PDA

View Full Version : Kualitas Pendidikan Terbaik Itu Ada di Finlandia



cha_n
09-05-2012, 01:59 PM
Sudah pernah ke negara Finlandia? Sebuah negara kecil di Eropa dengan ibukota Helsinki, yang lebih dikenal karena produk ponsel ternama di dunia, Nokia. Dan, tahukah Anda? Negeri yang juga pernah menjadi tuan rumah perundingan damai antara Indonesia dan GAM (Gerakan Aceh Merdeka) ini ternyata merupakan negara dengan peringkat pertama kualitas pendidikan terbaik di dunia, bukan Amerika Serikat, Jerman atau Jepang. Amerika Serikat bahkan hanya menduduki peringkat ke 17.

Hasil ini diperoleh melalui survei internasional pada tahun 2006 oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Organisasi ini melakukan survey melalui sebuah tes yang diberi nama PISA (Programme for International Student Assesment) yang mengukur kemampuan siswa dalam bidang sains, matematika dan membaca. Yang lebih hebat lagi, negara ini tidak hanya mempunyai keunggulan dalam bidang akademis saja, tetapi juga bisa berhasil mendidik anak-anak lemah mental menjadi pintar dan cerdas secara akademis. Jadi, apa yang membuat Finlandia negara peringkat nomer satu di dunia?

greenwichmeantime.com

Anggaran pendidikan Finlandia memang tidak sebesar negara-negara lain di Eropa. Siswa disini tidak diberi jam tambahan belajar, seperti di Indonesia yang setiap mendekati ujian selalu ada jam tambahan belajar. Tidak menerapkan disiplin ala militer, tidak mencecar siswa dengan berbagai macam tes dan rata-rata jam belajar di Finlandia cuma 30 jam per minggu, kalah jauh dari Korea Selatan yang berada di peringkat kedua dengan rata-rata siswanya menghabiskan 50 jam belajar per minggunya. Siswa di Finlandia mulai masuk sekolah umur 7 tahun, usia yang lambat dibanding negara-negara lain.

Terus apa kunci sukses Finlandia dalam menyelenggarakan sistem pendidikan? Jawabannya terletak pada kemandirian siswa dan kualitas pengajar (Guru). Guru-guru disini harus mempunyai kualitas dan pelatihan metode kurikulum yang terbaik. Guru diberi keluasaan dan kebebasan untuk menyusun metode kurikulum yang sesuai dengan kemauannya. Walaupun gaji guru tidaklah terlalu tinggi atau kurang memadai, tapi profesi guru di Finlandia sangatlah dihormati dan dihargai oleh pemerintah dan masyarakat, selain itu mengajar adalah karir prestisius di Finlandia. Proses untuk menjadi guru juga sangat ketat, setelah lulus dari sekolah menengah, calon siswa terbaik langsung mendaftar di fakultas pendidikan. Dan yang diterima cuma 1 banding 7 atau hanya yang terbaik yang ditampung masuk di fakultas pendidikan calon guru. Tidak hanya sampai disitu saja, untuk diterima menjadi seorang guru, harus masuk peringkat 10 besar di fakultas pendidikan.

Kalau negara lain termasuk Indonesia menerapkan berbagai macam tes dan evaluasi nilai ujian untuk mengetahui kualitas pendidikan, Finlandia tidaklah demikian. Sistem pendidikan di negara ini tidak mengenal ujian semester bahkan ujian nasional. Setiap siswa diuji hanya untuk mata pelajaran yang dikuasainya saja dan diberi jadwal ujian sesuai dengan keinginan siswa tersebut. Dengan kata lain guru memberi otonomi khusus kepada setiap siswanya. Membuat suasana belajar jadi santai dan fleksibel, tidak ada rasa tertekan. Dan siswa yang lambat akan lebih banyak mendapat dukungan intensif.

Dengan sistem inilah Finlandia berhasil berada di posisi teratas negara yang sangat berhasil dalam mengelola sistem pendidikan nasional. Angka drop out atau ketidaklulusan berkisar hanya 2 persen per tahunnya. Pemerintah Finlandia tidak pernah mengintervensi sistem kurikulum yang dibuat sendiri oleh guru. Karena guru bertanggung jawab penuh terhadap kurikulum yang disusunnya. Para guru juga tidak dibebani target untuk menyelesaikan bahan pelajarannya, tapi bahan pelajaran itu disesuaikan dengan kebutuhan setiap siswa masing-masing. Siapapun presiden dan menteri pendidikan Finlandia, walaupun selalu berganti, tidak akan berpengaruh terhadap sistem pendidikannya. Beda dengan di Indonesia, berganti menteri pendidikan ganti juga kurikulum, sampai buku pelajarannya. Karena sesungguhnya fungsi pemerintah hanyalah memajukan pendidikan dari segi legalitas dan finansial saja.

Sistem ini sangat menguntungkan para guru disana, karena tidak terpengaruh dengan suasana politik apapun yang sedang terjadi dalam pemerintahannya. Pemerintah Finlandia menerapkan pendidikan gratis selama 12 tahun. Tidak ada jenjang SD dan SMP seperti di Indonesia, tapi 12 tahun lulus langsung mendapat ijasah setara SMU. Kalau di Indonesia setiap ganti pelajaran berganti guru, maka di Finlandia, setiap kelas akan diisi oleh 3 guru dan tidak pernah berganti. Dua guru difungsikan sebagai guru mata pelajaran sedangkan satu guru lagi sebagai pengawas dan pembimbing program studi. Jadi selama 12 tahun, 3 guru itu saja yang selalu menemani kita belajar. Waktu yang lama tersebut membuat guru sudah memahami karakter para siswanya. Guru juga dilarang mengkritik pekerjaan siswanya, karena akan membuat siswa malu. Jika salah, siswa diminta untuk membandingkannya dengan nilai dia sebelumnya, bukan dibandingkan dengan nilai siswa lain.

Bagaimana dengan situasi pendidikan di Indonesia? Memang sangat jauh berbeda, pendidikan nasional kita masih dicampuri dengan urusan politik dalam negeri. Ujian Akhir Nasional yang dijadikan tolak ukur kelulusan siswa, malah membuat siswanya tertekan. Bahkan ada sekolah yang dijaga Polisi dan memasang CCTV saat ujian berlangsung, jelas sangat mengganggu psikologis siswa. Setiap menjelang ujian semester maupun ujian nasional, siswa dibebani tugas pekerjaan rumah yang menumpuk, yang malah mengganggu konsentrasi jelang ujian serta tambahan jam belajar atau les yang juga menguras energi bahkan kantong para orang tua. Begitulah cermin pendidikan kita, siswa tidak dididik untuk berkreasi sesuai kemauan mereka. Siswa terlalu ditekan tanpa bisa berkreativitas.

Mengembalikan guru di posisi yang dihormati seperti jaman orang tua kita dulu sepertinya merupakan langkah awal yang baik. Dalam bahasa Jawanya Guru Digugu lan ditiru. Biarkan guru menyusun kurikulumnya sendiri tanpa campur tangan pemerintah. Gratiskan biaya pendidikan. Pos guru juga harus diisi dari lulusan terbaik, bukan dari tenaga honorer yang cuma modal jam terbang saja. Guru jangan hanya menuntut gajinya naik tiap tahun, tapi pastikan juga kinerjanya bagus. Mutu pendidikan yang rendah hanya akan menghasilkan generasi muda yang suka tawuran, hura-hura dan menambah pengangguran. Siswa yang tawuran adalah penyebab dari tertekan secara psikologis di kelas, akhirnya melampiaskan rasa tertekan mereka dengan tawuran. Tekanan hanya untuk menghasilkan sekadar nilai bagus lewat jalur ujian nasional harus dihilangkan. Walaupun UAN punya tujuan yang baik, menjadi standar kelulusan, tapi dilihat data di atas kita sudah tahu mana yang lebih bermutu, antara belajar dengan tekanan atau belajar yang menyenangkan.(rei)
http://www.jadiberita.com/2012/04/29/kualitas-pendidikan-terbaik-itu-ada-di-finlandia/

BundaNa
09-05-2012, 02:20 PM
belajar menyenangkan di indonesia cuma mpe tk. bgt masuk sd bebannya 3x usia si anak. syukur2 msh pd waras itu anak2

heihachiro
09-05-2012, 02:50 PM
berarti harusnya ngga level: Asian lagi, tapi level: Finnish [meditasi]

choodee
09-05-2012, 03:45 PM
sebenarnya itu dari smp harusnya murid udah punya hak milih mata pelajaran yang disukainya, ngapain dijejalin belasan mata pelajaran yang akhirnya dapetnya cuman setengah2.

sekarang juga sekolah2 elit (terutama di kampung gw) maksain supaya semua siswanya masuk kelas IPA, kelas IPS paling satu atau dua atau bahkan ga ada sama sekali, kelas bahasa udah jaman dari sma ga pernah nemu lagi ::grrr:: dan sekarang saya sadar bahwa belajar bahasa itu sangat penting juga!! bahkan kalau ditekuni bisa ngalahin orang2 yang sekolah di bidang sains.

itsreza
09-05-2012, 04:30 PM
kualitas pendidikan terbaik boleh di Finland, tapi kualitas murid terbaik tetep Asian ;D

ancuur
09-05-2012, 05:25 PM
kualitas pendidikan terbaik boleh di Finland, tapi kualitas murid terbaik tetep Asian ;D

mana linknya :cilukba:

Fere
09-05-2012, 05:57 PM
kalo ga salah finlandia juga peringkat pertama negara terbersih dari kasus korupsi.. :jempol:

itsreza
09-05-2012, 06:58 PM
mana linknya :cilukba:
liat fotonya oom, dikasih buku setumpuk juga asian sanggup
http://i.cdn.cnngo.com/sites/default/files/imagecache/article_large/2010/12/09/Shanghai-students----FRANCOIS-BOUGON-AFP-Getty-Images--main.jpg


Forget about Olympic or Asian Games gold medals, Shanghai teens are surpassing their counterparts in another arena: education.

Given in about 65 countries, the Program for International Student Assessment (PISA) survey is a worldwide evaluation of 15-year-old school students' scholastic performance, testing three key categories of ability: literacy, math and science.

It was first given in 2000 and is repeated every three years. The test is coordinated by the Organization for Economic Co-operation and Development (OECD).

Students in Shanghai excelled in reading literacy with the highest mean score, according to a report released by the Paris-based organization on Tuesday, scoring 556, ahead of South Korea, which took second place with 539.
More on CNNGo: "Chinese students overcome young-love taboo"
Shanghai students also scored number one in math skills, leaving even second-ranked Singapore far behind. More than a quarter of the students in Shanghai demonstrated “advanced mathematical thinking skills to solve complex problems, compared to an OECD average of just three percent," said the organization.

In science, Shanghai students scored 575, again a top score, with Finland in second place with 554 points.

....
http://www.cnngo.com/shanghai/life/shanghai-has-worlds-smartest-teens-690531


baru China, belum masuk orang India dan Asia Timur diluar China

choodee
09-05-2012, 07:13 PM
^
indonesia masuk gak ::ungg::

itsreza
09-05-2012, 07:18 PM
ga disebutkan, menurut gw sih masuk. kalau student olympics kan rajin menang
walau wajar juga sih, anak SMP diajarin physics atau math setara level master,
gimana ga juara? tapi belum tentu berlanjut di tingkat selanjutnya

BundaNa
09-05-2012, 07:54 PM
tapi emg bagus ya finland, ga perlu ganti kebijakan tiap ganti pemimpin, jd hasilnya bisa terasa

ancuur
09-05-2012, 08:18 PM
liat fotonya oom, dikasih buku setumpuk juga asian sanggup


baru China, belum masuk orang India dan Asia Timur diluar China

Asia 22 Juni 2011
Korea Selatan 3,09
Singapura 3,19
Jepang 3,50
Taiwan 3,96
India 4,24
China 4,27
Malaysia 4,41
Hongkong 4,72
Philiphina 5,47
Thailand 5,96
Vietnam 6,21
Indonesia 6,56

note: sumber (http://arjunabelajar.wordpress.com/2011/06/22/daftar-ranking-negara-dengan-kualitas-pendidikan-terbaik-di-asia/)

choodee
09-05-2012, 08:19 PM
^
itu ranking apaan oom?

itsreza
09-05-2012, 08:23 PM
itu kualitas pendidikan oom, bukan kualitas siswa

choodee
09-05-2012, 08:24 PM
mungkin di level asia, murid2 terpintarnya emang bisa ngalahin level eropa dan amrik, tapi kalo untuk pemerataan mutu pendidikan, finland yang menang.

itsreza
09-05-2012, 08:28 PM
mungkin pendidikannya lebih berimbang
pintar itu bukan cuma sekedar bagus di math, physics, chemstry
yang umumnya memang diutamakan di sekolah-sekolah di asia

Ronggolawe
09-05-2012, 08:41 PM
Terus apa kunci sukses Finlandia dalam menyelenggarakan sistem pendidikan? Jawabannya terletak pada kemandirian siswa dan kualitas pengajar (Guru). Guru-guru disini harus mempunyai kualitas dan pelatihan metode kurikulum yang terbaik. Guru diberi keluasaan dan kebebasan untuk menyusun metode kurikulum yang sesuai dengan kemauannya. Walaupun gaji guru tidaklah terlalu tinggi atau kurang memadai, tapi profesi guru di Finlandia sangatlah dihormati dan dihargai oleh pemerintah dan masyarakat, selain itu mengajar adalah karir prestisius di Finlandia. Proses untuk menjadi guru juga sangat ketat, setelah lulus dari sekolah menengah, calon siswa terbaik langsung mendaftar di fakultas pendidikan. Dan yang diterima cuma 1 banding 7 atau hanya yang terbaik yang ditampung masuk di fakultas pendidikan calon guru. Tidak hanya sampai disitu saja, untuk diterima menjadi seorang guru, harus masuk peringkat 10 besar di fakultas pendidikan.

Kalau negara lain termasuk Indonesia menerapkan berbagai macam tes dan evaluasi nilai ujian untuk mengetahui kualitas pendidikan, Finlandia tidaklah demikian. Sistem pendidikan di negara ini tidak mengenal ujian semester bahkan ujian nasional. Setiap siswa diuji hanya untuk mata pelajaran yang dikuasainya saja dan diberi jadwal ujian sesuai dengan keinginan siswa tersebut. Dengan kata lain guru memberi otonomi khusus kepada setiap siswanya. Membuat suasana belajar jadi santai dan fleksibel, tidak ada rasa tertekan. Dan siswa yang lambat akan lebih banyak mendapat dukungan intensif.

Dengan sistem inilah Finlandia berhasil berada di posisi teratas negara yang sangat berhasil dalam mengelola sistem pendidikan nasional. Angka drop out atau ketidaklulusan berkisar hanya 2 persen per tahunnya. Pemerintah Finlandia tidak pernah mengintervensi sistem kurikulum yang dibuat sendiri oleh guru. Karena guru bertanggung jawab penuh terhadap kurikulum yang disusunnya. Para guru juga tidak dibebani target untuk menyelesaikan bahan pelajarannya, tapi bahan pelajaran itu disesuaikan dengan kebutuhan setiap siswa masing-masing. Siapapun presiden dan menteri pendidikan Finlandia, walaupun selalu berganti, tidak akan berpengaruh terhadap sistem pendidikannya. Beda dengan di Indonesia, berganti menteri pendidikan ganti juga kurikulum, sampai buku pelajarannya. Karena sesungguhnya fungsi pemerintah hanyalah memajukan pendidikan dari segi legalitas dan finansial saja.
Harusnya Remunerasi diberikan pertama kali buat
para Guru, bukan buat PNS Kemenkeu... jadi guru
bisa serius bikin bahan ajar dan bahan didik sendi
ri, tanpa harus mikirin keperluan primer-sekunder.

BundaNa
09-05-2012, 08:51 PM
apa yg bs diadopsi oleh indonesia? kayaknya seleksi guru dan sistem guru p'damping ya, bagus utk ditiru

---------- Post added at 07:51 PM ---------- Previous post was at 07:46 PM ----------

lho nggo, guru kan ada sertifikasi lho. intensif sertifikasi setara dgn gaji

Yuki
09-05-2012, 09:58 PM
Siapapun presiden dan menteri pendidikan Finlandia, walaupun selalu berganti, tidak akan berpengaruh terhadap sistem pendidikannya.
untuk tahap awal bagi Indonesia, harus bisa seperti ini dulu, kalo gak, bagaikan menunggu godot

ancuur
09-05-2012, 10:04 PM
^
itu ranking apaan oom?


itu kualitas pendidikan oom, bukan kualitas siswa

kan topiknya kualitan pendidikan X_X

Ronggolawe
09-05-2012, 10:43 PM
apa yg bs diadopsi oleh indonesia? kayaknya seleksi guru dan sistem guru p'damping ya, bagus utk ditiru

---------- Post added at 07:51 PM ---------- Previous post was at 07:46 PM ----------

lho nggo, guru kan ada sertifikasi lho. intensif sertifikasi setara dgn gaji

beda bund.. kalau sertifikasi, kan guru-guru musti
daftar, bayar dan ikut ujian untuk dapatkan serti
fikat dan tunjangan profesi...

Kalau remunerasi, apa PNS Kemenkeu perlu sertifi
kasi untuk dapat tunjangan tambahan hampir 10jt?

BundaNa
09-05-2012, 11:31 PM
sertifikasi mesti bayar? gw baru tau lho

Ronggolawe
09-05-2012, 11:33 PM
sertifikasi itu, syaratnya harus SPd... sedikit banyak
harus bayar, minimal administrasi, dan harus ujian pu
la untuk mendapatkan sertifikasinya.

tentu beda dengan remunerasi di PNS Kemenkeu :)

purba
10-05-2012, 02:45 AM
Gak usah muluk2, coba ente tanya pada diri ente sendiri, apa yg ente harapkan thd anak2 ente nanti? Misalkan anak ente udah lulus SMA, trus mo kuliah, jurusan apa yg ente sarankan pada anak ente?

Sebelum masuk SD, anak2 ente sudah mendapatkan pengajaran dari ibu-bapaknya. Itu sangat membekas hingga si anak dewasa nanti dan membentuk pola pikirnya. Bagaimanapun bagusnya kurikulum suatu sekolah, tetap saja itu pendidikan sekunder. Yg primer tetap di dalam keluarga.

Tulisan mengenai pendidikan di Finlandia tsb akan semakin memberikan gambaran kalau disertai juga dgn informasi bagaimana pendidikan di dalam keluarga di sana dilakukan.

:)

Fere
10-05-2012, 02:58 AM
saya justru pengen nanya, dengan sistem pendidikan terbaik, apakah finland juga menghasilkan siswa/lulusan terbaik pula?

jepang di peringkat berapa? keknya banyak orang2 jepang lebih pinter daripada orang2 finland.. :ngopi:

Ronggolawe
10-05-2012, 03:02 AM
Kalau gw ngga salah si Pur, saat usia sekolah ting
kat taman kanak-kanak, orang tua pun wajib masuk
di dalam kelas, bermain dan belajar bersama anak.

kalau loe tanyain gw sih, pengennya gw, anak gw
masuk kedokteran, lalu setelah lulus ambil spesialis
Bedah Syaraf, atau kalau mau riset ya neurologi,
tapi itu kalau dia pengen dan mampu... kalau ngga
ya terserah dia lah...

mau jadi atlet softball/baseball juga boleh, atau
mau jadi chef, juga boleh, mau jadi ordinary people
juga terserah dia....

kalau sekarang nonton orang menarikan Tari Payung,
Tari Persembahan, Tari Rantak, serta Momusu menya
nyika lagu Namida Tomarana Iwa sambil dance :)

---------- Post added at 02:02 AM ---------- Previous post was at 02:01 AM ----------


saya justru pengen nanya, dengan sistem pendidikan terbaik, apakah finland juga menghasilkan siswa/lulusan terbaik pula?

jepang di peringkat berapa? keknya banyak orang2 jepang lebih pinter daripada orang2 finland.. :ngopi:
gw kira esensinya bukan menjadikan anak-anak ke
lak menjadi orang-orang yang pintar, tetapi menja
dikan mereka orang-orang yang sadar kekuatan dan
kekurangan mereka, serta tahu bagaimana meman
faatkannya sehingga bisa menjadi orang yang ber
guna bagi diri, keluarga, dan masyarakat.

Normatifnya begitu.

BundaNa
10-05-2012, 06:27 AM
pinter aja tapi ga peka lingkungan percuma kali ya, ga balance
@ronggo: tk mana ada kewajiban ortu masuk kelas?

Ronggolawe
10-05-2012, 07:22 AM
TK di Finlandia, Bund :ngopi:

BundaNa
10-05-2012, 07:41 AM
lha mana bs ortu di indonesia dibikin mekanisme spt itu? rata2nya kerja, kalopun ga kerja kantor ibu urus2 rumah ;))

Ronggolawe
10-05-2012, 07:57 AM
Habisnya Bubund yang satunya sebagai TS ngam
bil Finland... sebuah wellfare-state di Skandinavia,
ya jauh lah kalau dibandingkan dengan Indonesia.

jangankan pendidikan, ibu melahirkan saja bisa da
pat cuti setahun-dua dengan full-pay, bahkan si
bapak juga dapat cuti parental-leave :)

BundaNa
10-05-2012, 08:24 AM
yg disoroti chan itu sistem p'didikan yg tetap tanpa pengaruh dr p'ubahan politik, jg metote p'dampingan guru-murid

---------- Post added at 07:24 AM ---------- Previous post was at 07:21 AM ----------

plus dedikasi guru t'hadap kurikulum n hsl pendidikan siswanya meski gajinya dikategorikan tdk tinggi

Ronggolawe
10-05-2012, 11:50 AM
http://www.newamerica.net/blog/early-ed-watch/2008/how-finland-educates-youngest-children-9029]How Finland Educates the Youngest Children



I just returned from a week in Finland, where I went with several other education writers to learn about their education system. Finnish 15-year-olds lead the world on the OECD’s Programme for International Student Assessments (PISA), and we wanted to learn how and why that’s possible, and what the American education system can learn from Finland’s example. While the answers to those questions are far from simple, it’s clear that high quality early childhood education programs are a part of Finland’s success.

This may surprise you. After all, conservative and libertarian opponents of increased early childhood investment have seized on Finland, where compulsory schooling doesn’t begin until age 7, to bolster their arguments. Earlier this year, the Reason Foundation’s Shikha Dalmia and Lisa Snell wrote that, “Early education in general is not so crucial to the long-term intellectual growth of children. Finland offers strong evidence for this view. Its kids consistently outperform their global peers in reading, math and science on international assessments even though they don't begin formal education until they are 7.”

But, while Finnish children don’t begin formal schooling until age 7, that doesn’t mean they’re lacking for education before that. In fact, Finnish children have access to very high-quality, affordable child care that meets most of the standards for what we in the United States would call preschool.

Since 1996, Finnish children under age 7 have had, by law, a “subjective right to child care,” regardless of family income or parental employment. If a child’s parents want him or her to attend a child care center (commonly known as “kindergartens” in Finland), the municipality in which they live (municipalities are the local government units responsible for the delivery of most education and social services in Finland) is obligated to provide them with a slot in either municipal kindergarten or a private child care program (including family home care). Child care isn’t free for parents, but it is heavily subsidized: Parents pay according to a sliding scale based on income, with a maximum monthly payment of 235 euros per month (about $3,850 a year, compared to over $10,000 annual cost of center-based childcare for a 4-year-old in the United States). About 15 percent of municipalities’ total spending on child care comes from parent fees.

Finnish 6-year-olds also have the right to free, half-day preschool programs, which place a slightly greater emphasis on academic preparation and language development than typical child care, and can be offered in child care centers to provide a full day of care that meets families’ child care needs. Over 97 percent of Finnish 6-year-olds attend these programs.

Publicly funded kindergartens and preschool in Finland are of quite high-quality, with quality standards roughly on par with those universal pre-k advocates seek for publicly funded pre-k programs in the United States. Kindergartens must have at least one adult for every seven children over age three, for every four children under age three, or for every two one-year-olds (infants under age one are rarely enrolled in kindergartens because Finland offers generous parental leave supports for parents in their child’s first year of life). One out of every three adults working in kindergartens holds a bachelor’s degree as a certified kindergarten teacher (in effect, the lead teacher in each classroom). The other two adults must hold credentials as “licensed practical nurses,” a vocational degree that is roughly equivalent to a high school diploma with specialized education and training to work with young children.

Kindergartens must adhere to the National Curriculum Guidelines for Early Childhood Education and Care in Finland—comprehensive standards for child care environments and activities that address the developmental needs of the whole child—and with more detailed early childhood plans that each municipality must create to implement the national curriculum guidelines. These guidelines are aligned with the National Core Curriculum for Preschool Education in Finland, which is in turn aligned with the National Core Curriculum for Basic Education. These class size, teacher qualifications, and curriculum standards make the programs offered by Finnish kindergartens higher in quality than those offered by many state pre-k programs and Head Start centers in the United States.

More than 60 percent of Finnish children under age 7 attend municipal kindergarten programs, about 30 percent are at home with their parents, and the remainder attend a mix of publicly subsidized private and family home care centers. But these numbers understate the degree to which Finnish children participate in early education programs during at least some period in their early childhood. That’s because Finnish children are more likely to stay home during the first three years of life—when stay-at-home parents can collect a “home care allowance” of 294 euros per month—than they are after they turn three years old. Over 80 percent of mothers with children over age three are working, and most of their children attend kindergartens. So the share of Finnish children who receive some form of center-based early education before age 6 is much higher than 60 percent.

Is Finland’s strong early care and education system the explanation behind their PISA success? Unfortunately, it’s not that easy to say. Finland’s educational system (and Finns’ intense aversion to comparing students and schools) can’t provide the data we’d need to rigorously assess whether Finnish children who did participate in early care and education perform better than those who did not. And there are plenty of other factors beyond early education that contribute to the Finnish educational system’s success. There are, however, good reasons to believe that the Finnish early education system is part of the answer: First, the vast majority of Finnish first graders (7-year-olds in their first year of school) are reading mid-way through their first grade year, suggesting that the youngsters have a strong grounding in language and pre-literacy skills—which the National Curriculum Guidelines for Early Childhood Education and Care rightly emphasize—before they enter school. Second, Finnish educators and officials we spoke with attribute the nation’s success in international comparisons to their high-quality early childhood programs. An “absolutely important explanation behind these good results is the good early learning support,” provided by child care centers, one official from the National Board of Education told us.

There are clear limits to the Finnish early care and education system as a model for the United States. For starters, some elements of the system—such as the fact that children as young as one year old spend up to three hours a day playing outside even in Finland’s chilly winters—probably wouldn’t fly with American parents. Moreover, creating a Finnish-style system of universal early care and education from infancy on would be hugely expensive. A system that works well in a country 400,000 children under age seven would be far more difficult—and costly—to implement in a country with nearly 21 million children under age five. Finally, while Finland does have poor children and a growing immigrant population, it does not have anywhere near the population of seriously deprived children and those with multiple risk factors that we have in the United States. While the largely play-based Finnish early childhood model, which involves little in the way of direct instruction, may work for most children, the most at-risk youngsters need more intensive early education services than it typically provides.

But, perhaps most important for the U.S. debate, Finland’s quality early childhood education system means that “But Finnish kids don’t start school until they’re 7” is hardly a compelling argument against expanding access to quality, publicly funded pre-k education. If pre-k opponents like Dalmia and Snell want to offer Finland’s system as an alternative to universal pre-k, I’d bet dollars to donuts that most early education advocates would be thrilled to accept that bargain.

Later this month I'll write a bit more about what we can learn from Finland's education system, as well as some of the challenges it faces.

BundaNa
10-05-2012, 12:45 PM
translet oey, Nggo...capek bacanya::hihi::

cha_n
10-05-2012, 03:57 PM
Sama kayak di Jepang, di Finlandia profesi guru amat sangat terhormat dan bergengsi. yang bisa menjadi guru adalah orang2 terpilih
di indonesia malah sebaliknya.... miris...
gimana pulak mau bersih dan dari kecil punya etos kerja baik, semangat belajar baik dst, kalau dari sistem pendidikannya sudah kacau.

mulai dari pengertian wajib belajar,
di jepang (sori gw lebih ngerti jepang ya, kayaknya di finlan malah lbh baik) ga ada yang namanya anak tinggal kelas di usia wajib belajar (di jepang wajib belajar 9 tahun, di finlan kalo ga salah malah 12 tahun)
trus gimana tuh kalau ada anak yang daya tangkapnya kurang?
berarti gurunya yang harus lebih berusaha, kasih les tambahan, pas liburan semester atau akhir pekan guru memberikan pengajaran tambahan, dan ini jadi tanggung jawab gurunya.
gimana anak2 cacat mental?
mereka punya kelas sendiri, dan tetep mereka ga pake yang namanya sistem tinggal kelas.
trus gimana kalau ada anak yang ga berprestasi?
SALAHKAN GURUNYA! itulah sebabnya guru sangat dekat dengan murid2nya, mereka juga biasa punya kunjungan ke rumah anak2 muridnya untuk mengetahui kondisi keluarga (kalau ga percaya, tonton filem nobita, itu beneran terjadi di sana) biasa langsung bercakap2 dengan keluarga untuk juga meminta masukan pada orang tua kenapa bisa kurang berprestasi. seperti yang aku tulis sebelumnya, mereka juga menyempatkan diri untuk memberi pelajaran tambahan bagi anak2 yang kurang berprestasi.
Sekolah dari rumah juga jaraknya diatur, anak hanya boleh masuk sekolah yang dekat dengan rumahnya, jadi anak2 bisa berjalan kaki atau bersepeda ke sekolah, jadi tidak banyak waktu terbuang di jalan.
Pada pelajaran sekolah, aku perhatikan, tiap guru bertanya, semua anak tunjuk tangan ingin menjawab. Anak2 selalu diberi motivasi untuk tidak takut menjawab, mereka diberi kesempatan yang sama, bahkan kalau pun salah menjawab mereka diberi dukungan penuh, jadi tidak ada yang malu2.
Awal pelajaran ada semacam pemanasan, fisik, lalu pemanasan otak, disesuaikan dengan umur anak, yang lebih besar hitung2an selama 5 menit, jadi ketika memulai pelajaran mereka sudah berkonsentrasi kepada pelajarannya.

Pernah ketika kunjungan ke anak2 sd kelas 1, mereka begitu tertarik kepada kami (yang lagi meninjau) akhirnya tidak berkonsentrasi pada pelajaran.
dengan bijak gurunya berkata "Anak-anak, kalian boleh berkenalan dan berbincang pada para peninjau selama 10 menit, tapi setelah itu kita belajar lagi ya"
pintarrrrrrr dan bijak banget, ngerti psikologi anak.........

dan yang paling bikin salut, semua guru berdedikasi, dan mereka memang sangat bangga dengan profesinya
"kenapa sampai mau meluangkan banyak waktu di sekolah, bahkan ketika jam pelajaran sudah berakhir?"
"anak2 itu masa depan kita, dan para guru yang mengarahkannya, bagaimana mungkin kami bisa tidak berusaha keras untuk mereka?"

terharu....

ga ada tes buat anak SD, semua anak berusia 7 tahun WAJIB sekolah, tanpa kecuali, jadi mau dia ga bisa calistung kek, atau bisa, semua diterima sekolah, karena namanya wajib belajar, jadi semua masuk ke SD negeri, sd swasta di sana hanya ada sekitar 3% dari total yang ada.

cha_n
10-05-2012, 03:59 PM
belum lagi dari hal2 kecil yang sudah diajarkan sejak dini

semisal membersikan karton susu sebelum dilipat dan dibuang, itu untuk menghargai dan menolong tukang sampah.
mereka juga sangat menghormati semua profesi, karena tanpa orang2 itulah negara mereka bisa ada dan berkembang sekarang.

jadi dari kecil nilai moral sudah ditanamkan, bahwa harus saling menghormati, tolong menolong tentu dalam hal yang baik.

ga ada guru yang malah ngasih contekan ke muridnya demi lulus UAN ::grrr::

BundaNa
10-05-2012, 04:06 PM
kalo tk msh bagus hubungan ortu-guru-murid, nyampe sd ga jelas kurikulumnya. di blora yg ga pake test masuk cm sd muh

AsLan
13-05-2012, 11:44 PM
Tergantung nyokap juga kayaknya, nyokap2 anak asia biasanya sangat mempedulikan pendidikan anaknya lebih dari kebahagiaan masa kecil anak2nya ::hihi::


http://26.media.tumblr.com/tumblr_lr48btfYnU1qj0f5go1_400.jpg