PDA

View Full Version : Hati2 berhadapan dengan dokter dan RS



AsLan
24-09-2011, 10:10 AM
Ini pengalaman seorang dokter yg berhadapan dengan dokter spesialis dan rumah sakit.
Rupanya pasien sering dipasa membeli obat2 yg tidak perlu atau melakukan berbagai test yg tidak dibutuhkah, tujuannya hanya untuk mengeruk uang sebanyak2nya.


"Saya jadi membayangkan nggak heran Ponari dkk laris, karena dokter pun ternyata pengobatannya nggak rasional, Kasihan banyak pasien yang terpaksa diracun oleh obat-obat yang nggak diperlukan dan dibuat 'miskin' untuk membeli obat-obat yang mahal tersebut. Ini belum termasuk dokter ahli yang sudah 'dibayar' cukup mahal ternyata nggak banyak menjelaskan pada pasien sementara kadang kala keluarga sengaja berkumpul & menunggu berjam-jam hanya untuk menunggu dokter visite," papar dokter Billy.

Ini mungkin tulisan yang cukup 'aneh'. Kok bisa, seorang dokter justru meminta kepada pasien untuk berhati-hati pada dokter. Tetapi inilah saran yang diberikan oleh dokter Billy sebagaimana ditulis dalam "Konsul Sehat" (http://konsulsehat.web.id). Konsul sehat merupakan situs untuk kemajuan edukasi masyarakat di bidang kesehatan.

Seperti yang diceritakan Billy dalam artikel tersebut, selama beberapa hari dokter Billy mengurusi abangnya yang sakit demam berdarah (DBD). Dokter ini membuatkan surat pengantar untuk dirawat inap di salah satu, RS swasta yang terkenal cukup baik pelayanannya. Sejak masuk UGD Billy menemani sampai masuk ke kamar perawatan, dan setiap hari dia menunggui, jadi dia sangat tahu perkembangan kondisi abangnya.

"Abang saya paksa untuk rawat inap karena trombositnya 82 ribu. Agak mengkhawatirkan," katanya. Padahal sebenarnya si abang menolak karena merasa diri sudah sehat, tidak demam, tidak mual; hanya merasa badannya agak lemas.

Mulai di UGD Billy sudah merasa ada yang 'mencurigakan'. Karena Billy tidak menyatakan bahwa dia dokter pada petugas di RS, jadi dia bisa dengar berbagai keterangan/penjelasan dan pertanyaan dari dokter dan perawat yang menurutnya 'menggelikan'. Pasien pun diperiksa ulang darahnya. Ini masih bisa diterima, hasil trombositnya tetap sama, 82 ribu.

Ketika abangnya akan di-EKG, si abang sudah mulai 'ribut' karena Desember lalu baru tes EKG dengan treadmill dengan hasil sangat baik. Lalu Billy menenangkan bahwa itu prosedur di RS. Tetapi yang membuat Billy heran adalah si Abang harus disuntik obat Ranitidin (obat untuk penyakit lambung), padahal dia tidak sakit lambung, dan tidak mengeluh perih sama sekali. Obat ini disuntikkan ketika Billy mengantarkan sampel darah ke lab.

Oleh dokter jaga diberi resep untuk dibeli, diresepkan untuk tiga hari, padahal besok paginya dokter penyakit dalam akan berkunjung, dan biasanya obatnya pasti ganti lagi. Belum lagi resepnya pun isinya tidak tepat untuk DBD. Jadi resep tidak dibeli, Dokter penyakit dalamnya setelah ditanya ke teman yang praktik di RS tersebut, katanya dipilihkan yang dia rekomendasikan, katanya 'bagus dan pintar', ditambah lagi dia dokter tetap di RS tersebut, jadi pagi-sore selalu ada di RS.

Malamnya via telepon dokter penyakit dalam memberi instruksi periksa lab macam-macam, setelah Billy lihat banyak yang 'nggak nyambung', jadi Billy minta Abang untuk hanya setujui sebagian yang masih rasional.

Besoknya, Billy datang ke RS agak siang. Dokter penyakit dalam sudah visite dan tidak komentar apapun soal pemeriksaan lab yang ditolak. Billy diminta perawat untuk menebus resep ke apotek. Ketika Billy melihat resepnya, dia langsung bingung. Di resep tertulis obat Ondansetron suntik, obat mual/muntah untuk orang yang sakit kanker dan menjalani kemoterapi. Padahal Abangnya tidak mual apalagi muntah sama sekali. Tertulis juga Ranitidin suntik, yang tidak perlu karena Abang tidak sakit lambung. Bahkan parasetamol bermerek pun diresepkan lagi padahal Abang sudah ngomong kalau dia sudah punya banyak.

Karena bingung, Billy sampai cek di internet, apa ada protokol baru penanganan DBD yang dia lewatkan atau kegunaah baru dari Ondansetron. Ternyata tidak. Akhirnya Billy hanya membeli suplemen vitamin saja dari resep.

Pas Billy menyerahkan obat ke perawat, dia tanya 'obat suntiknya mana?' Billy jawab bahwa pasien tidak setuju diberi obat-obat itu. Perawatnya malah seperti menantang, akhirnya dengan terpaksa Billy beritau bahwa dia dokter, dan dia yang merujuk pasien ke RS. "Abang saya menolak obat-obat . itu setelah tanya pada saya. Malah saya dipanggil ke nurse station dan diminta tandatangani surat refusal consent (penolakan pengobatan) oleh kepala perawat," papar Billy.

"Saya beritau saja bahwa pasien 100% sadar, jadi harus pasien yang tandatangani, itu pun setelah dijelaskan oleh dokternya langsung. Sementara dokter saat visite nggak jelaskan apapun mengenai obat-obat yang dia berikan. Saya tinggalkan kepala perawat tersebut yang 'bengong'," katanya.

Saat Billy menunggu Abangnya itu, pasien di sebelah ranjangnya temyata sakit DBD juga. Ternyata dia sudah diresepkan 5 botol antibiotik infus yang mahal dan sudah 2 dipakai, padahal kondisi fisik dan nasil lab tidak mendukung dia ada infeksi bakteri. Pasien tersebut ditangani oleh dokter penyakit dalam yang lain. Saat dokter penyakit dalam pasien tersebut visite, dia hanya ngomong 'sakit ya?', 'masih panas?', 'ya sudah lanjutkan saja dulu terapinya', visite nggak sampai tiga menit.

Besoknya dokter penyakit dalam yang menangani Abangnya Billy visite kembali dan tidak komentar apapun soal penolakan membeli obat yang dia resepkan. Dia hanya ngomong bahwa kalau trombositnya sudah naik maka boleh pulang.

"Saya jadi membayangkan nggak heran Ponari dkk laris, karena dokter pun ternyata pengobatannya nggak rasional, Kasihan banyak pasien yang terpaksa diracun oleh obat-obat yang nggak diperlukan dan dibuat 'miskin' untuk membeli obat-obat yang mahal tersebut. Ini belum termasuk dokter ahli yang sudah 'dibayar' cukup mahal ternyata nggak banyak menjelaskan pada pasien sementara kadang kala keluarga sengaja berkumpul & menunggu berjam-jam hanya untuk menunggu dokter visite," papar dokter Billy.

Beberapa waktu sebelumnya Billy juga pernah menunggui saudaranya yang lain yang dirawat inap di salah satu RS swasta yang katanya terbaik di salah satu kota kecil di Jateng akibat sakit tifoid. Kejadian serupa terjadi pula, sangat banyak obat yang tidak rasional diresepkan oleh dokter penyakit dalamnya.

"Kalau ini nggak segera dibereskan, saya nggak bisa menyalahkan masyarakat kalau mereka lebih memilih pengobatan alternatif atau berobat ke LN. Semoga bisa berguna sebagai pelajaran berharga untuk rekan-rekan semua agar berhati-hati dan kritis pada pengobatan dokter," tulis Billy menutup artikelnya.

beastmen85
24-09-2011, 10:21 AM
sebelom baca ini

kirain ini tadi di forum humor ;D

Kilat
25-09-2011, 04:36 AM
Betul, Ondansetron itu obat mual untuk orang yang sakit kanker yang menjalani kemoterapi. Jangan minum / disuntik kalau ga mual, pasti akan mengakibatkan obstipasi. Ondansetron adalah obat kuat ..
Memang Ranitidin itu obat penyakit lambung yang mengurangi asam lambung .. ya jangan minum / disuntik kalau ga sakit lambung ..

Semua ini juga terjadi di Turkce .. saya lihat di televisi banyak turis yang merasa kurang enak badan langsung dilarikan naik ambulans dari hotel ke RS, di sana diperiksa kemudian langsung disuruh menginap di RS, padahal ga perlu karena ga sakit parah ..
Kasian sekali pasiennya, ditangkap di RS, disuruh minum / disuntik obat yang ga baik buatnya.
Syukurlah asuransi (di Belanda) gak akan membayarkan onkosnya rawat inap dan obat kepada RS karena sebenarnya RS mau menipu pasien .. ;D Mudah-mudahan sepertinya RS2 akan dihentikan melakukan hal buruk seperti ini ..

Sebaiknya kita tetap berhati-hati ..

AsLan
25-09-2011, 09:44 AM
Ow iya... di negara2 yg budaya asuransinya kuat, pasien tidak terlalu mudah "dikerjai" rumah sakit karena ada pihak asuransi yg berada disisi pasien.

Tapi kalau asuransinya kurang jujur, jangan2 nanti dia malah mendesak rumah sakit agar mengurangi pelayanan kepada pasien supaya biayanya tidak terlalu mahal... ::doh::

Nharura
25-09-2011, 10:04 AM
saya juga terlalu parno dengan rumah sakit, dan dokter2... dulu Ibu waktu masuk rumah sakit,, hanya demam dan jalan kaki sendiri ke ruang UGD,, tahu2 pas di opname dikasih obat stroke, dan akhirnya Ibu gak bisa gerak2 lagi, badan beliau lemah, dan gak bisa jalan, gak bicara juga, kami sempat melaporkan ke rumah sakit, kalau dokter ini malpraktek, tapi seribu alasan sana sini meyakinkan kalau ini hanya efek sementara,, akhirnya karena beliau gak bisa bangun, di kasur aja, badan beliau lecet,, itulah yang menyebabkan kontradiksi diabete beliau menjadi tak kering2,,dan akhirnya harus di operasi kulitnya, hingga hampir habis daging beliau,tinggal terlihat tulang aja... :(

gak begitu percaya sama dokter lagi,, dokter bilang dengan operasi,, beliau akan sembuh,, ternyata tubuh beliau tambah ngedrop... darah beliau makin berkurang, albumen protein beliau makin berkurang,, malah disuruh ioperasi lagi,, karena bekas kulit yang di buang hitam2nya itu membengkak didalamnya ada nanah, nanahnya itu yang mau dikeluarkan.. ternyata habis operasi selang 2 hari,, operasinya gagal, beliau panas tinggi, dan meninggal.

Kami menyayangkan kenapa dokter seenaknya ngambil diagnosa yang terlalu tingg dosisnya,, dan terlalu mempertaruhkan nyawa pasien... obat2annya pun bikin ketagihan,, sebut saja Norvas obat untuk tekanan darah tinggi 10 ml,, karena ibu dulu,, karena lupa makan obat itu aja, makanya beliau sakit demam... jadi saya sering bilangin kakak dan abah (yang kena hipertensi juga) untuk gak makan norvas, bisa ketagihan.. akhirnya beliau ngikutin, dan gak makan norvas, nyari obat tekanan yang lebih rendah dosisnya, tapi gak bikin ketagihan,, dan mengurangi makan yang bergaram.

sampai sekrang saya gak begitu percaya lagi sama dokter,, malahan dulu juga dokter hewan saya, ngasih obat buat kucing saya,, yang kejang2 demam tinggi,, dengan obat kejang2,, tahu habis disuntik, langsung mati::nangis::,, jadi kalau kucing sakit... kurang percaya bawa ke dokter, paling saya browsing internet, sama yang pengalaman, akhirnya sembuh pas google.

Bapak saya aja, kemrin beliau masuk rumah sakit, lama bener sembuhnya, akhirnya beliau kami obati dengan totok penyakit,, alhamdulillah selama seminggu beliau bisa jalan lagi, dan sehat,, konsumsi obat juga kami kurangin,, paling obat herbal dan vitamin untuk beliau, padahal beliau ada sakit jantung dan hipertensi,, tapi gak pernah ada keluhan,, kalau obat dokter gak di minum,, malah kalau minum,, jantung beliau sering dagdigdug gak jelas... tapi selama minum obat herbal yang dikasih di totok pnyakit itu, badan beliau lebih segaran.

untuk Mag aja,, dulu kakak saya percaya sama dokter keluarga kami, makanya minum obat mag sirup,, tapi akhirnya kea ketagihan,,kalau gak minum itu, mag akan kumat. dulu mag saya akut,, pas saya browsing internet,, dan dulu juga pernah nanya2 di forum,, saya ikutin dan jabanin kebiasaan, makan yang teratur, menghindari semangka, nangka, santan yang terlalu banyak,, dan kalau pagi makan pisang raja/sanggar... alhamdulillah tanpa obat, mag saya sembuh... sedangkan kakak2 saya,, masih selalu berpegang dengan obat mag itu,, kalau pagi pasti minum obat mag,, setiap hari kea githu... padahal penggunaan obat mag yang terlau berlebihan,,gak baik untuk lambung...

jadi kalau sakit flu, atau batuk.demam,, pasti ke apotik aja, nanya sama apotekernya yang baik;D,, tapi tahu2 dikasih tahu obat yang paten.. dan akhirnya sembuh..gak aneh2,, dan obat yang banyak..kalau berobat sama dokter,, pasti lebih dari 5 biji jenis obat buat di minum,, kalau di apotik cuman satu jenis aja,,, 2 hari bisa sembuh.

AsLan
25-09-2011, 10:47 AM
Turut berdukacita nana...

Gw sih masih percaya dengan kedokteran barat, karena budaya ilmiah dan penelitiannya sangat kuat disana.
Tapi masalahnya adalah mencari dokter dan rumah sakit yg bagus, itu yg sulit.

Ada banyak juga koq dokter yg tidak mau sembarang kasih obat, maka jangan lelah ngobrol dengan banyak orang yg pernah sakit, cari2 tahu tentang si dokter ini dokter itu, mana yg bekerja dengan baik dan peduli pada pasien, mana yg sembarangan dan materialistis.

Nharura
25-09-2011, 10:58 AM
iyap bung aslan,, gak apa2,, cuman share pengalaman tentang rumah sakit dan kedokteran di daerah rumah... ,, malahan dulu paman saya, yang duluan di rawat dari ibu,, disuruh amputasi kakinya karena diabetes beliau sudah menghitam kakinya, jadi satu2nya cara menyelamatkan beliau adalah di amputasi,, kami sekeluarga besar menolak, dan mengeluarkan beliau dr rumah sakit dan kami menggunakan obat alternatif,, dari herbal2,,serta menjaga makanan beliau, sampai sekrang, kaki beliau sudah sembuh, dan beliau bia jalan lagi,, coba ajah bayangin,, kalau dulu.. kami setuju, beliau di potong kakinya,, mungkin bisa merebut nyama beliau,, karena dulu wakil anggota DPR (saya lupa namanya) Samarinda, beliau seperti paman saya juga, kakinya sudah borok dan disuruh amputasi, kemudian beliau melakukan amputasi,, dan akhirnya selesai operasi beliau meninggal. beliau amputasinya di luar negeri, singapure.

makanya saya parno bung aslan...gak begitu percaya,, kalau melahirkanpun nanti gak pengen di rumah sakit, sama bidan aja, kalau flu atau demam ke apoteker, kalau rada2 sult diobati,,mirip seperti penyakit kakak ipar saya, yang disuruh dipasang alat di jantung itu, kami menolak, dan mencari obat alternatif malah sembuh...

dokter memang hanya manusia, tapi selebihnya dokter tidak berhak menakut-nakuti pasien untuk melakukan pembedahan dan yang beresiko tinggi menjamin kesembuhan. saya ngomong kaya gini, bukan menyudutkan profesi dokter, tapi memang sesuai dengan pegalaman yang selama ini kami rasakan.

Nowitzki
25-09-2011, 03:38 PM
Kalau saya sih belum berpengalaman, selama ini mencoba selalu aktif nanya ke dokter, kalau Ara sakit, dikasih obat apa, untuk apa, nyari2 sendiri. Kebetulan juga dikasih buku gede Daftar Obat Indonesia sama mertua, biar bisa ngecek.

Tapi ada kecurigaan sih, bukan hanya masalah obat, tetapi prosedur di rumah sakit juga perlu dicurigai.
Teman saya berpengalaman, dia biasa periksa ke dokter di salah satu klinik ternama di kotaqu. Begitu diperiksa, dia udah bukaan 2, oleh dokter dan perawat langsung disuruh menginap. Anehnya, teman saya sudah mau dikasih infus dan tiduran saja di kamar bersalin, padahal biasanya sebelum persalinan, para ibu disarankan untuk jalan2 agar mempercepat bukaan. Malah, oleh susternya tidak diperbolehkan jalan2, aneh kan. Karena teman saya tidak merasa mulas2 dan juga tidak mengalami pecah ketuban, maka dia memaksa pulang. Itupun dengan akhirnya terpaksa menulis surat menolak pengobatan.
Baru besok malamnya, setelah kawan saya jalan2 ke mall, dia merasa mules dkk, dan akhirnya dibawa ke klinik tersebut, 2 jam kemudian anaknya lahir.
Seandainya dia sehari sebelumnya tidak memaksa pulang, mungkin dia sudah melahirkan dengan caesar, karena prosedurnya begoitu 8 jam tidak mencapai bukaan 10, maka harus diambil tindakan caesar.


Saya memang merasa aneh dengan klinik tersebut, karena saya ikut senam hamil disana. Hampir semua teman senam hamil saya (bahkan sahabat saya sendiri) menjalani persalinan caesar. Padahal air ketuban cukup, ibu dan anak sehat, posisi bagus, tapi entah kenapa dokternya akhirnya menyarankan caesar.


Belum lagi soal perawatan anak, Dua kawan saya yang melahirkan disana, bayinya entah mengapa harus disuntikkan antibiotik, dengan alasan leukositnya bla bla bla lah...
Makanya ketika Ara sakit kemarin, walopun terpaksa diperiksa disana karena gak tahu kemana lagi harus dituju, untuk rawat inapnya aq memilih rumah sakit yang lain yang lebih kupercaya.

PERMANDYAN
25-09-2011, 04:08 PM
Kalaoe sahaja, beloem pernah sakit hingga haroes diopname, namoen kedjadian ini tertimpa kepada adik boengsoe, saat masoek roemah sakit dan opname oentoek beberapa hari dan kerana merasa tidak ada peroebahan sehingga memoetoeskan oentoek keloear sahadja dengan membawa obat jang dari roemah sakit terseboet.....
kerana kondisinja makin parah, kebetoelan di dekat roemah ada bidan beranak djadi dibawakan oentoek pemeriksaan di tempat terseboet serta diandjoerkan oentoek pemerikasaan darah, setelah mendapatkan hasil pemeriksaan dan di crosschek dengan obat jang diberikan, bidan terseboet mengatakan djaoeh api dengan penggorengannja..... alias obat jang diberikan adalah salah....
dan djoesteroe mendapatkan obat dari bidan terseboet malah kondisi adik lebih tjepat semboenja dari pada rawat inap.......

aya_muaya
25-09-2011, 05:00 PM
kemaren waktu aulia sakit cacar aku bawa ke dokter spesialis anak deket rumah, begitu dikasih obat aku searching di google keutamaan obat2 itu, ternyata ada obat yang udah dilarang di luar negeri dan katanya (menurut pengalaman bunda2 di indonesia), obat itu bisa bikin anak jadi hiperaktif... Makanya gak aku kasih lg,,,
setiap kali berobat biasanya aku searching ke google..

aya_muaya
25-09-2011, 05:07 PM
aku juga termasuk tipe orang yang gak percaya pada dokter... Kalau gak parah amat ya kesana deh, itu pun pilih dokter yang deket2 rumah dan mau diajak ngobrol, ditanyain ini itu...

itsreza
25-09-2011, 07:20 PM
Dokter Billy ternyata tega membiarkan kakaknya diperlakukan semena-mena oleh dokter rumah sakit ;D

Saya termasuk orang yang anti berobat ke rumah sakit karena pernah mengalami sendiri dan sering melihat perlakuan yang menurut saya tidak wajar, mulai dari masalah obat, rawat inap, salah diagnosis sampai operasi. Sakit demam saja berobat di rumah sakit bisa disuruh rawat inap. Kalau butuh perawatan lebih baik konsultasi ke dokter yang telah dikenal dan meminta rujukannya.

AsLan
25-09-2011, 07:20 PM
Iya intinya kritis lah terhadap dokter dan rumah sakit, bekali diri dengan ilmu pengetahuan.
Cari terus dokter yg bisa dipercaya.

Saya punya teman dokter yg arogan dan bodoh, cuma karena orang tuanya kaya makanya dia bisa jadi dokter.

Tapi saya punya teman2 dokter yg benar2 baik dan pintar2.
Jadi tidak semua dokter itu sama, meskipun jubahnya sama2 putih.

et dah
25-09-2011, 07:34 PM
ie ngga semua dokter cari pasien/ duit itu nomer satu
banyak juga dokter yg seneng di tempatkan di daerah2 terpencil atau mau berkorban kalau di tempatin di daerah yg lg jarang ada dokternya

tp dokter spesialis sih jarang ya :D

aya_muaya
25-09-2011, 07:52 PM
waktu meriksa rumah sakit sempat lihat di ruang bayi, aku liat sendiri bagaimana suster/perawat2 itu memandikan bayi2 mungil... Duh...jadi bersyukur melahirkan di bidan... Mereka kurang telaten dan gak hati2... Kita aja emaknya hati2 bener megangnya tuh anak... Ngeri deh..

Yuki
25-09-2011, 09:13 PM
menjaga kesehatan tetap yg terpenting

kebetulan (?) saya sekarang lagi sakit, tapi sudah mulai penyembuhan, saya hanya percaya sama dokter 24 jam saja

pernah bulan Maret 2011 saya sakit diare, gak mempan ke dokter 24 jam, masuk ke rumah sakit, langsung didiagnosis macam-macam, sampe ada wacana mau operasi segala, rawat inap, itu baru menginap sehari semalam ayah saya langsung terbelalak dengan biaya rumah sakit

langsung diputuskan "kabur saja", menandatangani surat langsung pulang

ya kalo memang kaya beneran mungkin lebih baik ke luar negeri aja kali, setelah sembuh sekalian jalan-jalan

AsLan
25-09-2011, 09:31 PM
Awal tahun ini waktu mata saya sakit (pendarahan di retina), saya ke dokter spesialis.

Dokter pertama gak bisa menangani, lalu saya ke dokter di rumah sakit khusus mata.
Disana dokternya pintar, setelah memeriksa dia menjelaskan panjang lebar istilah penyakitnya, kemungkinan penyebabnya, solusinya dan kemungkinan2 terburuk dari operasi.

Saya langsung operasi mata saat itu juga dan sembuh.

ancuur
26-09-2011, 12:10 AM
sebelom baca ini

kirain ini tadi di forum humor ;D

gw pikir jga begitu.. tapi koq di tarok di Hidup Sehat ::arg!::

aya_muaya
26-09-2011, 12:31 AM
naudzubillah... Gak mau deh berhdapan dengan rumah sakit..

AsLan
26-09-2011, 12:57 AM
naudzubillah... Gak mau deh berhdapan dengan rumah sakit..

Semua orang juga gak mau bu... tapi kadang2 terpaksa kita butuh pertolongan dokter dan rumah sakit...

Kilat
26-09-2011, 04:25 AM
waduh, saya baca banyak pengalaman dengan RS dan dokter yang buruk :(

Kalau di Belanda lebih mudah karena semua warga wajib punya asuransi, berarti semua orang dilayani secara sama .. tapi benar dik Aslan, kadang2 asuransi dan RS mengurangi pelayanan kepada pasien supaya biayanya tidak terlalu mahal .. harus tetap berhati2 ..

Awalnya saya ke RS di depan rumah saya, katanya RS yang baik, tapi saya ga puas di sana, karena dikatakan saya harus menunggu 10 hari untuk hasil punksi .. syukurlah seminggu sebelumnya saya sudah google, ternyata bisa dalam sehari saja! Karena itu saya tidak menerimanya, dan pergi ke dokter umum saya yang langsung memindahkan saya ke RS khusus yang ternyata lebih baik.
Di RS di depan rumah saya dokter menemukan 1 buah tumor, sedangkan di RS khusus dokter menemukan 2 buah tumor!
Kalau operasi, ternyata ada perbedaan yang besar, bisa cepat bisa lama juga ;D
syukurlah di RS khusus saya ga usah menunggu lama :)

Kalau di sini susah ganti RS .. kalau mulai di RS, harus tetap di RS itu, susah banget pindah ke RS lain, perlu ke dokter umum dulu yang harus menyetujui dan menulis surat resmi, dan kadang ga akan diterima ..
Kalau dokter2 .. di Belanda semua orang punya dokter umum .. jika tidak puas dengan dokter umum, iya diperbolehkan ganti dokter umum, tapi dalam prakteknya ternyata dokter baru sering tidak mau menerima pasien dari dokter lain ;D

GiKu
26-09-2011, 10:28 AM
sebelum ke rumah sakit (atau kalau ada waktu luang), sempatkan cari2 info tentang rumah sakit dan dokter
biasanya banyak di milis2

dari referensi/pengalaman mereka (yg pernah berhubungan dengan RS dan dokter yg dimaksud), kita bisa punya pilihan dan informasi lebih banyak mau ke RS mana dan dokter siapa

pengetahuan tentang penyakit dan obat herbal sebagai alternatif obat2an kimia juga sangat membantu

aya_muaya
26-09-2011, 11:29 AM
yup.. biasanya saya juga konsultasi ama temen yang kebetulan perawat atau bidan dulu...
untuk penyakit2 yang tergolong masih bisa ditangani, biasanya pakai obat2 alami aja..
selalu sedia paracetamol di rumah, kalau pusing minum paracetamol, kalau diare pakai dialet
kalau aulia sakit diare, biasanya aku rebusin daun jambu biji, ganti susu untuk khusus sakit diare,
kalau pilek disedot aja ingusnya di hidung, biasanya cepet sembuh.. jarang banget saya kasih obat..

sebenarnya penyakit gak akan bertambah parah kalau ditanggapi sejak dini.. jangan menunggu 'ah nanti juga sembuh sendiri' atau merasa masih sanggup sehingga tidak dihiraukan. kalau badan capek ya istrirahat, atau minum suplemen, kalau sakit ya minum obat dll... naudzubillah... moga2 kita selalu sehat lahir batin...