ancuur
14-02-2012, 01:20 AM
http://www.pikiran-rakyat.com/ffarm/www/imagecache/625x350/ffarm/www/2012/02/13/imigran1.jpg
BOGOR, (PRLM).- Sebanyak 149 imigran yang tidak memiliki dokumen lengkap diamankan oleh aparat gabungan dari Kantor Imigrasi Bogor, Rudenim Jakarta, serta Dirjen Imigrasi dalam razia yang digelar di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, Senin (13/2). Operasi sempat diwarnai kejar-kejaran antara petugas dengan para imigran gelap yang mencoba melarikan diri dengan cara melompat dari atas balkon vila tempat mereka menginap.
Kepala Kantor Imigrasi Bogor, Bambang Catur mengakui jika operasi yang digelar ini merupakan upaya penegakan hukum dan menjamin lingkungan masyarakat yang kondusif. "Memang beberapa imigran sempat mencoba melarikan diri saat kita menggerebek tempat mereka tinggal. Namun, setelah kita lakukan pengejaran semuanya dapat diamankan," kata Bambang.
Para imigran yang sempat mencoba melarikan diri dan terbukti tidak memiliki dokumen lengkap ini kemudian diborgol untuk diberangkatkan menggunakan bus ke Rudenim Jakarta. Sebagian besar imigran yang diamankan berasal dari Somalia sebanyak 40 orang dan Afganistan sebanyak 70 orang. Sisanya berasal dari Siria, Sudan, dan Pakistan. Tidak hanya orangtua, tetapi banyak juga anak-anak yang diangkut ke dalam tiga bus untuk diperiksa lebih intensif di Rudenim Jakarta.
"Mereka yang diamankan adalah yang memang terbukti tidak membawa atau tidak memiliki dokumen apapun selama berada di sini," tambah Bambang. Menurut dia, sebagai langkah selanjutnya para imigran ini akan dibawa ke kantor Rudenim Jakarta untuk diperiksa lebih intensif.
"Nanti akan kita dalami. Apakah mereka memang tidak punya dokumen atau bagaimana. Kalau ternyata mempunyai paspor, akan kita kembalikan ke negara asalnya. Namun, jika tidak ada paspor maka akan kita lihat dokumen apa yang mereka miliki," ujar Bambang.
Operasi di wilayah Cisarua dan Megamendung ini dipusatkan di 12 titik, di antaranya Ciburial, Tugu Selatan dan Tugu Utara. Bambang mengakui jika kawasan Puncak merupakan salah satu kawasan yang paling diincar oleh para imigran dari wilayah Timur Tengah. Selain karena kondisi Puncak yang memang menyediakan segala kebutuhan orang Timur Tengah, wilayah Puncak juga dinilai lebih aman. Wisatawan Timur Tengah dan wisatawan lain sangat banyak di kawasan ini sehingga kehadiran para imigran gelap diduga kurang terdeteksi.
Operasi ini, kata Bambang tidak secara khusus digelar karena maraknya kasus imigran yang melarikan diri dan tenggelam di beberapa wilayah perairan Indonesia. Menurut dia, operasi semacam ini harus terus digalakkan dan terus ditingkatkan mengingat semakin banyak dan mudahnya imigran masuk ke wilayah Indonesia dan menetap secara ilegal di kawasan Puncak.
"Satu-satunya cara untuk mengurangi jumlah imigran gelap ya, dengan menggelar operasi rutin, jika tidak, akan semakin banyak saja imigran gelap yang ada di wilayah kita karena mereka menilai aman dan tidak ada razia," tambah Bambang. Selain menyebabkan suasana yang tidak kondusif kehadiran mereka juga melanggar hukum.
Hanya saja, sebagai anggota PBB dan negara yang berada di antara beberapa negara yang terlibat konflik, Indonesia tidak mungkin menolak kehadiran mereka. Oleh karena itu, operasi rutin menjadi pilihan supaya Indonesia tidak menjadi surga imigran gelap. Semula pihaknya hanya menargetkan sekitar 75 sampai 80 imigran yang akan terjaring. Hanya saja, temuan di lapangan melebihi target.
"Artinya, ada indikasi imigran gelap makin marak. Tantangan ke depan semakin banyak sehingga pengawasan perlu terus diperketat, tidak hanya oleh pihak imigrasi, tetapi juga instansi terkait seperti aparat kecamatan hingga tingkat RT," ungkap Bambang. Untuk itu, kerjasama dengan pihak ini pun akan digalakkan agar bisa mengurangi jumlah imigran gelap di kawasan Puncak.
BOGOR, (PRLM).- Sebanyak 149 imigran yang tidak memiliki dokumen lengkap diamankan oleh aparat gabungan dari Kantor Imigrasi Bogor, Rudenim Jakarta, serta Dirjen Imigrasi dalam razia yang digelar di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, Senin (13/2). Operasi sempat diwarnai kejar-kejaran antara petugas dengan para imigran gelap yang mencoba melarikan diri dengan cara melompat dari atas balkon vila tempat mereka menginap.
Kepala Kantor Imigrasi Bogor, Bambang Catur mengakui jika operasi yang digelar ini merupakan upaya penegakan hukum dan menjamin lingkungan masyarakat yang kondusif. "Memang beberapa imigran sempat mencoba melarikan diri saat kita menggerebek tempat mereka tinggal. Namun, setelah kita lakukan pengejaran semuanya dapat diamankan," kata Bambang.
Para imigran yang sempat mencoba melarikan diri dan terbukti tidak memiliki dokumen lengkap ini kemudian diborgol untuk diberangkatkan menggunakan bus ke Rudenim Jakarta. Sebagian besar imigran yang diamankan berasal dari Somalia sebanyak 40 orang dan Afganistan sebanyak 70 orang. Sisanya berasal dari Siria, Sudan, dan Pakistan. Tidak hanya orangtua, tetapi banyak juga anak-anak yang diangkut ke dalam tiga bus untuk diperiksa lebih intensif di Rudenim Jakarta.
"Mereka yang diamankan adalah yang memang terbukti tidak membawa atau tidak memiliki dokumen apapun selama berada di sini," tambah Bambang. Menurut dia, sebagai langkah selanjutnya para imigran ini akan dibawa ke kantor Rudenim Jakarta untuk diperiksa lebih intensif.
"Nanti akan kita dalami. Apakah mereka memang tidak punya dokumen atau bagaimana. Kalau ternyata mempunyai paspor, akan kita kembalikan ke negara asalnya. Namun, jika tidak ada paspor maka akan kita lihat dokumen apa yang mereka miliki," ujar Bambang.
Operasi di wilayah Cisarua dan Megamendung ini dipusatkan di 12 titik, di antaranya Ciburial, Tugu Selatan dan Tugu Utara. Bambang mengakui jika kawasan Puncak merupakan salah satu kawasan yang paling diincar oleh para imigran dari wilayah Timur Tengah. Selain karena kondisi Puncak yang memang menyediakan segala kebutuhan orang Timur Tengah, wilayah Puncak juga dinilai lebih aman. Wisatawan Timur Tengah dan wisatawan lain sangat banyak di kawasan ini sehingga kehadiran para imigran gelap diduga kurang terdeteksi.
Operasi ini, kata Bambang tidak secara khusus digelar karena maraknya kasus imigran yang melarikan diri dan tenggelam di beberapa wilayah perairan Indonesia. Menurut dia, operasi semacam ini harus terus digalakkan dan terus ditingkatkan mengingat semakin banyak dan mudahnya imigran masuk ke wilayah Indonesia dan menetap secara ilegal di kawasan Puncak.
"Satu-satunya cara untuk mengurangi jumlah imigran gelap ya, dengan menggelar operasi rutin, jika tidak, akan semakin banyak saja imigran gelap yang ada di wilayah kita karena mereka menilai aman dan tidak ada razia," tambah Bambang. Selain menyebabkan suasana yang tidak kondusif kehadiran mereka juga melanggar hukum.
Hanya saja, sebagai anggota PBB dan negara yang berada di antara beberapa negara yang terlibat konflik, Indonesia tidak mungkin menolak kehadiran mereka. Oleh karena itu, operasi rutin menjadi pilihan supaya Indonesia tidak menjadi surga imigran gelap. Semula pihaknya hanya menargetkan sekitar 75 sampai 80 imigran yang akan terjaring. Hanya saja, temuan di lapangan melebihi target.
"Artinya, ada indikasi imigran gelap makin marak. Tantangan ke depan semakin banyak sehingga pengawasan perlu terus diperketat, tidak hanya oleh pihak imigrasi, tetapi juga instansi terkait seperti aparat kecamatan hingga tingkat RT," ungkap Bambang. Untuk itu, kerjasama dengan pihak ini pun akan digalakkan agar bisa mengurangi jumlah imigran gelap di kawasan Puncak.