yang paling mendasar jangan ajari anak berbohong ataupun ngeles. Dan ketika anak berani bercerita jujur jangan dimarahi, tapi diskusikan kenapa ceritanya itu seharunya tidak diulangi lagi nanti. Sehingga dia menjadi anak yang berani berkata dan bersikap jujur. Itu pondasi dia untuk tau bahwa maling, korupsi, nyopet, kolusi dan nepotisme itu bukan sekedar dosa, tapi juga merugikan orang lain. Dan merugikan orang lain itu bukan sifat yang membuat dia dsayangi dan dihormati orang lain dengan tulus


*emang mending masuk ke forum keluarga ::hihi::

etca
14-11-2012, 10:51 AM
wokeh udah saya pindahin ke forum Ibu, Anak dan Keluarga yah ::bye::

purba
14-11-2012, 10:54 AM
saran buat startsmart: nikah dulu, punya anak, baru deh sharing beginian

Gak bisa begitu. Apa orang perlu korupsi dulu utk berbicara ttg korupsi? Apa seorang lelaki musti jadi perempuan dulu utk berbicara ttg perempuan? :))

hajime_saitoh
14-11-2012, 10:55 AM
kalo untuk yang satu ini ada satu hal yang sangat saya ingat dari nilai2 yang ditekankan ortu.. yaitu jangan sampai berhutang... kalopun memang harus berhutang harus dimulai dengan niat untuk membayrnya kembali dengan segera (karena banyak orang berhutang yang mampu namun tidak mau membayart segera hutangnya)...........
saya sangat bangga dengan ortu karena mereka juga sejak kecil menanamkan nilai2 agama yang kuat bahkan kami semuanya kecilnya diajar mengaji oleh mereka berdua, walao kadang samapi nangis abis ngaji karena galaknya mereka berdua....
namun satu hal lg.. ortuku sangat membebaskan anaknya dalam memilih jalan hidupnya... jadi dari kelima anaknya hanya satu yang ngikutin jejak bapak jadi dosen ilmu hukum, yang lainnya beda2 semua.. wa anak ekonomi PNS... adek gw lulusan meteorologi dan geofisika, yang keempat anak DKV en yang terakhir masih kelas 3 SMU.. jadi tidak ada pemaksaan dalam menentukan cita2......

---------- Post Merged at 10:55 AM ----------

kalo untuk yang satu ini ada satu hal yang sangat saya ingat dari nilai2 yang ditekankan ortu.. yaitu jangan sampai berhutang... kalopun memang harus berhutang harus dimulai dengan niat untuk membayrnya kembali dengan segera (karena banyak orang berhutang yang mampu namun tidak mau membayart segera hutangnya)...........
saya sangat bangga dengan ortu karena mereka juga sejak kecil menanamkan nilai2 agama yang kuat bahkan kami semuanya kecilnya diajar mengaji oleh mereka berdua, walao kadang samapi nangis abis ngaji karena galaknya mereka berdua....
namun satu hal lg.. ortuku sangat membebaskan anaknya dalam memilih jalan hidupnya... jadi dari kelima anaknya hanya satu yang ngikutin jejak bapak jadi dosen ilmu hukum, yang lainnya beda2 semua.. wa anak ekonomi PNS... adek gw lulusan meteorologi dan geofisika, yang keempat anak DKV en yang terakhir masih kelas 3 SMU.. jadi tidak ada pemaksaan dalam menentukan cita2......

GiKu
14-11-2012, 11:01 AM
Gak bisa begitu. Apa orang perlu korupsi dulu utk berbicara ttg korupsi? Apa seorang lelaki musti jadi perempuan dulu utk berbicara ttg perempuan? :))

kayak ceramah tentang kematian yak
::hihi::

etca
14-11-2012, 11:05 AM
kalo untuk yang satu ini ada satu hal yang sangat saya ingat dari nilai2 yang ditekankan ortu..
yaitu jangan sampai berhutang...
ahaaa bener banget. iya sama nih.
kalau pengen somethin' ya nabung dulu.
hidup berhemat.
intinya jangan sampai ngutang.

seiring perjalanan waktu, gw ada kawan kampus,
nee cewe paliiiinggg ga mau janji. bagi dia janji itu = hutang.
gw banyak belajar dari kawan gw yang satu ini.
dan paling eneg, ama orang yang gampang banget bilang : sumpah.

mendidik anak kalau ga sinkron antara suami istri
bisa bentrok melulu yah kalangan intern ortu.

bersyukur ampe dewasa ini ga pernah liat ortu berantem :)

purba
14-11-2012, 11:21 AM
Bahwa.. menurutku.. yang paling utama yg harus di wariskan ke anak adalah pemikiran yg benar dan baik tetapi orang tua harus sejalan dengan apa yg di ajarkannya.

Setuju karena yg dikenal anak pertama kali adalah keluarga. Oleh karena itu, orang tua yg baik adalah yg mewariskan nilai-nilai yg baik juga pada anak-anaknya. Tapi masalahnya apa yg dianggap baik antara satu orang ke orang lain berbeda-beda.

:))

danalingga
14-11-2012, 11:38 AM
Wah, ini kok mirip sama seven habits ya?

Kebetulan baru dapat training dari kantor.
Katanya emang orang tua (plus lingkungan) yang mewariskan value ke anaknya.

hajime_saitoh
14-11-2012, 11:40 AM
Setuju karena yg dikenal anak pertama kali adalah keluarga. Oleh karena itu, orang tua yg baik adalah yg mewariskan nilai-nilai yg baik juga pada anak-anaknya. Tapi masalahnya apa yg dianggap baik antara satu orang ke orang lain berbeda-beda.

:))

berbeda-beda namun tak jauh beda.... semua orang menganggap kejujuran nilai yang baik, menghormati orang tua, saling sayang menyayangi dll bagi kebanyakn manusia itu adalah nilai2 universal tentang kebaikan.....

BundaNa
14-11-2012, 11:43 AM
^makanya jangan sembarangan jadi ortu::hihi:: *ngasih tau penganten baru -_-

itu kenapa seminar2 keluarga dan pendidikan untuk anak laris manis, mungkin ortu mulai terbuka pikirannya untuk memperbarui diri sehingga mewariskan yang baik2 aja ke anak2nya kelak::hohoho::

---------- Post Merged at 10:43 AM ----------

@hajime: tapi habbits gimana cara menghormati ortu berbeda2 tiap etnis lho....buat etnis sumatera, gak perlu sampe jalan bungkuk2 di depan ortu dan berbahasa halus kepada orang yang lebih tua seperti di jawa, yang penting sayang dan tidak meninggikan suara *baru baca buku pelajaran bahasa jawa si sulung

Dan itu masalaaaaaaaaaah buat ortu2 saat gwe jalannya slonong boy::hihi::

hajime_saitoh
14-11-2012, 12:34 PM
^makanya jangan sembarangan jadi ortu::hihi:: *ngasih tau penganten baru -_-

itu kenapa seminar2 keluarga dan pendidikan untuk anak laris manis, mungkin ortu mulai terbuka pikirannya untuk memperbarui diri sehingga mewariskan yang baik2 aja ke anak2nya kelak::hohoho::

---------- Post Merged at 10:43 AM ----------

@hajime: tapi habbits gimana cara menghormati ortu berbeda2 tiap etnis lho....buat etnis sumatera, gak perlu sampe jalan bungkuk2 di depan ortu dan berbahasa halus kepada orang yang lebih tua seperti di jawa, yang penting sayang dan tidak meninggikan suara *baru baca buku pelajaran bahasa jawa si sulung

Dan itu masalaaaaaaaaaah buat ortu2 saat gwe jalannya slonong boy::hihi::

beda sih beda namu tetep aja gak sampai berbuat kasar.... dianggap memperlakukan dengan baik..... disini juga dilombok kalo lewat didepan orang tua yang sedang duduk ya kita mesti bungkukin badan atau kalo kita duluabn selesai makan kita harus nungguin orang yang lebih tua duluan cuci tangan dikobokan baru kita yang muda2..

---------- Post Merged at 12:34 PM ----------


^makanya jangan sembarangan jadi ortu::hihi:: *ngasih tau penganten baru -_-

itu kenapa seminar2 keluarga dan pendidikan untuk anak laris manis, mungkin ortu mulai terbuka pikirannya untuk memperbarui diri sehingga mewariskan yang baik2 aja ke anak2nya kelak::hohoho::

---------- Post Merged at 10:43 AM ----------

@hajime: tapi habbits gimana cara menghormati ortu berbeda2 tiap etnis lho....buat etnis sumatera, gak perlu sampe jalan bungkuk2 di depan ortu dan berbahasa halus kepada orang yang lebih tua seperti di jawa, yang penting sayang dan tidak meninggikan suara *baru baca buku pelajaran bahasa jawa si sulung

Dan itu masalaaaaaaaaaah buat ortu2 saat gwe jalannya slonong boy::hihi::

beda sih beda namu tetep aja gak sampai berbuat kasar.... dianggap memperlakukan dengan baik..... disini juga dilombok kalo lewat didepan orang tua yang sedang duduk ya kita mesti bungkukin badan atau kalo kita duluabn selesai makan kita harus nungguin orang yang lebih tua duluan cuci tangan dikobokan baru kita yang muda2..

cha_n
14-11-2012, 01:14 PM
pemikiran di sini apa ya?

kalau agama, norma, etika, perilaku, sikap, budaya, itu otomatis diajarkan dalam keseharian, dalam keteladanan orang tuanya

GiKu
14-11-2012, 02:32 PM
selama budaya/norma2 lokal gak bertentangan dengan agama sepertinya gak masalah

Porcelain Doll
14-11-2012, 06:52 PM
^makanya jangan sembarangan jadi ortu::hihi:: *ngasih tau penganten baru -_-

itu kenapa seminar2 keluarga dan pendidikan untuk anak laris manis, mungkin ortu mulai terbuka pikirannya untuk memperbarui diri sehingga mewariskan yang baik2 aja ke anak2nya kelak::hohoho::

---------- Post Merged at 10:43 AM ----------

@hajime: tapi habbits gimana cara menghormati ortu berbeda2 tiap etnis lho....buat etnis sumatera, gak perlu sampe jalan bungkuk2 di depan ortu dan berbahasa halus kepada orang yang lebih tua seperti di jawa, yang penting sayang dan tidak meninggikan suara *baru baca buku pelajaran bahasa jawa si sulung

Dan itu masalaaaaaaaaaah buat ortu2 saat gwe jalannya slonong boy::hihi::

g bukan orang jawa, bun...tapi tetep dari kecil diajarin kalo jalan depan orang yg lebih tua harus sedikit membungkuk sambil bilang permisi

startsmart
19-11-2012, 01:48 AM
saran buat startsmart: nikah dulu, punya anak, baru deh sharing beginian
kalau 7 tahun yg lalu nikah... maka pemikiranku tahunya sebatas istri, kerjaan, hobi dan anak.. seperti yg aku lihat teman-temanku... dapat aku lihat dari isi status FBnya.. isinya kalau tdk maslaah kerjaan, ya istrinya, kalau pun ada yg dibahas, paling maslaah palestina atau mengkampanyekam ustadnya yg ikut Pilkada...

ambil sih ambil hikmah aja... aku jadi tahu kan ini dan itu karena aku tdk terbebani oleh anak dan istri... nah, setelah banyak baca sana sini.. akhirnya aku tahu.. apa yg harus di wariskan ke anak cucu...

tapi emang sih kriteria ku terlalu tinggi, harus smart, manis, tinggi minimal 155, berat badan tdk lebih dari 60 kg.. penghasilan baru 3 juta ya kagak bakal dapat... minimal 5 jutaan baru dapat yg seperti aku mau.... :D

---------- Post Merged at 12:38 AM ----------


Setuju karena yg dikenal anak pertama kali adalah keluarga. Oleh karena itu, orang tua yg baik adalah yg mewariskan nilai-nilai yg baik juga pada anak-anaknya. Tapi masalahnya apa yg dianggap baik antara satu orang ke orang lain berbeda-beda.

:))

yup...
basicnya yg harus kuat di keluarga dulu... hanya saja.. si anak informasi tentang baik dan benar jangan bersumber hanya dari 1 sumber, tetapi dari berbagai sumber agar outputnya pribadi yg dewasa dan bijaksana, kalau hanya dari orang tua dan guru ngajinya.. ya jatuhnya seperti teroris itulah.. bahwa membunuh orang kafir, adalah salah satu perbuatan terpuji..

---------- Post Merged at 12:40 AM ----------


pemikiran di sini apa ya?

kalau agama, norma, etika, perilaku, sikap, budaya, itu otomatis diajarkan dalam keseharian, dalam keteladanan orang tuanya


sepertinya deskripsiku kurang panjang.. maksudku disini pemikiran bahwa jadilah manusia yg tdk sekedar bermanfaat hanya untuk diri sendiri dan keluarga, tetapi jadi benar2 orang yg membawa manfaat bagi orang banyak..

Ahok itu seperti itu, karena didik dan dapat teladan langsung dari orang tuanya...

---------- Post Merged at 12:48 AM ----------

kata temanku... kalau gajah mati meninggalkan gadingnya... maka manusia mati harus meninggalkan nama (karya) nya..
jika orang bisa meninggalkan sebuah karya (sesuatu yg positif dimasyarakat) maka akan jadi sebuah kebanggaan (motivasi tersendiri) bagi anak..


Aku juga menarik sebuah kesimpulan...
jika kita mewariskan sebuah pemikiran yg baik dan benar.. maka kelak.. jika si anak miskin maka pemikiran baik dan benarnya akan membuatnya kaya, tetapi kalaupun tdk bisa kaya, maka ia akan menjadi orang yg sederhana (tdk berlebihan dalam hidup), jika ia juga terwarisi harta dari orang tuanya, maka ia akan menjaga dan mengembangkannya hartanya dan bisa jadi akan menyalurkan hartanay secara proposional kepada masyarakat, atau setidak-tidaknya jika ia pelit berbagi, setidaknya hartanya tdk menjadi sarang masalah di masyarakat, misalnnya menggunakan hartanya untuk buat bisnis judi dan rumah pela cu ran...


Seperti Ahok.. ia tahu.. ia memiliki keterbatasan dalam membantu orang lain.. maka jika uang 1 Milyar dibagikan 500.000 ke masyarakat maka hanya 500 orang yg dapat menikmatinya... tetapi jika ia gunakan 1 milyar untuk merebut kekekuasaan (jabatan), jika berhasil ia bisa membantu masyararakat jauh lebih luas... ternyata pemikiran Ahok memiliki kesamaan dengan dalam sebuah riwayat... sehari seorang raja (pemimpin) berbuat adil, jauh lebih baik dari pada ahli ibadah yg beribah selama 80 tahun lamanya. Bisa dibayangkan berapa besar pahalanya seorang pemimpin jika selama 5 tahun ia berupaya menciptakan keadilan selama memerintah...

cha_n
19-11-2012, 02:45 AM
Gak bisa begitu. Apa orang perlu korupsi dulu utk berbicara ttg korupsi? Apa seorang lelaki musti jadi perempuan dulu utk berbicara ttg perempuan? :))

paling ngga yang udah punya anak ga sekadar cuap cuap di tataran teori seperti TS ini, mereka sudah lebih jauh berada di tataran praktik. lebih tahu kondisi sebenarnya di lapangan, lebih tahu gimana benturan di tataran ide ama realita, lebih tahu gimana menyiasati benturan tersebut, dan lebih sering ngikik baca postingan orang2 yang berada di tataran teori.

yang cuma tahu teori saja, kapan kalian memikirkan soal mewariskan hal baik pada anak? pas kebetulan posting di sini ?
yang punya anak tiap saat memikirkan nya...

praktik nya kalau mau ditulis tuh panjang, tiap tahap kehidupan anak beda2 pendekatannya. anak balita tentu beda cara mendidiknya dengan anak remaja.

secara garis besar, keteladanan ortu sangat penting dalam hal mendidik anak. jangan bicara soal kejujuran ketika ortu sendiri sering membohongi anak (misal dijanjikan beli coklat kalau ga nangis) sekedar untuk menenangkan
itu satu contoh, terlalu banyak lah... teorinya bertebaran di buku da media online ttg cara pengasuhan anak.

startsmart
19-11-2012, 02:57 AM
seperti yg aku bilang, kalau 10 tahun lalu aku tdk kejakarta, ya anak aku udah pasti 3, tetapi ya.. pengetahuanku pasti terbatas.. karena aku tdk akan memiliki kebebasan waktu untuk mempelajari hal-hal baru, karena aku pasti secara tdk langsung mendapatkan tekanan memastiakan bahwa anak istri hidup berkecupan...

aku melihat banyak orang seperti itu... :D



orang yg sudah mengetahui teorinya jauh lebih cepat menyelsaikan maslaah ketimbang mereka yg tdk (belum) tahu teorinya...
soal tiap kondisi memiliki permasalahan yg berbeda2... emang kambing, kagak bisa mikir gimana cara menyelesaikan masalah2 yg timbul.. :D

cha_n
19-11-2012, 04:40 AM
ah lu teori doang. solusi soal anak yang mana yang mau lu selesaikan? anak aja lu ga punya.

tau dari mana kalau 10 tahun yll nikah bakal punya anak?
dan picik banget kalau bilang punya anak menghambat pendidikan dan pengetahuan ortu nya.
sangat picik.

punya anak bagi gw dan suami malah bikin kita termotivasi buat belajar lebih banyak. kita jauh lebih fokus, ga ngawang ngawang dan berteori dengan ngawur yang ngalor ngidul.
sekarang alhamdulilah gw juga dapat kesempatan beasiswa kuliah lagi, walau bayi masih merah, ga lalu menghambat buat tahu lebih banyak.
tipi bisa ditonton buat lihat berita terkini. internet akses 24 jam ga bakal bikin mati gaya karena ketinggalan informasi.

info apa yang ga ada di internet ?
mau bahas tentang tumbuh kembang anak, ikut aja milis sehat, atau di grup tatc facebook serta berbagai grup/forum juga ada diskusinya.
bahkan khusus popok anak aja ada grupnya kok. apalagi tentang asi. blom lagi yang selalu hot pembahasan soal vaksin.
lu tahu ga semua itu? kan lu blm merit jadi katanya lebih ngerti teorinya.

ikutan komunitas ayah edi kalau mau banyak input positif, bagus2 juga ilmu yang bisa digali dari sana.

seperti yang gw bilang, soal teori bertebaran di internet dan buku2. yang penting itu praktek

AsLan
19-11-2012, 08:33 AM
Startsmart meskipun belum punya anak tapi dia pernah jadi anak, sedikit banyak tahulah tentang bagaimana orang tuanya mendidik dirinya.

BundaNa
19-11-2012, 09:43 AM
^mungkin, tapi itu bukan pengalaman dirinya, karena dia melihat dari sudut pandang dirinya selaku anak yg menerima pengasuhan dan pendidikan. Tetap akan berbeda dari orang yg mengalami keduanya, pernah dan selalu jadi orang yang menerima pengasuhan dan pendidikan (sebagai anak) dan sedang mengalami sebagai pengasuh dan pendidik anak (sebagai ortu).

Dan rasanya aneh bilang, kalo 7 thn yg lalu nikah maka hidupnya akan seboring yang TS paparkan, berarti TS tidak bisa menikmati hidup dan menggali apa saja yg ditemui, dialami dan dirasakan sebagai bagian dari pertambahan ilmu pengetahuan, wawasan dan pola pikir. Itu sih, salah sendiri tidak memaksimalkan hidupnya.

Saya baru nikah kurang lebih 9 thn yang lalu. Apakah hidup saya cuma berkisar anak, rumah dan suami? Wah tidak. Saya masih bisa ngenet dan cari2 info terbaru tentang apa saja yg lagi nyamber di otak saya, kalo saya mau, waktunya mungkin ga 24 jam, tapi orang single juga ga mungkin 24 jam ngetem depan kompi kan?

Saya masih bisa ikut arisan dan acara PKK, pengajian juga hang out sama temen2 deket, padahal saya ga pake jasa pembantu sekarang. Tapi rumah masih beres, masih bisa nyuci, masak dan prepare si sulung sekolah juga memantau sekolah si sulung sendiri tuh, karena suami kerja di luar pulau. Saya masih bisa nyoba2 resep jajanan baru, masih sempet kerja2 sampingan, masih bisa ngopi2 sama temen, masih bisa berdua sama suami. Suami pun masih bisa bersosialisasi dengan baik, masih menekuni hobby bilyardnya, masih update info2 terbaru padahal dia di pedalaman, masih bisa hangout berdua aja sama saya. Pengetahuannya pun bertambah karena dia mau menambahnya.

Memang boleh ngomong teori panjang2. Tapi kalo teori doang dikuasai, kapan taunya? Keburu ga sempet mempraktekkannya baru blingsatan ::ngakak2::

cha_n
19-11-2012, 09:59 AM
orang yang jadi ortu sudah pernah jadi anak juga, dan tahu bedanya dengan posisi jadi ortu.
jadi anak kita menerima pilihan ortu, paling jauh memberikan masukan, tapi itupun ketika anak udah cukup mengerti. sedang jadi ortu kita dihadapkan dengan berbagai pilihan pola pengasuhan. diharuskan mengerti dampaknya bagi anak, mempelajari prosesnya. sebelumnya juga harus mengerti bahwa setiap anak unik. polanya tentu disesuaikan dengan kondisi anak kita. anak orang lain bisa efektif dengan pola pengasuhan tertentu, belum tentu cocok sama kita.
kaya gitu bisa dipahami oleh orang yang blom punya atau belum pernah mengurus anak? amazing.

khusus etca, dirimu emang blum punya anak kandung tapi tiap hari menghadapi ponakan. aku rasa ilmuku malah kalah jauh, terutama tentang bagaimana menghadapi anak abg. soalnya anakku masih balita semua

purba
19-11-2012, 05:35 PM
paling ngga yang udah punya anak ga sekadar cuap cuap di tataran teori seperti TS ini, mereka sudah lebih jauh berada di tataran praktik. lebih tahu kondisi sebenarnya di lapangan, lebih tahu gimana benturan di tataran ide ama realita, lebih tahu gimana menyiasati benturan tersebut, dan lebih sering ngikik baca postingan orang2 yang berada di tataran teori.

Gak jugalah. Selama ini orang percaya bahwa yg punya pengalaman lebih tahu atau lebih mengerti dari pada yg tidak. Padahal belum tentu. Kadang dalam suatu diskusi utk mengatasi lawan, disodorkan argumen pengalaman yg lawannya gak punya. Misalnya diskusi ttg Minang antara orang Jawa dan Padang. Ketika kepepet, orang Padang langsung bilang, "gw kan orang Padang, pasti lebih tahu ttg Minang, dibandingin lo orang Jawa". Demikian juga sebaliknya. Gak bisa kan diskusi kayak gitu?

Meski TS belum menikah atau belum punya anak, bukan berarti dia tahu teori saja. Bisa saja dia ikut mendidik anak kakaknya misalnya karena kebetulan tinggal serumah. Atau dia mengamati tetangganya yg punya anak misalnya, dst. Jadi setidaknya dia tahu juga prakteknya, meski tidak langsung.

Juga yg punya pengalaman langsung mendidik anak belum tentu bisa mengambil pelajaran dari pengalamannya tsb sehingga pengetahuannya ttg mendidik anak lebih baik dari pada yg tahu teorinya saja. Jadi tidak ada jaminan bahwa yg punya anak lebih tahu dibandingkan yg tidak.

Pengalaman dan buku adalah guru. Murid yg baik adalah murid yg dapat mengambil pelajaran dari gurunya, tidak peduli siapa gurunya tsb.

:))

---------- Post Merged at 04:35 PM ----------


seperti yg aku bilang, kalau 10 tahun lalu aku tdk kejakarta, ya anak aku udah pasti 3, tetapi ya.. pengetahuanku pasti terbatas.. karena aku tdk akan memiliki kebebasan waktu untuk mempelajari hal-hal baru, karena aku pasti secara tdk langsung mendapatkan tekanan memastiakan bahwa anak istri hidup berkecupan...

Gak juga. Di KM ini banyak yg sudah menikah dan mempunyai anak bahkan sampe ngurus perusahaan yg karyawannya mungkin puluhan atau ratusan, tapi sosialisasi tetap jalan. Itu sih gimana ente pinter ngatur waktu saja.

:))

cha_n
19-11-2012, 06:07 PM
maka itu lu baca lagi, ada tulisan gw, kalau belum punya dan blom pernah ngasuh anak apa bisa tahu?
contohnya etca udah gw tulis juga, dia blom punya anak kandung tapi udah ngurusi ponakannya yang abg, dia akan jauh lebih pengalaman dari gw.

dan gw ga percaya orang cuma ngamati tetangganya jadi bisa ngerti urusan anak.
butuh tanggung jawab yang besar buat siap memahami soal pengasuhan anak. ga cuman karena diskusi forum doang.

bedakan sama contoh lu kalau laki2 bisa ngomongin perempuan tanpa harus jadi perempuan. tanpa lu punya pasangan pun, semua orang otomatis ketemu perempuan dimana mana. ibu juga perempuan.

beda juga soal pembahasan mati. mati itu kejadian yang akan datang, kapan diomongin kapan dipersiapkan ? ya sekarang. kalau baru dibahas pas mati itu namanya ter-la-mbat

tapi, jadi ortu itu ga otomatis , ada anaknya dulu. entah itu ortu kandung atau bukan ya. yang jelas harus ada interaksi dengan anak dulu.

jadi bolehlah kalau mau ngomongin teori, tapi lagi2 cuma teori, di internet juga banyak

bedakan kalau diskusi dengan para ortu (yang ngasuh anak) yang ngerti teori dan udah praktek, jadi lebih jelas pengalamannya, bisa testimoni bener ga toeri sama prakteknya. apa kondisi x nya. strategi apa buat mengatasi problemnya.

BundaNa
19-11-2012, 06:26 PM
Gwe beberapa kali tanya2 etca kalo nemu yg ajaib2 sama anak2, pertimbangan gwe etca pernah ngalamin ngasuh ponakannya dari ponakannya kecil, gwe lebih percaya sama yg pernah ngalamin daripada konsul sama orang yg blum pengalaman langsung

AsLan
19-11-2012, 06:35 PM
kalo teorinya startsmart ada yg salah, monggo ditunjukkan kesalahannya, bukan diserang orangnya atau kondisinya.

kandalf
19-11-2012, 06:39 PM
Sepakat dengan Aslan.
katakan tidak pada ad-hominim. :p

BundaNa
19-11-2012, 06:47 PM
^udah gwe jawab, tentang teori kalo berumah tangga dan punya anak menghambat dia untuk mencari wawasan dan pengetahuan. Menurut lo, yg udah punya anak...punya anak menghambat kekayaan berpikir lo, dalf?

AsLan
19-11-2012, 06:53 PM
Menurut gw pemikiran dia juga salah, sangat ngaco malah.

mbok jamu
19-11-2012, 07:54 PM
Mungkin maksud Startmart dan Purba begini, "Parents might know but might not know the best".

Banyak contoh orangtua yang merasa sangat mengetahui anak nya, tiba-tiba harus bengong karena si anak tiba-tiba membangkang atau lari dari rumah atau yang paling menyedihkan akhir-akhir ini di kampung mbok, si anak ditemukan gantung diri. Mbok yakin sampai si anak itu gantung diri, orangtua nya menganggap mereka lah yang paling mengerti anak tsb. Ketika si anak gantung diri, orangtua nya shocked karena tidak pernah/tidak bisa melihat bahwa sebenarnya anak nya sedang bermasalah.

Menjadi orangtua tentunya merupakan anugrah yg luar biasa. Tapi seperti mendapatkan kenaikan pangkat jadi manager di kantor, gift tsb bisa membuat manusia lupa. Itu anakku, aku tahu karena aku orangtua nya, padahal yang paling tahu si anak ya si anak itu sendiri. Ketika si anak meninggalkan rumah, pergi sekolah misalnya, ketika itu pula orangtua tidak tahu apa yang terjadi atau dikerjakan si anak. Dari rumah buku lengkap dibawa, baju rapi disetrika, dibekalin nasehat siang malam, di sekolah si anak bolos, main ke mall, ngudud.

Apa jaminan bahwa anak dari keluarga baik-baik akan menjadi manusia yg baik-baik nantinya? Dulu mbok punya tetangga, anak dari keluarga baik-baik, cantik, terpelajar dan taat beribadah tapi belum selesai sekolah dia harus menikah karena sudah hamil. Orangtua nya kecewa banget, kurus kering memikirkan where they did it wrong.

Sebaliknya, kalau bilang "orang yg sudah mengetahui teorinya jauh lebih cepat menyelesaikan masalah ketimbang mereka yg tdk (belum) tahu teorinya...", itu juga gegabah. Mungkin banyak buku yang memuat teori tentang perkembangan anak tapi apakah buku itu juga memuat semua kemungkinan yg bisa terjadi, misalnya 'Reaksi-reaksi anak ketika dimarahi orangtua' atau 'Bagaimana memaafkan diri anda (orangtua) kalau anak anda bunuh diri'. Buku panduan yang selengkap itu bisa setebal kulkas.

cha_n
19-11-2012, 08:13 PM
kalau yang dimaksud adalah seperti mbok bilang, maka aku setuju sekali.
saya sama sekali ga pernah bilang kalau ortu adalah yang paling mengerti tentang anaknya.
yang saya pertanyakan adalah statemen orang yang sama sekali tidak pernah berinteraksi dengan anak, baik anak kandung atau anak yang diasuh kemudian berteori macam macam tentang mewariskan pemikiran pada anak keturunan.

sebagai orang tua, saya menyadari tidak akan pernah sempurna tapi tetap wajib berusaha sebaik baiknya.
teori juga dilalap, tapi yang tersulit adalah implementasinya.

tak perlu jauh jauh. mengajarkan anak hidup sederhana, mainan ga boleh beli terus, tidak boleh boros... eh pas ke rumah kakeknya bolak balik dibelikan mainan. belum lagi dibelikan coklat dan permen yang menurut kami ortunya berlebihan.kalau ngomong ke kakeknya juga ga mungkin keras, di sini kita menemukan dilemanya.
apa mungkin kondisi seperti ini dimengerti sekedar dari teori?

keteladanan ortu baru akan bisa dilaksanakan ketika ada anaknya. sama seperti ilmu ikhlas, banyak teorinya tapi semua nihil kalau tidak ada praktek nya

cha_n
19-11-2012, 08:17 PM
sering kali, ortu yang belajar dari anaknya. jadi tidak melulu ortu mewariskan pemikiran nya. ada kalanya anak2 lah yang menginspirasi ortunya.

BundaNa
19-11-2012, 08:59 PM
^suka 2 postingan di atas...

Yang detail, dilema pengasuhan, praktek di lapangan itu yg sering membuat teori2 mesti dimodifikasi

ortu memang bukan dewa yg sempurna yang pasti mengantarkan anaknya sukses dalam hidup. Tapi blum jadi ortu juga ga mudah berteori A pasti jadi A ke si anak kelak.

Ketika "harus" mengasuh anak, entah anak sendiri ato anak asuh, otomatis pola berpikir dan bertindak kita harus terus up to date demi anak yang kita asuh menjadi lebih baik.

Di awal2 posting gwe bilang setuju kalo ortu adalah penyumbang utama pola pikir anak, kemudian ditunjang oleh lingkungan, keluarga, sekolah, dll. Pondasi memang dari ortu dan kemudian berkembang.

Yang gwe aneh itu kalimat "menikah dan punya anak membatasi pola pikir dan up to date wawasan" ya ampyun, jaman millenium begini, bisa mikir begitu...begitu kog ngomongin konsep, "mewariskan pola pikir kepada anak." Nah cara pandang TS aja masih seperti itu, gimana mau transfer ilmu ke anaknya kelak?

etca
19-11-2012, 09:36 PM
Gwe beberapa kali tanya2 etca kalo nemu yg ajaib2 sama anak2, pertimbangan gwe etca pernah ngalamin ngasuh ponakannya dari ponakannya kecil, gwe lebih percaya sama yg pernah ngalamin daripada konsul sama orang yg blum pengalaman langsung


khusus etca, dirimu emang blum punya anak kandung tapi tiap hari menghadapi ponakan. aku rasa ilmuku malah kalah jauh, terutama tentang bagaimana menghadapi anak abg. soalnya anakku masih balita semua


maka itu lu baca lagi, ada tulisan gw, kalau belum punya dan blom pernah ngasuh anak apa bisa tahu?
contohnya etca udah gw tulis juga, dia blom punya anak kandung tapi udah ngurusi ponakannya yang abg, dia akan jauh lebih pengalaman dari gw.

wow wow wow... keknya ada yang perlu diluruskan nih,
kalian terlalu tinggi menyanjungku ::doh::

saya ngasuh ponaan kan boleh dibilang hanya temporary.
kebetulan aja pernah beberapa kali fisiknya sehari2 dekat dengan saya saat emaknya di luar kota.

kandalf
19-11-2012, 09:43 PM
kalau 7 tahun yg lalu nikah... maka pemikiranku tahunya sebatas istri, kerjaan, hobi dan anak.. seperti yg aku lihat teman-temanku... dapat aku lihat dari isi status FBnya.. isinya kalau tdk maslaah kerjaan, ya istrinya, kalau pun ada yg dibahas, paling maslaah palestina atau mengkampanyekam ustadnya yg ikut Pilkada...

Emangnya masalah kerjaan tidak mendapat hal-hal baru? Emang ikut kampanye pilkada tidak dapat pengetahuan hal-hal baru?


seperti yg aku bilang, kalau 10 tahun lalu aku tdk kejakarta, ya anak aku udah pasti 3, tetapi ya.. pengetahuanku pasti terbatas.. karena aku tdk akan memiliki kebebasan waktu untuk mempelajari hal-hal baru, karena aku pasti secara tdk langsung mendapatkan tekanan memastiakan bahwa anak istri hidup berkecupan...

Gue sih ngelihatnya begini,
kalau gue punya waktu buat ngelirik cewek di pinggir jalan, punya waktu buat buka situs2 aneh, kenapa gue kagak menggunakan waktu gue untuk memperbaharui pengetahuan gue?

Memang punya pasangan dan anak itu jelas membatasi waktu tetapi toh nyatanya para suami bisa mengalokasikan waktu mereka buat hal-hal yang (bahasa bini gue) 'gak penting'. ::ngakak2::


^udah gwe jawab, tentang teori kalo berumah tangga dan punya anak menghambat dia untuk mencari wawasan dan pengetahuan. Menurut lo, yg udah punya anak...punya anak menghambat kekayaan berpikir lo, dalf?

Kekayaan berpikir sih tidak, Bunda.
Tapi tidak bisa dipungkiri kalau punya anak kan membuat kita harus mengalokasikan waktu. Akhirnya ujung2nya pandai2 mengalokasikan waktu.

cha_n
19-11-2012, 10:07 PM
tetep tapi kan sempet kampanye filem2nya merantau film, sempet kan nongkrong "ga penting" dengan alasan silat padahal makan bakso sama teman2 ;))

etca
19-11-2012, 10:09 PM
::ngakak2::::ngakak2::
membuka aib kawan sendiri :lololol:

cha_n
19-11-2012, 10:21 PM
oh itu belum apa2 ca, kita tunggu nowitzki melanjutkan xixixixi

AsLan
20-11-2012, 01:07 AM
Mungkin maksud Startmart dan Purba begini, "Parents might know but might not know the best".

Banyak contoh orangtua yang merasa sangat mengetahui anak nya, tiba-tiba harus bengong karena si anak tiba-tiba membangkang atau lari dari rumah atau yang paling menyedihkan akhir-akhir ini di kampung mbok, si anak ditemukan gantung diri. Mbok yakin sampai si anak itu gantung diri, orangtua nya menganggap mereka lah yang paling mengerti anak tsb. Ketika si anak gantung diri, orangtua nya shocked karena tidak pernah/tidak bisa melihat bahwa sebenarnya anak nya sedang bermasalah.

Menjadi orangtua tentunya merupakan anugrah yg luar biasa. Tapi seperti mendapatkan kenaikan pangkat jadi manager di kantor, gift tsb bisa membuat manusia lupa. Itu anakku, aku tahu karena aku orangtua nya, padahal yang paling tahu si anak ya si anak itu sendiri. Ketika si anak meninggalkan rumah, pergi sekolah misalnya, ketika itu pula orangtua tidak tahu apa yang terjadi atau dikerjakan si anak. Dari rumah buku lengkap dibawa, baju rapi disetrika, dibekalin nasehat siang malam, di sekolah si anak bolos, main ke mall, ngudud.

Apa jaminan bahwa anak dari keluarga baik-baik akan menjadi manusia yg baik-baik nantinya? Dulu mbok punya tetangga, anak dari keluarga baik-baik, cantik, terpelajar dan taat beribadah tapi belum selesai sekolah dia harus menikah karena sudah hamil. Orangtua nya kecewa banget, kurus kering memikirkan where they did it wrong.

Sebaliknya, kalau bilang "orang yg sudah mengetahui teorinya jauh lebih cepat menyelesaikan masalah ketimbang mereka yg tdk (belum) tahu teorinya...", itu juga gegabah. Mungkin banyak buku yang memuat teori tentang perkembangan anak tapi apakah buku itu juga memuat semua kemungkinan yg bisa terjadi, misalnya 'Reaksi-reaksi anak ketika dimarahi orangtua' atau 'Bagaimana memaafkan diri anda (orangtua) kalau anak anda bunuh diri'. Buku panduan yang selengkap itu bisa setebal kulkas.

wah si mbok bijak sekali...

si mbok ini usianya sudah ratusan tahun kali ya ? ::hohoho::

startsmart
20-11-2012, 02:51 AM
ah lu teori doang. solusi soal anak yang mana yang mau lu selesaikan? anak aja lu ga punya.

tau dari mana kalau 10 tahun yll nikah bakal punya anak?
dan picik banget kalau bilang punya anak menghambat pendidikan dan pengetahuan ortu nya.
sangat picik.

punya anak bagi gw dan suami malah bikin kita termotivasi buat belajar lebih banyak. kita jauh lebih fokus, ga ngawang ngawang dan berteori dengan ngawur yang ngalor ngidul.
sekarang alhamdulilah gw juga dapat kesempatan beasiswa kuliah lagi, walau bayi masih merah, ga lalu menghambat buat tahu lebih banyak.
tipi bisa ditonton buat lihat berita terkini. internet akses 24 jam ga bakal bikin mati gaya karena ketinggalan informasi.

info apa yang ga ada di internet ?
mau bahas tentang tumbuh kembang anak, ikut aja milis sehat, atau di grup tatc facebook serta berbagai grup/forum juga ada diskusinya.
bahkan khusus popok anak aja ada grupnya kok. apalagi tentang asi. blom lagi yang selalu hot pembahasan soal vaksin.
lu tahu ga semua itu? kan lu blm merit jadi katanya lebih ngerti teorinya.

ikutan komunitas ayah edi kalau mau banyak input positif, bagus2 juga ilmu yang bisa digali dari sana.

seperti yang gw bilang, soal teori bertebaran di internet dan buku2. yang penting itu praktek

kesannya lo udah merasa hebat karena udah punya anak 2 gitu :D
kagak ada yg salah toh kalau aku belajar teorinya dulu.. bukannya lebih bagus pahal teorinya dulu.. soal nanti teori tdk sesuai dengan kenyataan ya itu urusan nanti.. soal aku masih bertiori doang.. lah.. situatasi dan kondirisi termasuk rencana hidup orang kan beda2..

andai 10 tahun lalu aku tdk merantau ke jakarta, ya tahu aku ya hanya tahu mesin bubut doang..
karena gue dari keluarga miskin mau tdk mau aku harus kerja keras untuk memenuhi kebutuhanku termasuk ketika sudah berkeluarga,
emang kerja keras itu kagak mempengaruhi kesehatan (kelelahan fisik)?, kelelahan fisik itu kagak berpengaruh terhadap waktu untuk berisitrahat, emang kalau orang kawin terus dalam sehari jamnya bisa bertahmbah jadi 48 jam gitu?
dengan belum bekeluarganya diriku, tdk punya pacar, orang tua tdk ketergantungan padaku, maka aku punya banyak waktu untuk berpikir dan berbuat yg sesuai dengan apa yg aku inginkan tanpa ada kekhawatiran ada orang yg kelaparan karena aku memilih untuk mempelajari hal-hal yg belum aku ketahui..

soal keyakinanku punya anak, ya tentu saja aku yakin dong,

berkeluarga tentu saja buat oranqg bermotivasi,
maslaah kagak semua orang seberuntung kalian...

teori yg belum terbukti dan masih di awang2 itu cuma belum kawin aja...
kalau yg lain teori gue benar semua.. dan terbukti...
karena sejak umur 14 tahun hidup menumpang dengan kerabat, dan aku merasa saat ini menjadi beban dalam keluarga kerabatku itu, membuat aku merasa tersiksa sendiri tetapi aku tdk bisa berbuat banyak, maka keluarlah sumpah (teori) pertamaku.. "KALAU KAGAK BISA BANTU ORANG LAIN, MINIMAL KAGAK NYUSAHIN ORANG LAIN", Akku emang butuh 8 tahun untuk keluar dari keparasitan di rumah kerabatku... dan sejak saat ini sampai detik ini.. meski kagak banyak bermanfaat bagi orang lain gue hidup sesuai dengan teoriku..

7 tahun lalu sebuah kagagalan buat aku menemukan sebuah teori (pemikiran) pantes aja bangsa ini terus banyak maslaah dan bencana... sampai akhirnya sebelulan lalu aku harus berhadapan dengan teoriku... ya mudah2an teori yg aku praktekkan tdk sia2, teoriku yg aku praktekkan secara tdk sengaja mempertemukan 2 orang yg ahli dan saling berkaitan. ya.. belum ada hasilnya sih.. soalnya masih dalam proses... kalau mereka berhasil, itu adalah kesenangan tersendiri, aku hanya berharap mereka bisa kerja selamanya dan melakukan yg terbaik untuk bangsa ini.. karena aku juga tdk tertarik bergabung dengan kegiatan mreka karena aku sudah punay teori (rencana hidup) sendiri..

jadi, teori itu penting sebelum melakukan praktek, soal kapan prakteknya.. ya itu urusan nomor 2 toh.. apalagi soal kawin.. kalau sekedar nyaluriin nafsu.. entar kayak limbat lagi... ::hihi::

---------- Post Merged at 01:44 AM ----------


Gak juga. Di KM ini banyak yg sudah menikah dan mempunyai anak bahkan sampe ngurus perusahaan yg karyawannya mungkin puluhan atau ratusan, tapi sosialisasi tetap jalan. Itu sih gimana ente pinter ngatur waktu saja.

:))
kondisisi orang kan beda2... aku memulai di jakarta kan dari minus (hutang), tahu sendiri deh kehidupan jakarta..
kalau aku menikah dengan pengetahuan yg ala kadarnya.. ya tentu saja pengetahuanku pasti jadi sangat terbatas.. karena aku akan menghabniskan waktuku untuk memenuhi kebutuhan keluargaku, dengan keterbtasan pengetahuanku maka hasil rezeki juga terpengaruh.. .. kalau aku lajang, gaji pas untuk makan, ya tdk akan ada maslaah toh.. tdk akan ada yg kelaparan dengan gajiku yg kecil... kalau aku menghabiskan gajiku 1-2 bulan untuk mencoba sesuatu, untuk beli sesuatu yg menurutku penting dan ternyata itu gagal, tak masalah toh, tdk ada kekhawatiran mikirin anak istri aku makan apa..

kesendirianku membuat aku lebih bebas dalam mengetahui hal2 baru..
bagi sebagian orang aku di anggap tukang ngayal..
bahkan meski udah terbukti, tetap aja aku di anggap tukang ngayal..
tak apa2 toh...

tapi sekarang kan udah bedalah..
aku merasa emang ini sudah waktunya.. cuma belum ketemu aja yg sesuai dengan kriteriaku.. :D

---------- Post Merged at 01:51 AM ----------


maka itu lu baca lagi, ada tulisan gw, kalau belum punya dan blom pernah ngasuh anak apa bisa tahu?
contohnya etca udah gw tulis juga, dia blom punya anak kandung tapi udah ngurusi ponakannya yang abg, dia akan jauh lebih pengalaman dari gw.

dan gw ga percaya orang cuma ngamati tetangganya jadi bisa ngerti urusan anak.
butuh tanggung jawab yang besar buat siap memahami soal pengasuhan anak. ga cuman karena diskusi forum doang.

bedakan sama contoh lu kalau laki2 bisa ngomongin perempuan tanpa harus jadi perempuan. tanpa lu punya pasangan pun, semua orang otomatis ketemu perempuan dimana mana. ibu juga perempuan.

beda juga soal pembahasan mati. mati itu kejadian yang akan datang, kapan diomongin kapan dipersiapkan ? ya sekarang. kalau baru dibahas pas mati itu namanya ter-la-mbat

tapi, jadi ortu itu ga otomatis , ada anaknya dulu. entah itu ortu kandung atau bukan ya. yang jelas harus ada interaksi dengan anak dulu.

jadi bolehlah kalau mau ngomongin teori, tapi lagi2 cuma teori, di internet juga banyak

bedakan kalau diskusi dengan para ortu (yang ngasuh anak) yang ngerti teori dan udah praktek, jadi lebih jelas pengalamannya, bisa testimoni bener ga toeri sama prakteknya. apa kondisi x nya. strategi apa buat mengatasi problemnya.
gue juga pernah ngurus anak kecil, saat aku masih remaja lagi.. ya mandikan, nyebokin, bukain celananya, nemeni bermain, ngater ke sekolah, bahkan nyucikan popok yg ada kotorannya juga pernah...

kesannya lo itu udah mnerasa hebat banget karena udah punya anak.

startsmart
20-11-2012, 03:09 AM
Emangnya masalah kerjaan tidak mendapat hal-hal baru? Emang ikut kampanye pilkada tidak dapat pengetahuan hal-hal baru?



Gue sih ngelihatnya begini,
kalau gue punya waktu buat ngelirik cewek di pinggir jalan, punya waktu buat buka situs2 aneh, kenapa gue kagak menggunakan waktu gue untuk memperbaharui pengetahuan gue?

Memang punya pasangan dan anak itu jelas membatasi waktu tetapi toh nyatanya para suami bisa mengalokasikan waktu mereka buat hal-hal yang (bahasa bini gue) 'gak penting'. ::ngakak2::



Kekayaan berpikir sih tidak, Bunda.
Tapi tidak bisa dipungkiri kalau punya anak kan membuat kita harus mengalokasikan waktu. Akhirnya ujung2nya pandai2 mengalokasikan waktu.

andai kamu profesinya kuli bangunan.. pasti dampaknya beda.. :D

---------- Post Merged at 02:09 AM ----------

kalian pada baca tdk sih judul tread yg aku buat..

aku bukan membahas cara mendidik anak..

aku membahas pemikiran2 yg diwariskan ke anak keturunan...

seperti orang tuaku yg mewariskan anak-anaknya, jangan mabok, jangan berjudi, jangan main perempuan.. dan meski kami anak2nya kagak ada yg jadi ahli ibadah atau orang alim atau orang kaya.. ya syukurlah tdk ada yg punya hobi seperti y g dilarang orang tuaku.. kecuali mabok.. maklumnya abangku emang terpengaruh lingkungan, kawannya mabok ya jadi ikut mabok...


nah, aku punya pemikiran (teori) walau cuma masih sebatas cuap-cuap (wacana) bahwa aku akan mewariskan kepada anakku
hidup di dunia itu kagak cukup cuma jadi orang baik, tetapi harus mampu memberi manfaat bagi orang banyak.. jadi kagak perlu takut miskin kalau kamu tdk malas...

nah, kalau soal gimana jadi muslim yg baik, profesi yg cocok untuk anak, itu sih soal teknis.. tentu saja ada rencana masing-masing..
makanya salah satu tujuanku punya istri yg manis, biar punya anak yg cakep, kalau dia benar2 cakep dan di dukung dengan otak yg encer, maka aku arahkan mengambil profesi yg bisa membuatnya di kenal masyarakat luas. Misalnya jadi artis atau jadi penyanyi yg baik, yg dermawan, suka menolong, menghindari perbuatan2 yg tercela, dan diberi pemahaman politik yg sangat baik, nanti jika tiba waktunya, ketika ketemu momennya, mencalonkan diri jadi kepala daerah, meski dimulai jadi walikota. kalau bagus dalam memimpin di daerah.. ini jadi pijakan untuk melakuikan yg lebih luas lagi..

meski ini baru sebatas teori..

emang salah ya kalau kalau aku punya teori speerti itu?


jika pemikiran awalnya saja tdk ada, udah pasti hasilnya juga tdk ada..
soal jika nanti hasilnya tdk sesuai dengan teori.. namanya juga usaha..

purba
20-11-2012, 07:25 AM
::ngakak2:: ..intermezo sedikit...



kalian pada baca tdk sih judul tread yg aku buat..

aku bukan membahas cara mendidik anak..

aku membahas pemikiran2 yg diwariskan ke anak keturunan...

Sebagian masyarakat ::KM:: di sini seperti itu. Sekali ente kena citra jelek, apapun yg ente bilang akan tetap jelek. Tunggu saja sampe ada yg citranya bagus utk menyampaikan ulang pendapat ente tsb. Biasanya nanti diterima oleh mereka yg menolak tadi.

---------------------------------------------------



seperti orang tuaku yg mewariskan anak-anaknya, jangan mabok, jangan berjudi, jangan main perempuan.. dan meski kami anak2nya kagak ada yg jadi ahli ibadah atau orang alim atau orang kaya.. ya syukurlah tdk ada yg punya hobi seperti y g dilarang orang tuaku.. kecuali mabok.. maklumnya abangku emang terpengaruh lingkungan, kawannya mabok ya jadi ikut mabok...

nah, aku punya pemikiran (teori) walau cuma masih sebatas cuap-cuap (wacana) bahwa aku akan mewariskan kepada anakku
hidup di dunia itu kagak cukup cuma jadi orang baik, tetapi harus mampu memberi manfaat bagi orang banyak.. jadi kagak perlu takut miskin kalau kamu tdk malas...

nah, kalau soal gimana jadi muslim yg baik, profesi yg cocok untuk anak, itu sih soal teknis.. tentu saja ada rencana masing-masing..
makanya salah satu tujuanku punya istri yg manis, biar punya anak yg cakep, kalau dia benar2 cakep dan di dukung dengan otak yg encer, maka aku arahkan mengambil profesi yg bisa membuatnya di kenal masyarakat luas. Misalnya jadi artis atau jadi penyanyi yg baik, yg dermawan, suka menolong, menghindari perbuatan2 yg tercela, dan diberi pemahaman politik yg sangat baik, nanti jika tiba waktunya, ketika ketemu momennya, mencalonkan diri jadi kepala daerah, meski dimulai jadi walikota. kalau bagus dalam memimpin di daerah.. ini jadi pijakan untuk melakuikan yg lebih luas lagi..

meski ini baru sebatas teori..

emang salah ya kalau kalau aku punya teori speerti itu?

Gak ada yg salah dgn ente berteori seperti di atas. Cuman ketika ente bilang (di posting sebelumnya) punya anak membuat orang tua jadi tidak berkembang, itu yg membuat ibu-ibu di sini tersinggung.



jika pemikiran awalnya saja tdk ada, udah pasti hasilnya juga tdk ada..
soal jika nanti hasilnya tdk sesuai dengan teori.. namanya juga usaha..

Good point!!

:))

BundaNa
20-11-2012, 07:56 AM
^bukan tersinggung, tapi lebih kepada "kaget"...edeuh, gini kog bicara mewariskan pemikiran ke anak sedang dia sendiri memandang punya anak itu bikin dia gak berkembang, ga berwawasan dan ga gaul. Kan keliatan boongnya kayak ngomongin betapa tidak enaknya rainbow cake cuma gara2 ada temennya yg bilang ga enak padahal dia makan juga blum -_-

Kalo masalah mewariskan pemikiran ke anak keturunan itu sih otomatis terjadi. Makanya ortu dituntut hati2 dalam bertindak dan harus terus belajar agar kelak anaknya jadi pribadi yang tangguh (nah itu, nambah wawasan terus kan?). Simpelnya, bilang jangan judi ke anak, eh tapi bapak dan emaknya doyan ikut undian berhadiah. Bilang jangan bohong ke anak, eh taunya bapak ibunya suka obral janji gak terpenuhi, buat step kecil gitu aja udah gagal transfer pemikiran ke anak, gimana mau yang pemikiran2 besar? -_-

kandalf
20-11-2012, 10:49 AM
andai kamu profesinya kuli bangunan.. pasti dampaknya beda.. :D
Gak juga.
Gue ngelihat dengan mata sendiri kok, bagaimana seorang kuli bangunan punya keinginan belajar hingga dapat donatur yang mau membiayainya meneruskan sekolah.

Gue juga ngelihat dengan mata sendiri kok, bagaimana seorang kuli bangunan bisa mengajarkan ketekunan belajar pada anaknya sehingga anaknya bisa mendapatkan gelar sarjana.




aku bukan membahas cara mendidik anak..

aku membahas pemikiran2 yg diwariskan ke anak keturunan...

seperti orang tuaku yg mewariskan anak-anaknya, jangan mabok, jangan berjudi, jangan main perempuan.. dan meski kami anak2nya kagak ada yg jadi ahli ibadah atau orang alim atau orang kaya.. ya syukurlah tdk ada yg punya hobi seperti y g dilarang orang tuaku.. kecuali mabok.. maklumnya abangku emang terpengaruh lingkungan, kawannya mabok ya jadi ikut mabok...


nah, aku punya pemikiran (teori) walau cuma masih sebatas cuap-cuap (wacana) bahwa aku akan mewariskan kepada anakku
hidup di dunia itu kagak cukup cuma jadi orang baik, tetapi harus mampu memberi manfaat bagi orang banyak.. jadi kagak perlu takut miskin kalau kamu tdk malas...


Kalau gue justru kelak akan mengajarkan ke Ara, bahwa, setiap hal baik yang dia lakukan tidak akan sia-sia.
Tapi, seperti Uda dulu menasehatiku, kuatkan diri dahulu, perbaiki diri dulu, baru bertahap menolong orang lain.

Jangan semangat menolong orang lain tetapi akhirnya malah merugikan orang-orang lain yang lebih berhak (baca: anak sendiri, istri sendiri).
Btw,
gue nulis di atas juga buat ngritik diri sendiri karena gue sering juga merugikan bini ama anak.
Gimana mau mewariskan pemikiran kalau bini ama anak udah alergi duluan ama kita.

BundaNa
20-11-2012, 08:31 PM
O iya TS, no hard feeling, keliatan kamu cuma maen di tataran teori, mestinya ketika kita bicara (sesuai judul) "mewariskan pemikiran kepada anak keturunan" ya pada akhirnya kita bicara tentang pola didik dan pola asuh kepada anak2, entah anak kita atau anak asuh atau murid kalo kita jadi guru -_-

Mewarisi dan mentrasfer pemikiran kita kepada anak kita ya medianya pengasuhan dalam kehidupan sehari2, jadiii ini masih nyambung -_-

---------- Post Merged at 07:31 PM ----------

O iya TS, no hard feeling, keliatan kamu cuma maen di tataran teori, mestinya ketika kita bicara (sesuai judul) "mewariskan pemikiran kepada anak keturunan" ya pada akhirnya kita bicara tentang pola didik dan pola asuh kepada anak2, entah anak kita atau anak asuh atau murid kalo kita jadi guru -_-

Mewarisi dan mentrasfer pemikiran kita kepada anak kita ya medianya pengasuhan dalam kehidupan sehari2, jadiii ini masih nyambung -_-

cha_n
20-11-2012, 08:34 PM
yang pasti satu teorinya ts udah jelas ngawur yang bilang menikah dan punya anak menghambat kemajuan berpikir ortunya

startsmart
29-11-2012, 07:07 PM
Gak juga.
Gue ngelihat dengan mata sendiri kok, bagaimana seorang kuli bangunan punya keinginan belajar hingga dapat donatur yang mau membiayainya meneruskan sekolah.

Gue juga ngelihat dengan mata sendiri kok, bagaimana seorang kuli bangunan bisa mengajarkan ketekunan belajar pada anaknya sehingga anaknya bisa mendapatkan gelar sarjana.





Kalau gue justru kelak akan mengajarkan ke Ara, bahwa, setiap hal baik yang dia lakukan tidak akan sia-sia.
Tapi, seperti Uda dulu menasehatiku, kuatkan diri dahulu, perbaiki diri dulu, baru bertahap menolong orang lain.

Jangan semangat menolong orang lain tetapi akhirnya malah merugikan orang-orang lain yang lebih berhak (baca: anak sendiri, istri sendiri).
Btw,
gue nulis di atas juga buat ngritik diri sendiri karena gue sering juga merugikan bini ama anak.
Gimana mau mewariskan pemikiran kalau bini ama anak udah alergi duluan ama kita.

soal kuli..
gini ya.. menikah itu menjadi hambatan tersendiri bagi seseorang untuk belajar hal-hal lain.. tetapi bukan berarti hambatan itu tdk bisa di lewati... dan hanya sedikit orang yang mampu melakukannya, lhat aja, berapa banyak buruh yang tetap jadi buruh sampau tuanya.. karena keinginannya untuk belajar2 hal lain terhambat oleh hal-hal di luar dirinya.

kalau nolong orang harus kaya dulu, ya gawat dunia ini...

kalau aku pemikirannya tdk seperti itu.. kalau ada orang minta tolong, siapa pun itu, dan dia memang butuh pertolongan, dan kamu menolong, kamu wajib menolong.

kalau orang harus suci dan bersih dari dosa baru boleh menasehati orang lain.. ya kacau dunia ini..
jangan lihat siapa yg ngomong, tapi lihat apaa yg di omonginnya,

jika ada orang berbicara benar tetapi semantara dirinya masih buruk, itu tandanya ia masih dalam proses untuk keluar dari keburukan itu karena orang yg sudah terbiasa melakukan sesuatu, tdk akan mudah meninggalkan kebiasaannya itu,

---------- Post Merged at 06:04 PM ----------


O iya TS, no hard feeling, keliatan kamu cuma maen di tataran teori, mestinya ketika kita bicara (sesuai judul) "mewariskan pemikiran kepada anak keturunan" ya pada akhirnya kita bicara tentang pola didik dan pola asuh kepada anak2, entah anak kita atau anak asuh atau murid kalo kita jadi guru -_-

Mewarisi dan mentrasfer pemikiran kita kepada anak kita ya medianya pengasuhan dalam kehidupan sehari2, jadiii ini masih nyambung -_-

---------- Post Merged at 07:31 PM ----------

O iya TS, no hard feeling, keliatan kamu cuma maen di tataran teori, mestinya ketika kita bicara (sesuai judul) "mewariskan pemikiran kepada anak keturunan" ya pada akhirnya kita bicara tentang pola didik dan pola asuh kepada anak2, entah anak kita atau anak asuh atau murid kalo kita jadi guru -_-

Mewarisi dan mentrasfer pemikiran kita kepada anak kita ya medianya pengasuhan dalam kehidupan sehari2, jadiii ini masih nyambung -_-
menurutku, ada yg eror dalam pemikiran orang-orang Indonesia ini,
lihat aja, ketika mesjid makin banyak, ulama makin banya, jumlah orang yg berhaji makin banya, teknologi makin canggih, pesantren makin banya, kelompok2 pengajian dan islam makin banyak, pesantren makin banyak, sekolah2 makin banyak, ternyata hasilnya kontraproduktif... koruptor makin banyak,, yg melarat makin banyak, kejahatan makin banyak dan canggih bahkan berjamaah dan dilakukan menggunakan lembaga resmi, bencana juga makin banyak...

menurutku ini akibat orang tua mewariskan sebuah pemikiran yg keliru pada anak-anaknya. Secara umum orang-orang tua itu mewariskan pemikiran pada anak-anaknya "Selamat dirimu dan keluargamu, sedangkan kesalamatan orang lain, biarkan saja Tuhan yg menyelamatkannya" bahasa kasarnya, "Derita lu adalah derita lu, bahagia gue adalah bahagia gue", bahasa kerennya "Mikirin diri sendiri"

---------- Post Merged at 06:07 PM ----------


yang pasti satu teorinya ts udah jelas ngawur yang bilang menikah dan punya anak menghambat kemajuan berpikir ortunya

menurutku teoriku benar.. ketika orang menikah dia memang jadi lebih fokus, tetapi ia pasti mengalami keterbatasan untuk memahami hal-hal lain. Ibarat komponen elktronik, resistor itu kan hambatan, tetapi bukan berarti dengan adanya resitor listrik jadi tidak teraliri. Tetap terhambat tetapi ada yg mampu melewati hambatan tersebut..

ndableg
30-11-2012, 01:39 AM
Ini forum seru... gw ketinggalan.. bujang lapok vs ibu2.. :mrgreen:
Ayoo para be-el.. pantang menyerah!

ndableg
30-11-2012, 01:54 AM
Idealnya sih kalo ud punya anak ya berhenti gaul macem2, berenti hobi macem2, fokusnya hanya satu, keluarga. Dan memang harus dijalani yg namanya kebebasan berakhir karena perkawinan dan punya anak. Tapi ya itu memang teori, karena manusia mana yg rela kehilangan kebebasannya. Sampe nanti sadar anaknya masuk narkoba.

kandalf
30-11-2012, 08:43 AM
Tapi ya itu memang teori, karena manusia mana yg rela kehilangan kebebasannya. Sampe nanti sadar anaknya masuk narkoba.
Ahahaha...
dulu gue berantem ama guru2 BK waktu SMP soal ini.

Begini, Bleg,
teman2 gue, waktu SMP dan SMU, banyak yang kena narkoba di sekitar gue. Dan yang gue amati, teman2 gue yang kena narkoba sekitar gue itu, si ibu biasanya tinggal di rumah sebagai Ibu Rumah Tangga.

Makanya dulu gue sempat berantem ama guru BK karena mereka cuma ngasih pendapat berdasarkan prasangka sementara gue ngelihat sendiri kondisi teman-teman gue. Selain itu, prasangka mereka juga menyinggung gue karena nyokap gue bekerja.

Sekarang kalau gue pikir-pikir lagi,
alasannya lebih sederhana..

Anak akan lari ke narkoba kalau dia udah gak punya perhatian di rumah walaupun secara fisik orang tuanya ke rumah. Jadi kalau sang Ibu gak bahagia, sang ayah gak bahagia, maka biarpun sang Ibu ada di rumah, sang anak tetap terpapar resiko untuk lari ke narkoba.

Lo ingat gak, kasus pembunuhan tiga anak yang dilakukan oleh ibu kandung oleh mantan aktivis masjid di Bandung? Dia ngikutin persis kata lo, udah menikah, gak boleh mikir macam-macam kecuali keluarga. Terbiasa sebagai aktivis, gak biasa diam di rumah, akhirnya jadi gila dan membunuh anak2 kandungnya sendiri.

Kadang gue mikir, apa memang sebaiknya beberapa tipe orang jangan menikah yah?

cha_n
30-11-2012, 10:07 AM
setuju dalfie

ndugu
30-11-2012, 11:25 AM
Lo ingat gak, kasus pembunuhan tiga anak yang dilakukan oleh ibu kandung oleh mantan aktivis masjid di Bandung? Dia ngikutin persis kata lo, udah menikah, gak boleh mikir macam-macam kecuali keluarga. Terbiasa sebagai aktivis, gak biasa diam di rumah, akhirnya jadi gila dan membunuh anak2 kandungnya sendiri.

Kadang gue mikir, apa memang sebaiknya beberapa tipe orang jangan menikah yah?
dalam kasus itu, kurasa problemnya blom tentu di pernikahan itu sendiri. tapi ekspektansi dan visi pernikahan.

memang umumnya orang2 yang sudah menikah, diharapkan untuk menomorsatukan keluarga. itu bukan hal yang salah. tapi tidak semua orang bisa melakukan itu. dan untuk 'kesehatan mental' manusia itu, mereka perlu sekali2 melakukan hal di luar hal2 yang selalu berhubungan dengan keluarga. tentu saja setiap orang beda2. buat yang hepi2 dan seneng aja mengerjakan hal2 rumah tangga ato ngurus keluarga, then good for him/her. tapi tidak semua orang demikian. :mikir:

BundaNa
30-11-2012, 11:27 AM
menurutku, ada yg eror dalam pemikiran orang-orang Indonesia ini,
lihat aja, ketika mesjid makin banyak, ulama makin banya, jumlah orang yg berhaji makin banya, teknologi makin canggih, pesantren makin banya, kelompok2 pengajian dan islam makin banyak, pesantren makin banyak, sekolah2 makin banyak, ternyata hasilnya kontraproduktif... koruptor makin banyak,, yg melarat makin banyak, kejahatan makin banyak dan canggih bahkan berjamaah dan dilakukan menggunakan lembaga resmi, bencana juga makin banyak...

menurutku ini akibat orang tua mewariskan sebuah pemikiran yg keliru pada anak-anaknya. Secara umum orang-orang tua itu mewariskan pemikiran pada anak-anaknya "Selamat dirimu dan keluargamu, sedangkan kesalamatan orang lain, biarkan saja Tuhan yg menyelamatkannya" bahasa kasarnya, "Derita lu adalah derita lu, bahagia gue adalah bahagia gue", bahasa kerennya "Mikirin diri sendiri"


namanya ada skala prioritas dalam mendidik dan mentrasfer pemikiran ke anak. Itu siapa punya pemikiran begitu?

Remehnya begini, ketika ada peminta2, ketika kita masak lebih atau ketika punya sesuatu yang bisa dibagikan, KASIH DONG ANAKNYA PELAJARAN MEMBERI itu lebih baik daripada meminta....biasakan bilang tolong ke orang, biasakan bilang terima kasih kalau dikasih. Mendidik anak itu step by step, menurut kapasitas usianya, semakin berkembang, anak semakin kritis, dan itu ortu pun semakin kritis untuk menambah wawasan juga memperbaiki diri.

KENYATAAN di rumah, KALO LO GAK BAIK jangan NGAREP anak lo BISA BAIK

ndableg
01-12-2012, 01:22 AM
Ahahaha...
dulu gue berantem ama guru2 BK waktu SMP soal ini.

Begini, Bleg,
teman2 gue, waktu SMP dan SMU, banyak yang kena narkoba di sekitar gue. Dan yang gue amati, teman2 gue yang kena narkoba sekitar gue itu, si ibu biasanya tinggal di rumah sebagai Ibu Rumah Tangga.

Makanya dulu gue sempat berantem ama guru BK karena mereka cuma ngasih pendapat berdasarkan prasangka sementara gue ngelihat sendiri kondisi teman-teman gue. Selain itu, prasangka mereka juga menyinggung gue karena nyokap gue bekerja.

Sekarang kalau gue pikir-pikir lagi,
alasannya lebih sederhana..

Anak akan lari ke narkoba kalau dia udah gak punya perhatian di rumah walaupun secara fisik orang tuanya ke rumah. Jadi kalau sang Ibu gak bahagia, sang ayah gak bahagia, maka biarpun sang Ibu ada di rumah, sang anak tetap terpapar resiko untuk lari ke narkoba.

Ga bahagia itu kan ada alasannya, macem2.
Memperhatikan anak itu bukan artinya harus dirumah. Kalo pergi cari uang itu wajib, tapi bukan lagi kesenangan diri jadi prioritas gajian. Kalo orang tua dirumah tapi sibuk ndiri2, anak keluyuran jg utk apa?
Dan gw jg ga bilang kalo yg kehilangan kebebasan hanya ibu saja.


Lo ingat gak, kasus pembunuhan tiga anak yang dilakukan oleh ibu kandung oleh mantan aktivis masjid di Bandung? Dia ngikutin persis kata lo, udah menikah, gak boleh mikir macam-macam kecuali keluarga. Terbiasa sebagai aktivis, gak biasa diam di rumah, akhirnya jadi gila dan membunuh anak2 kandungnya sendiri.

Kadang gue mikir, apa memang sebaiknya beberapa tipe orang jangan menikah yah?

Bukan.. masalah kesiapan aja sih..
Kalo sekolah ambil elektro tapi ga siap ngadepin mata kuliah matematika, ya lama2 stress juga. Akhirnya guru dibunuh..

startsmart
01-12-2012, 07:05 AM
Kadang gue mikir, apa memang sebaiknya beberapa tipe orang jangan menikah yah?
kalau melihat wanita cantik tdk mempengaruhi birahimu, seharusnya kamu emang lebih baik tdk menikah..
kalau masalah perasaan.. hati.. ya tdk harus kawin kan.. ::hihi::

aku juga kalau kagak punya birahi ya kagak pengen kawin.. :D

jadi ingat saat umur 20 tahun, aku tanya temannku yg alim di mesjid, andai saja nafsu birahi itu bisa dihilangkan dalam diriku.. ::grrr::

BundaNa
01-12-2012, 10:15 AM
^itu termasuk pewariskan pemikiran kepada anak keturunan

BTT plis ya

mbok jamu
01-12-2012, 10:57 AM
Papi mbok termasuk laki-laki yang pendiam dan tidak banyak menggurui. Papi lebih suka mencontohkan apa-apa yang dia harapkan dari anak-anaknya. Walaupun dulu punya jabatan tinggi dan peluang korupsi itu sering ada, Papi tidak pernah mau korupsi. Kadang-kadang Mami ngambek karena melihat teman-teman sejawatnya ganti-ganti mobil atau rumah nya bagus-bagus. Tapi Papi tetap bertahan tidak akan memakan uang haram satu sen pun.

Kami anak-anaknya mungkin tidak pernah mengucapkannya tapi kami semua bangga dengan prinsip hidup Papi. Alhamdulillah, sekarang walaupun sudah tua, ortu mbok masih sehat dan tidak kurang suatu apa pun bahkan bisa dibilang sangat dimanjakan anak-anak nya. ::hihi::


Setiap orangtua pasti ingin mewariskan pemikiran dan hal-hal yang baik kepada anak-anak nya. Tapi kalau orangtua itu sendiri tidak bisa menjalankan pemikiran-pemikiran tsb sehingga menjadi contoh yang baik untuk anak-anak nya, maka pemikiran itu akan sebatas wejangan saja.

startsmart
04-12-2012, 12:32 AM
^itu termasuk pewariskan pemikiran kepada anak keturunan

BTT plis ya
itu kan fakta.. bahwa kecantikan wanita itu mempengaruhi birahi seorang pria, persoalan pria itu takluk atau tidak terhadap kecantikan wanita.. itu lain persoalan...

tidak maslaah kawin dengan wanita matre yg cantik, asal jangan sampai takluk padanya, karena laki2 sudah takluk pada istri matre, ya bakal jadi sapi perah istrinya...

si istri matre, terus si suami demi membahagiakan istrinya ia bekerja keras pagi siang malam, semua kerjaan dihajarnya dari yg kecil sampai yg kakap, tetapi dampaknya, mereka mendapatkan segalanya tetapi mereka kehilangan waktu untuk menikmatinya, si istri tidak nyadar, bahwa meski ia punya emas sebesar gunung jaya wijaya, tetap aja yg dimakannya sepiring nasi dan itu pun jadi kotoran... tetapi karena kematreakannya.. maka ia hanya ya dapat kesemuan... begitu dapat musibah... di tendang dah si suami.... setelah semua terjadi baru deh nyadar... ternyata istri sejati si suami adalah laptopnya, karena kemana pun dia pergi laptopnya selalu berada di sisinya, andai ibunya tidak sedang sakit, ia tidak akan rela menggadaikannya, tetapi demi ibu, ia rela harus berpisah dengan istri sejatinya.. tetapi si suami bertekad akan menebusnya kembali... :D

---------- Post Merged at 11:32 PM ----------


Papi mbok termasuk laki-laki yang pendiam dan tidak banyak menggurui. Papi lebih suka mencontohkan apa-apa yang dia harapkan dari anak-anaknya. Walaupun dulu punya jabatan tinggi dan peluang korupsi itu sering ada, Papi tidak pernah mau korupsi. Kadang-kadang Mami ngambek karena melihat teman-teman sejawatnya ganti-ganti mobil atau rumah nya bagus-bagus. Tapi Papi tetap bertahan tidak akan memakan uang haram satu sen pun.

Kami anak-anaknya mungkin tidak pernah mengucapkannya tapi kami semua bangga dengan prinsip hidup Papi. Alhamdulillah, sekarang walaupun sudah tua, ortu mbok masih sehat dan tidak kurang suatu apa pun bahkan bisa dibilang sangat dimanjakan anak-anak nya. ::hihi::


Setiap orangtua pasti ingin mewariskan pemikiran dan hal-hal yang baik kepada anak-anak nya. Tapi kalau orangtua itu sendiri tidak bisa menjalankan pemikiran-pemikiran tsb sehingga menjadi contoh yang baik untuk anak-anak nya, maka pemikiran itu akan sebatas wejangan saja.

banyak bapak yg seperti bapak anda, tetapi ya begitulah.. bahasa kasarnya, keimanan bapak anda cuma untuk bapak anda dan keluarga anda aja.. tetapi bagaiaman dengan bangsa dan negara ini ?

hari minggu kemarin aku main ke gramedia, aku baca buku yg menjelaskan latar belakang ahok.. ternyata bapak ahok memang mendidik dan mengajarkan filosifi (pemikiran) yg mengarahkan anak-anaknya untuk memiliki kepekaan sosial yg tinggi, terutama ketika mereka sedang bersama-sama di meja makan, bapak ahok tidak akan mewariskan harta pada anak-anaknya karena harta jika di rampok akan habis, melainkan akan mewariskan pendidikan (pemikiran yg baik) dan nama baik kepada ana-anaknya, karena pemikiran (pendidikan) yang baik dan nama yang baik tidak bisa di curi dan di rampok oleh orang lain. Itu sebabnya ahok bersaudara yang begitu lulus SMP mereka di sekolahkan ke Jakarta, tetapi ketika liburan harus pulang kampung agar Ahok dan saudara-saudaranya tidak lupa dengan kultur budaya dimana ia berasal, awalnya Ahok dan saudaranya protes karena mereka tdk bisa kemana-mana karena liburan harus pulang, jika mereka melawan mereka dapat sanksi (lupa sanksinya)...

ternyata teori terbukti benar.. bahwa jika orang tua mewariskan pemikiran (pendidikan) yg benar kepada anak-anaknya, maka jika anaknya miskin maka ia akan kaya, kalau pun tidak kaya si anak tidak akan hidup dalam kekurangan dan tidak merugikan orang lain, jika si anak sudah kaya maka pemikiran baik dan benar akan membawa manfaat bagi banyak orang (Ahok adlaah contohnya) dan kalaupun si anak kekayaannya tidak membawa manfaat bagi banyak orang setidaknya hartanya tidak membawa bencana bagi banyak orang...


aku jadi baru menyadari, beberapa hal yg pernah aku lakukan ternyata juga dilakukan orang tua bahkan sampai kita, hanya saja orang tuaku tidak mengajarkan begini dan begitu, dia melakukannya karena dia tahu itu emang harus dilakukannya. Dan aku melakukan sesuatu yg positif di masyarakat, bukan karena orang tuaku yg mengajarkan, tetapi kesadaran itu emang tumbuh dari dalam diriku yg aku dapat dari apa-apa yg aku baca dan apa-apa yg aku lihat...


Aku pernah bertanya pada Jimli AShidiqi lewat twitter, kenapa ia tidak menyiapkan anaknya jadi penegakan hukum (hakim), dia menjawab PNS membuat anaknya tidak berkembang (kira-kira seperti itu jawabannya yg menyatakan bahwa bekerja di bidang lain itu lebih menjanjikan dari pada jadi penegak hukum)

makanya kagak heran koruptor di negeri ini banyak banget, hakim sekelas Jimly aja mikirnya sependek itu, seakan-akan ia tidak memahami tujuan dan fungsi dari penegakan hukum yg adil dan transparan..

seandainay saja, bapak anda, Jimly Ashidiqi, dan 1 juta orang bapak-bapak yg tidak mau melakukan korupsi menyiapkan anak-anak 1 orang saja jadi penegak hukum, maka sekarang akan ada 1 juta penegak hukum yg beriman, bersih dan berani seperti Abraham Samad, jika aparat hukum di negeri di isi oleh orang-orang beriman udah pasti jangan koruptor, orang yg sedang dalam proses melakukan kejahatan pun akan tercium dengan cepat oleh aparat-aparat penegakan hukum...

tetapi karena orang-orang tua sekarnag hanya mewariskan pada anaknya, biarkan orang jadi garong dan maling, yag pentng kamu tidak jadi garong, rajin ibadah ritual, nai haji, nyantuni anak yatim dan nyumbang mesjid, soal banyak orang melarat, PSK, kriminalitas, macet, banjir, serahkan pada Allah SWT aja.. karena Allah itu maha kuasa.. karena kalau Allah berkata "Jadilah" maka jadilah... ya jadilah sekarang ini... negri seribu mesjid dengan sejuta koruptornya... ::arg!::

startsmart
04-12-2012, 03:10 AM
bisa. mempelajari filsafat akan membantu anda berpikir secara kritis,
mencari solusi, dan membantu membuat argumen untuk solusi tersebut
jadi tidak sekedar melontarkan ide tanpa dasar pemikiran yang matang


dapat diterapkan di berbagai cabang ilmu. Contohnya selama kuliah di bidang
bisnis saya diberikan beberapa seri mata kuliah filsafat, padahal tidak ada
sebetulnya kekhususan untuk filsafat. biasanya filsafat butuh jurusan tersendiri

yes.. diskusi ini akhirnya membuat aku mendapat sebuah kesimpulan (wawasan) baru..

diberita portal aku baca Ahok jadi banyak baca2 buku filsafat, dan hari minggu kemarin... aku baca buku yg menceritakan latar belakang Ahok, dan ternyata Ahok dan saudaranya memang dibesarkan oleh filosofi2 yg di ajarkan oleh bapaknya selain dari buku2 dan sekolahnya tentunya...


Judul yang paling tepat untk tread ini bukan mewariskan pemikiran2 yg baik dan benar pada anak, tetapi Mengajarkan anak tentang filosofi2 kehidupan sedini mungkin, karena mengajarkan filosofi kehidupan sedini mungkin pada anak, sama saja dengan mengajak anak sudah bersikap kritis sejak dini..



oke deh.. terima kasih atas partisipasinya...
mohon maaf apabila ada kata-kata yg tdk berkenan...

mbok jamu
04-12-2012, 05:15 AM
banyak bapak yg seperti bapak anda, tetapi ya begitulah.. bahasa kasarnya, keimanan bapak anda cuma untuk bapak anda dan keluarga anda aja.. tetapi bagaiaman dengan bangsa dan negara ini ?

Di sini anda keliru, prinsip kejujuran tsb bukan hanya untuk mbok dan keluarga mbok saja. Ibarat efek domino, kejujuran pun bisa memberi dampak kepada lingkungan, entah itu lingkungan kerja atau tempat tinggal. Di lingkungan tempat tinggal, misalnya, kejujuran itu berdampak dalam mengelola iuran masyarakat sekitar untuk memperbaiki lingkungan ataupun membangun masjid dengan jujur. Terlalu banyak untuk mbok ceritakan di sini.


minggu kemarin aku main ke gramedia, aku baca buku yg menjelaskan latar belakang ahok.. ternyata bapak ahok memang mendidik dan mengajarkan filosifi (pemikiran) yg mengarahkan anak-anaknya untuk memiliki kepekaan sosial yg tinggi, terutama ketika mereka sedang bersama-sama di meja makan, bapak ahok tidak akan mewariskan harta pada anak-anaknya karena harta jika di rampok akan habis, melainkan akan mewariskan pendidikan (pemikiran yg baik) dan nama baik kepada ana-anaknya, karena pemikiran (pendidikan) yang baik dan nama yang baik tidak bisa di curi dan di rampok oleh orang lain. Itu sebabnya ahok bersaudara yang begitu lulus SMP mereka di sekolahkan ke Jakarta, tetapi ketika liburan harus pulang kampung agar Ahok dan saudara-saudaranya tidak lupa dengan kultur budaya dimana ia berasal, awalnya Ahok dan saudaranya protes karena mereka tdk bisa kemana-mana karena liburan harus pulang, jika mereka melawan mereka dapat sanksi (lupa sanksinya)...

ternyata teori terbukti benar.. bahwa jika orang tua mewariskan pemikiran (pendidikan) yg benar kepada anak-anaknya, maka jika anaknya miskin maka ia akan kaya, kalau pun tidak kaya si anak tidak akan hidup dalam kekurangan dan tidak merugikan orang lain, jika si anak sudah kaya maka pemikiran baik dan benar akan membawa manfaat bagi banyak orang (Ahok adlaah contohnya) dan kalaupun si anak kekayaannya tidak membawa manfaat bagi banyak orang setidaknya hartanya tidak membawa bencana bagi banyak orang...

aku jadi baru menyadari, beberapa hal yg pernah aku lakukan ternyata juga dilakukan orang tua bahkan sampai kita, hanya saja orang tuaku tidak mengajarkan begini dan begitu, dia melakukannya karena dia tahu itu emang harus dilakukannya. Dan aku melakukan sesuatu yg positif di masyarakat, bukan karena orang tuaku yg mengajarkan, tetapi kesadaran itu emang tumbuh dari dalam diriku yg aku dapat dari apa-apa yg aku baca dan apa-apa yg aku lihat...

Itu sebabnya kita mulai dari diri kita sendiri. Tidak perlu menuding orang lain, tidak perlu menunggu orang lain. Jika setiap orang Indonesia TIDAK korupsi, bayangkan betapa kaya nya sudah negeri ini. Jika setiap keluarga bisa menjadi contoh keluarga lain, bayangkan betapa makmur nya negeri ini.


Aku pernah bertanya pada Jimli AShidiqi lewat twitter, kenapa ia tidak menyiapkan anaknya jadi penegakan hukum (hakim), dia menjawab PNS membuat anaknya tidak berkembang (kira-kira seperti itu jawabannya yg menyatakan bahwa bekerja di bidang lain itu lebih menjanjikan dari pada jadi penegak hukum)

makanya kagak heran koruptor di negeri ini banyak banget, hakim sekelas Jimly aja mikirnya sependek itu, seakan-akan ia tidak memahami tujuan dan fungsi dari penegakan hukum yg adil dan transparan..

seandainay saja, bapak anda, Jimly Ashidiqi, dan 1 juta orang bapak-bapak yg tidak mau melakukan korupsi menyiapkan anak-anak 1 orang saja jadi penegak hukum, maka sekarang akan ada 1 juta penegak hukum yg beriman, bersih dan berani seperti Abraham Samad, jika aparat hukum di negeri di isi oleh orang-orang beriman udah pasti jangan koruptor, orang yg sedang dalam proses melakukan kejahatan pun akan tercium dengan cepat oleh aparat-aparat penegakan hukum...

tetapi karena orang-orang tua sekarnag hanya mewariskan pada anaknya, biarkan orang jadi garong dan maling, yag pentng kamu tidak jadi garong, rajin ibadah ritual, nai haji, nyantuni anak yatim dan nyumbang mesjid, soal banyak orang melarat, PSK, kriminalitas, macet, banjir, serahkan pada Allah SWT aja.. karena Allah itu maha kuasa.. karena kalau Allah berkata "Jadilah" maka jadilah... ya jadilah sekarang ini... negri seribu mesjid dengan sejuta koruptornya... ::arg!::

Pemikiran pak Ashidiqi tsb tidak pendek karena berjuang dalam kebenaran/keadilan tidak hanya menjadi hakim saja. Dalam cerita 3 orang buta dan seekor gajah, manusia selalu ingin menang sendiri, dalam melihat suatu kebenaran selalu dipandang dari persepsi pribadi masing - masing sehingga kebenaran menjadi kabur. Anda sebaiknya memandang peristiwa-peristiwa di dunia ini dengan sikap yang bijak dan secara obyektif sehingga anda akan melihat kebenaran tsb.

Dalam keluarga mbok, ada 2 orang yang bekerja di bidang hukum, salah satu nya hakim di Bandung. Sengaja mbok tidak ceritakan sebelumnya karena mbok ingin membuktikan bahwa anda sudah memandang kebenaran dari persepsi anda sendiri. Daripada bertanya anda lebih suka menarik kesimpulan sendiri bahwa pak Ashidiqi berpikiran pendek atau ortu mbok tidak menyiapkan anak nya jadi penegak hukum.

Ingat ini, setiap orang bisa membawa manfaat dan memberi manfaat pada orang lain dalam kapasitas nya masing-masing. Jangan pernah anda remehkan, sekecil apapun manfaat itu.

cha_n
04-12-2012, 09:28 AM
yang patut dipertanyakan malah, si start yang banyak cuap2 nuntut orang lain begini begitu sudah pernah ngaca belom apa yang sudah dia perbuat untuk masyarakat ?
paling ntar jawabnya, "coba kalau aku anaknya si x, pasti sudah begini begitu. coba aku orang kaya blablabla ..." intinya ngarep orang menjadi atau berubah baik, tapi sayang tidak dimulai dari merubah pribadi diri sendiri dulu.


mana ada orang mau menularkan pemahaman yang baik, filosofi yang menginspirasi tapi sifatnya suka merendahkan prestasi orang lain, suka mengambil kesimpulani sendiri lalu merendahkan, tidak mampu berjiwa besar dan bersabar, suka bersikap kasar pada orang yang lebih rendah.
coba beresin diri sendiri dulu.


bayangkan semua orang indonesia beresin diri sendiri dulu bukan malah cari2 kesalahan orang lain, indonesia udah makmur dari dulu dulu.

Porcelain Doll
04-12-2012, 11:25 AM
semua yg besar itu berawal dari sesuatu yg kecil
mungkin awal2 dampaknya tak terlihat, tapi ke depannya siapa yg tau

pernah baca novel atau nonton film "pay it forward" ga?
itu salah satu contoh hal2 yg kecil ternyata bisa berkembang jadi sedemikian besarnya

BundaNa
04-12-2012, 06:38 PM
jangan pernah berharap bisa melakukan sesuatu yang besar sedang yang kecil aja MALES anda lakukan

startsmart
10-12-2012, 12:28 AM
Di sini anda keliru, prinsip kejujuran tsb bukan hanya untuk mbok dan keluarga mbok saja. Ibarat efek domino, kejujuran pun bisa memberi dampak kepada lingkungan, entah itu lingkungan kerja atau tempat tinggal. Di lingkungan tempat tinggal, misalnya, kejujuran itu berdampak dalam mengelola iuran masyarakat sekitar untuk memperbaiki lingkungan ataupun membangun masjid dengan jujur. Terlalu banyak untuk mbok ceritakan di sini.
Kebalik kale...
Pembiaran terhadap kebohongan akan punya dampak buruk terhadap orang-orang jujur. Berapa banyak aktivis2 suci dan idealis begitu masuk sistem jadi garong juga ujungnya. Silahkan aja cari kisah2 PNS yg bersih dan pinter harus dibuang jauh-jauh atau terkucilkan karena tdk bisa di ajak korup oleh lingkungannya..

Kejujuran yang disertai keberanian melawan kebohongan dan rela berkorban baru terlihat dapat dan hasilnya seperti yg dilakukan Jokowi dan AHok, mereka tdk hanya jujur tetapi juga berani melawan kebohongan serta ada pengorbanan yg mereka berikan sehingga masyarakat yg melihat mereka bersedia berdiri (mengikuti) di belakang mereka..


Itu sebabnya kita mulai dari diri kita sendiri. Tidak perlu menuding orang lain, tidak perlu menunggu orang lain. Jika setiap orang Indonesia TIDAK korupsi, bayangkan betapa kaya nya sudah negeri ini. Jika setiap keluarga bisa menjadi contoh keluarga lain, bayangkan betapa makmur nya negeri ini.

emang orang tuamu sudah bersih dari dosa dan cela ketika mendidik dan membesarkkan kalian?
emang pejuang 45 itu orang2 suci semua ketika melawan penjajah?
emang para mahasiswa yg nurunin soeharto itu orang-orang yg punya banyak jasa ketika beraksi?

masa untuk melakukan sesuatu yg baik harus suci dan bersih dulu sepreti nabi meski yg dilakukan itu berupa nasehat...
kalau aku harus nunggu kaya dulu baru mau bantu temanku yg minta tolong, udah di usir kali temanku itu beserta anak dan istrinya karena kagak bayar kontrakan, aku juga nolongnya saat itu kagak iklas, sampai-sampai aku berkata "Ada begitu banyak orang kaya di jakarta ini, kenapa harus minta tolong denganku?"
malas aja aku mengetik yg lain-lain...

"LAkukan saja yg menurutmu baik, meski kamu dirimu penuh dengan najis"


Pemikiran pak Ashidiqi tsb tidak pendek karena berjuang dalam kebenaran/keadilan tidak hanya menjadi hakim saja. Dalam cerita 3 orang buta dan seekor gajah, manusia selalu ingin menang sendiri, dalam melihat suatu kebenaran selalu dipandang dari persepsi pribadi masing - masing sehingga kebenaran menjadi kabur. Anda sebaiknya memandang peristiwa-peristiwa di dunia ini dengan sikap yang bijak dan secara obyektif sehingga anda akan melihat kebenaran tsb.

seorang pemabok dan atheis yang bisa nangkep koruptor di negeri ini jauh lebih baik dan bermanfaat dari pada 1000 muslim yg ahli ibadah...

kalau anda mampu meberi makan 100.000 anak yatim tiap bulan masih kalah efek kemanfaatnya ketika seorang Ahok atau Jokowi menjadi pemimpin yg adil di masyarakatnya, karena ketika keadilan berhasil di tegakkan, kagak bakal ada anak yatim yg makannya dari hasil belas kasihan orang-orang kaya.


Dalam keluarga mbok, ada 2 orang yang bekerja di bidang hukum, salah satu nya hakim di Bandung. Sengaja mbok tidak ceritakan sebelumnya karena mbok ingin membuktikan bahwa anda sudah memandang kebenaran dari persepsi anda sendiri. Daripada bertanya anda lebih suka menarik kesimpulan sendiri bahwa pak Ashidiqi berpikiran pendek atau ortu mbok tidak menyiapkan anak nya jadi penegak hukum.

wajar kalau aku menarik persepsi buruk, karena kenyataannya penegakan hukum di negeri ini buruk, dan buruknya penegakan hukum ini karena banyak buruk jadi penegak hukum, dan banyaknya penegakan hukum yg buruk di negeri ini disebabkan oleh kebancian orang-orang beriman jadi penegak hukum, orang2 beriman menghindari hal-hal yg sifatnya pembasmian kemungkaran yg dilakukan oleh orang lain. karena banyak muslim terdoktrin, yg penting jidad udah item, udah bayar jakat, naik haji, nymbang mesjid, udah cukup untuk masuk surga...

Aku punya teman FB, cantik orangnya, pinter, dan sangat dewasa dan bijak pemikirannya. Dengan ussia yg baru 23 tahun, aku tanya, siapa yg membentuknya seperti ini, ternyata orang tuanya yg mendidiknya. Ternyata ibunya seorang hakim, si Anak bertanya pada ibunya apakah ibunya tdk pernah melakukan jual beli hukum, ibunya tdk menjawab, hanya menangis... tidak lama kemudian ibunya mengundurkan diri jadi hakim...

ya, mudah-mudahan aja saudara anda bukan salah satu anggota dari jaringan mafia hakim di ngeri ini.


Ingat ini, setiap orang bisa membawa manfaat dan memberi manfaat pada orang lain dalam kapasitas nya masing-masing. Jangan pernah anda remehkan, sekecil apapun manfaat itu.
senyum itu ibadah.. pahala... kalau orang melarat banyak tersenyum agar dapat banyak pahala wajar..
tetapi orang beriman yg kaya cuma bisa berbagi seupil dari nikamt yg diberikan Allah, bagiku itu manusia tak berguna..

orang yg diberi kecerdasan otak, tetapi menghabiskan waktunya untuk hal-hal yg tdk bermanfaat.. bagiku orang yg tak berguna...

ya.. siapa saja yg diberi kelebihan tetapi kelebihannya tdk bermanfaat bagi orang lain..
ya tdk salah jika nanti dimintai pertanggung jawabannya..

---------- Post Merged at 11:27 PM ----------


yang patut dipertanyakan malah, si start yang banyak cuap2 nuntut orang lain begini begitu sudah pernah ngaca belom apa yang sudah dia perbuat untuk masyarakat ?
paling ntar jawabnya, "coba kalau aku anaknya si x, pasti sudah begini begitu. coba aku orang kaya blablabla ..." intinya ngarep orang menjadi atau berubah baik, tapi sayang tidak dimulai dari merubah pribadi diri sendiri dulu.


mana ada orang mau menularkan pemahaman yang baik, filosofi yang menginspirasi tapi sifatnya suka merendahkan prestasi orang lain, suka mengambil kesimpulani sendiri lalu merendahkan, tidak mampu berjiwa besar dan bersabar, suka bersikap kasar pada orang yang lebih rendah.
coba beresin diri sendiri dulu.


bayangkan semua orang indonesia beresin diri sendiri dulu bukan malah cari2 kesalahan orang lain, indonesia udah makmur dari dulu dulu.

Ya... semiskin2nya jadi manusia, Alhamdulillah masih bisa membawa manfaat bagi orang lain..
malas aja aku ngetiknya....

---------- Post Merged at 11:28 PM ----------


yang patut dipertanyakan malah, si start yang banyak cuap2 nuntut orang lain begini begitu sudah pernah ngaca belom apa yang sudah dia perbuat untuk masyarakat ?
paling ntar jawabnya, "coba kalau aku anaknya si x, pasti sudah begini begitu. coba aku orang kaya blablabla ..." intinya ngarep orang menjadi atau berubah baik, tapi sayang tidak dimulai dari merubah pribadi diri sendiri dulu.


mana ada orang mau menularkan pemahaman yang baik, filosofi yang menginspirasi tapi sifatnya suka merendahkan prestasi orang lain, suka mengambil kesimpulani sendiri lalu merendahkan, tidak mampu berjiwa besar dan bersabar, suka bersikap kasar pada orang yang lebih rendah.
coba beresin diri sendiri dulu.


bayangkan semua orang indonesia beresin diri sendiri dulu bukan malah cari2 kesalahan orang lain, indonesia udah makmur dari dulu dulu.

Ya... semiskin2nya jadi manusia, Alhamdulillah masih bisa membawa manfaat bagi orang lain..
malas aja aku ngetiknya....

BundaNa
10-12-2012, 03:59 PM
ada chan yg PNS, sapa lagi? aya muaya, spears...tuding dong mereka juga PNS bobrok -_- ngemengnya asal nabrak