PDA

View Full Version : Imunisasi, Bahaya atau tidak?



BundaNa
22-11-2011, 11:43 AM
sebenernya berita hebohnya pas di grup GKIA (yang gue langsung out gara2 adminnya gak independen) membahas masalah beberapa kematian pada balita setelah dilakukan imunisasi massal, yang biasa disebut Pekan Imunisasi Nasional.

salah satunya ini:



Dua Balita Hanif M. Husnaya dan Isma Nur Fauziah meninggal setelah diimunisasi. Ironisnya para pejabat di Kota Bekasi dan Jawa Barat saling lempar tanggungjawab. Penyebab kematiannyapun semakin kabur. Apakah meninggal karena diimunisasi atau karena penyebab lain.

Plt. Walikota Bekasi Rahmat Efendi mengakui terjadi simpang siur berita terkait meninggalnya dua balita di kota Bekasi pasca imunisasi campak, dan polio, beberapa waktu lalu.

Hal itu di katakan Plt. Walilota, di kantornya Rabu (9/11). Menurutnya hingga saat ini pemerintah kota Bekasi masih terus berusaha mengetahui penyebab kematian dua balita tersebut. Hal ini karena beberapa waktu lalu Setda Jabar mengatakan balita tersebut meninggal akibat tersedak obat tablet.
Namun, hal itu dibantah kedua orang tua korban karena dua balita itu diminumkan obat penurun panas jenis sirup bukan tablet.

Sementara Komisi Daerah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komda KIPI) Jawa Barat memastikan kematian balita Hanif M. Husnaya dan Isma Nur Fauziah asal Bekasi bukan karena vaksinasi program “Pekan Imunisasi Campak dan Polio 2011″. Keduanya meninggal karena terjadinya infeksi jaringan otak (ensefalitis).

Kesimpulan muncul melalui pembahasan anggota Komda KIPI yang melibatkan ahli syaraf, ahli imunisasi, ahli infeksi, dan ahli darah pada Selasa (8/11). Laporan yang disampaikan Dinas Kesehatan Kota dan Kabupaten Bekasi berikut rekam medis dari Rumah Sakit Anna Medika dan Rumah Sakit Mekar Sari.

Ketua Komda KIPI Jabar Dr. Kusnandi Rusmil, dr, Sp.A.K., M.M., melalui sambungan telefon mengatakan sepakat kematian keduanya tidak berhubungan dengan imunisasi. Keduanya meninggal karena terjadinya peradangan di otak,”

Lebih lanjut dikatakan Kusnandi, peradangan di otak lazim terjadi tanpa dilakukannya imunisasi terlebih dahulu. Menurutnya Kuat dugaan, virus sudah ada di tubuh keduanya. Namun saat peradangan terjadi, keduanya baru divaksinasi polio dan campak

Reaksi wajar pasca vaksinasi campak yang berupa kenaikan suhu tubuh lazimnya terjadi pada hari kelima hingga kedua belas setelah imunisasi. Sementara pada Hanif, demam muncul sehari setelah imunisasi, sedangkan suhu tubuh Isma naik dua hari sesudah imunisasi.

Kusnandi mengatakan, keberadaan virus pada tubuh kedua balita tersebut memang sulit dideteksi secara kasat mata sebelum imunisasi dilakukan. Butuh pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahuinya.

Kesimpulan dari pertemuan tersebut akan disampaikan pada Kementerian Kesehatan. Dengan demikian, simpang siur penyebab kematian kedua balita tersebut tidak berlanjut.(Bayu Samudra/Inas).

sebagian besar ibu2 yang tergabung dalam grup GKIA berkomentar miring tentang imunisasi yang dipaksakan oleh pemerintah hanya karena mereka menganggap ini adalah strategi bisnis, alias jualan imunisasi perusahaan yang memberi untung kepada oknum pemerintah. Intinya, buat mereka imunisasi itu gak penting dan bahkan cenderung membahayakan.

Kemudian saya coba sanggah bahwa seharusnya perlu penelitian lebih lanjut apa penyebab kematian balita tersebut, sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran berita dan mengambinghitamkan imunisasi. Toh tujuan awal imunisasi adalah mencegah penyakit yang lebih berbahaya bagi jiwa balita kita. Apa seharusnya tidak disupport?

Disanggah oleh admin yang bersangkutan bahwa mestinya pemerintah mencerdaskan ibu2nya sehingga biar mereka memilih mau anaknya diimunisasi atau tidak, jangan dipaksa bla bla yang intinya lagi, imunisasi gak penting.

Kemudian menjurus ke arah, ASI is the best, kalau sudah ASI gak perlu imunisasi dan yang bikin saya geleng2 kepala adalah komentar gak nyambung selanjutnya.

"Ah, dua balita saya gak imunisasi, cuma ASI saja. Alhamdulillah mereka tumbuh cerdas dan baik2 saja."

OMG! Apa hubungannya imunisasi dengan kecerdasan? Ini masalah lumpuh layu, campak dan TB yang beredar di masyarakat kelata, yang mungkin buat ibu2 berpendidikan itu gak pernah mereka lihat dan rasakan. Program bagus dianggap gak bagus karena ada beberapa cacat. Dibilang bahwa yang muncul cuma satu dua kasus, katanya ini pola gunung es, yang gak ketahuan banyak. Lho, nyatanya di Blora, dan saya memantau, gak ada tuh yang mati gara2 PIN.

Btw...saya merasa, sosialisasi imunisasi pantas sering terjegal. yang berpendidikan aja merasa imunisasi gak penting::doh::

sumber berita di sini (http://www.dakta.com/berita/lintas-megapolitan/15637/dua-balita-meninggal-pasca-imunisasi-pejabat-saling-lempar-tanggungjawab.html/)

Ronggolawe
22-11-2011, 11:54 AM
di Treadnya Ummu_Wardah, gw pernah ngasih link
gambar penderita cacar berusia anak-anak. Coba
saja diberitahu pada ibu-ibu yang tidak tahu terima
kasih pada manfaat Immunisasi. Waktu itu cukup
ampuh bikin TS "mual-mual" :)

BundaNa
22-11-2011, 11:54 AM
kan gue udah bilang, langsung keluar grup karena adminnya gak bisa obyektif

Ronggolawe
22-11-2011, 12:02 PM
harusnya sebelum keluar, ninggalin "BOOM Waktu"
dulu :)

btw... itu group di FB ya?

dah nemu, ngerusuh ah :)

BundaNa
22-11-2011, 04:53 PM
gak tanggung jawab ya...saya cuma menyayangkan ketidakobyektifan mereka ketika berhadapan dengan prinsip yang tidak sesuaid engan mereka. terutama masalah imunisasi. tahukah mereka, lumpuh layu itu virus yang merengut masa depan anak bangsa?

itsreza
22-11-2011, 06:29 PM
Kok seperti itu ya, jika anaknya terserang penyakit bagaimana?
Program imunisasi pemerintah kan tujuannya baik, karena tidak
semua lapisan masyarakat bisa mendapat akses imunisasi.

Beberapa hari lalu antar keponakan imunisasi campak dan DPT.
Ketika imunisasi diberitahu oleh bidan, setelah imuniasi DPT, panas
ga panas si anak harus diberikan obat penurun panas segera.
Jelang malam keponakan saya memang demam, selang dua hari
kembali normal.

Ronggolawe
22-11-2011, 06:34 PM
Sebenarnya yang bikin parah itu penetrasi pengo-
batan herbal (baca alami :) ) yang gencar dilaku-
kan secara mulut ke mulut. Modal dagangannya
tentu saja kekurangan/kelemahan pengobatan
non-herbal (baca kimia :) ) berdasarkan testi-
moni kasus-per-kasus :)

AsLan
22-11-2011, 06:41 PM
Mungkin syarat untuk menikah bagi perempuan harus ditambah, minimal S1 ::hihi::

Kalau orng tuanya bodoh, kasian anaknya... kalo sampe kena polio gara2 gak di imunisasi gimana tuh...

bradon heat
22-11-2011, 09:48 PM
harusnya petugannya PENKES dulu, bahwa anak balita yg sakit atau dalam kondisi lemah harusnya jangan di imunisasi dulu ...

aya_muaya
22-11-2011, 11:19 PM
sekedar sharing, kemaren udah sempat pengen ikut pin, tapi g jadi gara2 eyangnya aulia lupa...
Nemu juga waktu meriksa puskesmas, anaknya bidan malah disembunyikan biar gak diimunisasi, padahal dia mengimunisasi2 bayi lainnya. G tahu jelas alasannya apa. Katanya takut anaknya panas.
Lalu bukannya pin ini katanya udah bebas dari panas ya? G bikin anak panas.. Dan kalau anaknya pilek atau meriang pun,masih aman...

komporminyak
23-11-2011, 09:21 AM
saya termasuk produk yang imunisasinya bolong2.
dan saya gak dapat imunisasi campak, polio dll.
ortu bukannya ga mau yah. tapi emang masa kecil saya sakit-sakitan.
pokoknya ruaaaajin bener dah masuk rumkit.. *berdasar catatan mama dari usia saya 1 tahun - 5 tahun.
waktu kuliah ga sengaja lihat buku catatan mama waktu jaman saya masih kecil sempat shock juga. ::ungg::


kalau kondisi dewasa ini dibilang fit 100% jelas enggak juga. termasuk yang gampang sakit2an juga benernya.
tapi so far saya masih beraktivitas dengan baik.

BundaNa
23-11-2011, 11:26 AM
imunisasi sebenernya itu untuk mencegah. Untuk kasus2, yang katanya balita mati abis diimunisasi, juga blum dibuktikan secara medik, mereka kehilangan nyawa gara2 imunisasi. Sayangnya berita2 ini di blow up, lalu oleh2 ibu2 GKIA itu dijustifikasi bahwa imunisasi jualan pemerintah semata, alias duit2 proyekl gitu. Saya cuma menyayangkan pandangan sempit mereka aja.

Btw Lan, gak perlu S1 kali buat bisa kawin anak perempuan. Tapi melek informasi dan mau open mind, baca berita dari berbagai sumber

surjadi05
23-11-2011, 11:31 AM
Kok seperti itu ya, jika anaknya terserang penyakit bagaimana?
Program imunisasi pemerintah kan tujuannya baik, karena tidak
semua lapisan masyarakat bisa mendapat akses imunisasi.

Beberapa hari lalu antar keponakan imunisasi campak dan DPT.
Ketika imunisasi diberitahu oleh bidan, setelah imuniasi DPT, panas
ga panas si anak harus diberikan obat penurun panas segera.
Jelang malam keponakan saya memang demam, selang dua hari
kembali normal.

yup kalo mengikuti semua yg bidan/dokter katakan ga bahaya kecuali terhadap bayi yg super alergi terhadap suatu produk, tapi itu katanya ga sampai 0.01%::ungg::::ungg::

auditia
02-12-2011, 05:22 PM
nemu ini tadi waktu gak sengaja lihat pimpinan kpk : http://www.halalguide.info/2009/05/03/vaksin-dari-janin-bayi/

tentang vaksin imunisasi dari janin bayi... ibu2 bagaimana, bolehkah?

AsLan
02-12-2011, 05:57 PM
penggunaan janin/plasenta untuk obat atau kosmetik sudah jelas haram.

---------- Post added at 04:57 PM ---------- Previous post was at 04:56 PM ----------

kalau ada vaksin yg menggunakan janin itu artinya pemerintah gagal melindungi rakyatnya.

BundaNa
03-12-2011, 09:25 AM
kalau benar vaksin dengan menggunakan janin itu dipakai pemerintah, berarti ada pembohongan publik, karena pemerintah berani menjamin vaksin yang diberikan secara gratis adalah halal dengan rekomendasi BPOM MUI. Itu sumbernya berita dari LPPOM MUI ya? wah...ada kontradiksi

syamil
04-12-2011, 09:41 PM
Vaksin halal dan baik, fatwa pesanan?

Sebagai produsen vaksin terbesar di Indonesia, PT Biofarma sangat berkepentingan dengan MUI, terutama fatwa halalnya. Tercatat beberapa kali PT Biofarma sowan ke MUI untuk mendapatkan fatwa halal. Dengan demikian, pernyataan Ketua MUI, KH Ma’ruf Amien, bahwa vaksin imunisasi halal dan baik, pada acara “Vaksin Imunisasi Halal dan Baik” di kantor MUI, Sabtu 23 Juli 2011, diduga kuat juga merupakan fatwa pesanan.

Tim dari Sharia4Indonesia -Divisi Pelayanan Umat Bidang Kesehatan- akhirnya meminta konfirmasi kepada Prof.Dr.Tuntedja, dari LP POM MUI, tentang sertifikat halal dari semua vaksin yang telah diproduksi oleh PT Biofarma. Ternyata, beliau memberikan jawaban bahwa PT Biofarma belum mendapatkan itu bahkan belum mendaftarkan diri untuk diaudit.

Atas jawaban ini, maka sangat perlu dipertanyakan fatwa MUI melalui KH Ma’ruf Amin yang dengan beraninya telah menyatakan bahwa vaksin imunisasi halal dan baik. Bukankah ini sebuah kebohongan publik yang sangat tidak pantas dilakukan oleh MUI? Hal ini karena meskipun KH Ma’ruf Amin adalah Ketua MUI, namun beliau tidak berhak dan tidak berkompeten untuk menyatakan sebuah produk halal atau haram sebelum produk tersebut diauudit oleh lembaga yang bertanggung jawab untuk memberikan Sertifikat Halal, yaitu LP POM MUI.

Meskipun KH Ma’ruf Amin seorang ulama, harus ada ilmu khusus untuk menyatakan sebuah produk itu halal atau haram, terutama mengetahui bahan-bahan pembuatan vaksin, seperti ilmu mikrobiologi, biokimia, uji DNA, dan ilmu-ilmu pendukung lainnya yang selama ini telah dikuasai oleh auditor LP POM MUI. Dengan demikian pernyataan KH Ma’ruf Amin bahwa vaksin imunisasi itu halal dan baik tidak sah dan harus digugat!

Hal bertentangan juga disampaikan oleh Dra.Hj.Welya Safitri, M.Si., Wakil Sekjen MUI. Beliau mengatakan bahwa MUI tidak pernah menghalalkan vaksin yang diproduksi oleh PT Biofarma.

Direktur LP POM MUI, Nadzatuzzaman, dalam sebuah kesempatan pernah mengatakan bahwa kebanyakan vaksin yang ada saat ini dibuat melalui porcine (enzim protease dari babi) yang ada pada babi.

“Yang mengembangkan adalah negara barat yang tidak mempermasalahkkan halal-haram, sebenarnya enzim tersebut juga ada pada sapi. Tapi ilmuan tetap memakai babi, karena 96 % DNA babi mirip dengan DNA manusia,” ujarnya.

Lalu, mengapa sampai keluar pernyataan dari Ketua MUI, KH Ma’ruf Amin, bahwa vaksin imunisasi itu baik dan halal? Inilah kuatnya aroma konspirasi medis untuk menghalalkan vaksin yang sebenarnya sangat berbahaya dan dapat menghancurkan umat manusia tersebut.

Dengan demikian, bisa jadi pernyataan tersebut memang merupakan fatwa pesanan dari PT Biofarma sebagai produsen vaksin terbesar di negeri ini yang lalu disebarluaskan oleh media mereka sendiri. Untuk itu, ummat Islam harus menggugat fatwa pesanan bahwa vaksin imunisasi itu halal dan baik yang telah dikeluarkan oleh MUI. Bukankah Allah SWT., berfirman :
“Janganlah engkau campur adukan yang hak dengan yang batil, dan janganlah engkau tutupi kebenaran, padahal engkau mengetahui.” (QS. Al Baqarah : 42)

Untuk itu, harus ada pelurusan berita, edukasi, dan sosialisasi bahaya vaksin imunisasi bagi umat manusia, dan kemudian tentu saja memberikan solusinya, halal dan baik. Insya Allah!
Source : sehatislami.co.cc

---------- Post added at 08:41 PM ---------- Previous post was at 08:34 PM ----------

WHO batasi penggunaan babi untuk bahan vaksin

Detikhealth.com menurunkan berita “WHO Batasi Penggunaan Babi untuk Pembuatan Vaksin”. Sumber informasi ini bahkan disampaikan oleh peneliti senior PT Biofarma, Dr Neni Nurainy, Apt, dalam jumpa pers Forum Riset Vaksin Nasional 2011 di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Selasa (26/7/2011).

“WHO mulai membatasi, karena ada risiko transmisi dan itu sangat berbahaya. Misalnya penggunaan serum sapi bisa menularkan madcow (sapi gila).”

Dalam berita tersebut, PT Biofarma mengklaim sudah mulai menggunakan media non-animal origin sebagai unsure binatang. Salah satunya pada vaksin polio injeksi atau Injected Polio Vaccine (IPV), yang proses pembuatannya telah dipresentasikan di Majelis Ulama Indonesia. Betulkah demikian?

PT Biofarma, sebagai produsen terbesar vaksin untuk nasional dan internasional dan juga merupakan perusahaan yang berskala internasional sudah pasti pembuatan vaksinnya sesuai standard WHO. Jika WHO secara terang benderang menyatakan akan mengurangi penggunaan babi dalam pembuatan vaksin, maka selama ini WHO masih menggunakan babi dalam pembuatan vaksin. Tentu, begitu pula dengan PT Biofarma.

Profesor Jurnalis Uddin, seorang anggota MPKS (Majelis Pertimbangan Kesehatan dan Syarak), dalam sebuah acara dengan PT Biofarma dan Aventis untuk memberikan penjelasan tentang proses pembuatan vaksin polio mengungkapkan adanya tripsin babi dalam pembuatan vaksin polio, begitu juga dengan vaksin Meningitis yang diproduksi oleh Glaxo Smith Kline untuk para jama’ah haji.
Selain tripsin babi, produksi vaksin juga kerap menggunakan media biakan virus (sel kultur) yang berasal dari jaringan ginjal kera (sel vero), sel dari ginjal anjing, dan dari retina mata manusia.

Dori Ugiyadi, Kepala Divisi Produksi Vaksin Virus Biofarma membenarkan bahwa ketiga sel kultur tersebut dipakai untuk pengembangan vaksin influenza. “Di Biofarma, kita menggunakan sel ginjal monyet untuk produksi vaksin polio. Kemudian sel embrio ayam untuk produksi vaksin campak,” ujarnya.

aya_muaya
04-12-2011, 09:46 PM
beneran gak sih? Kok media diam aja? Gak ada beritanya gitu?

---------- Post added at 08:46 PM ---------- Previous post was at 08:44 PM ----------

kalau semua bahan itu haram, ada bahan pengganti yang halal gak sih?

syamil
04-12-2011, 09:53 PM
Pengin tahu siapa dibalik PT Biofarma, sebagai produsen terbesar vaksin untuk nasional, lihatlah lambang terbaru biofarma di situs biofarma ini (http://www.biofarma.co.id/index.php/tentang-kami.html),dan bandingkan dengan lambang zionisme Internasional

Ronggolawe
04-12-2011, 10:00 PM
Pengin tahu siapa dibalik PT Biofarma, sebagai produsen terbesar vaksin untuk nasional, lihatlah lambang terbaru biofarma di situs biofarma ini (http://www.biofarma.co.id/index.php/tentang-kami.html),dan bandingkan dengan lambang zionisme Internasional
setahu gw, BioFarma itu BUMN, jadi milik Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Apakah NKRI bagian
dari Zionis Internasional?

---------- Post added at 09:00 PM ---------- Previous post was at 08:59 PM ----------


beneran gak sih? Kok media diam aja? Gak ada beritanya gitu?

---------- Post added at 08:46 PM ---------- Previous post was at 08:44 PM ----------

kalau semua bahan itu haram, ada bahan pengganti yang halal gak sih?
ada... tapi karena yang butuh umat Islam, seha-
rusnya Umat Islam yang meriset dan memproduksi
bukan malah maksa-maksa orang lain yang non-
muslim untuk memproduksi kebutuhan orang Islam.

syamil
04-12-2011, 10:03 PM
Berita yang memuat hasil temuan LPPOM Majelis Ulama Islam Sumatera Selatan yang menyimpulkan bahwa Vaksin Meningitis mengandung enzim porchin dari babi ternyata berbuntut panjang. Bagaimana tidak, sebab Vaksin Meningitis diharuskan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi bagi calon jamaah haji Indonesia, bahkan seluruh jamaah haji sedunia. Anggota Majelis Pertimbangan Kesehatan dan Syara' (MPKS) Departemen Kesehatan (Depkes), Prof Jurnalis Udin berkata: ''Pemerintah berniat melindungi rakyat, karena Pemerintah Arab Saudi mewajibkan calon jamaah haji harus divaksin supaya tidak terserang meningitis.'' (Koran Republika Kamis, 30 April 2009 pukul 23:27:00) Mau berangkat melaksanakan ibadah malah disyaratkan untuk dimasukkan terlebih dahulu zat najis ke dalam tubuh para hamba Allah tersebut..! Kalau kita ikuti pemberitaan soal kasus ini -di harian yang sama- ternyata pendapat yang muncul saling kontra satu sama lain. Ada sementara fihak yang terkesan meringan-ringankan masalahnya dan ada fihak lainnya yang tampak sangat peduli dan prihatin.

Pertama, hasil temuan LPPOM Majelis Ulama Islam Sumatera Selatan tersebut sudah melewati forum diskusi dengan para pakar, diantaranya pakar farmakologi Prof Dr T Kamaluddin Ketua Program Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya (Unsri), pakar penyakit dalam dan pakar dokter anak. Artinya, ini bukan sekedar suatu lontaran yang diajukan oleh sekumpulan ulama yang hanya bergerak di bidang ilmu agama Islam semata. Ternyata mereka dengan penuh tanggung-jawab sudah melibatkan fihak yang memang membidangi urusan terkait. Sehingga sangat tidak pantas jika Departemen Kesehatan (Depkes) meragukan dugaan temuan LPPOM MUI Sumatra Selatan tentang kandungan enzim babi dalam vaksin meningitis (radang selaput otak) yang biasa digunakan jamaah haji dan umrah Indonesia. Jadi apa yang mereka sampaikan tentang vaksin meningitis yang mengandung enzim babi bukan tanpa melalui kajian. (Republika Newsroom Senin, 27 April 2009 pukul 11:42:00)

Sekretaris MUI Sumsel KH Ayik Farid berkata: ”Dalam Rakernas MUI sudah kami sampaikan bahwa proses pembuatan vaksin meningitis tersebut menggunakan enzim porchin dari binatang babi. LPPOM MUI Pusat juga sudah mengakui itu, namun karena sudah ada kontrak pengadaan vaksin tersebut selama lima tahun maka penggunaannya tidak bisa diganti.” (Republika Newsroom Senin, 27 April 2009 pukul 11:42:00)

Benarkah hanya karena terlanjur sudah ada kontrak pengadaan vaksin selama lima tahun, maka penggunaannya tidak bisa diganti? Walaupun itu berarti mewajibkan terus-menerus jamaah haji untuk memasukkan ke dalam tubuhnya –lebih tepatnya ke dalam darahnya- zat najis yang tentunya bisa merusak ke-mabrur-an ibadah hajinya?

Kedua, ternyata kasus vaksin meningitis mengandung enzim babi ini merupakan kasus lama. Pemerintah –dalam hal ini Depkes dan Depag- sudah mengetahui hal ini sejak lama. Bahkan Direktur LPPOM MUI, Nadratuzzaman, mengatakan bahwa pemerintah sendiri sudah mengetahui kasus ini, tapi hanya mendiamkan saja. Laa haula wa laa quwwata illa billah...! Jadi, ini bukan suatu kasus yang baru terdeteksi sekarang. Ia sudah diketahui sejak lama. ”Nadratuzzaman menyayangkan sikap pemerintah yang hanya berdiam diri, padahal mereka sudah tahu masalah ini sejak lama. Pihaknya mengaku telah mengirimkan surat berkali-kali ke Departemen Kesehatan agar mengganti vaksin yang mengandung enzim babi itu. "Tapi, tidak ada balasan. Mereka hanya menganggap kita membuat resah masyarakat," ujarnya menegaskan.” (Koran Republika Rabu, 29 April 2009 pukul 23:41:00)

Mengapa kasus yang demikian besar pengaruhnya bagi ke-mabrur-an jamaah haji dibiarkan berlarut-larut oleh pemerintah cq Depkes dan Depag?

Ketiga, pejabat tertinggi di kedua departemen yang paling bertanggungjawab dalam masalah ini tidak memberikan respon sebagaimana mestinya. Malah terkesan mengelak atau menyalahkan fihak lain. Menteri Kesehatan misalnya malah membantah tanpa pikir panjang bahwa vaksin Meningitis mengandung enzim babi. ”Depkes pernah melakukan penelitian kandungan vaksin itu dan ternyata negatif mengandung enzim babi. ''Tidak ada itu, tidak betul tuh,'' ujar Menteri Kesehatan (Menkes), Siti Fadilah Supari, dalam pesan singkatnya yang diterima Republika, Senin (27/4).” (Republika Newsroom Senin, 27 April 2009 pukul 16:52:00)

Tanggapan Menteri Agama bahkan terdengar lebih aneh dan cenderung menyalahkan fihak lain: ''Saya sangat kecewa dan menyayangkan cara penyampaiannya yang dilakukan MUI. Mestinya, cukup disampaikan kepada kami, Menteri Agama dan Menteri Kesehatan. Sehingga, tidak membuat gelisah calon jamaah haji,'' papar Menag. (Koran Republika Selasa, 28 April 2009 pukul 23:33:00)

Apakah respon kedua petinggi ini mencerminkan sikap bertanggung-jawab? Apakah mereka berdua tidak memahami efek syar’i yang ditimbulkan sebagai akibat adanya kandungan enzim babi di dalam vaksin Meningitis bagi jamaah haji? Ataukah keduanya memang sudah terikat dengan sebuah ”protap” yang harus dipatuhi sehingga mereka terkesan menganggap remeh perkara ini?

Keempat, selama ini pemerintah berlindung dibalik status hukum ”darurat” sehingga vaksin yang mengandung zat najis tetap diberikan kepada jamaah haji kita. Pemerintah berdalih bahwa vaksin Meningitis sangat penting untuk mencegah terjadinya penularan penyakit mematikan radang selaput otak sedangkan vaksin dengan kandungan enzim babi tersebut merupakan satu-satunya solusi untuk mengatasinya. Jadi, dalam rangka menghindari suatu kemudharatan yang lebih besar maka diambillah kemadharatan yang lebih kecil, yaitu memandang ”halal” apa yang asalnya ”haram” .

Namun Sekretaris Umum MUI Pusat Ichwan Syam berkata: ''Tapi setelah kita yakin ada gantinya, apalagi saya dengar Malaysia sudah menggunakan vaksin dari sapi, tentunya lain masalahnya.” Lebih lanjut Ichwan Syam menegaskan bahwa pemerintah harus proaktif mencari pengganti vaksin tersebut. (Republika Newsroom Jumat, 01 Mei 2009 pukul 11:35:00)

Senada dengan itu Wakil Ketua Komisi Fatwa MUI, KH Ali Mustafa Yakub menuturkan, penggunaan vaksin meningitis berenzim babi diperbolehkan dengan syarat: pemakaian vaksin itu diharuskan dan bisa berbahaya bagi keselamatan jiwa, bila tak menggunakannya, sedangkan vaksin halal tak ada. Hal itu disebutnya sebagai kondisi darurat. ''Namun, jika setelah ada solusi, maka vaksin yang mengandung enzim babi itu harus diganti.'' (Koran Republika Sabtu, 02 Mei 2009 pukul 23:37:00)

Kelima, ternyata bukan hanya vaksin Meningitis yang mengandung enzim babi. Tetapi banyak vaksin lainnya mengandung enzim babi serupa. Hal ini jelas diutarakan oleh Direktur LPPOM MUI Nadratuzzaman. Ia berkata: "Ini masalah lama, kita tahu, Depertemen kesehatan juga tahu. Banyak vaksin yang mengandung enzim babi, bukan hanya vaksin meningitis saja.” (Republika Newsroom Selasa, 28 April 2009 pukul 19:29:00).

Masalah vaksinasi dengan kandungan enzim babi merupakan masalah khusus bagi umat Islam. Umat lainnya tidak peduli dengan halal-haramnya vaksinasi. Namun perlu diketahui bahwa bagi mereka yang bukan muslim vaksinasi juga merupakan masalah, sebab dari segi kesehatan fisik ternyata juga mengandung mudharat. Dan tentunya jika secara fisikpun ia membawa mudharat, bararti bagi ummat Islam lengkaplah sudah alasan untuk meninggalkan vaksinansi sepenuhnya. Vaksinasi haram secara tinjauan syar’i dan ia mudharat secara tinjauan medis.

Dalam sebuah situs bernama information liberation:The news you’re not suppose to know terdapat sebuah video yang menjelaskan bahaya vaksinasi bagi ummat manusia. Video tersebut melibatkan para dokter medis, peneliti dan pengalaman beberapa orang tua dalam hal vaksinasi. Video tersebut bernama Vaccination:the Hidden Truth (Vaksinasi: Kebenaran yang Disembunyikan). Sudah banyak orang menjadi sadar untuk meninggalkan budaya vaksinasi sesudah menonton video ini. Bagi yang berminat silahkan click http://www.informationliberation.com/?id=13924 (http://www.informationliberation.com/?id=13924) . Di dalam situs itu ditulis:
“Find out how vaccines are proven to be both useless and have harmful effects to your health and how it is often erroneously believed to be compulsory.” (Temukan bagaimana vaksin terbukti sia-sia belaka dan malah mengandung efek berbahaya untuk kesehatan Anda dan bagaimana ia sering keliru diyakini sebagai wajib)

Keenam, benarkah vaksin Meningitis merupakan suatu persyaratan yang tidak bisa tidak bagi setiap calon jamaah haji? Wakil Ketua Komisi Fatwa MUI, KH Ali Mustafa Yakub mensyaratkan dua hal untuk menetapkan suatu keadaan darurat, yaitu: (1) pemakaian vaksin itu diharuskan dan bisa berbahaya bagi keselamatan jiwa, bila tak menggunakannya; serta (2) vaksin halal tidak tersedia.

Baiklah, andai kita asumsikan bahwa memang vaksin halal bisa diperoleh, lalu apakah itu sudah cukup alasan untuk mewajibkan jamaah haji diberikan ”vaksin Meningitis halal” tersebut? Pernahkah para pakar medis benar-benar melakukan penelitian untuk membuktikan bahwa keselamatan jiwa terancam bila vaksin tersebut tidak diberikan? Benarkah selama ini vaksin Meningitis memang efektif untuk mencegah penularan penyakit radang selaput otak? Apakah tidak ada satupun jamaah haji Indonesia yang mencapai duaratus ribuan orang lolos masuk ke tanah suci tanpa diberikan vaksin Meningitis? Lalu kalau benar ternyata ada yang lolos pernahkah kita mendengar kabar jamaah Haji Indonesia meninggal lantaran penyakit mematikan tersebut, padahal setiap tahunnya ada saja jamaah kita yang meninggal di musim haji?

Ronggolawe
04-12-2011, 10:12 PM
Setahu gw, Babi itu haram dimakan atau dimanfa-
atkan bagi pemenuhan kebutuhan manusia, tetapi
dalam kondisi darurat halal dimakan.

tinggal loe-loe yang merasa muslim, menurut loe
immunisasi/vaksinasi terhadap penyakit epidemik
itu termasuk darurat atau bukan?

---------- Post added at 09:08 PM ---------- Previous post was at 09:03 PM ----------

Meningitis itu penyakit berbahaya, bro Syamil. Almh.
Giscka Sahetapy wafat dalam usia muda karena
meningitis. Gw punya kenalan yang putri nya ter-
kena meningitis saat berusia 9 bulan dan meski se-
lamat, namun pertumbuhan kecerdasannya terham-
bat, dan kini meski berusia 15 tahun, kecerdasannya
setara anak TK.

Baru tahu gw, mabrur haji dapat rusak karena jamaah
menggunakan vaksin yang mengandung porchine. Nah
loe sendiri sebagai muslim, apa punya tekad dan itikad
untuk membangun riset dan penelitian untuk membuat
Vaksin bebas porchine?

---------- Post added at 09:12 PM ---------- Previous post was at 09:08 PM ----------

satu hal lagi, jangan lupakan penyakit cacar api
alias Small-Pox, yang selama ribuan tahun jadi
momok bagi umat manusia diseluruh dunia. Pilihan
nya hanyalah mati atau bertubuh bopeng. Namun
berkat Izin Allah melalui Vaksinasi dapat dilenyap
kan dari muka bumi sejak akhir tahun 70an.

Yakin loe siap hidup dengan resiko terkena Cacar
Small-Pox, bila seandainya Vaksin tidak digunakan
untuk peningkatkan kualitas kesehatan manusia?

Yang pasti, member di KM pada mual waktu gw
post 1 foto penderita Small-Pox, sampai-sampai
tuh foto harus di-spoiler :)

syamil
04-12-2011, 11:36 PM
Selain mengandung zat haram, ternyata vaksin juga beresiko menyebabkan berbagai penyakit berbahaya:

Vaccination Causes Autism – Say US Government & Merck’s Director of Vaccines (http://childhealthsafety.wordpress.com/2010/06/30/vaccination-causes-autism-–-say-us-government-merck’s-director-of*vaccines/)

Vaccines mempunyai efek samping yang serius - Kata Institute of Medicine (badan peneliti resmi pemerintah Amerika (http://articles.mercola.com/sites/articles/archive/2011/09/27/vaccines-are-dangerous-says-the-government.aspx))

Japanese & British Data, Show Vaccines Cause Autism (http://childhealthsafety.wordpress.com/2009/06/03/japvaxautism/)

Dr Jane Orient dari Asosiasi Dokter Amerika dan Bedah (AAPS) bersaksi kepada Kongres Amerika mengenai bahaya kesehatan yang parah yang berhubungan dengan inokulasi hepatitis B, yang menyatakan: "Bagi kebanyakan anak, risiko reaksi vaksin yang serius mungkin 100 kali lebih besar daripada risiko terjangkit penyakit hepatitis B. " . Kesaksian lengkap lihat di: http://articles.mercola.com/sites/articles/archive/2008/01/02/hepatitis-b-vaccine-part-four.aspx

---------- Post added at 10:23 PM ---------- Previous post was at 10:14 PM ----------

Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa pemberian vaksin hepatitis B untuk bayi laki-laki yang baru lahir mempunyai resiko lebih dari tiga kali lipat terkait dengan gangguan spektrum autisme.

Abstrak penelitian diterbitkan pada September, 2009 pada jurnal Annals of Epidemiology. Di dalamnya, Carolyn Gallagher dan Melody Goodman dari Program Pasca Sarjana Kesehatan Masyarakat di Stony Brook University Medical Center, NY, menulis bahwa, “anak laki2 yang menerima vaksin hepatitis B pada bulan pertama kehidupannya mempunyai peluang 2,94 kali lebih besar terkena gangguan spektrum autisme dibandingkan anak laki-laki yang tidak divaksinasi. “Para penulis menggunakan sampel probabilitas yang diperoleh dari National Health Interview Survey (NHIS), AS, dataset antara 1997-2002 ..

Kesimpulan menyatakan bahwa: “Temuan menunjukkan bahwa anak laki-laki AS yang divaksinasi dengan vaksin hepatitis B mempunyai risiko 3 kali lipat lebih besar terkena autisme; risiko terbesar untuk anak laki-laki non-kulit putih.”

sumber: http://www.ageofautism.com/2009/09/david-kirby-new-study-hepatitis-b-vaccine-triples-the-risk-of-autism-in-infant-boys.html

---------- Post added at 10:36 PM ---------- Previous post was at 10:23 PM ----------

tentang sejarah manfaat Vaksinasi Small Pox (cacar air) mungkin ada benarnya, tapi bagaimana jika ternyata itu hanyalah sebuah sejarah dusta:
silahkan anda baca artikel kontroversial mengenai sejarah vaksin small pox ini di THE SMALLPOX VACCINATION HOAX (http://www.whale.to/a/smallpox_hoax.html)

itsreza
04-12-2011, 11:55 PM
banyak penelitian yang membuktikan tidak ada hubungan antara vaksinasi dan autisme.
dan hasil penelitian dipublikasikan di jurnal ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan
tapi untuk mau atau tidak menggunakan vaksin/imunisasi itu pilihan pribadi :)


The Vaccine-Autism Connection: A Public Health Crisis Caused by Unethical Medical Practices and Fraudulent Science
by Dennis K Flaherty, PhD⇓, Associate Professor
Ann Pharmacother October 2011 45:1302-1304;


In 1998, Dr. Andrew Wakefield, a British gastroenterologist, described a new autism phenotype called the regressive autism-enterocolitis syndrome triggered by environmental factors such as measles, mumps, and rubella (MMR) vaccination. The speculative vaccination-autism connection decreased parental confidence in public health vaccination programs and created a public health crisis in England and questions about vaccine safety in North America. After 10 years of controversy and investigation, Dr. Wakefield was found guilty of ethical, medical, and scientific misconduct in the publication of the autism paper. Additional studies showed that the data presented were fraudulent. The alleged autism-vaccine connection is, perhaps, the most damaging medical hoax of the last 100 years.

Ronggolawe
05-12-2011, 12:10 AM
[/COLOR]tentang sejarah manfaat Vaksinasi Small Pox (cacar air) mungkin ada benarnya, tapi bagaimana jika ternyata itu hanyalah sebuah sejarah dusta:
silahkan anda baca artikel kontroversial mengenai sejarah vaksin small pox ini di THE SMALLPOX VACCINATION HOAX (http://www.whale.to/a/smallpox_hoax.html)
kekeke.. ujung-ujungnya punahnya Small-Pox di
anggap hasil dari peningkatan sanitasi dan gaya
hidup sehat, dengan menafikan peran vaksin :)

foto yang pernah gw upload itu dari Bangladesh,
apakah Bangladesh termasuk negara dengan ting-
kat sanitasi baik?

Atau India?

---------- Post added at 11:10 PM ---------- Previous post was at 11:07 PM ----------


banyak penelitian yang membuktikan tidak ada hubungan antara vaksinasi dan autisme.
dan hasil penelitian dipublikasikan di jurnal ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan
tapi untuk mau atau tidak menggunakan vaksin/imunisasi itu pilihan pribadi :)

memang benar, itu pilihan pribadi, namun dampak
buruknya bukan lagi terbatas pada pribadi terse-
but.

Contohnya, seorang jemaah haji yang tidak mau
menerima vaksinasi meningitis saat berangkat haji
dengan alasan keharaman vaksin, lalu terjangkit
meningitis, kemudian kembali ke Tanah Air, maka
ia akan membawa wabah penyakit meningitis ke
Indonesia, padahal meningitis tergolong penyakit
yang jarang muncul di Indonesia.

pilihan pribadinya tidak hanya berefek buruk pada
dirinya, namun juga pada banyak orang lain.

itsreza
05-12-2011, 12:32 AM
maka
ia akan membawa wabah penyakit meningitis ke
Indonesia, padahal meningitis tergolong penyakit
yang jarang muncul di Indonesia.

ada benarnya dan sangat mungkin terjadi
tapi pada intinya buat saya vaksin itu upaya
untuk memperkecil risiko untuk menangkal
penyakit tertentu, jadi tujuannya baik.

Sampai saat ini saya belum membaca hasil
penelitian ilmiah yang menemukan hubungan
kuat vaksin menyebabkan autisme, bahkan
pada artikel yang diposting oleh syamil. kesimpulan
dari artikel tersebut berbeda dengan dari jurnal
yang dirujuknya.

Ronggolawe
05-12-2011, 12:57 AM
ada benarnya dan sangat mungkin terjadi
tapi pada intinya buat saya vaksin itu upaya
untuk memperkecil risiko untuk menangkal
penyakit tertentu, jadi tujuannya baik.

Sampai saat ini saya belum membaca hasil
penelitian ilmiah yang menemukan hubungan
kuat vaksin menyebabkan autisme, bahkan
pada artikel yang diposting oleh syamil. kesimpulan
dari artikel tersebut berbeda dengan dari jurnal
yang dirujuknya.
Salah satu dampak negatif dari Internet, adalah
ketika muncul satu isu, maka akan bermunculan
ribuan artikel yang membahas isu tersebut, dan
ratusan link yang merujuk pada isu tersebut.

Namun, ketika isu tersebut diklarifikasi dengan
dukungan data dan fakta yang kuat dan akurat,
bahwa isu tersebut tidak benar, paling banter
hanya akan ada puluhan artikel tentang itu,
dan ratusan link yang merujuk pada fakta ter-
sebut. Dampak dari isu tidak terbendung, bah-
kan ketika fakta tersebut dibuka.

Satu fakta yang sulit dibantah adalah seiring
dengan menguatnya gerakan menolak Immuni-
sasi dan vaksinasi ini, meningkat pula jumlah
kasus-kasus penyakit urdu yang seharusnya
dapat ditekan, bahkan dipunahkan lewat pro-
gram Immunisasi dan Vaksinasi.

BundaNa
05-12-2011, 09:21 AM
buat yang pake jurnal2 ilmiah sebagai acuan, pernahkah kamu jalan2 ke desa2 terpencil...dimana penyakit lumpuh layu bukan lagi penyakit, tapi wabah?

Mereka rata2 tidak diimunisasi polio karena berita bahwa vaksin itu sumbernya haram. Ketika penyakit itu terdeteksi, jadinya sudah sangat terlambat diobati. AKhirnya sepanjang hidup mereka, harus pake alat bantu

Itu baru lumpuh layu

Bagaimana kalau smallpox muncul lagi?

Bagaimana kalau anak2 kita terserang TB karena ortu ngeyel gak mau kasih imunisasi BCG?

Bagaimana kalau anak kita terkena hepatitis A?

Bagaimana kalau anak kita terkena maningitis?

Saya sebagai ibu, lihat anak batuk pilek saja yang gak sembuh2 sampe 1 minggu bisa panik luar biasa

Saya pernah stress cuma gara2 naomi diinfus, karena dia positif thypus

Syamil, kamu bisa mengeluarkan data tentang barang2 yang dianggap haram pada vaksin. Tapi ada kah kamu punya solusi untuk kesehatan anak2 Indonesia?

Jangan hanya meributkan vaksin itu haram. Coba bantu kami para ibu, aga anak2nya tetap sehat

syamil
05-12-2011, 03:17 PM
Hidup Sehat Tanpa Vaksin

Pada tahun 1942, Leslie Owen Bailey, pendiri sekaligus donator Natural Health Society of Australia mendapatkan hak asuh atas 85 anak terlantar. Mereka dirawat di Hopewood House di Bowral, New South Wales dan dibesarkan sesuai prinsip kesehatan alami. Mereka kemudian dikenal sebagai anak-anak Hopewood. Kebanyakan anak-anak ini adalah bayi kecil, karena tidak mungkin mendapatkan ASI, mereka diberi susu kambing sebagai pengganti. Sedangkan anak-anak yang lebih dewasa awalnya diberi susu sapi yang belum di pasteurisasi. Akan tetapi karena sebagian anak alergi terhadap susu tersebut, maka buah-buahan dan sayuran segar diberikan sebagai gantinya.

Sejak usia 2 tahun diet anak-anak ini terdiri dari buah segar, sayuran hijau, umbi-umbian, salad, telur, nasi, bubur, roti segar, biscuit, buah-buahan kering, mentega tanpa garam, kacang-kacangan, kacang kedelai dan sebagainya. Disela-sela waktu makan, mereka hanya diberi buah segar atau jus buah. Mereka diharuskan minum cukup air dari sumber yang bersih dan bebas fluoride. Kepada mereka juga diberikan manisan Hopewood yang terbuat dari carob, kelapa, buah kering dan madu.

Lembaga kesehatan anak mendesak agar mereka mengonsumsi daging, namun ketika dihidangkan mereka enggan memakannya. Kemudian ahli gizi dari Universitas Sydney menganalisa kandungan dalam diet Hopewood dan hasilnya menunjukan kadar protein, karbohidrat, lemak dan mineral yang cukup bahkan lebih baik dari diet biasa.

Setelah hasil pengujian ini diumumkan lembaga kesehatan anak tidak lagi mendesak memberikan daging pada anak-anak itu. semua anak-anak itu tidak pernah mengalami penyakit serius, tidak pernah menjalani pembedahan, tidak pernah memakan obat dan tidak pernah menerima suntikan vaksin. Satu-satunya serangan penyakit yang pernah terjadi ketika 34 orang diantara mereka terkena cacar. Mereka diistirahatkan di kamar isolasi dengan hanya diberi air atau jus buah segar. Mereka dapat sembuh dengan cepat tanpa meninggalkan bekas. Setelah diteliti kasus tersebut terjadi karena pihak sekolah mengganti menu makan siang mereka dengan makanan biasa yang kurang bergizi, sehingga wabah tersebut tidak terlalu mengagetkan.

Dr. N.Z Golds Worthy seorang dokter dan ketua Institute of Dental Research di Sydney ingin meneliti kesehatan gigi anak-anak Hopewood. Beliau beserta timnya melakukan tinjauan meluas terhadap kesehatan gigi anak-anak itu dalam waktu 10 tahun. Tinjauan ini menunjukkan anak-anak Hopewood memiliki tingkat kerusakan gigi 16 kali lebih kecil dari anak-anak Sydney yang memiliki indeks kerusakan gigi sebesar 9,5 seperti gigi tanggal atau berlubang. Sedangkan indeks anak-anak Hopewood hanya 0,58.

Menurut dr. Golds hasil pengamatan itu tidak terlalu mengherankan. Karena anak-anak Hopewood sebelumnya banyak mendapatkan pujian karena memiliki standar kesehatan gigi tertinggi yang pernah diketahui. Bahkan melebihi anak-anak New Guinea yang memiliki standar kesehatan gigi terbaik di dunia. Para ahli kesehatan Austalia juga tertarik dengan perkembangan tubuh anak-anak Hopewood. Sir Lorimer Doods dan dr. D. Clements mengawasi kesehatan mereka selama 9 tahun. Setelah memeriksa tonsil dan adenoid anak-anak itu. Mereka menyatakan tidak pernah melihat suatu komunitas yang bebas dari masalah tersebut seperti anak-anak Hopewod.

Pakar psikologi anak, Zoe Benjamin yang hidup bersama anak-anak Hopewood merasa kagum melihat kemandirian dan rasa tanggung jawab dalam komunitas anak-anak itu. yang paling menakjubkan adalah kebanyakan anak-anak ini mewarisi kesehatan yang buruk karena sejarah penyakit dan kurangnya nutrisi ibu-ibu mereka. Namun di Hopewood mereka dapat tumbuh berkembang menjadi anak-anak yang kuat dan tidak bergantung pada orang lain. Anak-anak Hopewood dapat menjadi contoh dan inspirasi bagi orang tua yang berminat untuk membesarkan anak-anak mereka secara alami tanpa obat dan vaksin. Mereka terbukti dapat tumbuh besar dengan sehat secara alamiah.

syamil
05-12-2011, 03:18 PM
Panduan Bagi Orang Tua (Sebagian Penyakit Anak-Anak Membawa Manfaat)

Anak-anak yang mendapatkan vaksinasi biasanya menunjukkan efek yang aneh dengan mengidap Campak, Gondok dan banyak masalah lain. Suatu manivestasi dari penyakit yang seharusnya dicegah oleh vaksin. Maka lebih baik membiarkan proses terjadi secara alamiah tanpa interfensi yang malah membahayakan. Vaksinasi dengan memasukkan penyakit secara langsung ke dalam aliran darah (melompati proses alami melalui barier nodus limpa, timus dan system limpa) tidak akan mengatasi penyakit. Sebaliknya akan mendorong penyakit pada tingkat kronis dan jauh ke dalam tubuh yang kemudian dapat menyerang organ-organ vital.

Mencegah campak dengan cara ini sebaliknya malah mengakibatkan kanker dan berbagai penyakit autoimun lain. (Viera Scheibner, Ph.D dalam Vaccination: 100 Years of Ortodox Research Shows that Vaccines Represent a Medical Assault on The Immune System).

Beberapa penyakit mempunyai manfaat tersendiri. Karena itu pencegahan penyakit tidak selalu baik untuk anak-anak. Campak misalnya, digunakan di Negara-negara Scandinavia untuk mengobati penyakit autoimun seperti eksim contohnya. Banyak penelitian yang menunjukkan anak-anak yang tidak pernah terkena Campak berkemungkinan besar menderita kanker ketika dewasa. Penelitian terbaru menunjukkan penyakit yang biasa menjangkiti anak-anak bisa membantu menguatkan system imun dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh vaksin. Ini berarti anak-anak memiliki kemungkinan yang kecil terkena penyakit alergi atau autoimun seperti asma dan diabetes seperti yang terjadi saat ini.

Sebagai tambahan, Ibu yang mendapatkan vaksin tidak dapat memberikan kekebalan pasif kepada anaknya meskipun mereka mengidap penyakit yang ganas. Kekebalan ini biasanya melindungi bayi selama satu bulan sehingga satu tahun pertama ketika mereka mudah terserang penyakit. Saat ini para Ibu yang mendapatkan vaksin akan melahirkan anak yang muda terkena penyakit, padahal sebelum sang ibu mendapatkan vaksin biasanya anak mereka memiliki kekebalan.

Imunisasi alami adalah fenomena kompleks yang melibatkan banyak organ dan sistem. Proses ini tidak dapat ditiru dengan sempurna oleh rangsangan buatan dengan menggunakan antibodi. Seperti yang dijelaskan oleh Jamie Murphy, penulis buku What Every Parents Should Know About Immunization: “Apabila anak-anak mendapatkan penyakit secara alami seperti campak, tubuh akan memberikan reaksi dengan cara tersendiri. Kuman menuju ke bagian tubuh tertentu melalui kerongkongan dan memasuki organ sistem imun. Kemudian tubuh akan melawan penyakit itu secara alami.” Terdapat berbagai reaksi kekebalan tubuh yang akan terjadi, reaksi radang, makrofag dan berbagai sel darah putih digunakan untuk melawan kuman tersebut. Bersin dan batuk juga bekerja untuk menyingkirkan kuman penyakit.

Sejauh ini yang biasa menyerang anak-anak tidak berbahaya dan terbatas. Ia juga dapat memberikan kekebalan seumur hidup, sedangkan vaksin hanya memberikan kekebalan sementara. Vaksin kurang efektif jika dibandingkan proses imunisasi tubuh alami. Vaksin tidak seperti penyakit pada anak-anak yang memberikan kekebalan tubuh permanen. “ Tegas Murphy

Para praktisi kesehatan tidak mengetahui berapa lama vaksin mampu bertahan, karena ia adalah kekebalan tiruan. Jika seseorang terserang campak secara alami 99% dari penderita akan mempunyai kekebalan seumur hidup. Peluang diserang campak atau batuk rejan dua kali sangat tipis dan sulit dipercayai. Sebaiknya kekebalan yang bersifat sementara dari vaksin dapat menimbulkan keadaan yang lebih berbahaya untuk masa depan anak. Contohnya, pada pertengahan tahun 90-an vaksin cacar air baru yang dilisensikan dan direkomendasikan oleh pemerintah AS diperkirakan hanya bertahan 6-10 tahun. Jika vaksin masih bekerja, ia akan menangguhkan serangan pernyakit sampai mereka dewasa dimana risiko kematian menjadi 20 kali lebih besar.

Di AS sekitar setengah kasus campak yang muncul akhir tahun 80-an terjadi pada usia remaja dan dewasa. Mereka semua telah mendapatkan vaksinasi ketika masih kecil dan suntikan yang diwajibkan itu mungkin hanya memberi perlindungan kurang dari 6 bulan. Sebagai tambahan, sebagian ahli kesehatan khawatir terhadap virus cacar air yang mungkin aktif kembali dikemudian hari dalam bentuk Herpes Zoster atau gangguan system imun lain. Sebenarnya kebanyakan penyakit tidak berbahaya, bahkan memiliki peranan penting dalam membangun system imun yang kuat dan sehat. Orang yang tidak pernah terserang campak akan mengalami banyak masalah kulit, keropos tulang dan jenis tumor tertentu. Begitu juga dengan penyakit anak-anak. Statistic konservatif CDC AS bagi Pertusis tahun 1992-1994 menunjukkan tingkat kesembuhan sebesar 99,8%. Sebenarnya ketika ratusan kasus Pertusis terjadi di Ohio dan Chicago pada musim gugur tahun 1993, pakar penyakit menular rumah sakit anak Cincinnati berkata: “Penyakit penduduk tersebut sangat sederhana, tidak ada kasus kematian dan tidak ada yang perlu di opname.”

Sebenarnya, bahaya penyakit yang biasa terjadi pada anak-anak sengaja di besar-besarkan untuk menakut-nakuti orang tua agar memenuhi program yang bermasalah namun menghasilkan provit tersebut


Apa Yang Harus Dilakukan Orang Tua?

Vaksin adalah barang konsumsi, orang tua seharusnya memeriksa terlebih dahulu produk ini dengan teliti ketimbang produk lain, karena nyawa anak-anak mereka menjadi taruhannya. Randal Neustaedler, OMD dalam The Vaccine Guide: Making an Informed Choice.

Membuat keputusan tentang penggunaan vaksin adalah salah satu pilihan paling penting yang harus anda lakukan sebagai orang tua, demi kepentingan anak anda. Anda harus membuat keputusan yang teliti berdasarkan semua informasi yang tersembunyi. Jika anda memilih untuk melakukan vaksinasi, ambillah langkah berjaga-jaga dan perhatikan langkah berikut:

Panduan Dasar:
1. Dapatkan vaksin dengan jenis yang berbeda secara terpisah, jangan mengambil vaksin gabungan dari beberapa penyakit.
2. Jangan izinkan anak anda diberi vaksin lebih dari 1 penyakit pada hari yang sama
3. Jangan biarkan anak Anda mendapatkan vaksinasi ketika sedang sakit atau baru sembuh dari penyakit.


Anak-Anak Yang Beresiko Tinggi Mengalami Efek Buruk jika divaksinasi:

Anak-anak yang mengalami efek samping ketika mendapatkan vaksin sebelumnya, anak yang memiliki saudara atau keluarga yang memiliki efek samping terhadap suatu vaksin. Sejarah pribadi atau keluarga yang mengalami kejang atau gangguan neurologi, penyakit, system imun, alergi, eksim, asma atau alergi terhadap susu sapi. Anak yang sedang sakit termasuk flu, infeksi telinga, mencret dan lain sebagainya atau baru sembuh dari penyakit dalam masa kurang dari satu bulan sebelum vaksinasi. Anak-anak yang lahir premature atau dengan berat badan yang kurang. Anak-anak yang mengalami gangguan otak ketika proses persalinan (seperti trauma kepala karena kesulitan proses persalinan, meningitis, menjerit-jerit dengan nada tinggi dengan badan melengkung dan lain-lain).

BundaNa
05-12-2011, 05:15 PM
gimane mencegah polio?

small pox?

tanpa vaksin

Ronggolawe
05-12-2011, 07:37 PM
Hidup Sehat Tanpa Vaksin

Pada tahun 1942, Leslie Owen Bailey, pendiri sekaligus donator Natural Health Society of Australia mendapatkan hak asuh atas 85 anak terlantar. Mereka dirawat di Hopewood House di Bowral, New South Wales dan dibesarkan sesuai prinsip kesehatan alami. Mereka kemudian dikenal sebagai anak-anak Hopewood. Kebanyakan anak-anak ini adalah bayi kecil, karena tidak mungkin mendapatkan ASI, mereka diberi susu kambing sebagai pengganti. Sedangkan anak-anak yang lebih dewasa awalnya diberi susu sapi yang belum di pasteurisasi. Akan tetapi karena sebagian anak alergi terhadap susu tersebut, maka buah-buahan dan sayuran segar diberikan sebagai gantinya.

Sejak usia 2 tahun diet anak-anak ini terdiri dari buah segar, sayuran hijau, umbi-umbian, salad, telur, nasi, bubur, roti segar, biscuit, buah-buahan kering, mentega tanpa garam, kacang-kacangan, kacang kedelai dan sebagainya. Disela-sela waktu makan, mereka hanya diberi buah segar atau jus buah. Mereka diharuskan minum cukup air dari sumber yang bersih dan bebas fluoride. Kepada mereka juga diberikan manisan Hopewood yang terbuat dari carob, kelapa, buah kering dan madu.

Lembaga kesehatan anak mendesak agar mereka mengonsumsi daging, namun ketika dihidangkan mereka enggan memakannya. Kemudian ahli gizi dari Universitas Sydney menganalisa kandungan dalam diet Hopewood dan hasilnya menunjukan kadar protein, karbohidrat, lemak dan mineral yang cukup bahkan lebih baik dari diet biasa.

Setelah hasil pengujian ini diumumkan lembaga kesehatan anak tidak lagi mendesak memberikan daging pada anak-anak itu. semua anak-anak itu tidak pernah mengalami penyakit serius, tidak pernah menjalani pembedahan, tidak pernah memakan obat dan tidak pernah menerima suntikan vaksin. Satu-satunya serangan penyakit yang pernah terjadi ketika 34 orang diantara mereka terkena cacar. Mereka diistirahatkan di kamar isolasi dengan hanya diberi air atau jus buah segar. Mereka dapat sembuh dengan cepat tanpa meninggalkan bekas. Setelah diteliti kasus tersebut terjadi karena pihak sekolah mengganti menu makan siang mereka dengan makanan biasa yang kurang bergizi, sehingga wabah tersebut tidak terlalu mengagetkan.

Dr. N.Z Golds Worthy seorang dokter dan ketua Institute of Dental Research di Sydney ingin meneliti kesehatan gigi anak-anak Hopewood. Beliau beserta timnya melakukan tinjauan meluas terhadap kesehatan gigi anak-anak itu dalam waktu 10 tahun. Tinjauan ini menunjukkan anak-anak Hopewood memiliki tingkat kerusakan gigi 16 kali lebih kecil dari anak-anak Sydney yang memiliki indeks kerusakan gigi sebesar 9,5 seperti gigi tanggal atau berlubang. Sedangkan indeks anak-anak Hopewood hanya 0,58.

Menurut dr. Golds hasil pengamatan itu tidak terlalu mengherankan. Karena anak-anak Hopewood sebelumnya banyak mendapatkan pujian karena memiliki standar kesehatan gigi tertinggi yang pernah diketahui. Bahkan melebihi anak-anak New Guinea yang memiliki standar kesehatan gigi terbaik di dunia. Para ahli kesehatan Austalia juga tertarik dengan perkembangan tubuh anak-anak Hopewood. Sir Lorimer Doods dan dr. D. Clements mengawasi kesehatan mereka selama 9 tahun. Setelah memeriksa tonsil dan adenoid anak-anak itu. Mereka menyatakan tidak pernah melihat suatu komunitas yang bebas dari masalah tersebut seperti anak-anak Hopewod.

Pakar psikologi anak, Zoe Benjamin yang hidup bersama anak-anak Hopewood merasa kagum melihat kemandirian dan rasa tanggung jawab dalam komunitas anak-anak itu. yang paling menakjubkan adalah kebanyakan anak-anak ini mewarisi kesehatan yang buruk karena sejarah penyakit dan kurangnya nutrisi ibu-ibu mereka. Namun di Hopewood mereka dapat tumbuh berkembang menjadi anak-anak yang kuat dan tidak bergantung pada orang lain. Anak-anak Hopewood dapat menjadi contoh dan inspirasi bagi orang tua yang berminat untuk membesarkan anak-anak mereka secara alami tanpa obat dan vaksin. Mereka terbukti dapat tumbuh besar dengan sehat secara alamiah.
hehehe.. 85 anak-anak diisolasi dari dunia luar.
begitu kena Cacar Air, langsung 34 berjatuhan.
Kebayang kalau kena Cacar Api, bisa mampus
keseluruhannya.

Satu orang saja terimbas TBC, dijamin semua
nya kena. Ini tidak ubahnya tanaman pertanian
monokultur, yang bibitnya berasal dari satu sel
yang dikembangbiakkan lewat kultur jaringan.
Begitu diserang hama penyakit, tanpa ampun
ribuan hektar tanaman musnah tak berbekas.

anda salah memahami konsep immunisasi/vak-
sinasi terhadap penyakit endemik/epidemik
yang kekebalan terhadapnya hanyalah dengan
memperkenalkan tubuh terhadap penyakit ter-
sebut, sehingga tubuh membangun sistem im-
mun spesifik terhadap penyakit tersebut.

Ronggolawe
05-12-2011, 07:43 PM
Panduan Bagi Orang Tua (Sebagian Penyakit Anak-Anak Membawa Manfaat)

Anak-anak yang mendapatkan vaksinasi biasanya menunjukkan efek yang aneh dengan mengidap Campak, Gondok dan banyak masalah lain. Suatu manivestasi dari penyakit yang seharusnya dicegah oleh vaksin. Maka lebih baik membiarkan proses terjadi secara alamiah tanpa interfensi yang malah membahayakan. Vaksinasi dengan memasukkan penyakit secara langsung ke dalam aliran darah (melompati proses alami melalui barier nodus limpa, timus dan system limpa) tidak akan mengatasi penyakit. Sebaliknya akan mendorong penyakit pada tingkat kronis dan jauh ke dalam tubuh yang kemudian dapat menyerang organ-organ vital.

Mencegah campak dengan cara ini sebaliknya malah mengakibatkan kanker dan berbagai penyakit autoimun lain. (Viera Scheibner, Ph.D dalam Vaccination: 100 Years of Ortodox Research Shows that Vaccines Represent a Medical Assault on The Immune System).

Beberapa penyakit mempunyai manfaat tersendiri. Karena itu pencegahan penyakit tidak selalu baik untuk anak-anak. Campak misalnya, digunakan di Negara-negara Scandinavia untuk mengobati penyakit autoimun seperti eksim contohnya. Banyak penelitian yang menunjukkan anak-anak yang tidak pernah terkena Campak berkemungkinan besar menderita kanker ketika dewasa. Penelitian terbaru menunjukkan penyakit yang biasa menjangkiti anak-anak bisa membantu menguatkan system imun dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh vaksin. Ini berarti anak-anak memiliki kemungkinan yang kecil terkena penyakit alergi atau autoimun seperti asma dan diabetes seperti yang terjadi saat ini.

Sebagai tambahan, Ibu yang mendapatkan vaksin tidak dapat memberikan kekebalan pasif kepada anaknya meskipun mereka mengidap penyakit yang ganas. Kekebalan ini biasanya melindungi bayi selama satu bulan sehingga satu tahun pertama ketika mereka mudah terserang penyakit. Saat ini para Ibu yang mendapatkan vaksin akan melahirkan anak yang muda terkena penyakit, padahal sebelum sang ibu mendapatkan vaksin biasanya anak mereka memiliki kekebalan.

Imunisasi alami adalah fenomena kompleks yang melibatkan banyak organ dan sistem. Proses ini tidak dapat ditiru dengan sempurna oleh rangsangan buatan dengan menggunakan antibodi. Seperti yang dijelaskan oleh Jamie Murphy, penulis buku What Every Parents Should Know About Immunization: “Apabila anak-anak mendapatkan penyakit secara alami seperti campak, tubuh akan memberikan reaksi dengan cara tersendiri. Kuman menuju ke bagian tubuh tertentu melalui kerongkongan dan memasuki organ sistem imun. Kemudian tubuh akan melawan penyakit itu secara alami.” Terdapat berbagai reaksi kekebalan tubuh yang akan terjadi, reaksi radang, makrofag dan berbagai sel darah putih digunakan untuk melawan kuman tersebut. Bersin dan batuk juga bekerja untuk menyingkirkan kuman penyakit.

Sejauh ini yang biasa menyerang anak-anak tidak berbahaya dan terbatas. Ia juga dapat memberikan kekebalan seumur hidup, sedangkan vaksin hanya memberikan kekebalan sementara. Vaksin kurang efektif jika dibandingkan proses imunisasi tubuh alami. Vaksin tidak seperti penyakit pada anak-anak yang memberikan kekebalan tubuh permanen. “ Tegas Murphy

Para praktisi kesehatan tidak mengetahui berapa lama vaksin mampu bertahan, karena ia adalah kekebalan tiruan. Jika seseorang terserang campak secara alami 99% dari penderita akan mempunyai kekebalan seumur hidup. Peluang diserang campak atau batuk rejan dua kali sangat tipis dan sulit dipercayai. Sebaiknya kekebalan yang bersifat sementara dari vaksin dapat menimbulkan keadaan yang lebih berbahaya untuk masa depan anak. Contohnya, pada pertengahan tahun 90-an vaksin cacar air baru yang dilisensikan dan direkomendasikan oleh pemerintah AS diperkirakan hanya bertahan 6-10 tahun. Jika vaksin masih bekerja, ia akan menangguhkan serangan pernyakit sampai mereka dewasa dimana risiko kematian menjadi 20 kali lebih besar.

Di AS sekitar setengah kasus campak yang muncul akhir tahun 80-an terjadi pada usia remaja dan dewasa. Mereka semua telah mendapatkan vaksinasi ketika masih kecil dan suntikan yang diwajibkan itu mungkin hanya memberi perlindungan kurang dari 6 bulan. Sebagai tambahan, sebagian ahli kesehatan khawatir terhadap virus cacar air yang mungkin aktif kembali dikemudian hari dalam bentuk Herpes Zoster atau gangguan system imun lain. Sebenarnya kebanyakan penyakit tidak berbahaya, bahkan memiliki peranan penting dalam membangun system imun yang kuat dan sehat. Orang yang tidak pernah terserang campak akan mengalami banyak masalah kulit, keropos tulang dan jenis tumor tertentu. Begitu juga dengan penyakit anak-anak. Statistic konservatif CDC AS bagi Pertusis tahun 1992-1994 menunjukkan tingkat kesembuhan sebesar 99,8%. Sebenarnya ketika ratusan kasus Pertusis terjadi di Ohio dan Chicago pada musim gugur tahun 1993, pakar penyakit menular rumah sakit anak Cincinnati berkata: “Penyakit penduduk tersebut sangat sederhana, tidak ada kasus kematian dan tidak ada yang perlu di opname.”

Sebenarnya, bahaya penyakit yang biasa terjadi pada anak-anak sengaja di besar-besarkan untuk menakut-nakuti orang tua agar memenuhi program yang bermasalah namun menghasilkan provit tersebut

mendapatkan paparan penyakit secara alami?

http://www.bizarremedical.com/wp-content/uploads/2010/11/Smallpox-3.jpg

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/6/66/Child_with_Smallpox_Bangladesh.jpg/393px-Child_with_Smallpox_Bangladesh.jpg
silahkan kalau anda hendak membiarkan anak-anak
anda terpapar Cacar Api secara alami :)

itsreza
05-12-2011, 07:46 PM
Jadi kalau mau anak sehat tanpa vaksin harus hidup terisolasi ya?

Ronggolawe
05-12-2011, 07:54 PM
sebenarnya ide mengenalkan tubuh terhadap suatu
penyakit secara alami, merupakan ide dasar dalam
membangun sistem kekebalan tubuh terhadap satu
penyakit.

persoalannya, kita tidak tahu kadar kemampuan
tubuh, dan untuk beberapa penyakit "urdu", kita
mengetahui bahwa selama ribuan tahun, manusia
tidak cukup kebal secara alami untuk melawannya
sehingga terjadilah tingkat kematian yang tinggi
atau cacat yang juga tinggi.

karena itulah, dikembangkan metoda untuk mem-
perkenalkan tubuh dengan penyakit tertentu, na-
mun resiko bagi tubuh dikecilkan, dengan melemah-
kan penyakit tersebut terlebih dahulu.

Lagipula, manusia memang dari dulu hidup dengan
"menantang" alam dan menaklukkannya. Kalau saja
lemur-lemur purba puas dengan hidup di pohon, me-
reka tidak akan turun ke tanah, mencoba berdiri
tegak, lalu belajar berjalan, menggunakan alat-alat
untuk menutupi kekurangan alami pada dirinya untuk
bertahan dari predator-predator yang diuntungkan
oleh alam :)

syamil
06-12-2011, 06:20 AM
Hidup memang terkadang mempunyai banyak pilihan. Dan setiap pilihan mempunyai resikonya sendiri-sendiri. Dan orang tua yang cerdas pasti akan memilihkan bagi anaknya resiko yang terkecil dari setiap pilihan yang dipilihnya.

Bagi orang tua yang menganggap bahwa resiko terkena penyakit lebih besar jika tidak mengimunisasi anaknya, maka silahkan mengimunisasi anaknya. Dan tentunya harus siap dengan konsekwensi terkena efek samping vaksin.

Dan bagi yang memilih untuk tidak mengimunisasi karena takut dengan efek samping vaksin, takut karena zat2 kandungan vaksin yang tidak halal atau menganggap resiko ketika anak di vaksinasi lebih besar daripada jika tidak divaksinasi, tentu juga harus siap dengan resiko terkena penyakit yang katanya bisa dicegah dengan vaksinasi.

Silahkan memilih yang terbaik bagi anak anda menurut yang anda anggap terbaik untuknya, dan sayapun telah memilih yang terbaik menurut anggapan saya untuk anakku tercinta.

Ronggolawe
06-12-2011, 08:07 AM
Dan bagi yang memilih untuk tidak mengimunisasi karena takut dengan efek samping vaksin, takut karena zat2 kandungan vaksin yang tidak halal atau menganggap resiko ketika anak di vaksinasi lebih besar daripada jika tidak divaksinasi, tentu juga harus siap dengan resiko terkena penyakit yang katanya bisa dicegah dengan vaksinasi.

ini nih, kalimat manis penggerak anti-vaksinasi n
anti-immunisasi... It's all your choices n konseku-
ensinya loe (dan anak loe) sendiri yang tanggung.

gw kasih tahu loe ya, Kalau anak loe terpapar
penyakit karena anak loe tidak di immunisasi n
tidak di vaksinasi, maka anak loe bukan saja akan
menderita penyakit, namun juga menjadi penyebar
bahkan mungkin memutasikan penyakit tersebut
menjadi strain atau varian baru. Artinya
bukan cuma anak loe yang kena sakit akibat pi-
lihan "bijak" loe sebagai orang tuanya, melainkan
juga anak-anak lainnya disekitar loe!!!

syamil
06-12-2011, 08:21 AM
Yang perlu diluruskan, anak-anak Hopewood House bukanlah anak2 yang diisolasi dari dunia luar, tapi mereka disolasi hanya saat terkena penyakit.


gw kasih tahu loe ya, Kalau anak loe terpapar
penyakit karena anak loe tidak di immunisasi n
tidak di vaksinasi, maka anak loe bukan saja akan
menderita penyakit, namun juga menjadi penyebar
bahkan mungkin memutasikan penyakit tersebut
menjadi strain atau varian baru.

Ketika seorang anak terkena hepatitis, apakah dia akan menularkan penyakit hepatitis tersebut kepada anak yang lain?
Ketika seorang anak terkena tetanus, apakah dia akan menularkan penyakit tetanus tersebut kepada anak yang lain?
Bahkan ketika dua orang anak di jawa barat diberitakan terkena lumpuh layu, apakah anak anak yang lain disekitar mereka terkena juga?

Ronggolawe
06-12-2011, 08:39 AM
Yang perlu diluruskan, anak-anak Hopewood House bukanlah anak2 yang diisolasi dari dunia luar, tapi mereka disolasi hanya saat terkena penyakit.
esensinya, 85 orang itu hidup dalam controlable
environment dengan gaya hidup yang diatur
dan terkendali, layaknya lab-rat.

itupun tidak mencegah mereka dari terpapar virus
Chicken-Pox, 34 dari 85 anak, itu lebih dari 40%.

Soal loe ngomong ngga ada bekas luka cacar, gw
juga pernah kena cacar air, sembuh dalam 4 hari,
tanpa diisolasi, tetap bermain keluar rumah, dan
tanpa bekas luka cacar sedikit pun :)

None of the facts make those Hopewood House's
Children specials :)




Ketika seorang anak terkena hepatitis, apakah dia akan menularkan penyakit hepatitis tersebut kepada anak yang lain?
Ketika seorang anak terkena tetanus, apakah dia akan menularkan penyakit tetanus tersebut kepada anak yang lain?
Bahkan ketika dua orang anak di jawa barat diberitakan terkena lumpuh layu, apakah anak anak yang lain disekitar mereka terkena juga?
emang loe pikir penularan penyakit antar manusia
harus membutuhkan perantara burung, kera, atau
babi dulu?

betewe kenapa hepatitis dan tetanus yang penul-
larannya cukup rumit, yang berani loe jadiin contoh?
polio, Dipteri, TBC, Chicken-Pox, Flu Burung, Flu-
Babi, Meningitis ngga loe sebutin? :)

BundaNa
06-12-2011, 09:49 AM
anak2 gue divaksin dan tidak mengalami efek samping yang syamil beberin, bahkan semua anak di lingkungan saya

itu data ilmiah ngambil sampel dimana?

AsLan
06-12-2011, 09:22 PM
vaksinasi itu pada dasarnya adalah memasukkan penyakit ke tubuh anak.
bagaimanapun tetap ada resikonya.

vaksinasi itu sama seperti mengajari anak cara bertempur melawan penyakit, anak2 diperkenalkan pada berbagai penyakit yang mungkin akan dia hadapi dimasa depan.

sebagai orang tua pasti pengennya anak bisa hidup aman, seumur hidup gak pernah bertemu kuman, virus atau kalau bisa seumur hidupnya tidak pernah menghadapi masalah sama sekali... tapi apa itu mungkin ?

mungkinkah anak itu selama 80tahun hidup didunia tidak pernah bertemu dengan kuman atau virus ?

kalau waktu dia kecil kita tidak mengajarinya cara melawan penyakit, maka dia akan tumbuh dengan lemah, sekali kena penyakit langsung fatal akibatnya.

gizi yang baik itu ibarat persenjataan yg lengkap, tapi senjata tanpa ilmu bela diri = 0 !

percuma punya anak yg tubuhnya sehat dan gemuk tanpa anti body, tubuh gemuknya akan jadi makanan empuk bagi kuman penyakit.

coba lihat bagaimana induk kucing mengajari anaknya membunuh tikus, tikus yg sudah digigit dan dilemahkan disodorkan kepada anak2nya...
seperti vaksin, orang tua mendidik anak untuk menghadapi penyakit yg telah dilemahkan.
itu cara alamiah orang tua mendidik anaknya agar kuat menghadapi dunia.

resiko vaksin tetap ada, usahakan berikan vaksin pada saat anak sedang sangat sehat.

syamil
06-12-2011, 11:31 PM
1. Vaksinasi cacar rutin di Amerika Serikat berakhir pada tahun 1972. Para pejabat ragu-ragu untuk melanjutkan imunisasi karena vaksin adalah yang paling reaktif dari semua dan telah dikaitkan dengan efek samping yang serius, termasuk kematian. ~ Reuters, 29 November 2001

2. "The American Medical Association mengatakan pada hari Selasa itu tidak mendukung program vaksinasi cacar massal AS segera, mengatakan potensi ancaman serangan bioterror tidak menjamin setiap warga Amerika inokulasi terhadap penyakit. " ~ Reuters, 12 Desember 2001

3. George W. Bush mengatakan tentang vaksinasi cacar: "Salah satu keprihatinan saya jika kita memiliki vaksinasi universal, beberapa mungkin kehilangan hidup mereka." ~ The Times (di London), 9 November 2001

4. Untuk setiap juta orang divaksinasi dengan vaksin cacar, sebanyak 250 akan menderita reaksi samping serius, termasuk kematian, menurut American Medical Association. Kalikan 250 kali 285 (jutaan orang Amerika) dan diperkirakan reaksi samping serius dari vaksinasi cacar yang universal bisa sampai 71.250.
~ Journal of the American Medical Association, June 9, 1999, Vol. 281, No. 22, p. 2132

5. Direktur CDC Jeffrey Koplan telah mengakui bahwa vaksinasi cacar yang universal bisa melepaskan sejumlah besar efek samping. Dia mengatakan bahwa karena banyak bagian penduduk kita tidak memiliki "sistem kekebalan yang kuat," cukup banyak orang bisa mengalami reaksi yang serius. ~ Koplan berbicara pada "Propaganda bioterror" PBS khusus disiarkan oleh Weta, November 14, 2001

6. Jika seluruh bangsa menerima vaksin cacar, beberapa ribu orang kemungkinan akan mengembangkan ensefalitis, suatu peradangan otak. ~ Washington Post, 26 Desember 2001

7. "Para peneliti telah enggan untuk merekomendasikan sebuah program vaksinasi baru yang akan menggunakan vaksin cacar bagi penduduk lokal karena vaksin dapat menyebabkan penyakit dan kematian pada orang dengan sistem kekebalan yang tidak memadai. " ~ Science, Vol. 277, 18 Juli 1997, hlm 312-13.

8. Delapan halaman yang dicetak penelitian medis mendokumentasikan banyak efek samping yang serius dari vaksinasi cacar dapat diperoleh di: www.whale.to / vaksin / smallpox.html Lihat "reaksi vaksin cacar merugikan 66-76." [Catatan:. Pergi ke halaman rumah di atas dan menempatkan vaksin cacar reaksi merugikan pada mesin pencari] dampak termasuk otak serius dan penyakit jantung, autis, perubahan kromosom yang abnormal, diabetes, berbagai kanker dan leukemia, ditambah demielinasi tahun jaringan saraf setelah vaksinasi .

9. Pada tahun 1920, beberapa peneliti medis di Inggris mencatat bahwa tingkat kematian akibat cacar sebenarnya lebih tinggi di antara mereka yang telah divaksinasi. Hal ini menunjukkan bahwa vaksin itu tidak efektif dan orang yang divaksinasi cenderung terkena penyakit yang lebih mematikan .
~Vaccination, Dr. Viera Scheibner, Australia, 1993, pp. 205-220.

Ronggolawe
06-12-2011, 11:39 PM
1. Vaksinasi cacar rutin di Amerika Serikat berakhir pada tahun 1972. Para pejabat ragu-ragu untuk melanjutkan imunisasi karena vaksin adalah yang paling reaktif dari semua dan telah dikaitkan dengan efek samping yang serius, termasuk kematian. ~ Reuters, 29 November 2001
Kasus Cacar terakhir di AS adalah tahun 1954.....
wajar saja vaksinasi dihentikan, setelah 18 tahun
cacar punah di AS.... selanjutnya Imigrasi yang
harus mengkarantina orang-orang yang suspect
cacar.




2. "The American Medical Association mengatakan pada hari Selasa itu tidak mendukung program vaksinasi cacar massal AS segera, mengatakan potensi ancaman serangan bioterror tidak menjamin setiap warga Amerika inokulasi terhadap penyakit. " ~ Reuters, 12 Desember 2001

3. George W. Bush mengatakan tentang vaksinasi cacar: "Salah satu keprihatinan saya jika kita memiliki vaksinasi universal, beberapa mungkin kehilangan hidup mereka." ~ The Times (di London), 9 November 2001
ngomong kok baru tahun 2001, lebih kurang 30
tahun setelah Amerika menyelesaikan program
Vaksinasi Cacar :)




4. Untuk setiap juta orang divaksinasi dengan vaksin cacar, sebanyak 250 akan menderita reaksi samping serius, termasuk kematian, menurut American Medical Association. Kalikan 250 kali 285 (jutaan orang Amerika) dan diperkirakan reaksi samping serius dari vaksinasi cacar yang universal bisa sampai 71.250.
~ Journal of the American Medical Association, June 9, 1999, Vol. 281, No. 22, p. 2132
Cacar sudah makan korban jutaan orang sepanjang
3ribuan tahun.



5. Direktur CDC Jeffrey Koplan telah mengakui bahwa vaksinasi cacar yang universal bisa melepaskan sejumlah besar efek samping. Dia mengatakan bahwa karena banyak bagian penduduk kita tidak memiliki "sistem kekebalan yang kuat," cukup banyak orang bisa mengalami reaksi yang serius. ~ Koplan berbicara pada "Propaganda bioterror" PBS khusus disiarkan oleh Weta, November 14, 2001

6. Jika seluruh bangsa menerima vaksin cacar, beberapa ribu orang kemungkinan akan mengembangkan ensefalitis, suatu peradangan otak. ~ Washington Post, 26 Desember 2001

7. "Para peneliti telah enggan untuk merekomendasikan sebuah program vaksinasi baru yang akan menggunakan vaksin cacar bagi penduduk lokal karena vaksin dapat menyebabkan penyakit dan kematian pada orang dengan sistem kekebalan yang tidak memadai. " ~ Science, Vol. 277, 18 Juli 1997, hlm 312-13.
Cacar sudah punah dari tahun 1977, ngomong kok
baru tahun 1997an :)



8. Delapan halaman yang dicetak penelitian medis mendokumentasikan banyak efek samping yang serius dari vaksinasi cacar dapat diperoleh di: www.whale.to / vaksin / smallpox.html Lihat "reaksi vaksin cacar merugikan 66-76." [Catatan:. Pergi ke halaman rumah di atas dan menempatkan vaksin cacar reaksi merugikan pada mesin pencari] dampak termasuk otak serius dan penyakit jantung, autis, perubahan kromosom yang abnormal, diabetes, berbagai kanker dan leukemia, ditambah demielinasi tahun jaringan saraf setelah vaksinasi .

9. Pada tahun 1920, beberapa peneliti medis di Inggris mencatat bahwa tingkat kematian akibat cacar sebenarnya lebih tinggi di antara mereka yang telah divaksinasi. Hal ini menunjukkan bahwa vaksin itu tidak efektif dan orang yang divaksinasi cenderung terkena penyakit yang lebih mematikan .
~Vaccination, Dr. Viera Scheibner, Australia, 1993, pp. 205-220.
lho, yang punah di tahun 1979, bahkan di negara
dengan tingkat sanitasi dan kesadaran kesehatan
yang rendah itu penyakit apa?

syamil
07-12-2011, 12:08 AM
Fakta-fakta tentang vaksin Polio (sumber: http://www.vaclib.org/basic/polio.htm)

"Jonas Salk, penemu IPV, bersaksi di depan subkomite Senat bahwa hampir semua wabah polio sejak 1961 disebabkan oleh vaksin polio oral."


"Data resmi menunjukkan bahwa vaksinasi skala besar telah gagal untuk mendapatkan perbaikan signifikan dari penyakit terhadap yang mereka seharusnya memberikan perlindungan "- Dr Sabin, pengembang vaksin Polio.

"Banyak di sini suara pandangan bahwa Vaksin Polio Salk dan Sabin, yang dibuat dari jaringan ginjal kera, telah secara langsung bertanggung jawab atas peningkatan yang besar pada leukemia di negara ini (US)." - Dr F. Klenner, M.D.

"Data ini menunjukkan bahwa vaksinasi DPT dapat menjadi penyebab utama umumnya belum diakui dari kematian bayi mendadak anak usia dini, dan bahwa risiko imunisasi dapat lebih besar daripada potensi manfaat. Sebuah kebutuhan untuk re-evaluasi dan modifikasi yang mungkin dari prosedur vaksinasi saat ini ditandai dengan studi ini. " - William C. Obor, MD, Direktur Neurologi Anak, Departemen Pediatri, Sekolah Kedokteran Universitas Nevada

Pada, 24 Mei 1996, Selandia Baru Medical Journal, J. Barthelow Classen, MD, seorang mantan peneliti di US National Institutes of Health (NIH) dan pendiri dan CEO immunotherapies Classen di Baltimore, melaporkan bahwa diabetes anak-anak meningkat 60 persen persen setelah kampanye vaksinasi besar-besaran hepatitis B untuk bayi enam minggu atau lebih tua di Selandia Baru 1988-1991. PAda 22 Oktober 1997, Infectious Diseases di Clinical Practice, Classen menunjukkan bahwa kejadian diabetes di Finlandia meningkat 147 persen pada anak di bawah lima tahun setelah tiga vaksin baru diperkenalkan pada 1970-an, dan diabetes yang meningkat 40 persen pada anak usia 5 sampai 9 tahun setelah penambahan vaksin MMR dan Hib pada 1980-an. Dia menyimpulkan bahwa "kenaikan IDDM [diabetes remaja] pada kelompok usia yang berbeda berkorelasi dengan jumlah vaksin yang diberikan."

Pusat Pengendalian Penyakit di Amerika Serikat baru-baru ini merekomendasikan pentahapan-keluar dari vaksin polio oral dalam mendukung vaksin polio melalui suntikan. Risiko lumpuh terkait vaksin polio sekarang tampaknya lebih besar daripada risiko yang ditimbulkan oleh penyakit ini.

---------- Post added at 11:08 PM ---------- Previous post was at 10:55 PM ----------

Yang Perlu anda ketahui tentang Hepatitis B

Penyakit ini dapat menyebabkan sirosis hati maupun kanker hati. Namun, virus ini menular melalui hubungan seksual. Orang-orang berisiko tinggi terkena penyakit hepatitis B (yang ditularkan melalui kontak langsung dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi) adalah pengguna narkoba, pelacur, tahanan, dan pelaku kelainan ***.

Secara vertikal, cara penularan vertikal terjadi dari Ibu yang mengidap virus Hepatitis B kepada bayi yang dilahirkan yaitu pada saat persalinan atau segera setelah persalinan.

Secara horisontal, dapat terjadi akibat penggunaan alat suntik yang tercemar, tindik telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur dan sikat gigi secara bersama-sama (Hanya jika penderita memiliki penyakit mulut (sariawan, gusi berdarah,dll) atau luka yang mengeluarkan darah) serta hubungan seksual dengan penderita.

Bayi yang mempunyai resiko terkena penyakit ini hanyalah bayi yang lahir dari ibu yang positif mengidap Hepatitis B. dan hanya kelompok itu yang beresiko, bukan yang lain.

Pada tahun 1996, lima puluh empat kasus yang dilaporkan kepada Pusat Pengendalian Penyakit (di Amerika) pada kelompok usia dibawah 1 tahun. Sedangkan pada saat bersamaan, ada 3,9 juta bayi yang lahir pada tahun itu sehingga kejadian hepatitis B hanya 0,001%. Jadi apakah kejadian ini merupakan wabah berbahaya sehingga vaksin benar-benar diperlukan?

90 sampai 95% dari semua kasus hepatitis B sembuh sepenuhnya setelah 3 sampai 4 minggu menderita mual, kelelahan, sakit kepala, arthritis, sakit kuning dan hati lembut. Sekitar 50% dari pasien yang terkena Hepatitis B tidak menunjukkan gejala setelah terinveksi. Bahkan, setelah terinveksi dipastikan mereka akan memiliki kekebalan seumur hidup. Sedang yang 30% mengalami gejala mirip flu saja, dan lagi, kelompok ini akan memperoleh kekebalan seumur hidup. Dari 20% sisanya yang terkena Hepatitis B akan memperlihatkan gejala penyakit. 95% dari 20% ini akan sepenuhnya pulih, dengan kekebalan seumur hidup. Oleh karena itu, kurang dari 5% dari orang yang terkena hepatitis B akan menjadi infeksi kronis.

Vaksin Hepatitis B dibiakkan dalam ragi roti. Vaksin ini mengandung formaldehyde (penyebab kanker) dan mengandung 95 persen antigen permukaan virus hepatitis B, 4 persen protein ragi, dan aluminium hidroksida. Sekitar 17 persen dari semua orang yang divaksinasi hepatitis B disusul oleh laporan akan adanya kelelahan dan kelemahan, sakit kepala, arthritis dan demam lebih dari 100 F. Vaksin ini dapat menyebabkan kematian, menurut laporan Institute of Medicine pada tahun 1994.

Vaksin Hepatitis B Dikembangkan pada tahun 1987, pertama kali disuntikkan pada bayi berusia dua belas jam . Dengan harapan akan melindungi mereka ketika mereka lebih tua. Vaksin ini Awalnya ditargetkan untuk pengguna narkoba yang menggunakan jarum suntik sembarangan, tetapi ketika mereka tidak mau datang untuk disuntik imunisasi, akhirnya CDC memutuskan untuk menyuntik imunisasi anak-anak sebelum mereka mulai menjadi "pemakai". Padahal CDC Fact Sheet (lembar fakta dari CDC) pada penyakit hepatitis B tidak menyertakan bayi yang baru lahir sebagai kelompok risiko untuk penyakit itu. Jadi, dengan kata lain, hampir setiap bayi yang baru lahir di AS sekarang disambut ke dunia dengan suntikan vaksin terhadap penyakit menular seksual yang tidak beresiko pada bayi. Semua ini karena mereka tidak bisa mendapatkan pecandu, pelacur, heteroseksual promiscuous dan homoseksual (yang mereka ini berada pada risiko tinggi terkena hepatitis) untuk mengambil vaksin. Inilah esensi dari program vaksinasi universal hepatitis B.

silahkan baca artikel lanjutannya di: http://vaccinetruth.org/page_11.htm

Ronggolawe
07-12-2011, 12:21 AM
Fakta-fakta tentang vaksin Polio (sumber: http://www.vaclib.org/basic/polio.htm)

"Jonas Salk, penemu IPV, bersaksi di depan subkomite Senat bahwa hampir semua wabah polio sejak 1961 disebabkan oleh vaksin polio oral."


"Data resmi menunjukkan bahwa vaksinasi skala besar telah gagal untuk mendapatkan perbaikan signifikan dari penyakit terhadap yang mereka seharusnya memberikan perlindungan "- Dr Sabin, pengembang vaksin Polio.

"Banyak di sini suara pandangan bahwa Vaksin Polio Salk dan Sabin, yang dibuat dari jaringan ginjal kera, telah secara langsung bertanggung jawab atas peningkatan yang besar pada leukemia di negara ini (US)." - Dr F. Klenner, M.D.

"Data ini menunjukkan bahwa vaksinasi DPT dapat menjadi penyebab utama umumnya belum diakui dari kematian bayi mendadak anak usia dini, dan bahwa risiko imunisasi dapat lebih besar daripada potensi manfaat. Sebuah kebutuhan untuk re-evaluasi dan modifikasi yang mungkin dari prosedur vaksinasi saat ini ditandai dengan studi ini. " - William C. Obor, MD, Direktur Neurologi Anak, Departemen Pediatri, Sekolah Kedokteran Universitas Nevada

Pada, 24 Mei 1996, Selandia Baru Medical Journal, J. Barthelow Classen, MD, seorang mantan peneliti di US National Institutes of Health (NIH) dan pendiri dan CEO immunotherapies Classen di Baltimore, melaporkan bahwa diabetes anak-anak meningkat 60 persen persen setelah kampanye vaksinasi besar-besaran hepatitis B untuk bayi enam minggu atau lebih tua di Selandia Baru 1988-1991. PAda 22 Oktober 1997, Infectious Diseases di Clinical Practice, Classen menunjukkan bahwa kejadian diabetes di Finlandia meningkat 147 persen pada anak di bawah lima tahun setelah tiga vaksin baru diperkenalkan pada 1970-an, dan diabetes yang meningkat 40 persen pada anak usia 5 sampai 9 tahun setelah penambahan vaksin MMR dan Hib pada 1980-an. Dia menyimpulkan bahwa "kenaikan IDDM [diabetes remaja] pada kelompok usia yang berbeda berkorelasi dengan jumlah vaksin yang diberikan."

Pusat Pengendalian Penyakit di Amerika Serikat baru-baru ini merekomendasikan pentahapan-keluar dari vaksin polio oral dalam mendukung vaksin polio melalui suntikan. Risiko lumpuh terkait vaksin polio sekarang tampaknya lebih besar daripada risiko yang ditimbulkan oleh penyakit ini.

---------- Post added at 11:08 PM ---------- Previous post was at 10:55 PM ----------

Yang Perlu anda ketahui tentang Hepatitis B

Penyakit ini dapat menyebabkan sirosis hati maupun kanker hati. Namun, virus ini menular melalui hubungan seksual. Orang-orang berisiko tinggi terkena penyakit hepatitis B (yang ditularkan melalui kontak langsung dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi) adalah pengguna narkoba, pelacur, tahanan, dan pelaku kelainan ***.

Secara vertikal, cara penularan vertikal terjadi dari Ibu yang mengidap virus Hepatitis B kepada bayi yang dilahirkan yaitu pada saat persalinan atau segera setelah persalinan.

Secara horisontal, dapat terjadi akibat penggunaan alat suntik yang tercemar, tindik telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur dan sikat gigi secara bersama-sama (Hanya jika penderita memiliki penyakit mulut (sariawan, gusi berdarah,dll) atau luka yang mengeluarkan darah) serta hubungan seksual dengan penderita.

Bayi yang mempunyai resiko terkena penyakit ini hanyalah bayi yang lahir dari ibu yang positif mengidap Hepatitis B. dan hanya kelompok itu yang beresiko, bukan yang lain.

Pada tahun 1996, lima puluh empat kasus yang dilaporkan kepada Pusat Pengendalian Penyakit (di Amerika) pada kelompok usia dibawah 1 tahun. Sedangkan pada saat bersamaan, ada 3,9 juta bayi yang lahir pada tahun itu sehingga kejadian hepatitis B hanya 0,001%. Jadi apakah kejadian ini merupakan wabah berbahaya sehingga vaksin benar-benar diperlukan?

90 sampai 95% dari semua kasus hepatitis B sembuh sepenuhnya setelah 3 sampai 4 minggu menderita mual, kelelahan, sakit kepala, arthritis, sakit kuning dan hati lembut. Sekitar 50% dari pasien yang terkena Hepatitis B tidak menunjukkan gejala setelah terinveksi. Bahkan, setelah terinveksi dipastikan mereka akan memiliki kekebalan seumur hidup. Sedang yang 30% mengalami gejala mirip flu saja, dan lagi, kelompok ini akan memperoleh kekebalan seumur hidup. Dari 20% sisanya yang terkena Hepatitis B akan memperlihatkan gejala penyakit. 95% dari 20% ini akan sepenuhnya pulih, dengan kekebalan seumur hidup. Oleh karena itu, kurang dari 5% dari orang yang terkena hepatitis B akan menjadi infeksi kronis.

Vaksin Hepatitis B dibiakkan dalam ragi roti. Vaksin ini mengandung formaldehyde (penyebab kanker) dan mengandung 95 persen antigen permukaan virus hepatitis B, 4 persen protein ragi, dan aluminium hidroksida. Sekitar 17 persen dari semua orang yang divaksinasi hepatitis B disusul oleh laporan akan adanya kelelahan dan kelemahan, sakit kepala, arthritis dan demam lebih dari 100 F. Vaksin ini dapat menyebabkan kematian, menurut laporan Institute of Medicine pada tahun 1994.

Vaksin Hepatitis B Dikembangkan pada tahun 1987, pertama kali disuntikkan pada bayi berusia dua belas jam . Dengan harapan akan melindungi mereka ketika mereka lebih tua. Vaksin ini Awalnya ditargetkan untuk pengguna narkoba yang menggunakan jarum suntik sembarangan, tetapi ketika mereka tidak mau datang untuk disuntik imunisasi, akhirnya CDC memutuskan untuk menyuntik imunisasi anak-anak sebelum mereka mulai menjadi "pemakai". Padahal CDC Fact Sheet (lembar fakta dari CDC) pada penyakit hepatitis B tidak menyertakan bayi yang baru lahir sebagai kelompok risiko untuk penyakit itu. Jadi, dengan kata lain, hampir setiap bayi yang baru lahir di AS sekarang disambut ke dunia dengan suntikan vaksin terhadap penyakit menular seksual yang tidak beresiko pada bayi. Semua ini karena mereka tidak bisa mendapatkan pecandu, pelacur, heteroseksual promiscuous dan homoseksual (yang mereka ini berada pada risiko tinggi terkena hepatitis) untuk mengambil vaksin. Inilah esensi dari program vaksinasi universal hepatitis B.

silahkan baca artikel lanjutannya di: http://vaccinetruth.org/page_11.htm
coba dong, loe kasih jurnal ilmiah untuk mendukung
tuduhan loe, bukan qila wa qala dari situs-situs LSM
yang tidak dapat dipertanggung jawabkan seperti
itu :)

syamil
07-12-2011, 12:24 AM
gimane mencegah polio?

small pox?

tanpa vaksin

Ibu tidak perlu takut anak ibu terkena smallpox karena menurut ronggolawe smallpox sudah punah di tahun 1979, bahkan di negara
dengan tingkat sanitasi dan kesadaran kesehatan yang rendah.

Sedangkan Polio, bukankah pemerintah sudah mengatakan bahwa Indonesia telah bebas dari polio?

Ronggolawe
07-12-2011, 12:43 AM
Ibu tidak perlu takut anak ibu terkena smallpox karena menurut ronggolawe smallpox sudah punah di tahun 1979, bahkan di negara dengan tingkat sanitasi dan kesadaran kesehatan yang rendah.
dan loe beruntung hidup d izaman ini, sehingga
bisa melakukan gerakan anti-imunisasi/anti-vak-
sinasi tanpa resiko terpapar small-pox :)



Sedangkan Polio, bukankah pemerintah sudah mengatakan bahwa Indonesia telah bebas dari polio?
bebas polio, tapi tetap ada strain polio liar yang
belum tentu ada vaksinnya saat ini. disinilah peran
vaksinasi, untuk terus "menyudutkan" strain-strain
liar ini, satu demi satu untuk dieliminasi semua :)

ummu_w@rdah
09-12-2011, 10:12 AM
waduuuh, baru baca thread ini,,, ternyata masih lanjut. Waduuh, apakah ane yang dimaksud tidak independen itu bundana? group apa ya? koq ane kaga' ngerasa buka lapak grup? di thread ibu dan anak ane kasih pernyataan bahwa ane akan belajar lagi loooh,,, soalan imunisasi.

kalo ane boleh ikutan,,, gini,,,,

analoginye, jadi teringet kisah suami ane nyang lumayan lama nganggur nyari kerja, usaha sana sini belom hasil bagus, di sindir sama paman ane, " Eh, laki loh kenape kaga balik kerja yang dulu aje,,, dimari cari kerja sulit tauk, ape nunggu rejeki turun dari langit aje?"

Hmm, selama usaha sudah dilakukan dengan maksimal, tidak salah dong menyandarkan diri kepada Alloh? yang penting udah Istiqamah (do your best) gitu... nyatanya rejeki cukup2 aje tuh, walo suami belum hasil maksimal, tapi ane bantu bergerak nyari kerja,,, komplementer sementara gituh.
Sama aje dengan imunisasi, mau ASI ekslusip diteruskan pemberian dengan ASI + MPASI sampe 2 taon tok kaga pake imunisasi2 an atawa ASI ekslusip dilanjutkan ASI dan MPASI sampe dua taon pake imunisasi dasar,,, pake juga herbal nabawi,,, ataw TANPA ASI ekslusip + ASI MPASI sampe dua taon pake imunisasi dasar lengkap + juga herbal nabawi... gapapa donk menyandarkan diri kepada Alloh untuk selanjutnya? nyang penting dibarengin DO'A dan yakin di kabulkan!

Asal jangan ASI KAGAK, IMUNISASI KAGAK, usaha laen juga jaooh.... itu mah wallahu alam kali yaaaa,,, piiis ah.

AsLan
09-12-2011, 01:32 PM
salah besar kalau mengira ASI bisa melindungi anak dari polio, campak, hepatitis dll...

anak gemuk tanpa antibody adalah makanan empuk bagi penyakit, seperti negara kaya tanpa tentara.

BundaNa
09-12-2011, 01:37 PM
kalau baca data dari syamil, kan yang dipermasalahkan kesyubhatan bahan pada vaksin, bukan berguna atau tidak bergunanya vaksin.

well syamil, saat ini mungkin bebas small pox, tapi kalau gerakan anti vaksin ini bergerak luas...yakin small pox, polio, cacar dan hepatitis tidak lagi muncul?

ini buat gerenasi ke depannya, bukans ekedar anakmu, anakku...tapi anak2 dunia, anak2 Indonesia

perlu waktu yang lama small pox bisa diberantas dengan VAKSIN...sekarang ketika gerakan penolakan imunisasi meluas, maka tidak perlu waktu lama penyakit2 itu beredar. Dan saya tidak mau ambil resiko untuk keturunan saya

ASI memang mengandung zat antibody, tapi toh nyatanya anak saya tetap terkena ISPA...artinya ASI tetap harus dibantu, bukan sok buta mengatakan ASI segala2nya

kalau masalahnya ada pada bahan yang dianggap syubhat...kenapa gak bergerak atau membuat gerakan untuk mencari bahan yang halal?

c'mon...jangan selalu sedikit2 bilang gerakan zionis tanpa mau bikin gerakan nyata membendungnya, untuk generasi ke depannya

Ronggolawe
09-12-2011, 01:38 PM
Hmm, selama usaha sudah dilakukan dengan maksimal, tidak salah dong menyandarkan diri kepada Alloh?
kalau ngga di immunisasi/vaksinasi, bagaimana ibu
bisa meng-klaim usaha ibu sudah maksimal?

ASI+MPASI+Vaksinasi+Sanitasi=MAKSIMAL

BundaNa
09-12-2011, 01:40 PM
gue kagak ngarti, rasulullah aja marah ketika ada umat beliau yang membiarkan keledainya di depan masjid tanpa tertambat...ini umat Islam yang udah dikasih banyak ilmu, masih mau menyandarkan diri kepada Allah tanpa usaha? how poor generation

Ronggolawe
09-12-2011, 01:40 PM
perlu waktu yang lama small pox bisa diberantas dengan VAKSIN...
kalau dihitung dari Edward Jenner butuh waktu
lebih dari 100 tahun. bila satu carrier saja lolos
kita ngga tahu apakah persediaan vaksin nya
cukup, mengingat sudah lebih dari 30th bumi
dinyatakan bebas Small-Pox

AsLan
09-12-2011, 03:19 PM
ASI bisa disebut sebagai bahan dasar pembentuk anti body (protein), tapi kalau tubuh tidak tahu cara membentuk anti body yg spesifik bagi tiap penyakit ya sama juga boong...

Indonesia punya pabrik vaksin terbesar di asia tenggara, namanya Bio Farma.
Jadi jangan selalu mencurigai asing sebagai penjual vaksin.

ndableg
09-12-2011, 04:58 PM
Kalo anak2 idup di desa/kampung di mana mereka biasa maen dicomberan, gw rasa ga perlu imunisasi. Mereka sudah terimuniasasi natural. Tapi kalo anak gedong, gw rasa perlu, karena idup mereka ga terbiasa dgn kuman.

BundaNa
09-12-2011, 06:24 PM
yang kena polio kebayakan orang desa, bleg