PDA

View Full Version : Hiromi Shinya - A Miracle Enzyme Determines Life



cha_n
21-02-2012, 03:57 PM
klaim2nya hiromi shinya ini termasuk sains atau pseudo sains?

dari wiki:

Shinya is also known for his claims on health, but he has repeatedly done deceiving citations in commercial advertisements.

Dr. Shinya has authored many books, of which Living without Disease: A Miracle Enzyme Determines Life (in Japanese. The original title is: '病気にならない生き方 ミラクル・エンザイムが寿命を決める') is the most well-known, which is said to have sold more than a million copies in Japan.[1]

Shinya has recommended in advertisements[2][3] to take enzyme from your meal. There he cites a medical paper[4] which is irrelevant to his claim; the article reports decrease in the secretion quantity of three kinds of digestive enzyme (and bicarbonate) from pancrea which is speculated to be due to aging. It has nothing to do with nutrients intake. He also says[2] that nutrients in vegetables are poorer in recent years, and that it's diffcult to take sufficient enzyme from meal only, by showing a chart based on references[5] of years 1963 and 2008. But they only show values of beta-carotene, vitamin C and iron included in spinach and carrot, not of enzyme. On the other hand, Shinya fails to show any evidence to reinforce his idea.

He claims that his prescription of water has 0% cancer recurrence rate (Shinya , The Enzyme Factor, p. 7), but notice that such miraculous, so to say, treatment is unknown to date.

E = mc˛
21-02-2012, 05:04 PM
ini sih sama dg claim "air ditambah doa maka bentuk kristalnya jadi mulus" :P

cha_n
21-02-2012, 05:37 PM
Jadi itu pseudo sains?
Soalnya kan rame tuh masalah susu sapi yang dianggap membahayakan manusia
Dasarnya perkataan orang ini.
Penasaran aja siapaka dia sampai dirujuk ?

Urzu 7
22-02-2012, 08:43 AM
Keep trying dude..

AsLan
22-02-2012, 05:24 PM
Gak perlu bereaksi terlalu keras kepada Dr Sinya, dibukunya dia sudah bilang bahwa dia belum punya bukti tentang aktifitas Enzym pangkal.
Bukunya masih dalam tahap hipotesa, dia mengamati berbagai macam hal dan membuat kesimpulan sementara, banyak bukti2 yg akan dicari kemudian.

Mengenai keburukan susu, tetapalah berpegang pada fakta2 "lactose intolerance", fakta ini sudah terbukti secara empiris di laboratorium, ada orang yg punya enzym laktose ada yg tidak punya, bagi yg tidak punya maka susu bisa mengganggu penernaan.

Selain itu susu yg dibicarakan dalam teori2 sering kali berbeda dengan susu yg nyata ada di pasaran.
Menurut pengamatan saya pribadi, susu bubuk dipasaran sering dicampur dengan krimer, dalam ingrediennya krimer ini ditulis dengan berbagai istilah lain misalnya "minyak nabati", "minyak sawit" dll

Selain itu produk2 susu juga mendapat berbagai campuran seperti pemanis buatan, vitamin sintetis, pengemulsi, perasa, pengawet dan macam2 zat lainnya.

Ada banyak jenis2 susu dipasaran, SKM atau susu kental manis jaman sekarang hampir tidak mengandung susu sama sekali, mendekati 100% kandungannya adalah krimer, gula dan air.

Bahkan susu murni pun tetap masih tergantung dari perawatan Sapinya, pemberian antibiotik pada sapi akan mempengaruhi susu yg dihasilkan, juga pakan sapi akan mengubah komposisi susu sapi, sudah jarang sekali ada sapi yg benar2 makan rumput segar setiap hari.

Dr Sinya adalah orang yg sudah sangat tua, saat membaca bukunya saya seperti membaca buku cerita, didalamnya ada curhatan2 tentang keluarganya, tentang pengalamannya, tentang filosofinya, saya memilah2 mana tulisannya yg kuat secara ilmiah dan mana yg kurang kuat kandungan ilmiahnya, misalnya dia berkata bahwa manusia hanya perlu daging sedikit karena gigi taring hanya 15% dari total gigi, ini kan tidak ilmiah.

Yg saya suka darinya adalah pengalamannya sebagai gastroenterolog ternama di Amerika dan Jepang, dia juga penemu alat dan teknik colonoskopy, dengan alat ini kita tidak usah membuka usus seseorang hanya untuk melihat dalamnya atau melakukan operasi usus.
Pengamatannya akan ratusan ribu pasien dan wawancara2 yg dilakukannya merupakan data2 yg berharga bagi science, kalaupun ada beberapa hipotesanya yg salah, saya rasa itu wajar dalam dunia science.

Apalagi didunia kedokteran banyak informasi2 yg tidak jujur.

Misalnya hingga sekarang dokter2 masih sering mengedukasi masyarakat bahwa sakit maag diakibatkan oleh telat makan atau stress, padahal sakit maag disebabkan oleh Helicobakter yg melukai dinding lambung, kebohongan ini dipelihara untuk mempertahankan penjualan obat2an Antasida yg selamanya tidak menyembuhkan sakit maag.
Dr Sinya termasuk orang yg jujur dalam hal ini, dia menolak penggunaan Antasida kecuali pada kasus2 khusus.

Jadi, Dr Sinya tidak 100% menulis makalah Ilmiah dalam bukunya, masih ada beberapa hipotesa2 yg belum cukup dipromote sebagai science, tapi ada banyak poin2 ilmiah dan kebenaran dalam buku itu.

---------- Post added at 04:24 PM ---------- Previous post was at 04:08 PM ----------

O ya satu lagi, dalam dunia kesehatan ada banyak "peperangan", terutama saat urusan uang sudah masuk kedalamnya.

Contoh mengenai sakit maag sudah saya tulis diatas, pernah juga para scientist sepakat bahwa rokok tidak mengakibatkan kecanduan, tentu saja hal ini karena intervensi dari perusahaan2 rokok yg bermodal besar.

Lalu masalah vitamin, benarkah Vitamin C bisa menyembuhkan sariawan ? bisakah vitamin C meningkatkan daya tahan tubuh terhadap flu ? memutihkan kulit ? ternyata yg mengatakan itu semua adalah pabrik2 suplemen vitamin C.

Perang lain yg terjadi misalnya tentang minyak yg baik bagi tubuh kita, benarkah minyak kedelai lebih baik dari minyak kelapa sawit ?
Bagaimana dengan minyak zaitun, minyak kelapa dan minyak canola ?
benarkah minyak sawit adalah satu2nya minyak nabati yg mengandung kolesterol ?

Ternyata semua itu adalah perang klaim dari para produsen minyak, seperti diketahui Amerika adalah produsen minyak kedelai, Eropa produsen minyak Zaitun, Indonesia dan Malaysia adalah produsen minyak sawit, perang dagang antar mereka saling menjelek2an satu sama lain, bahkan menyeret para "ilmuwan" yg bisa dibeli untuk mendukung bisnis mereka.

Back to Dr Sinya, bisa jadi dia mendapat kritikan keras karena dia berani masuk ke kancah perang dagang dimana didalamnya ada produsen susu, termasuk produsen susu formula, produsen obat sakit maag, produsen suplemen2 dan vitamin2.

Sama seperti majalah Reader's Digest yg diserang habis2an di internet karena berani menulis tentang kebohongan para produsen suplemen vitamin.

cha_n
22-02-2012, 05:26 PM
how do we know some are real sciences and the others are not?
is he point it clearly ? atau kita harus bikin asumsi sendiri?

AsLan
22-02-2012, 05:42 PM
how do we know some are real sciences and the others are not?
is he point it clearly ? atau kita harus bikin asumsi sendiri?

ya tinggal dilihat dari data2 yg dia kasi.
kalo dia mengungkapkan suatu pendapat tapi gak ada data2nya ya itu cuma hipotesanya dia aja, dari hasil pengamatan.

cha_n
22-02-2012, 05:52 PM
hohoho
kalau pakai cara aslan ujung2nya jadi berasumsi sendiri
apalagi kalau mulai dikacaukan dengan pencampuran teori konspirasi

intinya di dunia ini tidk ada yang murni ilmiah karena sudah terseret uang sebagaimana yang dikatakan teori konspirasi ?

AsLan
22-02-2012, 06:15 PM
Konspirasi selalu ada koq -_-

yang sering gw pertanyakan adalah konspirasi besar yg dilakukan oleh organisasi2 rahasia seperti yg dipercaya ndableg.
kalo sekedar konspirasi2 di bidang2 spesifik mah selalu terjadi, kitanya aja yg musti lebih kritis.

purba
28-02-2012, 07:08 AM
Pertanyaan cha_n cukup menarik: Bagaimana membedakan sains dan pseudosains?

Misalnya kasus blue energy-nya SBY. Kesalahan SBY ketika itu adalah dia tidak memanfaatkan institusi2 yg kompeten dlm masalah keenergian utk mendapatkan kejelasan mengenai blue energy. Dia hanya mengandalkan informasi dari staf2 kepresidenan yg sebenarnya tidak kompeten dlm bidang tsb. Pada kasus ini bisa juga dilihat bahwa SBY tidak menyadari keberadaan pseudosains. Dari kasus ini, kita bisa mengatakan bahwa utk membedakan sains dan yg bukan bisa dilakukan dgn menanyakan langsung pada pihak yg kompeten dlm bidang yg dimaksud. Ini dgn catatan kita tahu siapa pihak yg kompeten tsb.

Belakangan ini pihak kepresidenan pun mulai lagi dgn pseudosains ketika menyimpulkan adanya piramid di gunung Sadahurip. Mereka lagi-lagi tidak konsultasi dgn pihak yg kompeten, mis. perhimpunan ahli geologi ataupun geofisika, juga institusi yg mengurusi kepurbakalaan. Kesalahan berulang ini makin menunjukkan bahwa mereka tidak sadar atau bahkan tidak (mau) tahu adanya pseudosains. Kasus-kasus di kepresidenan ini menunjukkan bahwa kesadaran akan adanya pseudosains dapat membantu dlm upaya membedakan sains dan yg bukan.

Contoh lainnya adalah yg sering diusung oleh AsLan sendiri, teori "desainer cerdas". Teori ini termasuk pseudosains karena tidak mengikuti prosedur yg berlaku dlm dunia sains, mis. bukti empiris. Selama belum ada pembuktian secara empiris, selama itu pula teori tsb tidak bisa disebut sains. Teori desainer cerdas dibangun hanya utk menjadi oposan dari teori evolusi. Ketika ada hasil2 teori evolusi masih dalam evidensi rendah, oposan langsung mengklaim keberadaan desainer cerdas. Cara-cara ini jelas bukan sains, tapi lebih mirip politikus. Jadi, adanya bukti empiris dapat digunakan utk membedakan antara sains dan yg bukan.

Itu dulu, nanti eksplorasinya dilanjutkan.. :))

AsLan
28-02-2012, 02:49 PM
Kalo designer cerdas dibilang sebagai pseudo science berarti lu belum pernah baca Teori Ireductible Complexity.

Sebaliknya justru fosil2 kera dianggap sebagai nenek moyang manusia itulah yg pseudo science, gak ada bukti empiris... tapi dipercaya oleh sebagian orang sampe2 bikin avatar pake gambar begituan :))