PDA

View Full Version : Cerber: Ketika Tuhan Menari



nagita
29-05-2012, 05:04 PM
Baiklah [meditasi]
aku hutang begitu banyak cerita. Biar kulunasi satu demi satu.
Kisah ini mungkin plotnya terlalu cepat, aku memang sedang tidak ingin menulis kata-kata yang gemulai dikarenakan sempitnya waktu :upikabu: Tapi aku tidak dapat untuk tidak menuangkan apa yang ada dibenakku, sebab mereka terus menggerecokiku dan sebelum aku menjadi ::arg!::

Jadi, mari duduk bersamaku disini.
Aku akan bercerita tentang sebuah kisah yang akan menyentil banyak pihak ::doa:: (Nagita's Trademark hahahah....)
Tapi sungguh, semua yang aku tulis selalu aku lahirkan dari hati.
Sebab tanpa hati, kata-kata tidak memiliki jiwa.

Mohon maaf atas segala sesuatu yang tidak berkenan. ::maap::
Harap maklum kalau ditulis setapak demi setapak. Buat teman-teman yang suka dan berminat copas, please izin dulu ya... cos tulisan ini spesial aku posting di www.Kopimaya.com, sebagai pengobat luka sebab KG meninggalkan aku begitu saja.


Luv u all. ::oops::

- - - Updated - - -

Cerita ini tadinya kubuat untuk hadiah Christmas 2011. Tapi sepertinya bakal molor hingga penghujung tahun...

Hal yang harus diperhatikan, hanya SETTING SPIDERNET DISCOTIQUE
Aku ingin kalian membayangkan sebuah laba-laba air berkaki panjang. Tubuhnya adalah posisi DJ. Kaki-kakinya adalah rangka-rangka baja yang nantinya akan dipanjati Biyan. Mungkin kalau ada yang mau menyumbang sketsa, monggo banget... intinya adalah dari struktur laba-laba.

Met baca, rajin2 drop komen biar semangat nulis. Aku orangnya harus diuber2 ahahhaha.... :iamdead:

- - - Updated - - -

Mod, bisa tolong non aktifkan fitur double preventation-nya? Biar lebih enak nulisnya...

Makasih mod! ::bye::

nagita
31-05-2012, 12:42 PM
Spidernet Discotique

Suasana hingar-bingar. Muda-mudi berkumpul menikmati malam minggu, berpasang-pasangan, menambah semarak malam mingguan. Waitress hilir-mudik mengantar minuman pesanan. Bau asap rokok, kental tercium. Manusia-manusia yang bergoyang, sebagian waras, mayoritas mabuk. Beat musik meletup garang, menambah semangat. Degup jantung semakin berpacu. Beberapa penari naik ke stage dan mulai melenggok. Panas…

Disebuah pojokan, sekelompok muda-mudi menyoraki seorang remaja menghabiskan minuman. Botol-botol minuman berjejeran didepannya. Remaja itu membanting botol minuman dan mengangkat tangannya…

“UNBREAKABLE!! Hiaaaa….!!!” Teriaknya garang. Muda-mudi disekelilingnya bersorak. Remaja itu mulai bergoyang sembarangan. Mabuk… Suasana semakin meriah. Dia semakin bersemangat karena dielu-elukan teman-temannya.

“GAK ADA YANG BISA NGALAHIN ADAM MABOK!! JIAAHH…!!”


Diantara bar, tampak Biyan dan Raja tersenyum-senyum memerhatikan remaja yang sedang panas.
“Begooo…” Biyan menggeleng-geleng mengamati remaja yang menjuluki diri Adam mabok. “Emang abege enggak pake otak. Menang tapi bayar…”

“Yang bayarin, yang kalah dong, Be…” Raja mencibir ke lawan mabok yang terkapar tak jauh dari mereka. “Digotong apa ditinggal aja hahaha…”

“Mang orang yang udah semaput gitu bisa ngeluarin dompet?!” Biyan mengeryit, Raja tertawa, “Geblek kan…”

“Kayak gak pernah jadi abege aja lu….” Raja memalingkan wajah.

“Gue pernah abege, tapi bukan begini caranya.” Biyan tersenyum. “Beda orang, beda gaya. Kita nikmati saja…”


Biyan memandang ke sekeliling. Beberapa gadis muda meliriknya dan melempar senyum. Biyan tersenyum simpul, penuh sopan, separuh dingin. Wajahnya tampan, bodinya kurus berisi. Tidak tegap, tidak atletis, namun proporsional. Kulitnya sedikit gelap, karena hobi diving dan selancar yang rutin ditekuninya setiap bulan. Garis wajahnya tegas dengan alis mata tebal yang membingkai indah mata beningnya. Biyan sangat tampan dan maskulin. Ditambah sikap cueknya membuat para ladies gregetan. Biyan menoleh ke Raja.

“Sekali-kali ikut gue hiking, napa… Pemandangannya bagus. Bulan depan ada hiking lagi, track-nya lumayan susah. Delapan puluh derajad.” Kata Biyan menggambarkan medan hiking yang akan dijalaninya nanti.

“Capek. Banyak pantangannya…. Hahahhaha….” Raja tergelak. “Gue gak biasa doa-doa sebelum manjat.” Raja melirik, “Arah jam 2, lumayan. “ senyumnya pada Biyan, lalu keduanya tertawa.



Terdengar announce, “Ladies and gentlement, please welcome our famous, our Music Saint, THE ONE AND ONLY, THE GREATEST, DJ SAINT!!”

“HOREEE….”

“LOVE YOU, DJ SAINT!!”


Pengunjung bersorak mengumandangkan yell. Terlihat bayangan samar di audio room, lalu irama berhenti sesaat dan segera berubah. Kali ini semakin menghentak, dan lantai dancefloor terasa berguncang.
“IF YOU WANNA DIE TODAY, I’LL TELL YOU THE ART OF DYING.” Terdengar suara yang diacak seperti suara robot. “DON’T DUNK LIKE THAT MAN, BRAIN IS OUR PRIDE!” suara itu lagi. Biyan dan Raja mengeryit.

“Jangan heran, itu cirri khas DJ Saint. Ngeyel… tapi menarik.”

"LET'S HIT THE FLOOR AND PRETENDING THAT TODAY IS YOUR LAST DAY! REST IN PEACE….!!!” Suara itu lagi.

“PEACEEE….!!” Balas pengunjung.

“Remember DT, DT!! DRUNK TODAY, DIE TOMORROW!! SWEET NIGHTMARE!” teriak suara itu lagi. Beat berubah, lagu menghentak, dan hampir semua pengunjung turun. Malam semakin panas.



“Siapa sih DJ Saint? Beken banget dia dikalangan clubber..” Biyan melihat-lihat kearah audio room yang transparan dan tergantung tepat ditengah-tengah dancefloor. Audioroom itu lebih mirip laba-laba air. Tergantung diantara baja-baja yang membentuk seperti kaki laba-laba dan hanya memiliki satu labirin tempat keluar masuk. Satu-satunya jalan keluar. Audioroom sesekali berkilat seiring irama lagu, menyambar menbentuk kilatan petir, merambati kaki-kaki baja yang tertancap disekeliling ruangan. “Aransemennya keren… pantes. Ngebeat banget…”

“Gak ada yang tau siapa dia sebenarnya.” Raja mulai bergoyang. “Dia misterius. Bahkan cewek apa cowok aja enggak ada yang tau…”

“Oh ya…” mata Biyan melebar, hasratnya tertantang.

“Justru itu kelebihan Spidernet, Top DJ-nya misterius. Managemen nutupin banget…”

“So it’s not a rumor, rite? He or she is exist.” Biyan menduga-duga.

“He or she, male or female, he or she, he-she-male.” Raja tersenyum penuh arti. “I wonder who, but I don’t care. As long as he or she can make music, I’m gonna be here every weekend.”

“That’s why we’re here… I’m gonna find out who,” Biyan meneguk minumannya. Matanya tidak lepas menatap lurus ke audio room, lalu beralih pada kaki-kaki penyangga.

“Lo gak bakalan bisa. Lo bukan yang pertama yang mikir kayak gini…” Raja melirik seorang gadis sintal yang berdiri tak jauh darinya, tampangnya sangat latin dan sexy. “The other guys udah mencoba berbagai macam cara. Sogok security, mengundang secara terhormat untuk tampil, nodong managemen sampai menyamar jadi pasukan untuk menangkap basah siapa DJ Saint. Enggak ada berhasil. Dia licin kayak belut.”

“Waw….” Biyan semakin penasaran. “Tapi mereka pasti punya tim, kan…”

“Mereka dibayar mahal untuk tutup mulut. Dan kita bayar mahal untuk menikmati kemisteriusan itu.” Raja melanjutkan, “Lo liat ruangan transparan itu? Ada connecting koridor yang langsung nembus ke basement or anywhere… Jadi elu enggak akan bisa mengetahui siapa mereka. It's very very confidential.”

“Taruhan? Kalau cowok, gue jadiin sodara. Kalo cewek, hmmm…..” Biyan mendehem.

“Lo kawinin? Hahahha…. Kalo muda, kalo nenek-nenek?”

“Nenek-nenek udah jantungan kalo masuk sini. Minimal budeg beneran hahaha…” Tawa Biyan terdengar renyah. Dia tetap terlihat mempesona.

“Kalo jablai?” Raja menatap Biyan, senyumnya terkembang menanti jawaban Biyan.

“Hmm… Jablai juga manusia,” Raja tergelak. Biyan meneliti Audio Room dan menduga-duga apa yang akan dilakukannya untuk memaksa DJ Saint keluar.

"Kalau dia enggak mau keluar, gue yang akan menangkapnya." Biyan menatap Raja yang menertawainya. "Jangan panggil gue Biyan, kalau gue gagal."

"Aaalllahhh..... nama doank dijadiin tarohan... ahahahha.... Itu mah jaman engkong gue, Be..." Raja meledek.

Biyan menimang kunci mobil Mercedesnya. "How about this?" Mata Raja mengembang. Kunci itu tampak berkilat dijilat hujanan lampu sorot.


***

- - - Updated - - -

Cuplikan:

Biyan memanjat besi-besi penyangga audioroom. Pengunjung menahan napas, sebagian berteriak.

"Turun, turuunn.... gak bakalan bisa looo...."

Beberapa security terlihat siaga dan berjaga disekitar podium. Biasanya mereka tidak panik, karena mereka sudah maklum dengan tingkah laku clubbers yang selalu berusaha menguak kemisteriusan DJ Saint. Kenekatan tingkah laku clubbers justru semakin membuat Spidernet semakin populer dan ramai. Tapi sialnya, baru kali ini ada yang sekreatif Biyan memanjat tiang-tiang yang menyangga audio room dari bawah. Sangat mungkin untuk menjangkau audio room itu dan menguak rahasia DJ Saint. Karena itu..

Porcelain Doll
31-05-2012, 02:22 PM
lanjuuuutttttt.....::oops::

Fere
31-05-2012, 05:26 PM
ini yang ada di tred cinta putih itu kan..?

masih nunggu kelanjutannya..;D

nagita
31-05-2012, 08:36 PM
Pukul 03.30 menjelang dinihari.


Biyan memerhatikan pengunjung yang silih berganti. Mayoritas diantaranya sudah cabut dengan pasangan masing-masing atau pasangan dadakan. Biyan melirik Raja yang terkulai dalam pelukan gadis sintal yang sedari tadi diincar Raja. Gadis itu membelai wajah Raja sambil mengecup keningnya dengan lembut. Biyan tersenyum kecil. Dia mengenal Raja sejak kecil. Raja adalah sahabatnya, mereka telah melalui begitu banyak suka duka dan Raja pun banyak berkorban untuknya. Tanpa Raja, Biyan bukanlah Biyan yang sekarang. Mungkin dia akan berakhir seperti pecandu narkoba atau laki-laki brengsek kebanyakan, seperti teman-temannya dulu. Raja telah menariknya begitu jauh dari kehidupan negatif dan mengisinya dengan kegiatan positif yang saat ini menjadi hobinya. Tanpa Raja, apalah jadinya Biyan... Karena itu apapun yang dikatakan atau diimpikan Raja, sedapat mungkin berusaha dipenuhi Biyan. Walaupun kenyataannya, Raja tidak pernah meminta apapun darinya karena keluarga Biyan telah terlalu banyak memberi.

“Are you gay?” tanya gadis disebelahnya. Biyan tersadar sedari tadi dia telah melamun dengan sudut pandang menghadap ke Raja. Biyan menoleh ke asal suara. “Dari tadi kamu diam saja.. dan memandang temanmu."

“Apa kalau diam dan melihat seseorang lalu dianggap gay?” Biyan balik bertanya.

“Kamu hanya datang berdua, bisa saja….” Senyum gadis itu terkembang menggoda. Dia memajukan tubuhnya sehingga lekuk tubuhnya yang indah mengintip. “Belum pernah ada yang berhasil menahan diri untuk tidak menggodaku.” Bola matanya indah, terbalut softlens abu-abu, sehingga pandangannya terkesan nanar.

“Well, bukan itu tujuanku kesini.” Biyan menggeleng. “Kamu tahu siapa DJ Saint?” Biyan mengalihkan perhatian. Rossa, nama gadis itu melirik ke audio room.

“Saint of Music? The one and only? Common…” dia mendengus. “Kalian semua datang untuk dia? Kalian termakan propaganda.”

Biyan terkekeh. “Mungkin… dan itu mengasikkan. I like hunting.”

“Tapi tidak untuk memburu DJ Saint. Dia tidak dapat disentuh. Bahkan security disini pun tidak tahu siapa dia.” Rossa mengangkat bahu. “Bisa saja dia hanyalah robot.”

Mata Biyan semakin berkilat. “Aku dengar ada kecelakaan minggu lalu.”

“Setiap minggu ada kecelakaan t0l0l buat mereka yang ingin menguak jati diri Saint of Music. Bego…” Rossa menyeringai, terlihat melecehkan. Dia kembali memandang Biyan dan membusungkan dadanya. “So… don’t you like to have something to drink?”
Biyan menggeleng. “Tidak.” Gadis itu tampak kecewa. Ada hal lain yang lebih menarik hatinya. Biyan memerhatikan besi-besi yang menyangga audio room dari atas. Hiking adalah salah satu olah raga kesukaannya, dia rutin melakukannya tiga bulan sekali. Medan pegunungan jauh lebih rumit, cadas dan licin. Rasanya dia mampu memanjat besi-besi itu.

“Hanya ada satu DJ saja di dalam kan?”

“Mana aku tahu?” Rossa melirik Audio Room. “Bisa saja bayangan itu adalah boneka, dan musiknya diaransemen komputer.”

Biyan menggeleng. “Let’s find out now.”

nagita
07-06-2012, 06:31 PM
Biyan melangkah menuju pojokan dimana pangkal besi berawal. Dia mulai memanjat. Tubuhnya yang lentur meliuk diantara tiang. Tampak Biyan tidak kesulitan memanjat karena staminanya yang prima dan hobi hikingnya. Dia hanya perlu berhati-hati dengan pijakan yang cukup licin. Tapi sepertinya Biyan telah menyiapkan segalanya. Sepatu kets-nya sangat membantu.

Tidak ada satupun yang sadar bahwa Biyan telah memanjat hingga separuh besi ketika sosoknya mulai terlihat ditengah keramaian.
“Ada yang manjat, ada yang manjattt..!!” pengunjung mulai berdengung.
Mereka mulai melihat kebolehan Biyan melakukan atraksi panjat besi. Tubuhnya terlatih dan lentur. Dia mampu menarik tubuhnya dengan mudah, dan mampu pula melalukan ayunan untuk menjangkau besi disebelahnya.

“Gila… cari mati tuh orang..” wajah-wajah tegang mengamati Biyan. Mereka sadar apa yang sedang dilakukan clubbers gila itu. Mayoritas berharap Biyan berhasil mewakili mereka mengungkap jati diri DJ Saint. Dan, lantai semakin menggentak. Suara-suara mulai mendengung dan membentuk barisan yell yang semakin membakar adrenalin.

"AYO..AYO..AYOO...."



Raja baru tersadar sahabatnya sudah menghilang ketika dia mendengar sorak-sorai pengunjung yang menyorakin Biyan. Raja melongo. Dari balik gemerlap lampu, dia melihat Biyan berayun laksana manusia kera.

“Sinting…. TURUN BE! TURUN!” Raja segera berbaur ke tengah, menyempil-sempil diantara kerumunan yang semakin padat. “Gawat, bisa kacau kalau ada apa-apa sama nih anak. Gue bisa dikebiri bokapnya… Hoi, Be…” Raja melambaikan tangan.

“NAIK, NAIK, NAIK…” pengunjung bersorak.

Biyan menapak dengan hati-hati. Dia melihat kelebat tubuh didalam Audio Room. Biyan semakin yakin itu bukan patung, apalagi robot. Terlihat wajah yang ditempelkan dan mengintip. Biyan semakin bersemangat.

“Turun, turunn… gak bakalan bisa loo…”

"BISA.. BISA... BISAAAA...." suara yang menyemangati lebih membahana.


Para security siaga dan berjaga disekitar podium. Biasanya mereka tidak panik, karena sudah maklum dengan tingkah laku para clubbers yang selalu berusaha menguak kemisteriusan DJ Saint. Kenekatan tingkah laku culbbers justru semakin membuat Spidernet Discotique semakin populer dan ramai. Tapi sialnya, baru kali ini ada yang sekreatif Biyan memanjat tiang-tiang yang menyangga Audio Room dari atas. Aksi ini sunggu diluar perhitungan dan kemungkinan untuk terkuak sangat besar!! Sebab mereka telah menutup segala jalan masuk lewat jalan normal, tapi tidak yang ini…

“SIAGAAA… AMANKAN SAINT!” Manager Spidernet berteriak panik.


Terdengar irama berganti sekali lagi. Biyan semakin yakin. Dia mengayunkan tubuh untuk mencapai lantai Audio Room. Pengunjung menyorakinya, membuat Biyan semakin bersemangat. Peluh bercucuran, tapi dia sudah bertekat untuk membongkar siapa DJ Saint. Hari ini akan menjadi sejarah!!


“BIYAAANNN… HOII, TURUUUUNN….” Raja berteriak panik dan tergencet-gencet pengunjung yang histeris.


Akhirnya Biyan berhasil menjangkau lantai yang menghubungkan Audio Room. Bang! Dia berusaha menarik tubuh.
Sreet! Sesosok tubuh keluar dari Audio Room dan melesat pergi.

“TUNGGU!!” Biyan memanggil sambil menarik tubuh. Tanpa jeda untuk meredakan napasnya, dia berlari mengejar bayangan itu. Terdengar suara gaduh sosok yang berkejaran. Suara lantai berdebum dan berlarian, namun Biyan terlambat. Sosok itu telanjur menghilang.

Hilang....

Biyan mencari-cari. Dia tidak menemukan engsel apalagi pintu, hanya sebuah access card yang menandakan itu adalah satu-satunya pintu keluar masuk. Biyan menahan napas. “Siaall… hampir saja! Hampir!!”


Biyan balik ke Audio Room. Untuk pertama kalinya dia melihat isi ruang DJ yang begitu fantastis. Peralatan super canggih, kursi super nyaman, lampu temaram dan tombol musik yang tersambung langsung ke lighting. Biyan berdecak. Ruangan itu kosong tanpa jejak. Musik telah terputar secara auto computer. Tanpa sengaja pandangannya beralih pada sebuah syal hijau muda yang tergeletak di lantai. Terlihat bahwa syal itu tertinggal saat sosok itu terburu-buru kabur. Biyan terdiam, dia memungut syal itu perlahan. Motif bunga yang sangat khas. Tertera bordiran inisial dan sebuah logo ditepi jahitan. Biyan pun terpana.

“DJ Saint is really exist. And she is a girl….”

- - - Updated - - -

Cuplikan:

Raja memelototi logo pada syal temuan Biyan dengan menggunakan kaca pembesar.
"Aaann... Tail..." Raja memicing, "apaan nih... Lloorr..."

Biyan mondar-mandir seolah berpikir keras. "Teka-teki yang memabukkan.." Gunamnya.

"An-tailor?" Raja memicing lagi, "Aan-g-gell-Tailor?"

Biyan mengambil alih. Dia mengamati dengan kaca pembesar. "Ada 2 huruf dibelakang yang enggak terbaca." Gunamnya penasaran.

"An-gel-c Tailor." Biyan menatap Raja. "Sounds familiar... Angelc?" Mata Biyan melotot. "Angelic Tailor."

Kali ini Raja pun melotot. Mereka segera berlari ke laptop. "Goggle, help ur child!"

nagita
18-06-2012, 07:29 PM
Santa Hallelulia berlari menelusuri koridor-koridor yang menembus ke beberapa pintu. Koridor itu sangat sempit dan hanya dapat dilalui satu orang saja. Koridor itu tidak berujung, ujungnya menembus ke beberapa pintu rahasia yang jika ditelusuri menembus ke pintu Exit gedung diskotik itu. Ada yang menembus ke toilet, ada yang menembus ke Exit tangga darurat, Exit pintu lift, Ground Floor, Parkiran, basement... dan yang tercanggih adalah menembus ke sebuah bilik toilet berisi gudang penyimpanan alat-alat kebersihan. Tidak ada seorang pun yang tahu bahwa dibalik bilik itu, ada sebuah pintu dibalik tembok yang menembus ke koridor-koridor untuk menuju Audio Room....

Hanya ada satu pintu masuk rahasia, tapi ada beberapa pintu keluar. Santa hanya tinggal memilih kemana dia akan keluar. Setiap pintu dilengkapi dengan Access Card yang hanya terbuka bagi mereka yang memegang Access Card tersebut. Karena itu tidak pernah ada yang dapat menangkap basah siapa DJ Saint, sebab jalan keluarnya bercabang dan dia dapat langsung dengan mudah membaur. Selebihnya, DJ lain dapat keluar masuk lewat pintu manapun juga, sebab identitas mereka bebas untuk diketahui siapa saja. Tapi tidak Santa Hallelulia.... Sesuatu membawanya untuk menjadi seorang DJ. Sebuah alasan yang awalnya terpaksa, namun akhirnya enjoy dijalaninya karena dia memang suka meramu musik.


Santa Hallelulia berlari sambil melepas kemeja hitamnya. Dengan siap dia mengambil kaos gratisan berlogo sebuah produk dari ransel kecilnya, memadukannya dengan rompi kotak-kotak, mengenakan topi yang sekilas terlihat seperti seorang sales dan hoplaa... dia telah menjelma menjadi seorang Freelancer sebuah produk minuman soda. Santa segera berbaur diantara keramaian pengunjung diskotik dan dengan mudahnya keluar dari pintu utama.

Tapi malam ini adalah malam yang cukup menegangkan. Biasanya dia akan keluar dengan hati riang atau tersenyum geli memikirkan tingkah pengunjung yang berusaha menguak jati diri DJ Saint, tapi tidak hari ini. Dia tidak pernah sekuatir ini.

Santa berjalan kaki menjauhi Spidernet Discotique, "Taksi!" Dia melambai pada sebuah taksi. Dia melirik jam tangannya sekilas, "Hmm.... masih pagi gini... aduh,... Ke Jl. Cokro Barat, pak. Santai saja!"

Taksi melaju pelan. Santa menarik napas panjang. Dia ingat bagaimana laki-laki itu memanjat tiang penopang yang menggantung 'singgasananya' di tengah ruangan diskotik. "Gilaa......" dia memaki sendiri.

"Ya mba?" sopir menyahut.

"Enggak, bukan ngomong sama bapak."


Santa menarik napas. Jaraknya begitu dekat dan dia hampir saja tertangkap. Kalau saja sedikit lebih lambat, dia tidak tahu apa yang akan terjadi. Seseorang mencoba menangkapku... Santa berpikir. Dasar gila... Padahal pekerjaanku belum selesai. Bah.... semoga managemen maklum. Ini diluar perkiraan.

Ponsel Santa berdering.

"Ya pak, saya sudah di taksi. Semua terkendali. Okey, saya pulang sekarang. Terima kasih." Santa menarik napas. Sampai kapan aku bisa menjaga rahasia ini? Pertandingan ini baru saja dimulai. Santa memicingkan mata, memikirkan langkah-langkah selanjutnya.

"Hebat.... cerdik..." Santa menggunam. Dari dulu aku selalu mengkhawatirkan tiang-tiang itu. Dan ternyata.... ada juga yang genius. Aku harus siap, jika dia datang lagi.

Santa ingat wajah itu, walaupun sekilas. Wajahnya benderang kala diterpa kilatan lampu. Wajah seorang laki-laki muda yang tampan. Santa tersenyum penuh semangat.

"Are you strong enough to know who I am? Hmm.... aku bisa tidur dua jam sebelum ke...." Dia membongkar ranselnya. Wajahnya memucat. Dia membongkar lagi dengan panik. "My God.... syal aku! DIMANA SYAL AKU?!!" Dia pun melotot.

- - - Updated - - -

Cuplikan:

"Jangan melawan papa, Santa! Kamu kehilangan syalmu! Itu penting untuk keseragaman penampilan! Pokoknya kamu tidak boleh ikut koor!" Rahmat meninggi. "Lihatlah dirimu... papa sungguh tidak ingin kamu bekerja seperti itu!" dia berusaha melembutkan suaranya, tapi Santa telanjur jengkel.

"FINE! Lagipula siapa yang tertarik untuk ikut koor gereja seperti itu? Sangat mengantuk!" Santa menahan napas. Itu cuma syal, papa! Aku masih bisa menyanyi!

"Ini adalah Asian Choir Champion! Jadi camkan itu, betapa keseragaman itu perlu! Dan yang terpenting adalah.. kewaspadaan! Kamu telah lengah dengan menghilangkan syal itu. Jadi papa dapat menduga apa yang kamu lakukan semalam.. mabuk-mabukan mungkin?"

"Tidak dapatkah papa sedikit berbangga karena Santa pandai meramu musik? Santa hanya belum punya kesempatan untuk meniti jalur yang lebih normal!" Rahmat baru mau menyahut lagi, Santa segera memotong, "Dapatkah papa memberikan sedikit pujian bagi Santa, bukan hanya bagi Tuhan... tapi bagi anakmu sendiri?!"

nagita
21-09-2012, 10:46 AM
Santa turun dari taksi dengan hati galau. Dia sengaja berhenti beberapa blok dari rumahnya karena tidak ingin orang tuanya tahu dia pulang semalam itu. Santa tiba didepan rumahnya, dia urung masuk. Dia menatap rumahnya dengan sebersit keraguan. Papa bisa marah kalau tahu syal aku hilang... aduh....

Santa memutuskan untuk masuk. Dia membuka kunci perlahan-lahan, hampir tidak terdengar lalu mengendap-endap membuka pintu utama. K-lik... Santa menghela napas. Dia membuka pintu dan menahannya, agar tidak terdengar bunyi engsel.

Pfff.... KLIK! Lampu depan menyala dan tampaklah Rahmat berdiri dengan wajah tertekuk. Santa kaget.

"Papa... um, belum tidur...." Santa sudah sering ketahuan. Tapi tetap saja dia kaget kalau mendadak dipergoki begini.

"Apa yang terjadi?" tanya Rahmat langsung. Santa menghela napas. Itu adalah pertanyaan yang biasa dan Santa tahu apa maksud Rahmat.

"Tidak ada apa-apa, pa. Tidak ada penggebrekan kok."

"Biasa kamu pulang pagi, langsung ke gereja. Ada apa ini..." Rahmat sudah menduga ada yang tidak beres jika puterinya pulang secepat ini.

"Tidak.. Santa hanya sedikit capek. Santa mau tidur sebentar."

"Bersiap untuk koor pagi ini. Jangan ada yang ketinggalan!" Rahmat mengingatkan, dia hendak masuk ke dalam. Santa memanggil.

"Pa... Se-sepertinya Santa... Santa..." Santa urung. Rahmat berbalilk, "Ada apa?"

Santa memandang Rahmat, sebaiknya Rahmat tahu sekarang daripada nanti. "Syal Santa hilang, pa..."

Alis Rahmat berkerut. "Syal kamu hilang?" Santa mengangguk pelan.

"Tapi Santa tetap ikut koor, pa. Santa bisa."

"Tidak, kamu tidak bisa ikut."

"Santa bisa, pa! Santa bisa...."


"Jangan melawan papa, Santa! Kamu kehilangan syalmu! Itu penting untuk keseragaman penampilan! Pokoknya kamu tidak boleh ikut koor!" Rahmat meninggi. "Lihatlah dirimu... papa sungguh tidak ingin kamu bekerja seperti itu!" dia berusaha melembutkan suaranya, tapi Santa telanjur jengkel.

"FINE! Lagipula siapa yang tertarik untuk ikut koor gereja seperti itu? Sangat mengantuk!" Santa menahan napas. Itu cuma syal, papa! Aku masih bisa menyanyi!

"Ini adalah Asian Choir Champion! Jadi camkan itu, betapa keseragaman itu perlu! Dan yang terpenting adalah.. kewaspadaan! Kamu telah lengah dengan menghilangkan syal itu. Jadi papa dapat menduga apa yang kamu lakukan semalam.. mabuk-mabukan mungkin?"

"Tidak dapatkah papa sedikit berbangga karena Santa pandai meramu musik? Santa hanya belum punya kesempatan untuk meniti jalur yang lebih normal!" Rahmat baru mau menyahut lagi, Santa segera memotong, "Dapatkah papa memberikan sedikit pujian bagi Santa, bukan bagi Tuhan... tapi bagi anakmu sendiri?!"

Rahmat terdiam. "Lihatlah dirimu... kamu sudah berani melawan papa."

"Bukan pa... Santa...hh.." Santa merasa sia-sia. "Santa ingin sekali bekerja dengan cara yang lebih baik, tapi Santa hanya menyukai musik pa. Santa tidak bisa menjadi desainer interior... seperti yang papa inginkan."

"Papa tahu yang terbaik untukmu!"

"Tapi bukan dengan cara memaksa Santa untuk menjadi apa yang tidak Santa inginkan. Kita sudah bahas ini berkali-kali. Santa sangat bosan."

"Oh, jadi sekarang kamupun bosan mendengar ceramah dari ayahmu sendiri?" Rahmat menatap Santa sesaat, menggeleng lalu masuk ke dalam. Santa terdiam di ruang depan. Dia menghela napas berkali-kali untuk menetralkan emosinya.

Jika Tuhan begitu murah hati, mengapa Dia tidak memberikan apa yang aku inginkan?

---------- Post Merged at 09:46 AM ----------



Cuplikan:


"Oke... Ada orang gila sinting yang berusaha mengungkap identitas aku. Aku udah kepalang tanggung..." Santa menelan ludah.

"Aku rasa sebaiknya elu quit, San. Manajemen mau gak mau harus ngerti juga."

"Gak bisa... I LOVE MUSIC! Not only love, I'M STUCK IN MUSIC AND I LOVE IT!"

"Kalau gitu kamu harus mempertaruhkan nama baik bokap elu...."

Santa menelan ludah. "Dia pikir dia bisa main-main sama aku." Wajah Santa mengeras. "Gak bisa, aku terima tantangan ini!" Wajahnya terlihat excited. "Lemparin aku botol!"

"Ah? Jangan sekarang deh San...."

"Gue DJ, juga bartender!" Lalu, botol itupun menari dalam pergelangan tangannya, sikunya tubuhnya dan meliuk dengan lincahnya.


Game or not a game, I'm gonna be the winner!