Parameswara Li
21-07-2012, 03:57 PM
King Ti Kong [敬天公]
King Ti Kong [敬天公] yang dalam Bahasa Mandarin dilafalkan Jėng Tiān Gōng adalah salah satu dari rangkaian perayaan menyambut tahun baru Imlek. Wilayah Cina yang menyelenggarakan upacara ini adalah propinsi Fujian dan Taiwan. Upacara ini juga diadakan di tempat-tempat lain yang didiami oleh komunitas yang leluhurnya berasal dari kedua propinsi tersebut. Upacara King Ti Kong ini disebut juga dengan istilah Sembahyang Tebu.
Menurut cerita turun temurun, rakyat Fujian dan kemudian juga Taiwan (Karena sebagian besar penduduk Taiwan adalah imigran dari Fujian) mulai menyelenggarakan upacara ini pada awal Dinasti Qing. Fujian adalah salah satu basis perlawanan sisa-sisa pasukan Dinasti Ming melawan serbuan dari utara oleh pasukan Qing. Kondisi geografis Fujian yang terisolir dari wilayah Cina yang lain, di sebelah timur dibatasi dengan laut, di sebelah barat dibatasai dengan pegunungan, membuat Fujian menjadi wilayah yang ideal sebagai basis para loyalis Ming. Dihitung sejak berdirinya Dinasti Qing (1644), pasukan dinasti Qing membutuhkan waktu 39 tahun untuk menguasai Taiwan dan 45 tahun untuk sepenuhnya menguasai Fujian.
Pada sebuah perang, saya tidak tahu tepatnya tahun berapa dan di bagian mana propinsi Fujian, karena kekacauan yang luar biasa, banyak rakyat yang harus bersembunyi di dalam hamparan perkebunan tebu yang banyak tumbuh di sana karena dikejar oleh para serdadu. Di dalam rumpun tebu itulah mereka melewati malam dan hari Tahun Baru Imlek. Selama bersembunyi itu, tebu-tebu itulah yang menjadi sandaran utama untuk makanan di tengah peperangan. Baru di menjelang hari ke 8 dan ke 9 musuh pergi dan keluarlah mereka dari hamparan perkebunan tebu. Untuk mengucap syukur, kemudian mereka memotong beberapa batang tebu utuh dengan daunnya, dan bersembahyang kepada Ti Kong (Tuhan) di tempat itu juga. Dan karena tanggal tersebut adalah tanggal 9 bulan pertama, dipotonglah 9 potong tebu untuk disajikan dalam sembahyang syukur itu. Oleh sebab itu kemudian setiap tahun mereka mengadakan upacara tersebut. Pantang makan daging merupakan syarat karena dahulu para warga yang bersembunyi ke kebun tebu itu sama sekali tidak mengonsumsi daging. Dari wilayah yang entah bagian mana Fujian itu kemudian kebiasaan ini menyebar ke seluruh Fujian dan Taiwan.
Arti dari kalimat King Ti Kong [敬天公] adalah Menghormati Tuhan. Upacara King Thi Kong dapat diselenggarakan secara sederhana atau lengkap, yang terpenting adalah ketulusan dan kesuciannya, bukan kemewahannya. Yang melaksanakan ritual King Thi Kong adalah orang yang sudah berpantang makanan berjiwa atau vegetarian sejak hari ke 4 bulan 1 sampai dengan hari ke 9 bulan 1. Dalam ritual ini, segala perlengkapan harus khusus atau tidak pernah dipergunakan untuk keperluan lainnya, bersih lahir dan batin. Pagi hari di hari ke 9, upacara dimulai oleh anggota keluarga tertua (kakek) atau kepala keluarga (suami, ayah). Upacara King Ti Kong dipandang terpenting dalam rangkaian upacara Sincia karena merupakan kunci dan penentu semua langkah kehidupan bagi seluruh anggota keluarga di tahun yang akan dijalani.
Penduduk yang miskin cukup menempatkan sebuah Hiolo (tempat menancapkan dupa) kecil yang digantungkan di depan pintu rumahnya dan menyalakan hio (dupa) dari pagi sampai tengah malam secara terus menerus. Bagi orang kaya, acara sembahyang ini merupakan hal yang paling megah & khidmat. Sebuah meja besar dengan keempat kakinya diletakkan di atas 2 buah bangku panjang. Lalu di atas meja tersebut diatur 3 buah Shen Wei(Tempat Dewa) yang terbuat dari kertas warna-warni yang saling dilekatkan. Kemudian di depan Shen Wei dijajarkan 3 buah cawan kecil yang berisi teh, dan 3 buah mangkuk yang berisi misoa yang diikat dengan kertas merah. Setelah itu Go Ko Lak Chai diatur di bagian depan. Go Ko Lak Chai berarti 5 macam buah-buahan dan 6 macam masakan vegetarian. Di bagian paling depan di sebelah kiri dan kanan dipasang lilin sepasang lilin.
King Ti Kong [敬天公] yang dalam Bahasa Mandarin dilafalkan Jėng Tiān Gōng adalah salah satu dari rangkaian perayaan menyambut tahun baru Imlek. Wilayah Cina yang menyelenggarakan upacara ini adalah propinsi Fujian dan Taiwan. Upacara ini juga diadakan di tempat-tempat lain yang didiami oleh komunitas yang leluhurnya berasal dari kedua propinsi tersebut. Upacara King Ti Kong ini disebut juga dengan istilah Sembahyang Tebu.
Menurut cerita turun temurun, rakyat Fujian dan kemudian juga Taiwan (Karena sebagian besar penduduk Taiwan adalah imigran dari Fujian) mulai menyelenggarakan upacara ini pada awal Dinasti Qing. Fujian adalah salah satu basis perlawanan sisa-sisa pasukan Dinasti Ming melawan serbuan dari utara oleh pasukan Qing. Kondisi geografis Fujian yang terisolir dari wilayah Cina yang lain, di sebelah timur dibatasi dengan laut, di sebelah barat dibatasai dengan pegunungan, membuat Fujian menjadi wilayah yang ideal sebagai basis para loyalis Ming. Dihitung sejak berdirinya Dinasti Qing (1644), pasukan dinasti Qing membutuhkan waktu 39 tahun untuk menguasai Taiwan dan 45 tahun untuk sepenuhnya menguasai Fujian.
Pada sebuah perang, saya tidak tahu tepatnya tahun berapa dan di bagian mana propinsi Fujian, karena kekacauan yang luar biasa, banyak rakyat yang harus bersembunyi di dalam hamparan perkebunan tebu yang banyak tumbuh di sana karena dikejar oleh para serdadu. Di dalam rumpun tebu itulah mereka melewati malam dan hari Tahun Baru Imlek. Selama bersembunyi itu, tebu-tebu itulah yang menjadi sandaran utama untuk makanan di tengah peperangan. Baru di menjelang hari ke 8 dan ke 9 musuh pergi dan keluarlah mereka dari hamparan perkebunan tebu. Untuk mengucap syukur, kemudian mereka memotong beberapa batang tebu utuh dengan daunnya, dan bersembahyang kepada Ti Kong (Tuhan) di tempat itu juga. Dan karena tanggal tersebut adalah tanggal 9 bulan pertama, dipotonglah 9 potong tebu untuk disajikan dalam sembahyang syukur itu. Oleh sebab itu kemudian setiap tahun mereka mengadakan upacara tersebut. Pantang makan daging merupakan syarat karena dahulu para warga yang bersembunyi ke kebun tebu itu sama sekali tidak mengonsumsi daging. Dari wilayah yang entah bagian mana Fujian itu kemudian kebiasaan ini menyebar ke seluruh Fujian dan Taiwan.
Arti dari kalimat King Ti Kong [敬天公] adalah Menghormati Tuhan. Upacara King Thi Kong dapat diselenggarakan secara sederhana atau lengkap, yang terpenting adalah ketulusan dan kesuciannya, bukan kemewahannya. Yang melaksanakan ritual King Thi Kong adalah orang yang sudah berpantang makanan berjiwa atau vegetarian sejak hari ke 4 bulan 1 sampai dengan hari ke 9 bulan 1. Dalam ritual ini, segala perlengkapan harus khusus atau tidak pernah dipergunakan untuk keperluan lainnya, bersih lahir dan batin. Pagi hari di hari ke 9, upacara dimulai oleh anggota keluarga tertua (kakek) atau kepala keluarga (suami, ayah). Upacara King Ti Kong dipandang terpenting dalam rangkaian upacara Sincia karena merupakan kunci dan penentu semua langkah kehidupan bagi seluruh anggota keluarga di tahun yang akan dijalani.
Penduduk yang miskin cukup menempatkan sebuah Hiolo (tempat menancapkan dupa) kecil yang digantungkan di depan pintu rumahnya dan menyalakan hio (dupa) dari pagi sampai tengah malam secara terus menerus. Bagi orang kaya, acara sembahyang ini merupakan hal yang paling megah & khidmat. Sebuah meja besar dengan keempat kakinya diletakkan di atas 2 buah bangku panjang. Lalu di atas meja tersebut diatur 3 buah Shen Wei(Tempat Dewa) yang terbuat dari kertas warna-warni yang saling dilekatkan. Kemudian di depan Shen Wei dijajarkan 3 buah cawan kecil yang berisi teh, dan 3 buah mangkuk yang berisi misoa yang diikat dengan kertas merah. Setelah itu Go Ko Lak Chai diatur di bagian depan. Go Ko Lak Chai berarti 5 macam buah-buahan dan 6 macam masakan vegetarian. Di bagian paling depan di sebelah kiri dan kanan dipasang lilin sepasang lilin.