PDA

View Full Version : etca nunut backup *grins



etca
18-11-2011, 01:44 PM
iyahh.. ceritanya nunut backup buat postingan lawas,
jaga-jaga kalau2 tgl 21 November besok portal sebelah ambruk mengikuti leluhurnya K*.

etca
18-11-2011, 01:45 PM
repost dari kampung sebelah 21-08-2003, 04:11 PM, cerbung pertama dan sampai sekarang tak pernah lagi menulis cerbung. Kekel juga sekarang karena bahasanya kadang ada yang wagu :D


Kembalinya Sebuah Taut
cerita: etca


Teduhnya suasana sekitar koridor depan sekretariat fakultas Ekonomi menjadikan pilihan bagi mereka untuk duduk bergerombol menunggu jam pergantian kuliah atau sekedar duduk-duduk karena enggan untuk langsung pulang.


“Koba, kok tenang sekali sih. Pasti sudah selesai semua pekerjaan rumahnya, nyontek dong,” ujar Roni.
“Enak saja tinggal pinjam,” jawab Koba sambil mencibirkan bibirnya dan beringsut membetulkan duduknya yang sedari tadi bersandar di pilar. Koba tanpa sengaja menyenggol Rosa yang duduk di sampingnya. “Eh.. maaf,” kata Koba.


Rosa yang nyaris terjerembab secara refleks menatap ke bawah. Matanya tanpa sengaja tertuju di balik celana kain warna coklat milik Koba. “Deg.” jantung Rosa serasa berhenti berdegup. Belum sempat Rosa berpikir, dering bel tanda pergantian jam telah memekakkan telinga orang-orang yang di dekat bel itu, termasuk Rosa. Saat itu juga kerumunan yang ada di depan sekretariat itu bubar.


Siangnya sepulang kuliah Koba berjalan di bawah sinar matahari yang tengah garang-garangnya, ia menendang batu-batu kecil yang menghalangi jalannya. Begitu pula dengan hidup, setiap manusia berusaha menyingkirkan semua kerikil tajam yang selalu terjadi di dalam hidup. Sesekali terdengar perut Koba berbunyi meski tangannya membawa nasi bungkus yang telah dibelinya. Sesampai di depan kost, Koba melangkahkan kakinya mendekati pintu dan dibukanya pintu kost bercat hijau tua itu.


“Nah itu dia yang ditunggu sudah datang!” terdengar seruan Nita yang duduk di kursi tamu tatkala Koba masuk di ruangan itu. Sepertinya kedatangan Koba telah ditunggu beberapa kawan sekostnya. Koba menatap ke arah Nita dengan dahi berkerut. Disapunya pandangan ke sekeliling ruangan, tampak mereka seakan siap menggelar sebuah pengadilan bagi Koba. ”Ada apa ini?” batinnya menyelinapkan sebuah tanya.


“Artinya apa ini?!” Donna yang berdiri di samping Nita seraya melemparkan sesuatu berwarna kuning. Sesuatu yang menyerupai kain berwarna kuning melayang dan jatuh tepat di sudut meja dekat tempat Koba berdiri.


“Itu baru satu, masih banyak yang lainnya di belakang,” ujar Nita dengan mata melotot. Melly yang sedari tadi pandangan matanya tak pernah lepas dari Koba juga ikut memojokkan Koba, “Untuk apa kamu menyembunyikan celana dalam pria di balik kaos-kaosmu yang sedang kau jemur?”


“Menjijikkan! Tidur dengan lelaki ya? Atau kamu memang kini menjadi pelacur merangkap jadi tukang cucinya pacarmu?” Nita mencerca Koba dengan jari ditudingkan ke arah wajah Koba. Wajah penat Koba dan aliran keringat masih terlihat mengucur di dahinya. Kulitnya yang sawo matang tampak makin berkilat-kilat. Mulutnya masih membisu, sesaat kemudian beranjak berdiri untuk mengambil celana dalam itu. Tanpa banyak perkataan Koba langsung berjalan menuju arah kamarnya.
Melly langsung menghadang jalannya Koba, “Eitt.. mau ke mana? kami belum selesai berbicara denganmu.”


Koba membalikkan badannya dan menatap wajah kawan-kawan sekostnya dengan ekspresi yang dingin. “Ribet!!”, hanya itu sebuah kata yang terlintas dalam benak Koba. Koba enggan menjelaskan pada mereka. Privasinya serasa terinjak, tapi ini adalah sebuah kost. Komunitas di mana harusnya dia juga berbaur, sedangkan dia sendiri mengakui jarang berada di kost itu. Keakraban sesama penghuni kost tak ia miliki. Koba adalah sosok yang lebih menyukai hidup sendiri. Ia lebih memilih menghabiskan waktu bersama kawannya di pondok mapala.


“Dengar! mulai besok kami tak ingin kamu tinggal bersama kami. Kau pindah ke ruangan sebelah luar itu yang dekat kandang ayam.” perintah Nita berapi-api. Kata-kata itu masih disambung oleh Melly yang tak kalah sengitnya, “Kami tak sudi lagi menerima kamu. Ingat! katakan pada bapak kost kalau ini semua maumu. Alasannya kau tak ingin mengganggu kami untuk membukakan pintu saat kamu pulang larut.”


Perut Koba yang sedari tadi sudah minta diisi itu mulai mengganggunya lagi. Koba masih saja tak mengeluarkan sepatah kata. Sejenak ruangan menjadi hening, lalu Koba angkat bicara, “Sudah selesai? sudah semua yang ingin kalian katakan?”
Nita menganggukkan kepalanya.


“Aku turuti keinginan kalian.”
Hanya dengan kalimat itu Koba menjawab semua perintah yang disodorkannya, setelah itu ia masuk ke dalam kamarnya. Nita, Donna dan Melly saling berpandangan, mereka tak menduga bahwa sikap mereka diterima Koba tanpa perlawanan.



* * *

etca
18-11-2011, 01:46 PM
“Sudahlah, manusia memang hidup di dalam sebuah angkara yang sebenarnya dia ciptakan sendiri. Aku telah terbiasa dikucilkan Ron, oleh siapa saja, termasuk keluargaku sendiri,” sambung Koba setelah menceritakan kejadian siang tadi di kostnya.


“Heran, mengapa kamu sama sekali tak membela diri?” tanya Roni. “Aku tidak terima kamu mendapat perlakuan seperti itu, gak punya perasaan mereka itu. Apa tidak bisa dengan cara yang lebih halus?”
“Untuk apa? Toh hanya akan memperburuk keadaan. Aku tak mau jadi gunjingan warga sekitar sini. Perempuan biasanya hanya tukang gosip, seperti tidak ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Kabar cepat sekali menyebar.” sergah Koba.


Roni memandangi wajah Koba. Di balik bola mata yang indah milik Koba menyisakan sebuah misteri besar dalam hidupnya. “Aku telah lama mengenalmu, tapi tak pernah bisa tahu tentang dirimu. Ada apa sebenarnya dengan dirimu? bagaimana mungkin sebuah keluarga mengucilkan anaknya sendiri?” keprihatinan pada seorang sahabat mendorongnya untuk bertanya.


“Ron, berat buatku menceritakan ini semua karena aku belum pernah cerita pada siapapun. Aku tak mau berjudi dengan rahasia keluargaku dan tentangku ini.” jawab Koba dengan nada suara datar.
“Maaf, tapi apapun yang akan kamu ceritakan tak akan merubah pertemanan ini.”
“Thanks. Hey… kamu masih ada maunya seperti dulu?” tanya Koba dengan kerling mata jahilnya. Sekenanya Roni menjawab,“Ck.. apaan sih? dari dulu kamu kan tahu kalau aku sayang kamu. Tapi berhubung tuan putri menolak, ya sudah.” “Ah.. lupakan semua itu, ingatlah aku mempercayaimu.” kata Roni lagi.


Koba hanya tersenyum mendengar penuturan sahabatnya, ia beringsut ke samping mencari sandaran supaya duduknya lebih nyaman. Ditariknya nafas yang panjang sebelum memulai kisahnya. “Ron, aku terlahir dengan ketidaksempurnaan…..”


Dua puluh tahun yang silam… sesekali terdengar suara derit jendela yang tertiup angin malam dari pesisir pantai Kessi Pute. Lampu neon itu bergetar ketika angin keras menerpanya. Di salah satu sudut desa tampak sebuah rumah yang dihuni oleh pasangan suami istri yang sedang menunggu kelahiran anak pertama mereka, Manuh dan Emi. Manuh adalah anak seorang saudagar kaya di tanah kelahirannya. Sedangkan Emi hanyalah gadis kampung dan tak mampu mengelak panah asmara, meski orang tua Emi tak merestuinya. Di mata keluarga Manuh segala keinginannya harus terpenuhi, dan sejak tiga setengah tahun yang lalu Manuh nekat membawa lari Emi untuk dinikahinya.


Lima belas menit setelah jam bandul berdentang dua belas kali bersamaan dengan suara keras tangis bayi yang menandai kelahirannya ke dunia. Senyum terkembang menghiasi wajah dukun bayi itu….. tiba-tiba senyumnya memudar.


“Duh.. ini.. ini… ada yang aneh,” dengan wajah memucat dukun bayi itu berkata terbata-bata. Selama dia bertugas tidak pernah dijumpai bayi yang seperti itu.
“Apanya yang aneh? Sehatkah dia?” tanya Emi dengan nada suara cemas.
Dukun itu hanya bisa memandangi bayi itu, katanya “Sepertinya semuanya sehat, tapi.. tapi…“ suaranya tercekat hingga ia tidak mampu meneruskan kalimatnya.


Mendengar pembicaraan itu, Manuh beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju ke dukun bayi itu. Manuh terdiam terdiam sesaat ketika melihatnya, mata Manuh berkilat-kilat menatap nanar. “Mahkluk apa ini?” begitu yang terlintas dalam benak Manuh. Seperti ada sengatan, dirinya diliputi rasa amarah dan ketakutan yang luar biasa.


“Buang dia! Buang!!!” kata Manuh, gemetar saking marahnya.
“Ada apa, Pak? ada apa ini?” Emi semakin tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi, sementara itu badan Emi kian melemah setelah melahirkan.
“Dia anak yang telah terkutuk. Tuhan mengutuknya. Dia aib bagi kita Emi! Lihatlah sendiri! Bawa dia, tunjukkan padanya!” teriak Manuh seperti orang yang sedang kesetanan.


Dukun bayi itu berjalan mendekati Emi sambil menggendong bayi itu. Hati-hati ia menurunkan bayi itu hingga berada tepat di sisi ibunya. “Aaaaaahhh….!!” Emi terpekik ketika melihatnya. Jeritan Emi mengundang perhatian Johan yang waktu itu berada di luar ruangan, ia mencoba menyeruak masuk dan melihat ketegangan di sana. Johan adalah adik laki-laki Emi. “Ada apa?” tanyanya pada sekeliling.
“Dia aib! jangan sampai orang-orang tahu kalau kita memiliki anak seperti itu. BUANG dia!” teriak Manuh dan kali ini semakin kalap dari yang sebelumnya.


Emi terlalu shock dengan kata-kata yang keluar dari mulut Manuh. Sungguh ia tak mengira jika suaminya begitu tega membuang anaknya yang baru lahir itu. Di sisi lain Emi hanyalah sosok istri yang takut pada suaminya. Ia tak berani memberontak, di dalam benaknya hanya memikirkan bagaimana cara agar anaknya tidak dibuang, namun dia juga mempercayai tentang kutuk itu. Bagaimana mungkin bukan kutuk jika setiap kali dia mengandung selalu keguguran. Sudah dua kali mereka mengalami kejadian seperti itu. Kini bayi mereka terlahir dengan kondisi yang tidak wajar. Pernikahan mereka tanpa restu orang tua, terlebih lagi para tetua sempat mengucapkan sumpah kutukan pada perkawinan mereka. Maka kelahiran yang tidak normal itu dianggap puncak pertanda tidak baik bagi mereka.

etca
18-11-2011, 01:47 PM
Melihat kondisi seperti itu Johan tak sampai hati melihat keponakannya yang masih bayi harus dibuang. Ia memutuskan untuk merawat bayi itu, dan menamainya Koba. Bukan hal yang mudah untuk mengadopsi Koba, karena istri Johan sempat tidak menyetujui dengan alasan sebelumnya mereka telah memiliki tiga anak laki-laki. Keluarga Johan memang bukan keluarga yang mampu. Walau Koba sejak lahir dia memiliki keluarga baru, tapi perhatian hanya ia dapatkan dari pamannya. Sedangkan bibi dan kakak-kakaknya disibukkan dengan urusannya sendiri.

* * *


Sesuatu terjadi dan ibu memohon pada ayah agar aku dapat dirawat oleh pamanku.” Koba berbicara tanpa mengedipkan matanya. “Aku tak mau mengenal orang tuaku kandung, meski di sisi lain aku tak mau munafik karena terkadang merindukannya.” kali ini Koba suaranya menjadi serak.


“Kenapa? dia orang yang melahirkanmu lantas bagaimana keluargamu yang lainnya? Tidak adakah yang membela kalian?” Roni secara beruntun memberikan pertanyaan.


“Hah! Membela? Mereka tak ada artinya bagi ayahku. Ayah boleh disebut sebagai penguasa tunggal di keluarga besar itu. Kamu tahu sendiri kan bagaimana seorang terpandang yang hidup di sebuah desa yang semuanya serba lugu. Dan ibu… ibu bukan seseorang yang pantas dibanggakan. Bahkan aku sangat membencinya!” tangannya mengepal dan bergetar menahan emosinya. Koba larut dalam emosi masa silamnya.


Koba yang waktu itu berusia 15 tahun mengintip dari celah lubang pintu. Sayup-sayup didengarnya pembicaraan antara pamannya dengan seorang wanita. Sebenarnya Koba tak berniat mencuri dengar, namun tatkala namanya sering disebut oleh wanita itu rasa ingin tahunya menjadi besar.


“Bagaimana kabar Koba? Dia sehat kan?”
“Baik, dia saat ini ada di dalam kamar.”
“Aku sering mencuri kesempatan untuk dapat melihatnya dari jauh.”
“Datanglah ke sini jika kau mau menemuinya.”
“Tidak, aku tak mau anak-anakmu tahu seorang pelacur sering ke sini.”
“Ssshhhh… jangan ucapkan kata itu di rumah ini.”
“Maaf, tapi itu juga alasanku. Aku tak mau Koba tahu ibunya seorang pelacur.”
“Ssshhh…. sudah… sudah….”
“Aku takkan pernah melupakan peristiwa itu, malam di mana laki-laki yang dulu aku cintai telah menjual istrinya untuk dilumat oleh laki-laki yang hanya menuruti birahinya. Tiap jengkal tubuhku sudah terlalu kotor untuk dibersihkan. Rasanya akan lebih baik begini, Koba mengetahui ibu dan ayahnya telah meninggal.”


“Aku memang ingin sekali memeluknya, tapi apakah pantas? Tidakkah nanti dia kaget jika tiba-tiba ibunya muncul? Aku ke sini hanya untuk mengantarkan ini,” dikeluarkannya sebuah kantong yang terlihat agak berat dan sebuah buku kecil.
”Ini semua adalah tabunganku selama ini, untuk semua biaya hidupnya jika kuliah nanti. Dulu kudengar ia ingin kuliah di Jawa saat berbicara dengan temannya.”
“Emi… lantas untuk hidupmu sendiri?”
“Gak usah dipikir, aku masih bisa mencari lagi, meski harus menjual diriku. Itu semua untuk anakku. Aku percayakan semuanya padamu.”


Lutut Koba menjadi lemas tatkala semua mendengar perkataan wanita itu. Ia mencoba untuk tidak percaya dengan semua yang telah didengarnya. Dicubitnya tangan kanannya keras-keras untuk menyakinkan bahwa dirinya tidak bermimpi. Lutut Koba tertekuk hingga merosot ke bawah dan bersimpuh di lantai. Sebuah kebenaran akan siapa orang tua kandungnya telah menghantamnya.


Ketika kekuatannya pulih, Koba berlari menuju pintu belakang dan terus berlari menuju pantai. Membiarkan kakinya menapaki pasir putih itu, sesekali ia menginjak kerang tapi itu semua tak dirasakannya. Di sanalah ia melampiaskan kesedihannya. Berlari dan berenang sekuat tenaga menghantam ombak.


“Mengapa selalu ada kebohongan!!!!” teriak Koba di tengah amarahnya pada hidup. Koba dihimpit dengan keadaan yang dia tak kuasa untuk memberontak.



* * *

etca
18-11-2011, 01:47 PM
Sesaat suasana kamar menjadi hening, ketika Koba selesai menceritakan sebagian kisah hidupnya. Hanya suara senandung petikan gitar yang sayup-sayup terdengar.


“Bayangkan saja, ayah bahkan sanggup menjual istrinya sendiri. Gila! dia menyerahkan istrinya untuk disetubuhi orang lain. Setiap hari dipaksa meladeni kaum adam yang mata keranjang. Para ******* itu hanya ingin mengecap tubuh tanpa tahu itikad arti cinta. Ah.. bukan kisah yang pantas untuk diceritakan. Dan yang lebih menyakitkan lagi aku mengetahui semua kejadian itu dari pembicaraan mereka. Entah entahlah… .” ada air yang mengenangi pelupuk mata Koba. Koba menahan diri untuk tidak menangis, hanya sanggup menelungkupkan badannya dan menyembunyikan wajahnya di lipatan ke dua tangannya yang menopang di atas sudut kedua lututnya. Roni hanya bisa terdiam dan memeluknya dari belakang.


Ketika Koba mulai bisa menguasai dirinya lagi ia melanjutkan ceritanya. “Tahukah kamu? dulu aku bahkan pernah dijemur oleh pamanku.” kata Koba sambil melemparkan pandangannya ke angkasa lepas. Ada sedikit mendung menaungi langit. Koba pun mengingat masa kecilnya.


Siang itu, pamannya duduk di teras depan hampir selama 2 jam. Diperhatikannya Koba yang sedang bermain kelereng sendirian. Johan kemudian berjalan menuruni dua anak tangga teras dan mendekati Koba.
“Koba, ikutlah denganku,” kata pamannya.


Koba kecil yang baru berumur 7 tahun tak mendengar ajakan pamannya, ia masih tenggelam dengan permainannya. “Koba!! dipanggil kok diam saja?” ujar pamannya dan kali ini suaranya agak lantang. Mendengar namanya dipanggil Koba lantas bergegas berdiri kemudian mengibaskan tangannya untuk membersihkan pasir yang masih menempel di tangannya. “Iya paman,” sahut Koba.


“Berdirilah di dekatku,” kata pamannya. “Jangan beranjak pergi sebelum aku minta,” katanya lagi. Koba kecil hanya berdiri menuruti perintah sambil menatap pamannya dengan kebingungan sebab ia tak dapat menangkap maksud pamannya itu. Matahari tepat di atas kepala, dan pamannya berdiri sambil menengadahkan kepalanya menantang matahari. Dia bergumam tak menentu. Bahkan airmatanya mulai menetes, dan lama-lama seperti anak sungai. Ada rasa yang berkecamuk di dalam diri Johan. Tapi Koba tak dapat memahaminya. Bahkan rasa ketakutan mulai menyetubuhi Koba, “Sudah gilakah pamanku ini? Mengapa dia berkata-kata sendiri? Apa yang dia tangisi? Bukankah dia sudah dewasa?” begitu banyak pertanyaan lugu yang tak mampu dijawabnya. Koba mulai berpeluh, ubun-ubunnya mulai berdenyut merasakan teriknya matahari yang tak tertahankan. Selintas dia menangkap gegrundelan pamannya, “Tuhan, Kami memang tidak memiliki apa-apa. Meski Koba memiliki ayah yang kaya raya tapi itu tak ada artinya. Hentikanlah derita Emi dan Koba. Apapun yang terjadi aku akan bela kakakku satu-satunya dan keponakanku ini. Bahkan jika perlu dagingku akan aku tebas untuk kebahagiaan mereka. Lindungi mereka Tuhan, aku percaya Engkau tak memberikan kutuk itu. Kutuk itu tak pernah ada! aku tahu perjalanan hidup Koba tak akan mudah, berkati dia Tuhan, terangilah jalannya, luruskanlah langkahnya. Tegur dia jika mulai melangkah di jalan yang salah. Hanya demi kemuliaanmu Tuhan….”


Pergumulan yang begitu hebat dari jiwa seorang paman melihat kondisi adik dan keponakannya. Dia merasa tak kuasa membelanya karena hanya dia satu-satunya anggota keluarga yang membela Emi dan Koba selebihnya tidak memperdulikan nasib mereka. Johan memasrahkan segalanya pada sang Pencipta, karena semua ini tak ada artiya tanpa campur tangan dari Tuhan.


“Ron, kau pikir aku minta dilahirkan?” tanya Koba.
“Heh, kok ngomong seperti itu?” Roni membelalakkan matanya mendengar ucapan Koba. ”Jangan ngawur kalau ngomong, … semua itu sudah diatur oleh Tuhan.”
“Trus siapa yang minta ibuku jadi pelacur? Bapakku membuang anaknya? Ron, apa kau pernah mendengar pertengkaran?”
“Pertengkaran? ya… hmmm pernah lah… itu… anak-anak yang sedang tawuran.” jawab Roni dengan terputus-putus.


Koba menggelengkan kepalanya dan meneruskan perkataannya, “Bukan… pertengkaran antara orang tuamu. Jadi kamu hanya bisa berdiam diri duduk di sudut ruangan. Jika kamu mengeluarkan sepatah kata, hanya akan menjadi sasaran mereka. Mau cerita, bingung, cerita pada siapa? segala sesuatunya harus kamu telan sendiri. Suara hardikan bibiku masih terngiang jelas… pusing jika memikirkannya. Sudahlah lupakan saja… ngomong apa aku ini.” Koba menghentikan perkataannya ketika tersadar tangan Roni memeganginya.


“Lanjutkanlah… keluarkan semuanya. Bukan berarti kamu menjelek-jelekkan mereka. Tapi ini semua demi kamu, demi ketentraman dirimu. Aku tak mau dirimu menyimpan dendam pada mereka.”


“Dendam?” Aku bahkan sudah lupa arti kata dendam dan marah. Bagiku semua itu percuma, bahkan malah menganakkan sebuah tamparan untukku dari bibi.” jawab Koba.
“Ibumu…?” tanya Roni lirih. “Blah!! dia lagi! membuat malu anaknya! Aku tak kan pernah mau mengakuinya. Sudah-sudah… aku tak mau membahasnya lagi.”
“Jaga cara bicaramu, Non…” ujar Roni.


“Ini dunia nyata bung!! Bangunlah! Saat ini kamu tidak sedang membaca cerpen tentang kesempurnaan seseorang yang bisa menerima segala kepahitan dengan keiklasannya. Hanya dongeng yang seperti itu.” ujar Koba ketus.



* * *



Kejutan apa lagi yang akan diterima oleh Koba dalam hidupnya?
Cerita apa yang akan dialami dalam kepergiannya?
Apa yang sesungguhnya terjadi pada Koba hingga ia dibuang?
Temukan jawabannya di kisah kelanjutannya

etca
18-11-2011, 01:48 PM
Hari-hari berkelibat sangat cepat. Koba dan Roni masih tetap bersahabat, meski Roni tetap saja tak mampu mengubah tabiat Koba yang seringkali menikam hari dengan kebencian di balik kerinduannya pada kebenaran. Lembaran kisah pahitnya hanya akan menyisakan luka, dan hari ini Koba kembali dihadapkan pada sesuatu yang sama sekali tak diduganya.


“Ada seseorang yang ingin menemui,” kata Bapak kost.
Koba bergegas ke ruang tamu, dan di sana dilihatnya Roni bersama seorang wanita berusia sekitar 40 tahunan. “Siapa dia, Ron?” tanya Koba dengan alis yang terangkat.
Mata wanita itu bergenang dan pada akhirnya terjatuh ketika melihat Koba.
“Aku bertemu dengannya tadi di kampus, katanya mencari kamu. Jadi sekalian saja aku antar ke kostmu.” jawab Roni.


Koba meresah tak menentu ketika melihatnya, ingatannya masih jelas tergambar dalam bayangan pelupuk matanya. Wanita itu adalah….
“Koba, aku ini ibumu….” begitu lirih suara itu keluar dari mulut wanita itu.
“Apa!!!” Koba terbelalak. “Tidak!! tidak mungkin!! ibuku sudah meninggal!!” Koba menyangkal ucapan wanita itu dan membalikkan tubuhnya berjalan menuju kamarnya, tapi baru dua langkah… .
“Koba!!” Roni setengah berteriak. Tangan Roni langsung mencengkeram bahu kanan Koba hingga Koba refleks membalikkan kembali tubuhnya.
“Apa-apaan kau ini? ibumu sudah jauh-jauh datang dan diperlakukan begitu saja?” tanya Roni.


Wajah Koba memerah menahan gejolak emosinya, “Tanyakan ke dia? tanyakan!! kenapa dia sampai hati membuang putrinya? Dia pikir uang mampu selesaikan segalanya? Dia pikir aku akan berhutang padanya karena dia menanggung biaya kuliah dan hidupku di sini? Tanyakan ke dia, Ron? Tanyakan apa dia selalu ada saat aku membutuhkan dia? Apakah dia bisa merasakan perihnya hatiku saat orang-orang mengucilkanku? Apa dia tahu kebingunganku atas semuanya yang semu? Dan mengapa dia masih terus saja melacur sementara ia tahu bahwa itu tidak bermoral! Tanyakan ke dia?!! bukan ke aku?!!”

etca
18-11-2011, 01:48 PM
Tiba-tiba… “Plaakkk.” Saking kagetnya Koba tidak bisa bereaksi, badannya sempat agak terhuyung karena tamparan yang keras itu. Koba memegangi pipinya, derai air matanya kini sudah tak tertahankan lagi. Tumpah ruah seperti hatinya yang menjadi porak poranda saat itu. Koba menoleh ke arah Roni dan berkata, “Lihatlah wanita itu justru menamparku, Ron?”


“Cukup! sudah... sudah… hentikan… aku akan pulang…, aku ke sini hanya untuk menautkan kembali hubungan yang seharusnya terjalin. Tapi jika anakku sendiri tak mau menerimaku.... tidak mau mengakui aku ini ibumu.. ya sudah.. ibu yang salah… ibu memang tak pantas jadi ibumu.. ibu hanya akan bikin malu kamu… .” kalimatnya terlontar tanpa henti di sela-sela tangisnya.


“Dia ibumu Koba, sadarlah… dia itu ibumu?” kata Roni.
Koba tak mengeluarkan sepatah katapun. Matanya menjadi sayu dan hanya mampu menggelengkan kepalanya. “Dia bukan ibuku Ron, dia bukan ibuku…” kata-katanya nyaris tak terdengar.


Roni hanya bisa menarik Koba hingga masuk dalam dekapannya. Tapi Koba berusaha memberontaknya dengan memukul-mukul dada Roni. “Dia bukan ibuku, Ron. Selama ini aku harus menjalani semua kepahitan ini sendirian, aku benci dia… aku membencinya…,” ujar Koba.


Roni berhasil mendekapnya dan mengelus kepala Koba, mencoba mengerti tentang galau yang sedang dipergumulkan oleh sahabatnya itu. Kobapun terisak dalam pelukan sahabatnya.
“Ibu pulang saja…,” kata wanita itu.
“Maaf atas semua kejadian ini…” kata Roni.
Wanita itu hanya menganggukkan kepala dan Roni menatap kepergiannya hingga lenyap dari pandangan. Semua telah terluka, wanita itu pergi dengan hati yang nyeri karena kata-kata putri tunggalnya yang tak mau menerimanya. Semuanya tak mudah untuk dipahami dan dimengerti.



* * *

etca
18-11-2011, 01:49 PM
Sebulan kemudian, mendung telah penjarakan matahari siang itu hingga teriknya tak sepanas kemarin. Sekretariat Ekonomi baru saja mendapatkan sebuah berita dari Makkasar. Dan Roni hanya mendapati kabar itu yang telah ditempelkan di papan pengumuman. Sebuah kabar duka, bahwa pamannya yang bernama Johan telah meninggal. Roni tak bisa membayangkan bagaimana keadaan Koba, karena pamannya adalah sebuah dunia bagi Koba. Satu-satunya tempat yang dimiliki Koba. Roni bergegas ke kost Koba. Tapi Koba tak juga dapat ia temui di sana, juga di pondok mapala sebagai rumah keduanya. “Akan makin sulit dicari…” gumam Roni.


Sementara itu angin mengibarkan rambut cepak Koba yang sedang duduk hampir di mulut angkutan pedesaan berwarna kuning hijau itu. Koba membiarkan dirinya mengembara seperti halnya pikirannya. Kematian pamannya membuat kehilangan gairah untuk hidup. Ia tak lagi memiliki seseorang yang peduli dengannya dan menerima dia apa adanya. Bersama alam membuatnya tenang, karena alam tak pernah memberontak keadaannya. Alam bisa menemani dan memahaminya dengan setia. Naluri kelelakiannya tumbuh dan menempanya untuk kondisi apapun. Membuatnya tegar dengan segala yang ia hadapi. Sekilas Koba memang mirip seorang lelaki, hingga tak jarang dalam perjalanannya disangka laki-laki.


Tapi Koba hanyalah manusia biasa. Setangguh apapun dia mempunyai kepenatan. Berlelah-lelah mencari sesuatu yang dia sendiri tak tahu pasti. Dan sore itu memaksanya singgah di sebuah kampung untuk melepaskan penat. Koba melihat ada sebuah warung makan di seberang jalan, di sana ia memesan sepiring nasi dan segelas teh hangat. Setelah selesai makan Koba lantas menanyakan harga yang harus dibayarnya, “Berapa Bu semuanya?”
“Tiga ribu rupiah, Mas,” jawab ibu penjual makanan.
“Ini uangnya, eh ya.. Bu numpang tanya, di sekitar sini apa ada penginapan murah?”
“Ada nak, sekitar 350 meter dari sini.” sambil menunjukkan ke arah barat. “Di sana…”
“Terimakasih, Bu. Permisi.” pamit Koba dan ibu itu membalasnya dengan senyuman yang ramah.


Suasana yang seperti inilah yang disukai Koba, seperti tanpa ada masalah. Manusia sibuk dengan kegiatannya untuk memutar roda kehidupan tetapi masih peduli dengan sekitarnya. Ada nuansa keteduhan di mata ibu penjual warung itu. Koba mengambil tas ranselnya yang tergeletak di samping kursi tempat ia duduk lalu berjalan mencari penginapan itu. Sesampai di daerah yang dimaksudkan ibu itu tadi, lagi-lagi Koba tersenyum di ujung bibir.


Tiba-tiba bahunya dicolek dari belakang. “Mas, ayo… cuma dua ratus lima puluh ribu saja kok.” Suara lain juga ikut terdengar “Mampir mas, dijamin puas… .” Koba mengedarkan pandangannya. Di desa mana ada penginapan? kalaupun ada ya seperti inilah yang ada. Sebuah kawasan “remang-remang”. Di depan sebuah kamar terlihat seorang wanita menggunakan gincu merah menyala sambil mengelus-elus betisnya dan mencukur bulu kakinya. Ada lagi yang di sudut itu tengah asyik memotong kuku, sedangkan bajunya dibiarkan agak terbuka di depan bagiannya. “Siapa pengurus penginapan ini?” tanya Koba. Wanita yang ditanya Koba hanya berdehem genit lalu berkata, “Di sana mas, jangan lupa nanti malam mampir sini.”


Setelah mendapatkan kamar untuk bermalam, Koba merebahkan tubuhnya di ranjang yang terletak di sudut ruangan itu hingga terdengar suara derit. Belum lama ia berbaring pintunya diketok oleh seseorang. Koba lantas terbangun dan membukakan pintu, katanya “Ada apa?”
“Kalau tak ingin ditawar jangan keluar dari kamar sore ini. Sebentar lagi mereka akan mulai bertransaksi,” jawab lelaki itu.


Koba hanya menganggukkan kepalanya. Kembali direbahkannya tubuh penatnya di dipan kayu itu. Belum lama ia berbaring pikirannya terusik oleh aktivitas di luar kamarnya. Koba mendekati jendela kamarnya. Sedikit disingkapkannya tirai yang menutupi jendela. Ia mengintip kejadian di luar sana. Dilihatnya orang-orang mulai berdatangkan bahkan ada beberapa bencong. “Kasihan sekaligus menjijikkan…,” gumamnya. Mengais uang dengan mengorbankan moral mereka. Atau mungkin mereka telah terbiasa dan nyaman melakukan itu semua? Koba menebarkan pandangan ke sekeliling halaman depan. Lelaki tua yang lebih pantas disebut kakek sedang berbicara dengan wanita montok yang tadi menunjukkannya kantor penginapan itu. Koba lebih tertarik mengamati tiga bencong itu daripada yang lainnya. “Hmmm lelaki yang ingin menyeberangi jiwanya.” batinnya berkata sendiri. Siapa yang pantas disalahkan? Padahal mereka tak minta untuk dilahirkan seperti itu. Kelenjar tubuhnya memproduksi hormon estrogen lebih dominan dari pada testoteron. Salah siapa mereka berdandan ala perempuan? Nalurinya yang membuat dia berbuat seperti itu. Lantas jika dia menjajakan tubuh di kawasan remang hingga aparat mengejarnya. Itu salah siapa?”


Koba termangu. Pikirannya terbayang almarhum pamannya. Seseorang yang memberikan kesempatan padanya untuk hidup yang lebih baik. Seandainya dulu Koba terlantar bukan hal yang tak mungkin Koba juga akan menjadi bagian dari mereka. Panti Asuhan hanyalah sebuah pilihan, tapi seseorang pasti lebih menginginkan kemerdekaan. Kemerdekaan yang seringkali menjadi alasan anak-anak melarikan diri dan hidup di jalanan. Mencoba bertahan melawan arus hidup yang keras. Di sini tak ada lagi teori tentang hidup. Segala sesuatunya langsung praktek. Pertanyaan tentang “Aku ini anak siapa?” tak kan mungkin terlontar. Yang ada di kepala hanya bagaimana mendapatkan makanan hari ini. Tak peduli cara mereka, yang penting bisa makan! Sisi moral dan kemanusiaan tersingkirkan.

etca
18-11-2011, 01:50 PM
Koba mengerjapkan mata, ia berusaha mengusir bayangan itu dengan menggelengkan kepalanya. Tetapi bayangan ibunya yang kini muncul. Mengapa? hanya itu yang ada di benaknya. Mengapa ibu masih saja menjual diri ketika tahu hal itu bukan hal yang baik? Apakah karena seks itu enak dan nikmat? ataukah karena uang yang dikumpulkan untuk biaya kuliah dan hidupku? Perut Koba menjadi mual memikirkan itu semua. Koba benar-benar muak melihat kenyataan seseorang yang melahirkannya harus merelakan tubuhnya untuk dinikmati lelaki yang penuh nafsu. Koba menelan ludahnya sendiri dan berperang melawan dirinya sendiri. Dirogohnya saku celana, ia menemukan bungkusan kecil dari kertas koran. Barang lawas miliknya yang masih ia simpan berbulan-bulan lamanya. Dibukanya bungkusan itu, ia hanya menatap kosong. Pikirannya galau, untuk siapa lagi hidup ini diteruskan? Daun kering itu dimainkannya dengan jempol dan telunjuk kanannya. Terlintas dalam pikirannya untuk menyampurkan daun kering itu ke dalam rokok yang tadi dibelinya. Mata Koba terpejam, tangannya mulai bergetar… bayangan-bayangan mulai berkelibat hebat. Bayangan ibunya yang memberikan setumpuk uang pada pamannya, bayangan pamannya bersumpah di bawah terik matahari, bayangan kawannya mengusir dari kamar kost, bayangan ibunya yang mendatanginya dan terakhir bayangan Roni sahabatnya.


Sembilan purnama yang lalu Roni memergokinya, “Apa-apaan ini!!” teriak Roni. Koba hanya bisa menatap lemah, tangannya masih memegang rokok terakhir Dji Sam Soe. Satu bungkus dihabiskannya berturut-turut hingga mulutnya terasa panas terbakar dan meninggalkan sisa warna semburat kehitaman. “Gilaa kau ini!, untuk apa bersedih dalam kesendirian? Hanya berdiam sambil merokok begitu. Kau ini cewek!” direbutnya rokok itu dari tangan Koba. “Non, kalau ada masalah itu cerita! CERITA!!!… kamu ini punya kawan, buat apa kawan kalau kamu hanya menyimpan kesedihanmu sendiri?” ujar Roni. Koba hanya bisa terdiam. Diam-diam Koba menyiratkan keheranan, mengapa Roni masih saja mau berkawan meski saat itu jelas-jelas ia menghisap rokok dan ganja. Bukan hanya sekali saja, bahkan Roni juga pernah mempergokinya yang sedang menikmati heroin. Heroin yang dicampurkan dalam air dan dengan bantuan tusukan ujung jarum suntik yang digerakkan dengan arah memutar untuk mendapatkan sensasi yang lebih nikmat.


Dadanya makin sesak, ketika dia mengingat keberadaan sahabatnya itu. Seseorang yang setia menemaninya, seseorang yang dikirimkan oleh Tuhan dan Tuhan bekerja melalui sahabatnya. “Tuhan baik sekali denganku….…” gumamnya. Entah mengapa ia merasakan sentuhan kasih yang tak terjemahkan. “Perjuanganku belum selesai,” katanya.



* * *

etca
18-11-2011, 01:50 PM
Roni menghentikan laju motornya ketika mendengar ponselnya berdering. Ia segera menjawab telepon itu. “Ron, ini aku.” dari seberang terdengar suara Koba.
Roni sangat terkejut tatkala mendengar suara Koba, “Di cari ke mana-mana tak pernah ada. Sekarang ada di mana?”
“Sudahlah.. sekarang aku di stasiun, tiga puluh lima menit lagi keretaku berangkat. Temui aku kalau kau bisa.” Klik. Telepon diputus oleh Koba tanpa memberi kesempatan pada Roni untuk bertanya lebih banyak lagi.


Roni segera melaju sepeda motornya dengan kecepatan tinggi ke stasiun. Sesampainya di sana, dengan nafas terengah-engah Roni memasuki peron dan berjalan mengelilingi stasiun mencari Koba. Di salah satu bangku peron tampak Koba melambaikan tangan ke arahnya.
“Hey… akhirnya ketemu juga, mau ke mana?” tanya Roni sambil mengatur nafasnya setelah berlarian dari tempat parkir.
“Ke Surabaya, kapalku berangkat dari sana. Aku ingin menemui ibu…”
“Pulang ke Makassar? Kamu baik-baik saja kan? Perlu aku temani ke sana?”
“Hush! Gak usah lah.. Santai saja, aku baik-baik saja kok.” jawab Koba, selintas dia tersenyum melihat sebegitu besarnya perhatian yang diberikan oleh sahabatnya.


Perbincangan mereka terhenti ketika terdengar suara operator kereta api yang mengumumkan bahwa kereta akan berangkat lima menit lagi.
“Masuk ke kereta gih, nanti ketinggalan.” kata Roni, sambil terus memandangi Koba. Dalam hatinya ia kagum akan ketegaran sahabatnya. Ia juga melihat sahabatnya nampak kian gagah seperti anak lelaki.
“Ron, bacalah jika nanti kamu sudah sampai di kost. Aku sebenarnya tak yakin apakah nanti aku akan kembali untuk meneruskan kuliah. Lihat situasi di sana.” kata Koba sambil menyerahkan sebuah amplop pada Roni.
Roni menerima surat itu, “Lho kok? Berjanjilah untuk kembali.. please.”
Koba menggeleng lemah, “Aku tak bisa janji, sorry.” Koba membalikkan tubuhnya untuk masuk ke gerbong keretanya. Langkahnya terhenti dirasakan tangan kanannya tiba-tiba ada yang memegang. Ia memutar tubuhnya, hingga keduanya kembali berhadapan.
“Berjanjilah untuk kembali atau nanti aku susul ke sana,” kata Roni “please…,” sambungnya.
“Jangan membuat berat pertemuan ini, Ron. Aku belum tahu apa yang akan terjadi dengan diriku. Dan bagaimana kelak.” Koba berusaha melepaskan genggaman Roni. Tapi Roni justru semakin menggenggam erat dan tiba-tiba dipeluknya tubuh Koba.
“Berhati-hatilah. Tuhan memberkatimu.” dibisikannya di dekat telinga Koba.


Koba tersenyum pada Roni, kemudian berlalu memasuki gerbong keretanya. Roni masih menatap Koba dari balik jendela kaca kereta yang itu. Dalam duduknya di kereta Koba membayangkan dirinya sedang berdiri di pinggir kapal. Kecipak air dan debur ombak berlomba-lomba menyapa dirinya. Air laut begitu biru, ada rasa damai kala memandang lepas. Ia membiarkan dirinya pergi dibawa oleh kapal tua itu. Mencari jati diri dan menemukan kedamaian di dalam diri serta sekelilingnya.

etca
18-11-2011, 01:50 PM
Sesampainya di kost, Roni segera merobek sisi surat itu. Ia menemukan sebuah artikel yang diambil dari sebuah situs internet. Roni melihat beberapa gambar foto dari bayi hingga orang itu berusia 49 tahun, diperhatikannya perubahan fisik yang tampak di gambar itu. Ternyata ada secarik kertas lain berisi tulisan Koba, Roni segera membacanya:


“Ron, jaga rahasia terbesar dalam hidupku. Inilah diriku yang sebenarnya, seperti yang dikisahkan oleh Lynn Edward Harris dalam hidupnya di artikel ini. Hal itulah yang menjadi alasan mengapa aku menjadi “begini”. Jangan cemas, aku akan baik-baik saja. Terimakasih untuk semuanya.”


“Ya… Tuhan…. ,” Roni masih setengah tak percaya dengan apa yang sedang dibacanya. Born True Hermaphrodite*), judul artikel itu.***



TAMAT


catatan penulis:
*) TRUE HERMAPRODITE adalah
Suatu kelainan, di mana seseorang yang dilahirkan dengan memiliki dua alat kelamin. Label DNA kromosom (karotype) dapat berupa XX (female), XY (male), XX/XY (mosiac) atau XO (extremly rare). XX dengan gen female tumbuh menjadi seorang wanita (dapat melahirkan). XY dengan gen male tumbuh menjadi seorang lelaki (ayah dari anak-anaknya). Seseorang yang lahir dengan XX/XY atau XO (dengan gen male atau female akan tumbuh sesuai dengan seksualitas yang diinginkannya). Mereka yang terlahir dengan gen yang membingungkan harus melakukan serangkaian tes kedokteran. Dokter kemudian merekomendasikan agar segera dioperasi untuk kondisi fisiknya seperti yang disetujui olehnya. Kondisi ini ditemukan pada perbandingan kelahiran 1:25.000. (Jurnal Kedokteran New England, 01/14/98).
* Sumber: Hermaprodite Education and Listening Post.





Sebuah kisah fiksi yang dibuat manakala hadir dalam sebuah ingatan tentang seseorang. Perkenalan yang hanya sepintas namun menyiratkan keramahannya yang luar biasa. Dan tanpa sengaja mengetahui rahasia terbesarnya, sebagai True Hermaprodite.


Mungkin ini sebuah teriakan ketika mendengar bahwa “mereka” tak pernah adil padamu. Ke manakah rasa kemanusiaan yang selama ini digaungkan? Di tengah kebingungan akan jati dirimu apakah hendak menyeberangi raga dan jiwa sebagai perempuan atau lelaki, tak seharusnya kamu berjuang sendirian. Meski semua organmu berfungsi, tapi keinginanmu untuk selamanya menjadi seorang perempuan sesuai identitasmu saat ini sepertinya takkan mudah. Karena terakhir kalinya kabarmu terlihat, hormon itu juga tengah mencoba mendesakmu menjadi raga dan jiwa seorang lelaki seutuhnya.


Ah… tak seharusnya aku cemas seperti ini. Aku memang bukan orang religius, namun aku percaya Tuhan akan berikan yang terbaik untukmu. Meski kini kabarmu telah senyap dalam keentahan, semoga kau bisa lalui semua kesesakan dan damai menyertaimu.





Seperti kata Aristoteles, bahwa sastra atau cerita fiksi mempunyai kekuatan untuk memanusiakan kembali manusia. Karena sebenarnya cerita atau sastrapun merupakan “kenyataan” yang mempunyai muatan pembelajaran bagi manusia.

etca
18-11-2011, 02:14 PM
QUILTY


http://farm3.static.flickr.com/2246/2414351537_3243c02d0d.jpg?v=1208221699




Ternyata ada yang terlepas dari ingatanku. Ketika aku menyapa adikku yang berada di kota sebelah. Aku baru ingat akan skillnya. Kemampuan yang harusnya aku manfaatkan untuk membantu pekerjaan tambahanku. Dan tentunya aku bisa sekedar ikut 'nyawer' biaya kuliahnya, dengan alasan karena sudah membantuku. Meski tak seberapa. Karena dia memang membiayai kuliahnya dengan uangnya sendiri. Tidak meminta orang tua. Apalagi aku pernah mendengar dari orang lain, bahwa dia sakit. Ada sesuatu di tubuh kewanitaanya. Dan untuk biaya berobat dia pending karena tingkat kepentingannya saat ini adalah dia harus segera menyelesaikan kuliahnya. Agak klise memang. Itu lah sebabnya aku baru teringat ketika aku menyapa dia sore ini. Mengapa aku mengajak orang lain? Sekalipun orang lain itu juga kawan karib.


Duh! Mengapa aku melewatkan dia? Apa karena dia adalah adik yang kutemu dari dunia maya? Perempuan yang tak pernah kutatap. Namun pernah kuberikan suatu kepercayaan padanya? Perempuan yang sudah membuatku jatuh cinta untuk bersimpati padanya. Lekuk suaranya yang polos ketika pertama kali aku menelpon dirinya. Suara anak yang terbangun dari tidurnya padahal aku menelpon dia baru pukul 21.00 untuk menanyakan sesuatu. Boleh dibilang aku sangat jarang bersua dengannya via telepon. Baru dua kali malah. Dan yang terakhir ketika dia menyapaku saat diriku tepar di kotaku garagara tipes. Di sana sangat jelas medok ala Jawanya. Sungguh! Itu membuatku terbahakbahak ketika menyadarinya dan berubah aku meledek perempuan itu dengan gemas. Entahlah, seperti menemukan adik baru setelah aku banyak kehilangan adik yang ku temu di Kampus.


Atau perlukah kuajak keduanya? Jadi ketika ketiganya bersinergi akan menghasilkan yang terbaik. Agar kerja tambahan yang pertama kali di bidang ini, memuaskan si pemberi side job. Dan kelak dia akan mengajakku lagi karena dia puas dengan hasil pekerjaan kami. Mungkin demikian. Semoga.


Saat ini aku belum terlalu peduli memiliki seluruh uangnya. Bukannya tak butuh. Aku juga harus mencicil menabung uang kontrakan rumah, dsb. Meski tak jarang aku juga kebobolan untuk halhal yang tak perlu. Hanya saja aku tak ingin jadi budak uang. Seorang kawan karib dari Solo mengingatkanku hal itu via sms jelang keberangkatanku ke Jakarta 2,5 tahun yang lalu. Mengerikan memang bila melihat kehidupan kaum konsumtif, kaum kapitalis, serta kaum borjuis. Di sini aku hanya ingin diingatkan untuk belajar sesuatu yang baru, belajar bekerja sama dengan orang lain, dan belajar membangun jejaringan dari benihbenih yang kecil dulu. Agar beban yang disandang tak terlalu berat.


Semoga Gusti beri restu... .

etca
18-11-2011, 02:15 PM
Sebuah Perjalanan : Semarang


http://i278.photobucket.com/albums/kk120/etcakk/TEMP/Re_Aya095.jpg


Roda baja itu, akhirnya membawaku kembali ke sebuah perjalanan. Kali ini ke sebuah kota yang bernama Semarang. Boleh dibilang ini tanpa rencana. Kamis malam, ide ke Semarang itu baru tercetus. Dan malam itu juga aku mengajak seorang kawan. Gayungpun bersambut. Dia mengiyakan ajakanku sekalipun pada awalnya dia protes mengapa begitu tibatiba.


Kabeh iku ono titi wancine., mengutip kalimat yang pernah dilontarkan oleh seorang kawan. Setelah perjalanan berakhir, aku baru menyadari. Ini bukan sekedar perjalanan mengunjungi beberapa orang kawan. Ada begitu banyak chemistry yang terkuak. Dan mengingatkanku bahwa perjalanan kemarin begitu banyak diberkati oleh Tuhan.


kulo nuwun,
punapa pareng kulo lerem dateng mriki kagem leyehleyeh


Forum berbahasa Jawa itu begitu sepi, namun lamalama aku menjadi demit penunggu thread itu hingga sekarang. Hanya satu thread, bermula dari page 114 dan sekarang 247 halaman. Kali ini aku mencoba melihat ke belakang. Hmmmm... *sambil memejamkan mata*. Dari awal rasanya aku sudah merasa, akan ada 'sesuatu' yang terjadi dan aku akan mengetahui tentang kehidupannya.


Jika manusia lebih memilih 5 + 5 = 10. Maka aku akan memilih 3,5 + 2,25 + 3,25 + 0,75 + 0,25 = 10. Itulah jalan sebuah kehidupan. Agak panjang tanpa jalan pintas, tanpa kata instant. Pecahan itu simbol ketidak sempurnaan. Tapi ketidaksempurnaan dan ketidaksempurnaan itu jika menyatu akan bersinergi menjadi kekuatan yang penuh. Dan akan indah pada saatnya. Iya, begitulah cara Sang Khalik untuk menempa kita bagaikan sebuah bejana yang siap dibentuk.


Iya, begitulah cara Sang Khalik untuk menempa kita bagaikan sebuah bejana yang siap dibentuk. Meski cara yang Dia pilih. Bukan seperti cara yang kita inginkan. Dan seringkali ketika doadoa mencoba untuk dirapalkan namun tak pernah ada jawaban atas doa itu. Lalu manusia menjadi apatis karenanya. Cobalah untuk mencoba kedalaman. Bukankah berkatNya datang dan mengalir? Kalau saja kamu mengerti, bahwa perjalanan kita kemarin, bukan karena rencanaku semata. Tapi tentu sudah Dia pilihkan saat yang tepat agar kamu dapat bercerita banyak hal, membagi kisahmu agar beban yang kau tanggung tak kausimpan sendirian. Di sepanjang perjalanan kereta, saat kisah kamu bagikan. Terimakasih untuk segala kepercayaan yang telah kamu berikan kepadaku.


Sms seorang kawan di Semarang, baru hari itu dia kupertemukan dengan adhi lanangku yang terkesan kocak namun sebenarnya hatinya rapuh.
"Titip adhiku lanang siji iku yo kang."


Ketika kudengar kamu berdendang di perjalanan pulang. Sungguh hatiku miris dan ingin menangis dalam hati dibuatnya, dan seketika itu juga aku sms seorang kawan yang berada di Semarang. Ketika cerita milikmu berlanjut. Seketika itu aku seperti berkaca melihat diriku sendiri yang di masa lampau ada pada dirimu. Sekalipun cerita kita sesungguhnya berbeda. Tapi caramu menerawang melihat sisi jendela, sama seperti bingkai kaca jendela kereta api pramex solo - jogja yang menjadi saksi bisu kenangan milikku. Ketika ceritamu semakin jauh, tangan kananku kulingkarkan ke pundakmu. Aku memeluk tubuhmu. Sampai pada kisahmu yang membuat darahmu menggigil, aku menyendengkan kepalaku ke kepalamu, ku bisikkan katakata di telingamu. Dan kamu mengeluarkan katakata apatis milikmu. Aku tak menyalahkan sikap apatis pada Tuhan, masih mampu bertahan hidup karena mengingat kedua orang tuanya dan keinginan dia untuk mampu membalas dendam. Aku tak menyalahkannya, karena aku pernah di kegalauan mirip milik dia. Ada bulir matanya yang menitik, kuangkat tangan kiriku menyeka air yang menetes. "Duh Gusti, kuatkan adhi lanangku ini untuk melewati semuanya ini... ."


Perjalanan pulang itu begitu menyita tenaga. Kami pada akhirnya samasama tertidur, barangkali terlalu letih karena kami baru tertidur subuh pukul 2.30an dini hari. Ketika aku terbangun, aku masih mendapati dia tertidur pulas. Lalu saat dia terbangun dia kembali menerawang. Aku terdiam speechless. Diamdiam aku memperhatikan dia lagi, tangannya ditangkupkan di atas tasnya. Mana tega diriku melihatnya demikian? Langsung kuraih telapak tangannya, kugenggam tangan kanannya. Begitu lemah, tanpa energi. Aku tak merasakan energi apaapa dalam genggaman itu. Sama seperti ketika perjalanan yang kulakukan ke sebuah kota yang bernama Purwokerto lima tahun yang silam. Tapi bukankah dulu yang kugenggam adalah tangan seorang ibu yang sudah koma 3 bulan? Sementara ini, ini seorang lelaki yang betulbetul sehat, sekalipun jiwanya mungkin dia biarkan untuk mati.


Katakata masih bisu, aku menoleh ke kanan, melihat bingkai kaca itu. Dan mataku mulai berkaca. Kembali kurapalkan sesuatu di sini, sesuatu yang katanya bernama sebuah doa. Aku bukan orang religius, tapi aku meminta padaNya agar adhiku lanang dimampukan untuk melewati semuanya ini. Agar jiwanya memiliki damai sejahtera sekalipun masih banyak yang membadai di atas piring kehidupannya.


Pada hari yang sama, masih di perjalanan kereta api, aku juga teringat pesan singkat masuk dalam ponselku pada pukul 14.30. Perempuan di kota asal, menangis tersedu. Ada apa lagi ini? Sungguh aku tak mau mendengar lagi perempuan itu menengak 40 pil CTM untuk mencoba bunuh diri. Tuhan pernah tolong dia. Tuhan selamatkan jiwa dia. Juga lelaki yang pernah jadi kekasih dia, Tuhan tolong dia juga saat lelaki itu mencoba menggores urat nadinya. Tapi darah yang keluar belum terlalu banyak rupanya. Dan adhiku lanang. Adhiku lanang yang kuceritakan di atas, juga pernah menuangkan isi baygon cair ke dalam gelas. Hampir saja dia menegak isi gelas itu.
Duh, lelakon urip pancen macemmacem... .


Perjalanan kemarin, semua begitu lancar dan dimudahkan. Aku bertemu dengan beberapa orang kawan. Meski ada beberapa yang batal bertemu. Bahkan ada perasaan yang begitu amazing ketika perjalanan siang itu sama sekali tidak gerah karena langit teramat mendung. Sama persis ketika perjalanan di Purwokerto yang saban hari hujan datang, tapi mana kala aku ke sana, Tuhan memberkati perjalanan itu dengan menyingkirkan hujan agar aku sama sekali tak kehujanan hari itu.


Aku begitu diberkati oleh Tuhan karena memiliki kawankawan yang begitu baik, seperti sebuah keluarga sendiri rasanya. Memberi tumpangan untuk mandi, makan, dan tidur, juga menemani sepanjang perjalanan. Sungguh itu adalah berkat Tuhan yang luar biasa.


Dan pada seorang kawan yang baru saja menjadi karib. Baru bertemu sekali itu. Terimakasih untuk semuanya kawan. Kamu menjemput kami subuhsubuh, dan menemani kami di saat kamu tak bekerja. Maaf aku telah menyeretmu dalam sebuah perjalanan dengan kegilaan bersama balakurawaku. Memaksamu agar kami mewarnai wiken milikmu kemarin. Bukankah itu justru akan membunuhmu? Kami datang begitu tibatiba lalu kami pergi begitu tibatiba pula. Dan meninggalkanmu sendirian di sebuah tepian sepi milikmu. Sekali lagi *maaf*.

etca
18-11-2011, 02:15 PM
Psssttt.... Anakanak Berlarilah Kencang


http://i278.photobucket.com/albums/kk120/etcakk/1256095208_292a70c121.jpg
Psssttt, maukah kubisikkan sebuah rahasia?
Kamu tentunya menganggukanggukan kepala sambil tersenyum padaku.








http://i278.photobucket.com/albums/kk120/etcakk/2630394611_ac23bfc911.jpg
Anakanak berlarilah kencang.
Buatlah tarian di sela hujan deras yang mengguyur.
Agar doadoa kecilmu berkelibat menebas rinai.




Anakanak sebelah sedang tebaktebakan siggy yang bertanda asterik. Kay baru menyadari kalau tanda asterik yang dibuat adalah bagian dari kata yang ingin dia sembunyikan. Tumben pikiran Kay tidak ke sana, sekalipun ketika pertama kali melihatnya Kay melihat sesuatu yang janggal. Ya, Kay mencium sesuatu yang sengaja ditulisnya meski Kay tak menyadari itu apa.


Sore ini deru hujan begitu deras. Ngilu sesungguhnya mengingat Kay tak membawa jaket yang biasanya. Hanya karena mengenakan seragam kantor dan berencana hendak mampir mengambil something di Cililitan usai kerja. Tentu saja harus menutupi katakata yang tertera di punggung dengan jaketnya. Makanya Kay memilih jaket yang tipis. Tapi hari ini hujan begitu deras, dan boleh dibilang Kay adalah manusia yang 'takut' hujan. Apalagi angin yang menderuderu itu serasa menabrak dada yang tak boleh kena dingin.




http://i278.photobucket.com/albums/kk120/etcakk/70271208_ebdefc7c93.jpg
Kay sedang ngilu. Ada banyak yang berkelibat di kepalanya. Dan Kay lebih suka hidup di dunianya sambil mengerjakan banyak hal. Kay sendiri adalah manusia dengan short memory disorder. Duh, banyak halhal terlupa hanya karena too complicated things.




http://i278.photobucket.com/albums/kk120/etcakk/243476206_6ba57e8b3f.jpg
Medio yang pernah ditulis June 16th, 2006.
Cibubur, aku tiba di kawasan itu. Seorang perempuan menggendong bayinya. Bayi berusia 4 bulan tapi fisiknya seperti 8 bulan. Katamu, "Kakeknya belum lihat loh." "Cepat sekali waktu berlalu… sepertinya baru saja kamu kemarin meninggalkanku di ringroad saat kita kehabisan bensin malam itu." Dan ku lihat kamu menghela nafas. Tubuhmu menjadi sangat gemuk, kamupun gundah sekalipun kisah tak lagi kamu bagi seperti dulu. Aku mengerti. Kita sudah lagi tak sama seperti dulu. Dan sekalipun kita terlanjur seperti saudara, tetap saja haru mencekat lidah saat kau katakan tentang apa saja yang kau lakukan untukku. Tentang doamu, di atas segala keinginanmu. Sungguh aku tak tahu harus berkata apa. Kamu hanya bisa menatap ekspresiku yang terdiam lalu memelukmu erat. "Terimakasih…", hanya itu yang bisa kukatakan. Ini memang pergumulanku… .

Bayi itu kini berusia 3 tahun, sedang tergolek sakit. Infeksi selaput otak. Sesuatu yang Tuhan ijinkan. Kay sendiri tak pernah tahu, ada banyak pergulatan yang bertubitubi di sana?




http://i278.photobucket.com/albums/kk120/etcakk/243920059_4f21106b8a.jpg
Nao, perempuan yang berusia 2 tahun. Dia mampu memeluk ketika sang bunda memiliki wajah kecemasan yang meluap.
"Bunda, kenapa sedih? Jangan cemas ya.. Ada Nao di sini..." sambil menciumcium wajah bundanya.
Bagaimana mungkin seorang anak berusia 2 tahun memiliki tingkat kesadaran untuk menenangkan bundanya?


Tapi bocah tetaplah bocah. Nao kecil, saat dipangkuan sang bunda, om dan tantenya mengelilingi mereka.
Saat ucap dan ancaman mereka keluar. Tatkala hardikan harus didengar Nao kecil.
Nao shock, Nao langsung demam dan terdiam tak berkata apaapa.
.................








Anakanak berlarilah kencang.
Buatlah tarian di sela hujan deras yang mengguyur.
Agar doadoa kecilmu berkelibat menebas rinai.

etca
18-11-2011, 02:23 PM
http://i208.photobucket.com/albums/bb306/venusgrnys/Happy.jpg?t=1238341463


Hari ini Dhan mengucapkan sepatah kata birthday untuk salah seorang kawannya. Kawan yang ternyata masih satu kampus dengannya. Meski tidak di tahun yang sama. Itu yang Dhan temukan di postingan kawannya.
Tapi ucapan itu salah. Masih dua hari lagi rupanya... .


Dhan malam ini masih terjaga. Dengan kuping yang disumpal earphone mendengarkan lagulagu agar malam terdengar riuh. Malam sudah jarang tampak oleh kerlip bintang. Ritual menengadahkan kepala masih saja dilakukan Dhan. Hanya saja, ia selalu menemukan desau dan tubuh pesawat yang melayang gagah di angkasa. Tidak hanya siang, bahkan malam pun Dhan hanya menemukan pesewat yang sesekali melintas di saat Dhan pulang kerja. Dhan tak habis mengerti. Mengapa bintang kini menjadi angkuh seperti bulan yang dibencinya? Kemanakah bintang yang dahulu memiliki kesan ramah?


Dhan memejamkan matanya sejenak. Dia masih ingat betul sahabat karibnya pernah tibatiba menelponnya.
"Da, kamu di mana? Jakarta?"
"Nggak lah Dhan. Aku masih di Bandung ini."
"Oh.. kirain seperti kebiasaan kamu. Kamu selalu tibatiba sudah di Jakarta lalu mengajakku ke TIM atau pertemuan lainnya yang senada dan tak pernah jauh dari pentas Theater."
"Hahahhahahhhah,"


Tawa lepasnya begitu dirindukan Dhan. Manusia asal Bandung yang setiap perjumpaan hampir tak pernah luput dari perjalanan kereta api. Manusia yang mungkin paling paham segala diam milik Dhan. Manusia yang memiliki chemistry yang sama dengan Dhan. Karena kisah yang barangkali boleh dibilang serupa mereka miliki.


"Kamu itu betulbetul seorang adventure!"
Katakata milik kawannya itu betulbetul membuat Dhan terkesiap.
"Sudahlah... Jangan pedulikan katakata orang lain. Selagi kamu masih memiliki waktu. Lakukanlah terbaik," imbuhnya.


Terbaik? Meski terbaik tak selalu menjadi yang terbaik. Meski yang terbaik akan menjadi suatu hal yang konyol. Sampaisampai ketika kelak masa kini itu akan berubah menjadi masalalu. Seperti yang sudahsudah Dhan akan berkata dengan lugasnya, "Aku tak tahu, dan aku tak kan peduli dengan hal yang satu itu."


Katakata yang mungkin terdengar angkuh tapi sebetulnya adalah rapuh. Tapi memiliki keengganan untuk melihat sebuah masalalu. Sekali pun mungkin masa lalu itu datang dan akan menjadi sebuah masa yang akan datang kelak. Entahlah. Dhan tak mau terlalu mereka-reka semuanya itu. Tapi diamdiam Dhan sudah menyiapkan sebuah perpisahan.

etca
18-11-2011, 02:24 PM
I'M NOT THE ONLY ONE


Sebuah tontonan Dance Theater ala Germany hasil besutan koreografer Constanza Macraz | Dorky Park. Mungkin jika sore itu seorang kawan bernama sireum tidak berkirim kabar melalui sms, aku tidak akan menonton Art Summit Indonesia 2007, International Festival on Contemporer Performance Arts pada tanggal 22-23 November 2007 di Graha Bhakti Budaya, TIM.


http://bp0.blogger.com/_40dY1bXLuNY/R00sdhRndDI/AAAAAAAAAPs/TDwWPS96GIQ/s320/dorkypark.jpg
Sedikit kutipan dari brosur


Mengapa aku langsung berminat ikut begitu kudengar kabar tentang Theater? Iya. Mungkin sekedar angin segar dari penat keseharian yang begitu penuh. Ah itu salah. Bukan sekedar, tapi aku ingin betulbetul menciptakan nuansa yang berbeda. Meski tak harus teduh di tengah rimbunnya pohon. Tapi setidaknya ada malam yang pekat. Menikmati rasa bersama kawan. Jadi teringat dengan rasa pecel lele yang dikatakan kawanku. Yang mungkin ingin menandingi Tango rasa Susu Vanilla. Ini bukan sekedar ingin unjuk mengiklankan sesuatu. Tapi kami memang pernah punya cerita. Cerita sebuah ritual yang belum diulang lagi sampai sekarang. Aku, sireum dan namusha. Entahlah rasanya akan menyenangkan ketika kita bisa berbagi cerita bersama kawan.


Hmmm, waktu masih saja belum jenuh bercerita. Rutinitas kehidupan di sekeliling jalur rel yang begitu lurus kadang membuat ingin berteriak. Mencoba sesuatu yang berbeda dari yang kemarin-kemarin. Uh! Alangkah bebasnya mereka berekspresi dan berapresiasi. Hari pertama, ada: Knut Berger, Jill Emerson, Jared Gradinger, dan Hyoung-Min Kim bertampil begitu lugasnya. Terlalu jujur dan brutal barangkali.
Barangkali seperti tanya seorang teman kantor, "Ada pornonya ga?".
Lalu kujawab, "semi".
Bukan porno yang kutatap, tapi nuansa kebebasan expresinya. Dengan balutan art tentunya. Bukankah semua itu relatif. Bukankah ada beberapa yang memandang ciuman bibir termasuk porno?
Toh hidup tak bisa sekedar dipahami dan dijalani.
Bukankah kita belajar untuk memaknainya?


Hari kedua, Nabih Amaraoui, Nir De-Volff, Hyoung-Min Kim, Gail Sharrol Skrela, dan Tatiana Diara. Para pemain itu bermain brutal. Hahahhahha betapa tidak, bahkan perilaku anjing pun ditirukannya. Hmmmm, bukankah I'm not the only one?




http://bp1.blogger.com/_40dY1bXLuNY/R00sdxRndEI/AAAAAAAAAP0/Gei55nTwDlY/s320/DorkyPark1.jpg
Sisi A, brosur kecil tentang Constanza Macraz | Dorky Park




http://bp2.blogger.com/_40dY1bXLuNY/R00seBRndFI/AAAAAAAAAP8/YkwluObF6NE/s320/DorkyPark2.jpg
Sisi B, brosur kecil tentang Constanza Macraz | Dorky Park




http://bp3.blogger.com/_40dY1bXLuNY/R00seRRndGI/AAAAAAAAAQE/QeNvIUSHpFU/s320/tiket.jpg
Secuil tiket yang menyisakan pertemuan.


Jika mainstream itu tak dituruti, maka akan banyak warna. Seperti menatap malam yang tak hanya gelap. Bukankah masih ada kerlip bintang? Jika manusia bisa hidup dengan keteraturan? Bukankah hidup juga harus ditaklukkan? Sekalipun malam tak dikatakan bersahabat untuk perempuan. Sekalipun norma yang dipegang oleh sekeliling harus dihadang. Setidaknya perempuan yang kukenal itu berlaku 'benar' untuk menjalani harihari di hidupnya.


Aku ingin melihat pohon.
Sama seperti ketika aku dalam diam menatap keong yang sedang terjebak oleh pasir laut di pulau kecil yang bernama Karang Lebar, Kep. Seribu 9 Sept lalu.


Ah ya, aku masih ingin menatap hening. Sambil mengendapkan rasa.




Medio 28 Nov 2007 05:40 pm

etca
18-11-2011, 02:24 PM
http://i278.photobucket.com/albums/kk120/etcakk/Resized_PICT3232.jpg
seafood salad


http://i278.photobucket.com/albums/kk120/etcakk/Resized_PICT3233.jpg
steamboat dengan aneka sayur + daging


Makanan ini mungkin adalah simbol kebisuan dari banyaknya gelak yang hadir jumat malam itu. Kita semua menjadi sisi manusia yang berbeda dengan komunitas seharihari. Lepas dan bebas melepas urat malu. Bwahahahahha.


Tengs for a really nice wiken guyz.
Biarkan cerita terbebat hanya menjadi milik kita saja :)

etca
18-11-2011, 02:25 PM
Break up for 5 minute

Ini kutulis di sela pekerjaan. Untung ada satu hal yang kepending garagara tidak mendapatkan data saat ini. Hmmm baru menulis saja, sudah ada telpon masuk, menanyakan progressnya. Yang tidak tahunya memang harus kepending besok pagi.


Eniw. Aku baru saja selesai membaca reportase gathering di sebelah. Dua orang itu menuliskan begitu detail. Sampaisampai aku tertawatawa sendiri membayangkan kejadian yang terjadi kemarin. Entahlah... rasanya betulbetul memiliki sebuah angin segar di antara banyaknya pengap yang berserakan di kota Jakarta.


Membaca postingan itu pula, mengingatkanku tentang sebuah pembicaraan dengan seorang kawan. Bahwa kami ingin membackup semua reportase gatheringan kita, dan membundelnya jadi sebuah buku kecil, ntah itu berupa eBook atau print out.


Gathering dengan anakanak DD, memang berdampak :

Kudu banyak senyum
Tidak boleh mati gaya
Kalau difoto urat malunya harus diputusin



Sesuatu yang bernama berkatNya, melalui kawankawan yang aku memincingkan mata pada awal mulanya. Merasa harus berhatihati dan tidak nyaman. Tapi tidak tahunya, mereka seperti saudara sendiri. Lepas dari rasa jaim yang pernah singgah. Tidak seperti di rumah sebelahsebelah yang pernah aku singgahi.

etca
18-11-2011, 02:27 PM
CRASH dan MANUSIA GILA

http://i278.photobucket.com/albums/kk120/etcakk/KapanLagi/2598274271_1016ffb038.jpg


Adakah hutan yang hening?
Kekerasan kini menjadi solusi quorum
Kedamaian menjadi wacana utopis permanen.
*menyedihkan*






http://i278.photobucket.com/albums/kk120/etcakk/KapanLagi/Re_serakan_buku.jpg


Kamu lihat itu?
Ada serakan bukubuku kecil yang tak pernah sampai pada si empunya.
Akhirnya aku tahu jawabannya setelah tahun 2008 berlalu.
Manusia itu sudah pulang ke tanah airnya.
Pulang sebelum tugasnya tuntas.


Dulu seperti ada 'sesuatu' yang diluar nalar. Aku harus membuat sesuatu. Yaitu buku kecilkecil untuk dibacanya tiap bulan. Berawal dari Oktober-Des 2005, Jan-Des 2006, Jan-Des 2007, Jan-Des 2008. Ada 39 buku yang tuntas dan sampai padanya. Sementara yang 12 lagi, sudah kehabisan waktu. Aku hanya menyelesaikan dalam waktu 2 minggu. Kerja rodi. Copas tulisantulisan lamaku.


Mereka bilang, "Kamu mencintainya."
Tapi kujawab, "Bukan! Ini bukan masalah cinta!"
Cinta hanyalah hangathangat tahi ayam.
Jika aku menaruhkan hati pada mereka,
Yang ada hatiku akan hancur dan luluh lantak.
Sementara dia mengenalku garagara tulisan di postingan tertanggal 15 Feb 2004 04:14 pm.
Tentang idealisme dunia penulisan milikku.
Meski setelah itu, kami bertemu untuk yang kesekian kalinya.


Aku tak tahu bagaimana harus memaknai hidup. Tapi yang kutahu aku harus bergerak untuk sesuatu yang begitu kuat memintaku melakukan halhal yang diluar nalar. Perjalanan ke Purwokerto bersama orang asing. Berulang kali aku bergumul karena sebelumnya aku tak pernah melakukan perjalanan dengan orang asing. Tapi kutahu aku harus pergi. Dorongan itu bergitu kuat. Terlalu kuat malah. Yang akhirnya kudapati semua keluarganya dulu adalah seorang Kristen. Bahkan ayahnya adalah pendeta. Tapi semuanya telah usai, karena sebuah pergumulan yang begitu kalut. Aku baru tahu ketika roda baja itu menggelinding membawa kami ke sesuatu yang bernama berangkat.




http://i278.photobucket.com/albums/kk120/etcakk/KapanLagi/IMG-0255.jpg
Lalu tentang manusia lain. Saat menatap rak buku itu. Ada sesak yang mendada. Duh mengapa masih saja ada perasaan yang memantul. Padahal jelasjelas aku ingin menyudahi semuanya. Atau kah memang belum rampung? Entahlah. Sementara masih banyak lagi tentang kejadian yang memantul. Bahkan harihari belakangan ini kulihat perempuan itu begitu kelelahan dan pilu. Apalagi kabar tersiar begitu cepat mengenai kami. Iya mengenai kami. Dan aku muak tatkala manusiamanusia itu menatap lalu dahi seakan menyiratkan tanda sedang bertanyatanya tentang kehidupan kami. Kalau saja aku bisa teriak,
Aku akan berkata, "Persetan dengan semuanya itu!!"


Toh hidup hanya mengeja peluh, mereguk getir yang ada dengan setetes pemanis hanya sekedar penyejuk dan pewarna kehidupan. Urus hidup kalian sendiri, sedemikian kami mengurus kehidupan kami.


Dan kini.
Aku masih seperti yang sudahsudah.
Masih tetap orang gila yang terkadang,
Ada sesuatu yang harus kulakukan.
Meski itu di luar akal sehatku.
Tapi ku tahu,
Aku harus melakukannya.


Oneday,
Mungkin akan tersurat di langit.
Mengapa aku harus melalukannya.
Itu jika Gusti beri Restu.
Untuk mengijinkan aku mengetahui.
Sekecap rahasia hidup milikNYA.
Semoga aku tak salah arah.




catatan : 18.11.2011. Default avatar yang kupakai hingga kini, ternyata ditemukan kisaran March 31, 2009, 16:03 :)

etca
18-11-2011, 02:28 PM
Closed

http://fc05.deviantart.com/fs20/f/2007/271/e/3/closed_by_theperspective.jpg




Kalau saja aku bisa semudah seperti menutup kelopak mataku.
Maka aku akan begitu sering melakukannya.


Tapi kini tugastugas betulbetul mulai berserakan.
Dan aku tak boleh menghempaskan kesempatankesempatan yang ada.
Sekalipun di beberapa board yang ku singgahi.
Aku begitu diberkati oleh kawankawan yang begitu baik.






Ketika GNU/Linux Berbalur Resah*)



quit
ingin keluar dari permainan ini, tapi bukan logout
aku masih sama seperti yang kau kenal,
karena ini bukan login as different user
apalagi shutdown –h now
tak mau mengakhirinya sama sekali

pasangkan saja firewall
memilah IP siapa saja yang diijinkan dapatkan akses.
ataukah harus mengenkripsi pada raut wajahku?
Tak pernah lagi mengubah settingan ifconfig eth0 atau proxy,
jadi masih ada di peraduan yang sama ketika dulu kau singgah

dengan bantuan emulator wine mencoba mainkan game di windows pada GNU/Linux
sambil mereguk rasa hanya di ujung lidahku
tak kan ada blue screen dalam GNU/Linux
apa lagi hingga harus menekan alt-ctrl-del lalu end task seperti produk Microsoft
yang pasti ini bukan cerita tentang cracker atau hacker,
diri ini masih newbies
hanya sebuah resah membalur GNU/Linux

*mak pet*
lampu mati!!
Belum sampai jalankan :wq dari vim-ku
Konfigurasiku belum tersimpan
Komputer mati, server down

Semuanya usai
Menjadi begitu mudahnya.


Solo, 01.10.2003 07:56:33 pm



*) Salah satu puisi dari dua buah puisi yang mungkin menjadi puisi pertama dan terakhir yang dimuat dalam sebuah Antologi.

etca
18-11-2011, 02:29 PM
Tornado

http://i278.photobucket.com/albums/kk120/etcakk/Resized_tornado_smile.jpg


sengaja YMan dengan kawan yang beberapa waktu lalu dia dan sekeluarga juga ke Dufan.


ca: akhirna aku wis numpak Tornado
ca: untung ga mrucut metu, saking kecilikennn
jo: http://l.yimg.com/us.yimg.com/i/mesg/emoticons7/24.gif
jo: emang boleh
jo: anak TK ga boleh tuh
ca: kan lebih dari 145 cm http://l.yimg.com/us.yimg.com/i/mesg/emoticons7/10.gif
jo: pelanggaran HAM
jo: http://l.yimg.com/us.yimg.com/i/mesg/emoticons7/24.gif
ca: setiap kali liat wahana musti merhatiin batasan tinggi badan neh http://l.yimg.com/us.yimg.com/i/mesg/emoticons7/24.gif
jo: Dufan kemarin ?
ca: yup. gratongan.
jo: bwehehe, http://l.yimg.com/us.yimg.com/i/mesg/emoticons7/24.gif tornado .. ga kbayang klo sampe mlorot piye coba
ca: mo liat futuna?


akhirna futu gw kirim ke imel dia
ca: so? ude liat beluuuum?
jo: few
jo: done
jo: PELANGGGARAAAAAANNNNNN !!!!!!!
ca: http://l.yimg.com/us.yimg.com/i/mesg/emoticons7/24.gif
jo: itu dibawah batas bantalan kepalaaaaaaa
ca: WAKAKAKKAKAKAKKAKAKKAKAK
jo: laporin ah
jo: masukin koran
ca: ooo batasnya di atas bantalan kepala?
ca: *baru tahu*
jo: pas bantalan kepala lah
jo: jelas2 pelanggaran tuh http://l.yimg.com/us.yimg.com/i/mesg/emoticons7/4.gif
ca: wis kadung selamat kok
jo: cah cilik mekso melu
jo: http://l.yimg.com/us.yimg.com/i/mesg/emoticons7/21.gif
ca: masak di bawah banget sih
ca: itu kan enggak
jo: http://l.yimg.com/us.yimg.com/i/mesg/emoticons7/24.gif ngeles..
jo: coba cek lagi
ca: http://l.yimg.com/us.yimg.com/i/mesg/emoticons7/24.gif
ca: kan maren ga disuruh turun http://l.yimg.com/us.yimg.com/i/mesg/emoticons7/10.gif
jo: bah, salah liat tuh penjaganya.. pasti jinjit yak http://l.yimg.com/us.yimg.com/i/mesg/emoticons7/21.gif




wakakakakakak kaco kaco kaco kaco

etca
18-11-2011, 02:30 PM
I Hate Hot Weather


http://i278.photobucket.com/albums/kk120/etcakk/744273091_865af190ac.jpg


Melihat gambar di atas rasanya geli sendiri. Panas sekali hari ini? Darn!!! Betulbetul sampai nyutnyut di ubunubun kepala. Apalagi makan siang yang belum usai tadi harus terburuburu diselesaikan karena dipanggil meeting informal dengan si ibu. Iya kami memanggilnya ibu, untuk ibu owner yang baik hati tapi bawelnya tak karuan.


Aku sudah kembali di ruangan kerjaku. Mengerjakan dengan angotangot ga jelas. Entahlah. Padahal pekerjaan masih menggunung. Masih saja aku sempat YM-an sebentar dengan beberapa kawan. Atau posting. Gosh! Satu botol air mineral 600 ml habis dalam hitungan sekejab.


Kali ini aku ingin bercerita tentang semalam. Kemarin aku pulang lebih sore dari biasanya. Pukul 17.30 barangkali. Dan di perjalanan itu, entah kenapa banyak sekali perjalanan di masa lalu yang berkelibat. Dan tak terasa pedih. Ada yang basah diamdiam keluar dari pelupuk mata. Langsung saja kuseka. Dan melihat ke jalanan. Untung koasi merah sedang betulbetul kosong ketika memasuki daerah Kranji. Setidaknya tidak ada yang melihatku merambang.


Dia yang begitu masuk di sini. Tentang polah dan tingkahnya. Aku masih ingat betul bagaimana pertemanan kami mulamula. Lalu perjalanan jauh ke kota sebelah di Jawa Tengah. Kenapa tibatiba semua menjadi begitu dekat? Juga dengan anakanak komunitas itu. Padahal jelasjelas aku selalu angkuh dengan terlalu berhatihati memulai sebuah pertemanan. Sekedar kenal, its ok tidak masalah. Tapi untuk kenal lebih jauh, aku lebih memilih untuk menjaga jarak. Agar ketika kelak harus melintasi jarak, semua tidak ada yang merasa kehilangan. Bukankah satu sama lain tidak saling memiliki?


Aku ingat betul, ketika dulu usai wisuda. Sudah ada persiapan jauhjauh hari. Tentang karibku yang kebetulan berasal dari tiga buah pulau yang berbeda, Sumatera, Bali, dan Timor. Jadi diamdiam aku hanya meletakkan sebuah kertas bertuliskan sesuatu di dalam dada, "jika tersurat di langit oneday kami akan bertemu." Sama seperti sebuah keyakinan yang dulu aku miliki ketika tibatiba tidak dapat lagi berjumpa dengan seorang yang sudah kuanggap kakak sendiri. Seseorang yang membuatku 'berdiri' di sini. Ketika laut memisahkan kami dan Kalimantan menjadi begitu jauh. Tapi Tuhan memberikan bonus padaku, setelah 5 tahun berlalu, dia mengijinkan kami bertemu dalam pertemuan yang tidak di sengaja di Bandung. Thx God for that.


Setiap manusia selalu datang dan pergi. Kepergian seorang adik, yang dulu mengenggam tanganku begitu erat di sebuah perumahan kecil di Yogyakarta. Kata dia, "Wedi kelangan (takut kehilangan)."
Aku hanya bisa menghela nafas panjang waktu itu. Dan merelakan kepergian dia. Karena kuyakin dia pergi untuk meraih seikat mimpi miliknya. Sama seperti kawanku nanti yang pada bulan ini akan pergi jika Tuhan memberi restu.


Betul kata siggy seorang kawan If God ask me to fly, I believe He’ll give me wings. Aku sudah merasakan posisi itu. Sama seperti hampir tiga tahun yang lalu. Di pembaringanku, aku masih belum habis pikir bahwa besok aku harus pergi ke kota yang paling kubenci yaitu Jakarta. Kota yang begitu penuh dengan penat dan riuh. Tapi diamdiam aku tersenyum, jika memang ini kehendakNya maka ia akan mempersiapkan segala sesuatunya.


Bulan pertama di kota itu. Aku masih terpana dengan segala kemudahan yang kudapatkan. Tentang malaikat yang DIA kirimkan untukku, berupa lelaki yang kebetulan tinggalnya sangat dekat denganku. Praktis setiap pulang kerja untuk 2,5 bulan pertama aku mendapatkan kawan. Dan masih banyak hal lagi. DIA betulbetul sediakan segala sesuatunya. Dan segalanya itu demi kebaikan kita. Semoga dia diberikan yang terbaik. Ntah itu masih tetap tinggal di Jakarta atau ke kota di pulau seberang. Toh masih Indonesia. Hahahhahaha... .


Oh ya, ada yang hampir tertinggal. Di saat aku tak ingin peduli dengan orang, tibatiba aku merasakan hal yang tak biasa dari kawanku. Mau menyapa pun aku serba tak enak.
"Siapa gw?" begitu dalam hatiku.
Akhirnya semalam aku layangkan pesan singkat.
Tapi sama sekali tak berbalas.
Lalu siang tadi, sengaja kulayangkan lagi, "R u Ok? sowwy kalau sms ini ganggu."
Tak berlama lama dia cerita. Cerita tentang dia sedang berduka.
Kalau kita bicara tentang duka, tentu saja ada banyak manusia berduka saat ini.
Lihat saja, pemutusan kerja di manamana, alam yang tak lagi ramah seperti bencana situ gintung misalnya, terik matahari yang makin memanggang. Membuat manusiamanusia menjadi begitu mudah terbakar suasana hatinya.


*glek.. glek.. glek...*
aku minum air mineral yang tersisa di botol minuman milikku.
Sekedar menenangkan rasa.
I Hate Hot Weather.

April 02, 2009, 15:07

etca
18-11-2011, 02:33 PM
Saat Remah Ingin Dikumpulkan... Gathering 210908 (1/3)

Hanya ingin mengumpulkan satu dua yang bercecer, postingan seorang kawan di sebelah ketika gathering. Kawankawan yang baru ku kenal, tapi suasana jauh melebihi saudara... .
Meski pada gathering pertama, terselip rasa empet, dongkol, ga nyaman... dsb.




jam 7 AM bangun cos kebelet pipis
biz ke toilet tdr lagi http://forum.kafegaul.com/images/smilies/ups.gif


bangun2 jam 12 kurang


ntu juga panik http://forum.kafegaul.com/images/smilies/doh.gif
mampus baru bngun jam sgini..


pas liat hp
http://forum.kafegaul.com/images/smilies/emo_swt.gif
gubrax
4miscall n 7message di hp...
dr salam..porcel..kokom..nuskin ama temen gw.. http://forum.kafegaul.com/images/smilies/doh.gif


Salams -->
ga bisa dtg cos sakit n mo ke dokter


Nuskin -->
nanyain jam film tayangnya


porcel -->
bawain anti virus n ktmuan dmna


temen gw -->
gw skip..cos yg peran utama disini anak2 DD


yaudah mulai bls sms 1by1..


trus cepet jebyar jebyur mandi n langsung brangkat mnuju semanggi..


Awalnya si kokom msh bimbang n ragu mo dtg http://forum.kafegaul.com/images/smilies/ungg.gif
tapi berkat bujuk rayuan maut gw dia pun dtg juga
Jm gthu loh... http://forum.kafegaul.com/images/smilies/hohoho.gif


PS : kokom
wktu pas lu telp gw n tanya tiketnya d dibeli ato belum..itu boong..
sblumnya si porcel telp gw tanya brp anak yg ikut...
pas gw sms lu ga dibls..n gw telp lu ga diangkat..gw d bilang porcel beli '4' tiket
eh untungnya ga lama si porcel telp gw lu telp gw...
yaudah gw telp balik porcel bilang jdnya beli '5' tiket... http://forum.kafegaul.com/images/smilies/biggrin.gif
(Maangap y boong...biz klo lu ga digituin maybe lu ga dtg d..http://forum.kafegaul.com/images/smilies/maapdech.gif)


yup gw dtg telat..http://forum.kafegaul.com/images/smilies/argg.gif
sory janjian jam 1.30PM baru mpe semanggi jam 1.45an http://forum.kafegaul.com/images/smilies/maapdech.gif


nuskin..porcel dan red_prince d nunggu di fud court..
untungnya si kokom blm dtg jd im not a last person http://forum.kafegaul.com/images/smilies/hihi.gif
*mengkambinghitamkan si kokom


yup 10menit kmudian si kokom dtg n ngobrol2 bntar n kita langsung masuk ke 21 tuk liat 'Rescue Dawn'


Yup terjadi prubahan planning..awalnya pengen liat mama mia.. http://forum.kafegaul.com/images/smilies/embarassedlaugh.gif
tapi pas liat ada 'rescue dawn' yaudah lbh pilih perang http://forum.kafegaul.com/images/smilies/rambo.gif dr pd milih joget2 http://forum.kafegaul.com/images/smilies/shincan_dance.gif


to be continue......
(mangnya film serie doang yg bisa bersambung http://forum.kafegaul.com/images/smilies/hihi.gif )





ternyata.. semua smiley masih mengacu dari alm. K*

etca
18-11-2011, 02:36 PM
Gathering Part 2 (Times 2 Watch Movie) (2/3)

Lets talk about Rescue Dawn...
yup nih film sbnrnya film lama..tahun 2006 ntah knp tahun 2008 baru ditayangin dibioskop indonesia..
yah mungkin christian bale di batman kan keren bgt actnya..
mungkin klo ditayangin biz batman nih film bisa mnjual..


sblum gw mnjatuhkan film ini dibanding mama mia gw mpe liat trailersnya dulu n cek imdb nilainya brp


http://www.staticmultimedia.com/images/rescue-dawn.jpg


yup brawal n settng di vietnam n tentara USA dpt misi rahasia tuk membom sarang musuh..


tp dewi fortuna ga brpihak pd christian bale.. http://forum.kafegaul.com/images/smilies/bawling.gif
pesawatnya jatuh ke sawah n mulai diincer ama org2 vietnam... http://forum.kafegaul.com/images/smilies/bawling.gif


mulai agak2 seru tentang si bale survive in jungle wlaupun nasib apes lagi si bale ketangkep juga


yup d nasib buruk...disiksalah si bale http://forum.kafegaul.com/images/smilies/pletak.gif diseret ama kerbo.. dikasih semut merah..dicelupin ke sumur...
hingga dibawa ke camp dimana dia brtemu dgn temen2 barunya yg sudah brtahun2 dikurung..


mulai trjalin persahabatan yg kuat antara mereka b5
n mulai merencanakan diri tuk runaway n escape...
planing mulai dibikin n terlaksana juga....


yup finnaly they are escape http://forum.kafegaul.com/images/smilies/woohoo.gif
but perjalanan msh jauh...


disitu temen2 yg lain mulai brpisah tinggallah si bale ama si steve...


yup 2 manusia ini bener2 soulmate...
si bale ngebantuin steve..dr hutan..suport steve supaya jgn give up..
peluk2an... http://forum.kafegaul.com/images/smilies/embarassedlaugh.gif(gw malah ngebayangin kok lama2 nih film agak2 yaoi y... http://forum.kafegaul.com/images/smilies/doh.gif langsung inget si jack ama heath di brokeback mountain malah http://forum.kafegaul.com/images/smilies/laugh.gif)


yup persahatan 2 insan ini makin erat..
hingga suatu ketika..amat sangat tragis http://forum.kafegaul.com/images/smilies/07.jpg


bale n steve ktmu tentara dan si steve dilukai pahanya mpe sobek.. makin lama palanya steve di potong
bnr2 mengenaskan...




yup tinggallah si bale sendiri brjuang dimana dia harus survive trus tekanan psikologis..
yg finnaly he survive juga....


yup gw akui nih film keren..
pas liat nih film gw mpe terharu http://forum.kafegaul.com/images/smilies/emo_sob.gif n mpir kluar air mata...
actnya si bale TOP BGT http://forum.kafegaul.com/images/smilies/emo_no1.gif
dimana dia mau kurus kring makan mcem2 makanan dll....


really recomanded movie..
ill give 8.5/10
btw ini film true story....


N guess what pas anak2 kg nanya ke gw apa scene yg disukai..
'mrka nyeletuk pasti jm suka pas si bale n steve peluk2an'
kurang ajar nih anak2 http://forum.kafegaul.com/images/smilies/pletak.gif


2 be continue again....

etca
18-11-2011, 02:37 PM
Gathering Part 3 (Times 2 Dinner) (3/3)


biz nonton mulai ke fud court sembari menunggu waktu berbuka wktu baru mnunjukkan pukul 16.00
yup mulai duduk n porcel ngeluarin notebooknya yg mo diback up datanya ma gw...


sembari copy2 data anak2 mulai ngobrol ngalur kidul kemana2...


baek dr topik film anak2.. film dgn tokoh gendernya yg ga jelas..
si anak cowo cj7 yg gw baru tau ternyata dia cewe http://forum.kafegaul.com/images/smilies/doh.gif
si andromeda saint saiya...


mpe ngebahas film2 n memory jaman dulu..thundercat..he-man..silverhawk..
satria baja hitam (My fav) mario bross..mpe transformer (ksuakaan si Prince)
yg dimana mulai imajinasi gw mulai kluar gabungan antara film transformer dgn film jurasic park steve spielber http://forum.kafegaul.com/images/smilies/hihi.gif
(cos di film kartun transformers kan ada dinosaurusnya..)
dan pencetus film dinosaurus siapa lagi slain my fav sutradara 'Steven Spielberg'


ujung2na malah ngomongin NPWP http://forum.kafegaul.com/images/smilies/ngakakabis.gif
'Hari gini ga ada NPWP, APA kata dunia'
yaelah plizz d......ga bgt d tuh slogan...


Yup mulai jam 17 lebih anak2 mulai brpencar mncari makan kesukaannya..
(awalnya mau didokumentasi makanan2nya.. tp gwnya yg dudul...lupa motret saking lahapnya tinggal makan..baru inget pas makanannya udah abiz smua http://forum.kafegaul.com/images/smilies/argg.gif)
1. Porcel -> sumpit
2. Nuskin -> Sumpit
3. Prince -> Bakmi Kelinci
4. JM -> Fiesta (steak again) untung ga ada salams http://forum.kafegaul.com/images/smilies/hihi.gif
5. Kokom -> lupa gw http://forum.kafegaul.com/images/smilies/emo_hmm.gif namanya Steambox y klo ga slh...


wlau d mnjelang bedug..berasa lama bgt wktu brjalan http://forum.kafegaul.com/images/smilies/scratchchin.gif
cacing di perut udah bergebu2 n mngeluarkan gendang tanda minta makan
alhasil tengak org2 sana tuk tau udah buka atau belum.. http://forum.kafegaul.com/images/smilies/ungg.gif


finnaly buka juga http://forum.kafegaul.com/images/smilies/woohoo.gif
langsung mlahap makanan yg ada.... http://forum.kafegaul.com/images/smilies/pervert1.gif


iya ada insiden juga pas ditengah2 kenikmatan makan trnyata notebook porcel low bat...
mana di charge ga bisa.. http://forum.kafegaul.com/images/smilies/grrr.gif
finnaly alohualam aj d tuh data d smua bisa dicopy ato blm...
cos mending klo copy dikit lah ini ngopy data 31GB http://forum.kafegaul.com/images/smilies/embarassedlaugh.gif
mana tuh copynya ga konsisten http://forum.kafegaul.com/images/smilies/toeng2.gif apa dia ga bisa count down y..
masa trakhir diliat udah tinggal 8menit..
eh tiba2 brubah jd 11menit.10...9..balik ke 10menit...


yup tiba2..bleepppp..
shut down...... http://forum.kafegaul.com/images/smilies/embarassedlaugh.gif
trnyata data blum fixed smua dicopy si batre d ga kuat....


yaudah mo dikata apalagi...


yup ga terasa jam 19 kurang d mulai beranjak n its time 2 go home.....


Thanz 2 red_prince.. nuskin.. porcel dan kokom yg udah dtg ke gathering gw..
c u gain next time n nice 2 meet u.....


The End http://forum.kafegaul.com/images/smilies/biggrin.gif

etca
18-11-2011, 02:38 PM
Saturday, 19th 2008

Yup just like another saturday..
wake up early morning..
cos its time 2 me 2 pick up my lil sista go 2 school... http://forum.kafegaul.com/images/smilies/genitach.gif


sebelumnya juga d janjian ama si kokom bakal ktmuan di tempat TKP jam 8.XX AM


yup samapai skolah adek pun skitar jam 6.50 Am


trus langsung mikir..
nanggung bgt klo gw brangkatnya siang ktmuan si kokom http://forum.kafegaul.com/images/smilies/emo_hmm.gif
knp ga skrng aja...


yup langsung sms kokom
'ktmuannya bisa skrng aja ga?'
mana gw telp tapi ga diangkat2 http://forum.kafegaul.com/images/smilies/grrr.gif


ga lama kmudian kokom bls
'gw salinan dulu'


(d kayak mo fotocopy aj pake salinan sgala http://forum.kafegaul.com/images/smilies/hihi.gif)


yup 10menitan kmudian sampai TKP


gw ' woi gw d sampai di TKP'


sambil menunggu kdtgan si kokom..
dngerin lagu n kayak kambing conge liat kndaraan lalu lalang


btw untungnya ada cowo dr jembatan jalan nunggu angkot..
http://forum.kafegaul.com/images/smilies/love-struck.gifgud looking juga tuh cowo..(bawaanya keren aj..)
lagi dngerin musik via hp n pake earphone juga..


bawaannya cool..


eh ga lama kmudian si kompor dtg..n nyebrang...


padahal mata gw msh agak2 fokus ke tuh cowo
si kompor pun mulai ngobrol2
ga lama tuh cowo naek angkot...
yaudah bablas maning d..http://forum.kafegaul.com/images/smilies/hihi.gif


yup objeck udah ga ada yg diliat..
skrng bru fokus ke kokom d http://forum.kafegaul.com/images/smilies/biggrin.gif


yup si kokom mulai nitipin sesuatu.
buat gw n anak2 kg lainnya..porcel..nuskin..n red_prince


yup si kokom give me aroma therapi 'vanilla' http://forum.kafegaul.com/images/smilies/woohoo.gif


thankz a lot kokom


yup udah selesai ketemuan..anterin dulu kokom ke gank rumahnya..


cos dia d jalan 300meter dr rumahnya ke tempat TKP..
(gilingan pagi2 gw d nyuruh dia olahraga http://forum.kafegaul.com/images/smilies/megaman1.gif )


yup udah mpe dpn gank..turunin dia..n smoga bisa ktmuan pas gathering hari minggu bsok..


dr tempat kompor gw langsung cabut
ke tempat sodara gw... http://forum.kafegaul.com/images/smilies/moped.gif
cos tadi nyokap d bilang ambil oleh2 di tempat bude..


http://forum.kafegaul.com/images/smilies/emo_dotdotdot.gif
busyett d gw d kayak kurir aj..
ambil oleh2 kokom trus ambil oleh2 dr bude


yaudah sampai tempat bude langsung ambil oleh2 n balik ke rumah..


yup pas d balik kerumah..
ga lama kmudian nyokap minta dianterin buat berobat..




lama2 gw d kaya tukang ojeck


dr td muter2 mulu naek motor..


pas nyokap gw bonceng...
ntu juga agak2 takut gthu http://forum.kafegaul.com/images/smilies/06.jpg
bilang..pelan2 y..jgn ngebut


duh emak gw aj ktakutan gthu...mana brani gw ngebut2... http://forum.kafegaul.com/images/smilies/doh.gif


--> The Nite <--


skitar jam 22.00 nganterin temen bokap ke rumah sodaranya..
kali ini pake mobil n gw jd penumpang yg baek...


trus biz anterin brhub blm makan...
mampir ke tuykang nasi goreng...


mana gw ga bawa dompet..
jadi mau ga mau adek gw yg bayarin makanan gw... http://forum.kafegaul.com/images/smilies/ngakakabis.gif


balik mpe rumah jam 23.00
n d kecapean....http://forum.kafegaul.com/images/smilies/sleep2.gif